Senin, 28 Maret 2016

KEBANGKITAN KRISTUS MENGUBAH KEHIDUPAN

KEBANGKITAN KRISTUS MENGUBAH KEHIDUPAN
1 Korintus 15:1-11

Rekan-rekan pemuda yang kekasih,
Iman akan kebangkitan Kristus merupakan inti dari kekristenan yang sejati. Melalui kebangkitan Kristus inilah kita dapat melihat bagaimana kuasa Allah yang luar biasa dahsyatnya dinyatakan. Karena itu saudara, mempercayai adanya kebangkitan itu sama dengan mempercayai Allah. Kalau Allah itu ada, maka Dia menciptakan alam semesta dan berkuasa atasnya, Dia juga memiliki kuasa untuk membangkitkan orang mati.
Sebaliknya, tanpa kebangkitan, iman Kristen tidak mungkin muncul. Yang terjadi adalah murid-muridNya hanya akan dijadikan simbol kekalahan dan kehancuran. Mungkin mereka akan mengingat Yesus sebagai guru terkasih mereka, dan penyaliban hanya akan melenyapkan harapan akan mesias. Salib akan kelihatan menyedihkan dan memalukan sebagai akhir dari karir Tuhan Yesus di dunia. Akan tetapi karena Kristus telah bangkit, maka semua usaha untuk menggulingkan iman Kristen tidak ada kuasanya.
Dalam hal ini saudaraku yang kekasih,
Kekristenan mula-mula sangat bergantung kepada kepercayaan murid-muridNya bahwa Tuhan telah membangkitkan Yesus dari kematian. Dan dengan kuasa yang sama inilah, Tuhan menggerakkan Rasul Paulus untuk menuliskan bagian yang kita baca ini.
Kaum muda yang kekasih,
1 Korintus 15 adalah pasal yang terpanjang di dalam Surat Korintus. Di dalamnya termuat 58 ayat yang mengajarkan soal kebangkitan. Dimulai dengan ajaran tentang kebangkitan Kristus, kemudian soal kebangkitan orang-orang percaya dan terakhir masalah kebangkitan tubuh.
Melalui bagian ini saudara, Rasul Paulus mengingatkan kepada jemaat di Korintus supaya dapat berdiri teguh di dalam Injil karena ada yang tidak percaya dengan kebangkitan dari kematian. Ia mengatakan bahwa jikalau tidak ada kebangkitan maka tidak ada Injil dan sia-sialah kepercayaan kita. Dalam hal ini saudara, kematian Yesus merupakan dasar dari keselamatan manusia. Pernyataan "Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci" (ayat 3), memberi penjelasan bahwa jika Kristus tidak mati, maka manusia tidak memiliki keselamatan. Tuhan Yesus mati sebagai kurban pengganti karena dosa kita. Ia mati untuk menebus kita sehingga melalui kematian-Nya kita dapat bersekutu dengan Allah. Hal ini secara nyata menggenapi apa yang telah dinubuatkan Yesaya dalam Yesaya 53:5-12.
Kemudian dikatakan bahwa Yesus yang mati itu “telah dikuburkan” (Ayat 4). Fakta membuktikan saudara, bagaimana mungkin Tuhan Yesus akan dikuburkan jika Ia tidak melalui fase kematian? Justru pernyataan bahwa “Ia telah dikuburkan” mengukuhkan kenyataan tentang kematian-Nya. Disisi yang lain hal ini juga menyatakan bahwa kematianNya bukanlah berita bohong. Sama halnya dengan dengan penguburan Daud membuktikan bahwa ia benar-benar telah mati (Kisah 2:29).
Dengan kata lain saudara,
Tuhan Yesus bukan mati suri dan juga bukan pura-pura mati. Tetapi Tuhan Yesus memang benar-benar mati. Ia tidak akan menjadi tidak mati hanya karena orang tidak percaya bahwa Ia tidak mati. Hal ini mau menjelaskan kepada kita bahkan sekalipun tidak ada yang percaya bahwa Ia telah mati, Faktanya Ia tetap telah mati, dan ini adalah fakta yang otentik. Sebab Yusuf dari Arimatea menyediakan kuburan baru miliknya untuk dijadikan tempat penguburan Tuhan Yesus (Markus 15:46).
Demikian juga pernyataan bahwa “Yesus telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci” (Ayat 4). Secara langsung menggenapi nubuat Tuhan Yesus sendiri akan kebangkitanNya dalam Matius 12:40. Dengan demikian saudara, keraguan orang-orang Korintus akan kebangkitan Kristus pada akhirnya dijawab oleh Paulus dengan memberikan bukti yang meyakinkan bahwa ada banyak orang yang melihat Yesus setelah kebangkitanNya. Antara lain, kepada Kefas (Petrus), kedua belas rasul (Ayat 5), lebih dari lima ratus saudara sekaligus (Ayat 6), Yakobus, kemudian semua rasul (Ayat 7), dan Paulus sendiri (Ayat 8). Mereka semua adalah saksi-saksi dari kebangkitan Kristus.
Dari sini kita pahami, kalau lebih dari dua orang saksi saja sudah menyatakan suatu kebenaran, terlebih lagi dengan kebangkitan Tuhan Yesus yang disaksikan orang banyak orang.
Karena itu, pengalaman Paulus akan kuasa kebangkitan Kristus membawa dia kepada suatu pemahaman tentang hidup yang baru di dalam Tuhan. Hal yang sama pun diingatkan Paulus kepada jemaat di Korintus. Dimana dengan tegas ia mengingatkan kembali akan makna hidup di dalam Kristus. Kecuali jikalau mereka merasa sia-sia menjadi seorang percaya.
Dari sini kita melihat penting sekali bagi kita untuk mengisi kehidupan kita bersama dengan satu pola yang ditetapkan oleh Kristus sendiri, yaitu suatu pola hidup menurut ukuran Firman Tuhan. Kita tunduk kepadanya tanpa rasa ragu-ragu kepada kekuasaan Firman itu. Berpegang teguh pada ajarannya, percaya pada janjiNya, mengindahkan peringatanNya dan menuruti segala perintahNya. Karena dari sinilah kita dapat merasakan anugerah Tuhan dalam hidup kita.
Apa yang dapat kita pelajari dari perikop yang kita baca ini? Melalui bagian ini, saya ingin membagikan 3 rahasia penting yang perlu kita ketahui tentang kebangkitan Kristus yang mengubah kehidupan:

1.  Kita harus belajar tahu diri (ayat 9).
Kaum muda yang kekasih,
Apa yang dikatakan oleh Paulus bukanlah hal yang berlebihan. Ketika ia menatap kehidupannya di belakang, ia mendapati bahwa selama ini, ia telah melakukan hal yang tidak berguna bagi Kristus. Moralitasnya menjadi rapuh karena ia tidak mengerti akan anugerah itu, sehingga dikatakan: “Sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah.”
Untuk itu ia menyatakan kerendahan hatinya dengan perasaan menyesal telah menganiaya jemaat Tuhan. Ia menganggap dirinya yang terkecil/ yang paling hina dan tidak layak untuk disebut sebagai seorang Rasul sekalipun jabatan itu ia dapatkan langsung dari Allah.
Disini kita melihat, bahwa sebenarnya Paulus ingin mengatakan “aku Tuhan, seorang yang tidak berguna itu, sekarang ada menjadi RasulMu, semata-mata itu karena kasih karuniaMu Tuhan.” Paulus menyadari siapa dia di hadapan Tuhan yang kudus, siapa dia di hadapan yang berkuasa. Karena ia tahu diri tentang kondisi hidupnya. Dan kesadaran diri Paulus inilah yang membawanya pada suatu perubahan yang radikal – perubahan yang membuat dia siap dianiaya dan menderita demi Tuhannya.
Ketika Paulus menyadari dirinya yang paling kecil dari semuanya, justru itulah yang membawa dia pada satu kesadaran diri penuh di hadapan Tuhan.
Saudara, ini merupakan satu kesaksian yang paling otentik yang terjadi di dalam diri Paulus tentang kuasa kebangkitan Kristus. Sehingga melalui pengalaman hidupnya inilah membawa dia mampu menyadari bahwa sesungguhnya betapa besar dosanya, jika dibandingkan dengan anugerah Allah yang diterimanya, sehingga ia senantiasa rendah hati.
Kaum muda yang Tuhan Yesus kasihi.
Bukankah seharusnya demikian yang terjadi dalam kehidupan anak-anak Tuhan? Yaitu belajar tahu diri di hadapan Tuhan.
Berapa banyak kaum muda yang menyadari kehidupannya adalah sebuah anugerah Tuhan? Bukankah banyak kita jumpai hal-hal yang tidak penting justru menjadi pengisi kehidupan mereka. Di kota-kota besar, mereka mengisinya dengan dugem (Dunia Gemerlap), mereka terlibat dengan banyak sindikat narkoba, karena pergaulannya, mereka terjebak pada pola hidup seks bebas. Apakah di dalamnya tidak ada anak Tuhan? Justu yang saya takutkan banyak anak-anak Tuhan pun terjebak pada pola hidup yang seperti ini. Mengapa ini semua bisa terjadi? Karena mereka tidak tau diri di hadapan Tuhan.

2. Menyadari bahwa hidup yang baru itu adalah kasih karunia Tuhan (ayat 10).
Rekan-rekan KPR yang kekasih,
Seorang yang tahu diri akan senantiasa mengerti kehidupan yang dijalaninya adalah anugerah Tuhan.
Kita melihat bagaimana Paulus, sekalipun sebagai seorang Rasul yang hebat, tetapi ia menilai dirinya bisa ada sampai saat itu semata-mata karena kemurahan Tuhan. Sebagai seorang yang tadinya tidak percaya akan pribadi dan kuasa Yesus, kini ia yakin bahwa sesungguhnya Yesus telah mati, bangkit dari antara orang mati bagi dia.
“… aku adalah sebagai mana aku ada sekarang” (ayat 10). Dari ayat ini, Paulus ingin mengatakan bahwa “kalau bukan karena kebangkitan-Nya dan Ia menampakkan diri kepadaku, aku tidak akan pernah menjadi seperti apa adanya aku sekarang. Aku menjadi percaya, aku melayani Dia, aku memberitakan Injil sebagai seorang rasul. Aku hidup dalam anugerah-Nya. Jika bukan karena kebangkitan-Nya, aku pasti tetap tidak percaya, tetap hidup sebagai seorang pembunuh orang Kristen, tetap hidup dalam dosa dan kenajisan. Oleh karena Ia bangkit dan menampakkan diri kepadaku, aku mengenal Dia dan mengalami perubahan hidup.” Ini juga menunjukkan bahwa setiap perjumpaan yang sejati dengan Yesus yang hidup pasti mengalami perubahan. Ini adalah tanda orang kristen.
Ia menyadari bahwa keselamatan yang diperolehnya semata-mata karena anugerah Tuhan. Tetapi kasih karunia itu terus bekerja di dalam dia dan melalui dia selama ia melayani Tuhan.
Karena kasih karunia Allah, Paulus telah menjadi sebagaimana ia ada pada waktu ia menulis suratnya kepada orang-orang di Korintus. Sehingga kasih karunia tidak dinyatakan kepadanya tentunya ia masih sebagai penganiaya jemaat Tuhan. Akan tetapi karena Paulus sadar akan kasih karunia Allah yang besar membawa dia kepada satu komitmen yang sungguh dalam melayani dan menjalani hidup barunya.
Dalam surat lain Paulus menasihatkan bahwa keselamatan itu bukanlah hasil jerih payah kita, bukan karena kekuatan kita, akan tetapi semata-mata karena anugerah Tuhan.
Demikian pula dengan kehidupan yang sedang kita jalani, kalau kita dapat melakukan ini dan itu, itupun bukan karena kita mampu, bukan karena kita gagah, tetapi karena Tuhan memberikan kesempatan untuk dapat melakukan-nya. Jadi baik keselamatan maupun kehidupan semua diberikan Tuhan sebagai anugerah buat kita. Inilah konsep yang harus kita pahami sebagai anak-anak Tuhan. Kesadaran penuh atas kedaulatan Tuhan yang Mahakuasa dan hak istimewa Allah dalam mengatur dan menetapkan hidup kita
Mari kita pahami kehidupan kita sebagai bagian dari anugerah Tuhan. Dari sinilah kita dapat menjalani kehidupan yang menyenangkan hati Tuhan.

3. Berusaha menjadi orang yang luar biasa (ayat 10b).
Coba perhatikan kalimat ini: “Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras daripada mereka semua.”
Kita melihat Rasul Paulus, ketika ia memahami anugerah Tuhan dalam hidupnya. Ia bukan hanya menjadi seorang Rasul, tetapi lebih daripada itu ia mempersembahkan hidu dan pelayanannya untuk memenangkan jiwa-jiwa, sebagai bukti kesalehannya di hadapan banyak orang.
Perkataan “bekerja lebih keras” berarti “rela melakukan tugas yang berat, berdaya upaya dan rela menderita.” Disinilah kita melihat, kuasa Allah sanggup bekerja secara luar biasa dalam kehidupan anak Tuhan yang sungguh-sungguh seperti Paulus, sehingga ia bekerja melebihi orang lain. Itu sama artinya Paulus mampu menunjukkan kualitas hidup yag lebih tinggi daripada orang lain. Ia menyatakan kesanggupannya untuk dinilai oleh orang lain. Itulah tekad dari seorang yang mengerti makna kasih karunia Tuhan.
Mungkin kita berpikir, itukan Paulus! Kita kan dipanggil dari orang yang biasa-biasa saja. Betul itu, Paulus justru menganggap diri seorang yang paling kecil, tetapi ia mampu mempersembahkan hidup yang luar biasa bagi Allah. Bukan karena ia kuat, tetapi karena kuasa Allah itulah yang mendorong dia lebih bersemangat.
Pertanyaannya bagi kita, sejauh mana kita menyerahkan kehidupan kita di hadapan Tuhan? Dan sejauh mana kita mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan dalam segala karya kita. Tuhan tidak selalu memanggil kita untuk menjadi Hamba Tuhan secara full timer, tetapi Tuhan memanggil kita dalam segala bentuk kegiatan kita. Itu artinya baik kita yang masih duduk dibangku kuliah, ataupun kita yang tetap bekerja, marilah kita melakukan semuanya itu sebagai satu kesadaran penuh akan persembahan yang terbaik bagi Tuhan. Sehingga melalui pekerjaan itulah orang akan melihat kualitas hidup yang tinggi dan nama Tuhan dipermuliakan.
Kesadaran penuh inilah yang akhirnya memampukan kita untuk mempertanggung-jawabkan kehidupan kita baik dimata Tuhan maupun dimata sesama.
Kaum muda yang terkasih.
Marilah kita belajar dari Firman Tuhan ini. Untuk dapat hidup dalam anugerah Tuhan, memang membutuhkan kesadaran penuh dan perjuangan. Tantangan memang selalu ada dan bahkan mengikuti kehidupan kita, tetapi ingat apa yang dikatakan oleh Firman Tuhan, “tetapi bukanlah aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.” (ayat 10).
Sebagai orang yang mengenal Kristus, kita mengatakan bahwa hidup ini adalah anugerah. Kebangkitan Kristus seharusnya memberikan dampak baru dari kehidupan baru kita. Setiap keadaan kita lihat sebagai anugerah dari Tuhan yang harus disyukuri, itulah yang menjadi kekuatan hati dan jiwa kita. Suka-duka, gagal atau sukses, posisi diatas atau dibawah, dan lain sebagainya, semua adalah anugerah yang memiliki maksud dan tujuan yaitu mendatangkan kebaikan bagi kita dan orang lain di sekeliling kita. 
Tidak ada satu keadaan pun dari hidup kita tanpa tujuan karena Tuhan yang kita sembah itu baik dan Dia tetap setia akan janjiNya. Untuk itu, isilah hidupmu dengan hal-hal yang dapat dipertanggung-jawabkan baik kepada sesama kita, terlebih lagi kepada Tuhan, sehingga nama Tuhan dapat dipermuliakan melalui kehidupan kita. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar