Jumat, 08 April 2016

KASIH ITU MURAH HATI

KASIH ITU MURAH HATI
(1 Korintus 13: 3-4)


Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih
Ilustrasi:
Ada sepasang suami istri yang lagi berlibur ke Penang, Malaysia. Mereka sangat kagum melihat transportasi yang tertata rapi di sana. Tidak sulit sama sekali untuk pergi kemana-mana dengan menggunakan Bus yang biayanya sangat murah.
Singkat cerita pada suatu kali di malam hari Bus yang mereka naiki penuh sesak. Tapi sepasang suami istri ini masih sempat memperoleh tempat duduk sebelum Bus menjadi penuh dengan masuknya banyak penumpang lain.
Diantara penumpang itu terdapat seorang nenek tua yang jalannya tertatih-tatih. Ia tampaknya sendirian saja memasuki Bus. Karena penuh ia pun bersiap-siap untuk berpegangan saja. Kemudian sepasang suami istri ini berdiri dan mempersilahkan nenek tua ini duduk. Nenek tua ini sangat senang dan berkali-kali mengucapkan terima kasih. “Jarang sekali ada yang peduli kepada orang tua seperti saya“
Saudara tahukah kalau perjalanan dari pasangan ini ternyata masih lumayan jauh. Apalagi mereka harus menenteng tas ransel berat dan banyak barang bawaan. Otomatis pasangan ini pastilah akan merasa kelelahan. Namun ternyata mereka tetap merasa sukacita bukan supaya dikatakan bahwa mereka seperti superhero alias sebagai pahlawan, atau sok baik, sok hebat. Tidak ada pikiran seperti itu terbersit dalam benak mereka.
Sebaliknya yang ada di benak mereka adalah bahwa apa yang mereka lakukan hanyalah sebagian kecil dari kewajiban yang sudah seharusnya dilakukan oleh anak-anak Tuhan.
Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih
Hari ini, kita belajar satu aspek dalam kasih, yaitu murah hati. Untuk mengerti akan hal ini, mari kita terlebih dahulu mempelajari latar belakang penulisan Surat Paulus yang pertama kepada Jemaat di Korintus ini. Saudara, surat ini merupakan salah satu dari ketiga surat yaitu 1 & 2 korintus serta Roma yang menempati posisi sentral dalam bagian PB. Surat 1 Korintus 13 adalah salah satu perikop yang paling terkenal dari seluruh kitab suci, karena di dalamnya Rasul Paulus memberikan suatu penjelasan yang luar biasa mengenai karakter kasih Ilahi.
Paulus memulai dengan menunjukkan pentingnya kasih, dengan menuliskan bahwa “sekalipun kita memiliki semua jenis karunia, kemampuan, dan prestasi tetapi jika tidak memiliki kasih, kita sama sekali tidak berguna” (ay. 1-3).
Mengapa kasih? Karena kasih adalah hal yang mudah untuk dibicarakan, tetapi sulit untuk dipraktekkan. Kasih seringkali banyak digembar-gemborkan orang, namun dalam realitasnya begitu banyak manusia-manusia justru hidup dalam keegoisan.
Minggu-minggu sebelumnya, kita diajar, bagaimana aspek kasih itu harus mengandung unsur kesabaran. Dan hari ini sebagaimana tema kita, kasih itu harus juga mengandung unsur murah hati.
Mari kita perhatikan kembali ayat 4, yang mengatakan: “kasih itu sabar dan murah hati”, atau, dalam rumusan terjemahan yang lebih tradisional, “kasih itu panjang sabar dan bermurah hati”.    
Bapak, ibu, sdr. I yang terkasih
Murah hati dalam Bahasa Yunani yaitu Eleemon artinya “bermurah hati”, orang yang bertindak menyatakan keluar sikap murah hati, orang yang selalu aktif melakukan kebaikan kepada orang lain. Dari kata ini terkandung tiga pengertian:
(1) Simpati (sun = bersama; paskhein = mengalami, menderita), artinya kesediaan untuk berbagi rasa bersama orang lain yang tengah menanggung penderitaan dan kesusahan (bnd. Roma 12:15).
(2) Empati, kesediaan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain; sebelum bicara atau bertindak terhadap orang lain, tanyakan dulu pada diri sendiri kalau saya jadi orang lain itu, bagaimana (bnd. Lukas 6:31).
