Rabu, 29 April 2015

HANA, WANITA YANG TEGAR HATI

HANA, WANITA
YANG TEGAR HATI
1 Samuel 1:1-28

Kaum ibu yang kekasih,
Hari ini kita akan belajar dari seorang wanita yang sangat luar biasa dalam menghadapi ujian hidup. Berbicara mengenai ujian hidup, pastinya ini merupakan hal yang diijinkan Tuhan terjadi di dalam kehidupan seseorang. Dan hal ini berbeda dengan apa yang dimaksudkan oleh Yakobus 1:13 yang mengatakan: Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: "Pencobaan ini datang dari Allah!" Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun.
Benar saudara, Allah tidak pernah mencobai seseorang. Sebab kata “pencobaan” seringkali dikonotasikan dengan hal-hal yang negative. Jadi kebenarannya adalah Allah tidak pernah merencanakan hal yang negative terhadap anak-anakNya.
Namun adakalanya Allah meng-injinkan anak-anak Tuhan berada dalam keadaan yang menderita. Tetapi itu bukanlah dimaksudkan sebagai suatu pencobaan, melainkan sebagai sebuah ujian untuk semakin bertumbuh dalam iman (Band. Yakobus 1:3-4).
Kaum wanita yang saya kasihi.
Kembali kepada topik kita hari ini, Kita melihat satu pribadi yang bernama Hana. Ia adalah isteri dari Elkana, bin Yeroham bin Elihu bin Tohu bin Zuf, seorang Efraim (ayat 1).
Di katakan saudara bahwa Elkana ini memiliki dua orang isteri, yang satu namanya Hana dan yang satu adalah Penina. Penina memiliki anak, tetapi Hana tidak. Kondisi ini dirasakan sebagai satu hal yang sangat menyedihkan Hana. Terlebih Penina selalu menyakiti hati Hana (Ayat 6). Mungkin setiap hari Penina selalu mengolok-olok Hana karena keadaannya yang mandul. Sehingga Penina merasa diatas angin karena ia memiliki anak-anak dari pernikahannya dengan Elkana.
Kita bisa bayangkan saudara, bagaimana kehidupan keluarga ini. Elkana dengan terang-terangan telah membagi cintanya, kasih sayangnya, perhatiannya, waktunya, tenaganya untuk kedua istrinya. Sekalipun ia berusaha untuk adil, namun sejatinya bisakah ia benar-benar bersikap adil? Pastinya tidak bukan! Saudara, sungguh satu kehidupan yang sulit dan runyam yang dialami oleh keluarga Elkana ini.
Namun demikian Hana tetap belajar untuk sabar, ia berusaha kuat, berusaha tegar menghadapi semuanya itu. Sebagaimana namanya yang berarti “Keanggunan“ atau “Kemurahan hati“. Hana belajar untuk menerima kenyataan.
Namun, masalahnya adalah, Penina yang adalah isteri muda dari Elkana, ia selalu menyusahkan hati Hana. Sikapnya yang seringkali menggoda dan menghina Hana merupakan hal yang merendahkan martabatnya sebagai seorang wanita. Dan itu terjadi bukan hanya satu kali, tetapi dari tahun ke tahun.
Saudara, wanita mana yang mau dimadu seperti ini bukan? Saya rasa setiap kita pastinya menginginkan keutuhan cinta dari pasangan kita. Perhatian yang seratus persen ditujukan bagi pasangannya. Hanya sekarang bagi Hana, nasi sudah menjadi bubur. Lagi pula, ia pun tidak mau melarikan diri dari masalah yang telah diambilnya. Jadi biar bagaimana pun ia harus menelan pil pahit itu setiap hari.
Saudara dikatakan suatu kali, sebagaimana menjadi kebiasaan bagi keluarga ini untuk setiap tahun pergi ke Silo untuk beribadah di Bait Allah. Elkana beserta seluruh keluarganya pergi mempersembahkan korban bagi Tuhan. Jarak antara Rama dan Silo sebenarnya hanya 24 kilometer, namun karena kondisinya yang tidak mengenakkan bagi Hana, dirasakannya perjalanan ke Silo semakin lama semakin jauh dan berat.
Di rumah mungkin Hana bisa saja menemukan cara-cara untuk meng-hindari istri kedua suaminya, tetapi lain halnya ketika di Silo. Di Silo, dimana banyak orang berkumpul untuk mempersembahkan korban, Hana sepertinya tidak menemukan cara untuk mengelak dari cemoohan wanita itu.
Sekalipun Elkana berusaha untuk menghiburnya, ia meyakinkan bahwa dirinya lebih berharga dari sepuluh anaknya laki-laki, namun hal itu tidak membuat Hana menjadi tenang.
Saudara, sepertinya Elkana tidak peka terhadap perasaan isterinya. Mungkin, pikirnya dengan menjalani kehidupan dua isteri dalam satu rumah tidak akan membawa masalah yang begitu rumit? Tetapi itulah laki-laki, terkadang karena terlalu mengandalkan logika dibandingkan dengan perasaan, menyebabkan dia tidak memahami apa yang dirasakan pasangannya.
Kaum ibu yang kekasih,
Dikatakan Hana berdiri diruang Bait Suci, hatinya sedih karena keadaan yang dialaminya. Dalam kesedihannya ia berdoa sambil menangis tersedu-sedu. Sementara imam Eli duduk di kursi dekat tiang pintu Bait Suci Tuhan, matanya tidak berhenti memperhatikan apa yang dilakukan oleh Hana. (ayat 9).
Saudara, memang tidak ada ajaran yang menyalahkan kita untuk berdoa sambil menangis, jika itu muncul dari hati nurani kita yang terdalam. Hal yang demikian memang sah-sah saja di mata Tuhan. Namun tidak berarti juga bahwa setiap doa harus disampaikan dengan cara menangis.
Dalam kasus yang dialami leh Hana, kita melihat saudara, kenyataannya Hana berdoa sambil menangis karena ia sedang membawa kepedihan hatinya kepada Tuhan. Bibirnya bergerak-gerak tanpa mengeluarkan suara apapun saat hatinya menumpahkan dukacitanya kepada Allah. Sekalipun kita tahu doanya tetap di catat dalam Alkitab. Dalam ayat 11 kita mengetahui apa yang Hana doakan kepada Tuhan. Dikatakan: “Tuhan semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memper-hatikan sengsara hamba-mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada Tuhan untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepadalanya” (ay. 11).
Saudara, apa yang diutarakan oleh Hana sebagai pengaduannya kepada Tuhan, menyiratkan suatu pergumulan yang sangat berat yang dialami oleh Hana yang mandul ini. Sekalipun dalam ayat 5 kita melihat bahwa kemandulannya, karena diijinkan Tuhan terjadi. Kemandulan Hana disebutkan sebagai tindakan langsung dari Allah. Tuhan tidak memberi memberi anak-anak kepada Hana supaya mempersiapkan dia bagi kelahiran puteranya, Samuel.
Dengan cara yang sama, Allah kadang-kadang membuat kita mengalami kekecewaan atau menuntun kita ke dalam situasi dimana kita merasa tidak mampu atau rendah diri supaya dapat melaksanakan kehendakNya dalam kehidupan kita.
Saudara,
Bagaimana dengan kita, apakah kita akan tetap sabar dalam menghadapi pergumulan hidup seperti Hana? Hari ini kita akan belajar 2 hal penting bagaimana rahasia Hana bisa tegar dalam menghadapi persoalan hidupnya:

1.  Hana Bertekun dalam doa (Ayat 10-12)
Ibu-ibu yang kekasih,
Ketekunan dalam hal berdoa memampukan kita menjadi seorang yang kuat dan sabar dalam menghadapi persoalan hidup. Seringkali seseorang menjadi tidak sabaran dalam menghadapi persalan hidup karena salah satunya kita kurang bertekun dalam doa.
Sebagaimana Hana saudara, kita pun harus bertindak membawa kepedihan kita langsung kepada Tuhan dan bertekun menantikan Allah bekerja. Sebab sebagaimana firman Tuhan berkata “kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Roma 8:28).
Saudara, Hana sadar bahwa tidak ada hal yang salah dari penyataan Tuhan atas dirinya. Artinya rancangan Tuhan atas dirinya bukanlah suatu kesalahan. Karena itu kehidupan berpoligami yang dilakukan suaminya, tidak dilihatnya sebagai biang masalah yang menyudutkannya.
Memang ia belum dikarunia anak dan ini menjadi persoalan baginya. Sebagai seorang perempuan, pastinya ia membutuhkan penerimaan secara utuh dari suami dan juga masyarakat. Namun ia ingin belajar menerima kenyataan.
Kesulitan-kesulitan yang dihadapi Hana karena ulah Penina, justru membuat Hana sadar bahwa ia membutuhkan pertolongan Tuhan. Ia tidak putus asa karena kondisinya yang semakin sulit. Justru kesulitan yang dihadapi Hana, memacu dia untuk terus bertumbuh menjadi seorang wanita yang lebih matang, dewasa, dan beriman di dalam Tuhan. Karenanya ia semakin tekun dalam doa, bahkan doa yang keluar dari hati yang paling dalam. (ay.10). Luar biasa bukan?
Saudara, bagaimana dengan kita?
Mungkin kita tidak mengalami kasus yang sama seperti Hana tapi mungkin ada pergumulan yang terus-menerus kita hadapi dalam hidup kita, Mari kita bawa pergumulan kita itu kepada Tuhan, dan percaya bahwa Tuhan sanggup menolong kita.
Ibu-ibu yang kekasih,

2. Kesabaran Hana Membuka Jalan Tuhan.
Kaum ibu yang kekasih,
Dalam doa-doanya, Hana terus belajar tetap sabar. Bukan saja sabar dalam menghadapi badai hidup, tetapi juga Hana sabar dalam menantikan jawaban doa-doanya. Hingga pada akhirnya Tuhan membuat semuanya indah pada waktunya. Apa yang Hana telah lakukan dalam kehidupannya akhirnya semuanya membuahkan hasil yang luar biasa. Pada saat di Silo banyak orang yang datang untuk memperingati hari raya, mereka makan dan minum bersama.
Disaat yang bersamaan Imam Eli melihat bahwa ada seorang wanita berdiri menghadap Allah. Tidak ada kata-kata yang bisa didengarnya, hanya gerakan bibir yang turun naik yang dilihat imam Eli.
Saudara, melihat kejadian ini, imam Eli pun menjadi heran mengapa bibir wanita itu sepertinya bergerak-gerak namun, tidak ada satu kata pun yang terdengar. Jangan-jangan ia sedang mabuk, pikir Imam Eli.
Dengan keberanian yang dimilikinya kemudian imam Eli mendekati Hana dan menegurnya: “Berapa lama lagi engkau berlaku sebagai orang mabuk? Lepaskanlah dirimu dari pada mabukmu. Tetapi  Hana menjawab, “Bukan tuanku, aku seorang perempuan yang sangat bersusah hati; anggur atapun minuman yang memabukkan tidak kuminum, melainkan aku mencurahkan isi hatiku di hadapan Tuhan. Janganlah anggap hambamu ini seorang perempuan dursila; sebab karena besarnya cemas dan sakit hati aku berbicara demikian lama.” (ayat 14-16).
Saudara, puas dengan penjelasan Hana kemudian Imam Eli pun memberkatinya dan berkata “Pergilah dengan selamat, dan Allah Israel akan memberikan kepadamu apa yang engkau minta dari padaNya” (ay. 17).
Kaum ibu yang kekasih.
Kita lihat, apa yang dialami Hana, pada akhirnya membuahkan hasil. Allah bekerja menyatakan mujizatNya. Hal ini mengajarkan satu hal kepada kita bahwa, “apa yang ditutup Tuhan pada akhirnya bisa dibukaNya.” Kita tahu, Allah memang menyatakan rencanaNya untuk menutup buah kandungan Hana, namun, Allah pun menyaksikan kesabaran dan ketekunan Hana hingga pada akhirnya mendorong Tuhan untuk membuka kembali buah kandungan Hana.
Hingga tepat setahun kemudian, Tuhan menyatakan janjiNya. Kini Hana mengandung seorang anak laki-laki dan diberinya nama Samuel. Sebab “Aku telah memintanya daripada Tuhan” kata Hana (ayat 20).
Saudara,
Bisa kita bayangkan jika Hana tidak sabaran dan mengambil jalan pintas. Mungkin dia tidak akan melihat masa depan yang telah direncanakan Tuhan baginya. Mungkin dia pun tidak akan menyaksikan anaknya menjadi alat Tuhan yang luar biasa.
Tetapi syukur, Hana tidak mengambil jalan pintas. Dia lebih memilih menyerahkan segala pergumulannya kepada Tuhan. Dan dia pun bisa melihat campur tangan Tuhan yang luas biasa ini. Sungguh kemenangan yang luar biasa bukan?
Kita melihat saudara bahwa Janji Tuhan memang Ya dan Amin, Janji Tuhan selalu datang tepat pada waktunya. Tepat waktu bukan berdasarkan perkiraan diri kita, tetapi tepat waktu dilihat dari waktu Tuhan. Dan waktu Tuhan itu harus dilihat sebagai sebuah waktu yang membawa kemenangan.
Hana begitu sayang sama anaknya dan setiap tahun kalau dia ke Silo Hana membuatkan Samuel jubah kecil. Dan bukan hanya itu saja, sukacita Hana semakin bertambah, takala Hana mengandung lagi dan melahirkan 3 anak laki-laki dan 2 anak perempuan.
Kita melihat saudara, buah kesabaran Hana di dalam berdoa memperlihatkan kepada kita bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Apa yang tidak mungkin bagi manusia tetapi bagi Allah segalanya adalah mungkin, jika hal itu bisa mendatangkan kemuliaan Tuhan.
Bagaimana dengan ibu-ibu, adakah ibu-ibu mau belajar untuk bertekun dalam doa dan sabar dalam menantikan jawaban Tuhan.
Ingatlah hukum tabur tuai. Bagi saya hukum ini juga berlaku dalam doa. Artinya jika kita menabur doa yang tekun maka kita pun akan menuai hasil dari doa-doa yang kita panjatkan. Tetapi jika kita menabur kemasalan untuk berdoa, maka kita pun akan menuai hasil dari kemalasan kita.
Karena itu bawalah dalam doa setiap pergumulan yang kita hadapi kepada Tuhan. Sampaikanlah dengan tidak putus-putusnya setiap doa kita kepadaNya, maka Allah pasti akan menolong kehidupan kita.
Sebab firman Tuhan berkata dalam Yesaya  59:1 “Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar;” Hanya masalahnya sudahkah kita belajar untuk menyerahkan segala pergumulan kita kepadaNya atau belum. Kiranya firman Tuhan ini dapat menjadi berkat bagi kita. Amin.

13 komentar:

  1. Amin...firman dan renungan ini sangat membantu meneguhkan imanku

    BalasHapus
  2. Luarbiasa Sanagat memberkati....

    BalasHapus
  3. Terima kasih dengan renungan ini, sangat memberkati.

    BalasHapus
  4. Puji Tuhan Terberkati dgn Firman Tuhan ini

    BalasHapus
  5. Terimakasih buat renungan yang sangat menguatkan dan sangat memberkati

    BalasHapus