(3) Pengampunan, kesediaan untuk menerima dan memaafkan tindakan orang lain yang menyakiti dan memulai lagi dalam sebuah relasi yang baru tanpa dibayangi luka batin. Menutup lembaran lama, membuka lembaran baru.
Sedangkan menurut Kamus besar Bahasa Indonesia adalah suka (mudah) memberi, tidak pelit; penyayang dan pengasih: suka menolong; baik hati; sifat kasih dan sayang; kedermawanan.
Karena itu bapak/ Ibu yang kekasih
Murah hati selalu berkaitan dengan sikap memberi; memberi waktu, tenaga, materi, hati, dsb. Tapi tidak semua sikap memberi berangkat dari kemurahan hati. Karena dibalik sebuah pemberian bisa terkandung banyak motifasi.
Orang yang murah hati tidak kasar, tidak keras, tidak kejam. Melainkan mereka memiliki hati yang dermawan. Ia tidak pelit saudara, melainkan dengan rela hati ia akan menolong sesamanya. Dalam Galatia 6:2 Firman Tuhan mengajarkan kepada kita: “Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.” Dalam kaitannya dengan seorang yang murah hati Saudara, mereka akan peka dan lembut terhadap orang lain sehingga dengan tulus hati ia siap untuk menolong yang lain. Orang yang murah hati biasanya diwarnai dengan perilakunya yang penyayang dan pengasih.
Sifat itulah yang “menggerakan“ hatinya untuk memberi sebagai wujud kasihnya kepada sesama. Ketika seseorang menjadi murah hati, maka disadari atau tidak, sesungguhnya ada kesadaran dari dalam hatinya bahwa masih ada orang lain yang tidak seberuntung dirinya walaupun mungkin dirinya sendiri tidaklah penuh harta atau kekayaan. Sekaligus hal tersebut menjadi pertanda orang tersebut menghargai sesamanya sebagai pihak yang layak untuk menerima kemurahan hati darinya. Inilah wujud belas kasihan yang terpancar dari kemurahan hati.
Kata kemurahan hati juga menunjukkan bahwa kemurahan tidaklah pernah tergantung dari berapa jumlah harta yang kita miliki. Ketika kemurahan mewarnai sikap hati kita, kita akan rela memberi dengan sukacita tanpa peduli apapun keadaan kita saat ini.
Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih
Yesus Kristus mengajarkan kepada kita bahwa hendaklah umat kristiani senantiasa bermurah hati karena Allah adalah murah hati (Lukas 6:36).
Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih
Dalam Lukas 10:25-37 ketika ahli Taurat mencobai Yesus bertanya tentang siapakah sesamaku. Lalu Yesus mengambil perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati. Ada seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia lalu dirampok bahkan dipukul setelah itu mereka meninggalkannya setengah mati. Kemudian lewat seorang Imam tapi hanya melihat, kemudian datang seorang Lewi itupun hanya melihat tanpa melakukan pertolongan dan lewatlah seorang Samaria ketika dia melihat orang yang terluka itu dia bermurah hati menolong orang tersebut.
Singkat cerita dia membawa orang tersebut yang terluka itu ke tempat penginapan lalu keesokkan harinya karena dia ingin melanjutkan perjalanan dia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan dan berpesan bahwa jika ada yang kau belanjakan lebih dari itu aku akan mengembalikannya ketika aku kembali.
Pertanyaannya ada hubungan apakah orang yang terluka dan orang yang berbaik hati mau menolong sama sekali tidak ada hubungan keluarga, atau kenalan, sahabat atau kerabat tetapi karena orang itu mau menolong, peduli terhadap sesamanya sehingga diapun mau melakukan semua itu tampa terpaksa atau hitung-hitungan.
Bapak, ibu, sdr.i
Mungkin jaman sekarang sulit untuk kita mendapatkan orang yang mau bermurah hatinya kepada sesamanya. Yang ada orang itu bermurah hati dengan motifasi supaya dia dipuji.
Namun coba perhatikan apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus dalam ucapan bahagia (Matius 5:7) Tuhan Yesus berkata: “berbahagialah orang yang murah hatinya karena mereka akan beroleh kemurahan.” Ini merupakan implikasi dari seseorang yang punya kemurahan hati. Dimana ia akan selalu diberikan kebahagiaan karena ada janji berkat yang Allah sediakan bagi seseorang yang memiliki kemurahan hati, dimana Allah akan memberikan kemurahanNya pada saat penghakiman nanti.
Karena itu, apa yang telah kita terima sebagai pemberian dari Allah tak seharusnya membuat kita menjadi egois, anti sosial, ataupun menikmatinya untuk kepentingan diri sendiri. Yang Allah kehendaki adalah kita mau hidup berbagi secara sukarela bukan oleh karena dipaksaakan tetapi melakukan dengan rela hati.  
Karena itu Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih
Kemurahan hati merupakan salah satu sikap yang seharusnya memenuhi kehidupan orang-orang percaya tanpa terkecuali dan tanpa terkait dengan situasi atau kondisi apapun. Tetapi kemurahan hati tidak sama dengan bersikap murahan. Melainkan kemurahan hati adalah kualitas hidup anak-anak Tuhan.
Namun yang mesti kita ketahui adalah, kemurahan hati itu tidak selalu harus berbentuk materi atau benda, tapi kemurahan hati juga bisa diwujudkan dalam hal-hal kecil yang kita lakukan sebagai perwujudan kasih kepada orang lain. Satu misal, perhatian kita, kepedulian kita terhadap kebutuhan sesama kita, dll.
Disini jelas bahwa murah hati merupakan bagian dari perwujudan kasih yang bisa nyata dirasakan oleh orang lain, dan merupakan salah satu hal yang bisa menunjukkan sejauh mana kita mengaplikasikan kasih Surgawi dan memuliakan Bapa di dalam segala sesuatu yang kita lakukan dalam kehidupan kita.
Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih
Ada sebuah cuplikan yang merupakan Kisah nyata dari penarik becak tua ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Keikhlasan hati membantu orang lain tidak hanya bisa didapat saat kita sudah bergelimang harta. Bahkan dalam keadaan miskin sekalipun, kita bisa berbagi dan  membantu orang yang lebih membutuhkan.
Nama pria tua ini adalah Bai Fang Li, dia adalah seorang tukang becak yang tinggal di Tianjin, China. Usianya tidak lagi muda, setiap hari dia menarik becak di kotanya. Pekerjaannya tidak menghasilkan banyak uang, bahkan Bai Fang Li termasuk dalam keluarga miskin yang tinggal di gubuk sederhana. Pakaian yang digunakan sangat lusuh, untuk makanpun, Bai Fang Li harus mencari makanan sisa di tempat sampah. Tapi tahukah Anda, penarik becak yang miskin ini telah menyumbang lebih dari $ 53.000 atau sekitar Rp 500 juta untuk anak-anak miskin.
Dengan demikian bapak, ibu
Mengapa kita mesti memiliki kemurahan hati? Karena pada dasarnya Allah kita adalah Allah yang murah hati. Kemurahan hati Allah tidak dipengaruhi oleh kondisi dan situasi. Maksudnya meskipun umatNya tidak setia namun Allah tetap setia. Kesetiaan Allah tidak dikondisikan pada umat yang setia atau tidak setia. Kesetiaan Allah yang murah hati lahir dari hakekat Allah yang memang setia. Tuhan Yesus memuji orang yang murah hati. “Berbahagialah orang yang murah hati karena mereka akan beroleh kemurahan” (Matius 5:7). Tuhan sendiri murah hati terhadap kita umatNya (Matius 20:15). Maka Tuhan Yesus berharap: “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati” (Lukas 6:36). Kasih dan kemurahan hati adalah satu.
Dengan demikian, kita yang telah menjadi anak-anakNya hendaknya kita pun mampu mencerminkan kemurahan hati kita dalam berbagai aspek kehidupan kita. Ini bukan satu pilihan dalam kehidupan kita. Akan tetapi ini menjadi bagian terpenting dalam unsur kasih yang telah kita terima dari Bapa. 
Pertanyaannya yang penting bagi kita, maukah kita dipakai Allah untuk selalu bermurah hati dalam kehidupan kita? jika iya, dimulailah dari sekarang. Mulailah kita nyatakan dalam kehidupan keluarga kita, mulailah dari gereja kita. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar