Kamis, 30 April 2015

GAMBARAN ANUGERAH ALLAH

GAMBARAN ANUGERAH ALLAH
Yohanes 8:1-11

Bapak/ ibu yang kekasih,
Menurut bapak/ ibu, mujizat terbesar apakah yang Allah masih kerjakan sampai saat ini? Pertanyaan ini mungkin, bisa menimbulkan banyak jawaban yang berbeda-beda. Tetapi bagi saya, mujizat terbesar yang masih Allah kerjakan hingga saat ini adalah anugerah keselamatan yang dinyatakan bagi orang-orang berdosa.
Saudara kita tahu, bahwa keselamatan adalah karya besar Allah atas dunia yang telah Allah rencanakan sejak kekekalan, hingga saat ini akan digenapi sampai pada masa yang akan datang. Melalui anugerahNya, Allah terus bekerja hingga hari ini, untuk mencari dan menyelamatkan manusia berdosa yang sepatutnya dihukum.
Karena itu saudara, melalui perikop yang kita baca kali ini, saya ingin mengajak kita semua kembali melihat, betapa besar anugerah Allah yang telah dinyatakan bagi orang-orang berdosa seperti kita. Saya ingin agar kita semua dapat semakin mensyukuri dan menghargai anugerah Allah itu dengan hidup lebih bertanggung jawab.
Pertanyaanya saudara, bagaimana wujud anugerah Allah itu dinyatakan atas orang-orang berdosa? Dalam perikop ini, sedikitnya kita dapat melihat tiga wujud dari anugerah Allah itu:

1.  Anugerah Allah menyingkapkan Akan Dosa (ayat 6-9).
Saudaraku yang kekasih, mengapa menyingkapkan dosa adalah wujud dari anugerah Allah? Karena setiap manusia di dunia ini adalah orang-orang berdosa. Masalahnya adalah, rupanya tidak semua orang menyadarinya atau mau mengaku bahwa diri mereka adalah orang-orang berdosa. Padahal, dosa membawa manusia pada kebinasaan kekal dalam penghukuman murka Allah.
Oleh sebab itu kalau Allah masih berkenan berbicara untuk menying-kapkan dan menyadarkan dosa manusia, itu berarti sebuah anugerah. Karena manusia sendiri dalam kebutaan hatinya oleh dosa tidak mampu melakukannya.
Saudara, dalam perikop ini diceritakan bahwa ketika Tuhan Yesus sedang mengajar orang banyak di Bait Allah, tiba-tiba datanglah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menyela Dia. Mereka menghadapkan kepada Tuhan Yesus seorang wanita yang menurut pengakuan mereka, kedapatan sedang melakukan perzinahan.
Saudara, dalam Hukum Taurat memang dijelaskan bahwa orang yang kedapatan berbuat perzinahan, keduanya harus dihukum mati (Ulangan 22:23-24).
Dan kasus yang diangkat oleh orang-orang Farisi dan ahli Taurat bukanlah kasus yang terjadi pada wanita yang pekerjaannya sebagai PSK. Tetapi kisah ini terjadi pada seorang wanita yang telah bertunangan namun mereka kedapatan melakukan perzinahan sebelum mereka resmi menikah.
Yang janggal dari kasus ini saudara, orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat hanya membawa perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Lagi pula niat mereka bukanlah murni memperhadapkan sebuah kasus, kedatangan mereka semata-mata adalah untuk mencobai Tuhan Yesus, supaya melalui kasus yang dibuat ini, mereka dapat menyalahkan Tuhan. (Ayat 6).
Kita lihat saudara, kehadiran mereka saat membawa kasus ini, penuh dengan kejahatan. Mereka datang dalam kemarahan. Mereka juga datang dengan sikap yang tidak hormat, tidak lagi sebagaimana seorang murid yang meminta pertimbangan terhadap gurunya. Yang jelas, inilah jebakan yang dipakai oleh orang-orang Farisi dan ahli Taurat terhadap Tuhan Yesus.
Saudara, dalam Injil Yohanes kita bisa melihat sebenarnya sudah tiga kali orang-orang Yahudi berusaha mempertentangkan pelayanan Tuhan Yesus dengan pengajaran Musa:
-        Saat Tuhan Yesus menjelaskan kuasa pekerjaan yang dilakukanNya (Yohanes 5:39-47)
-        Saat Tuhan Yesus menjelaskan sumber mana sorgawi, yaitu Bapa sorgawi (Yohanes 6:32-40)
-        Saat Tuhan Yesus berbicara mengenai air sumber hidup (Yohanes 7:37-44).
Dan sekarang, mereka tampaknya mendapatkan kesempatan yang paling baik, yaitu saat mereka mempersoalkan tentang hukum perzinahan.
Jika Tuhan Yesus berkata, “Ya, bahwa perempuan itu harus dilempari batu!” berarti Tuhan tidak hanya kehilangan julukanNya sebagai “sahabat pemungut cukai dan orang berdosa”, Dan pasti orang-orang akan segera meninggalkan Dia dan tidak akan pernah menerima pemberitaanNya tentang pengampunan yang penuh belas kasih itu.
Akan tetapi jika Ia berkata: “Tidak, bahwa perempuan itu tidak boleh dilempari batu!” maka pastinya Tuhan Yesus akan dianggap telah melanggar Hukum Taurat dan dengan segera orang banyak akan menangkapNya.
Namun demikian saudara, hal yang menarik terlihat disini bagaimana sikap Tuhan Yesus menanggapi masalah ini. Tuhan Yesus sepertinya tidak terpancing untuk segera merespon kasus yang sedang terjadi di hadapanNya, melainkan Ia segera membungkuk dan menulis dengan jarinya ke tanah. Dia tidak melakukan satu pun dari kedua kemungkinan yang dipikirkan manusia, justru Dia mengalihkan tantangan itu terhadap orang-orang yang mau menjebakNya.
Bapak/ ibu yang kekasih,
Kita memang tidak mengetahui apa yang dituliskan Tuhan Yesus di atas tanah. Tetapi sikap Tuhan Yesus yang diam dan seolah tidak peduli itu, disangka mereka bahwa usaha untuk menjerat Yesus akan segera berhasil.
Namun saudara, jawaban Yesus pada akhirnya membungkamkan orang-orang munafik itu. Jawaban Yesus sama sekali bukan jawaban yang mereka harapkan. Jawaban Tuhan tidak membenarkan perbuatan perempuan itu dan sekaligus juga tidak menghina Hukum Allah.
Sebaliknya jawaban Tuhan Yesus menyatakan bahwa hukum Allah itu suci dan adil adanya. Dia berkata: “Barangsiapa diantara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” (ayat 7).
Disini kita melihat saudara, bahwa sepertinya Tuhan Yesus membiarkan soal itu dalam hati nurani mereka. Ia mengubah kaidah hukum menjadi kaidah moral. Perkataan Yesus menembus hati mereka begitu dalam dan menelanjangi segala perbuatan dosa mereka. Frase “tidak berdosa” disini memang bukan hanya berarti tidak melakukan perbuatan dosa seperti perempuan itu, melainkan tanpa dosa apapun bahkan tanpa keinginan untuk berbuat dosa.
Justru dengan perkataan itu Tuhan Yesus ingin menyadarkan bahwa tidak ada seorang pun yang tidak berdosa. Dan tidak ada satu orang pun yang layak untuk menghakimi. Hanya ada satu pribadi yang tidak berdosa, Dialah Anak Allah yang mahatinggi.
Saudara kita lihat, perkataan Tuhan Yesus pada akhirnya justru menegor esensi dari masalah setiap manusia. Perkataan Tuhan Yesus merupakan kemenangan yang telak, atas moralitas manusia yang telah rusak.
Awalnya mereka datang dalam perasaan yang menganggap diri benar dan berhak menjadi penegak hukum, tetapi sekarang bayangan dosa mereka menari-nari dipelupuk mata mereka sendiri. Dengan pernyataan ini, Tuhan Yesus ingin mengajarkan satu hal, bahwa seharusnya mereka malu, karena mereka pun adalah orang berdosa.
Dengan demikian layakkah mereka saling menghakimi? Layakkah mereka menyebut perempuan itu seorang berdosa dan berhak menghukum dia? Masih beranikah mereka melemparkan batu kepada perempuan itu?
Dalam keheningan siang itu, Tuhan Yesus menyaksikan suara hati manusia mulai berbicara. Seorang demi seorang dari mereka pun pergi meninggalkan Tuhan dan perempuan itu. Dikatakan: Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya” (ay 9).
Saudara, kepergian para pendakwa mulai dari yang paling tua hingga yang seterusnya mempertajam maksud dari cerita ini, bahwa semua manusia telah berdosa. Semua manusia telah kehilangan kemuliaan Allah. (Band. Roma 3:23). Semua manusia - tidak ada satu pun yang berhak untuk menghakimi sesamanya (Band. Matius 7:1).
Tuhan Yesus adalah Allah yang maha tahu. Ia sanggup melihat sampai ke dasar hati seseorang. Karenanya Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi di hadapanNya. MataNya yang suci itu sanggup meneropong jauh ke dasar hati dan menembus tembok pertahanan yang dibangun manusia.
Karenanya Tidak ada seorang pun manusia berdosa yang bertahan berdiri di hadapan Allah yang kudus. Oleh sebab itu, hanya orang yang bersih tangan dan hatinya yang boleh berdiri di hadapan Allah (Mazmur 24:3-4).
Saudara, untuk itulah Tuhan Yesus hadir. Dengan firmanNya, Ia menerangi hati manusia yang kelam pekat oleh dosa. Setiap kita yang hadir disini tidak terkecuali adalah orang-orang berdosa yang telah menerima anugerah Allah.
Allah memang tidak jemu-jemu berfirman untuk menyadarkan kita akan segala dosa-dosa kita. Namun sikap kita seringkali justru marah ketika firman itu menegur kita, kita menjadi sakit hati dan menolaknya, kita berlagak tidak mau tahu atas semua teguran yang dibuat Tuhan. Atau bahkan kita sepertinya telah pandai menutup rapat dosa kita dbalik segala kesalehan semu kita, namun dengan mudah membongkar dosa orang lain. Saudara, inilah hidup yang dikehendaki Tuhan?
Semakin lama kita mengiring Tuhan, semakin banyak firman Tuhan yang sudah kita terima. Seharusnya ini membuat kita makin peka dengan dosa, bukan semakin mengeraskan hati dan semakin kompromi.
Karena itu Bersyukurlah bila Allah masih mau menegur kita. Itu berarti anugerahNya masih berlaku bagi kita. Jangan kita marah dan mengeraskan hati, melainkan biarlah kita merendahkan diri untuk memohon pengampunanNya.

2.  Anugerah Allah Memberi Pengampunan (ayat 10-11).
Saudara, terlepas dari apakah motif ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi dalam mendakwa perempuan itu, entahkah dia dijebak atau diperalat, tetapi perempuan itu telah kedapan sedang berbuat zinah. Dia telah tertangkap dan tidak mungkin lolos dari tangan para pendakwa kejam itu. Saudara, dalam hukum Yahudi, perzinahan adalah kejahatan yang sangat serius. Dosa ini dapat disamakan dengan dosa penyembahan berhala dan membunuh, yaitu ketiga macam dosa terbesar yang dapat dikenal hukuman mati.
Saudara, kita bisa membayangkan apa yang dirasakan oleh perempuan yang malang itu. Rasa bingung, rasa malu, rasa kesal dan rasa takut bercampur menjadi satu. Ia memandang kesekelilingnya, semua orang mengacungkan tangan melawan dia. Tidak ada orang yang dapat membela dia. Tidak ada harapan dan jalan keluar bagi dia untuk menyelamatkan diri. Ia hanya bisa menerima nasibnya dengan pasrah tanpa daya.
Apalagi kini dia dihadapkan pada seorang yang mungkin asing baginya. Berbagai pertanyaan mungkin juga muncul dibenaknya, “siapakah Lelaki itu? Apa yang akan diperbuatNya atasku? Dapatkah Dia menolong aku atau apakah Dia justru lebih kejam dari mereka ini?” Namun perkataan yang diucapkan Tuhan Yesus kepada para penuduh itu, segera membuat dia tahu bahwa Lelaki asing itu tidak sama dengan penuduh yang lain. Perkataan-Nya begitu berwibawa, mampu membungkam mulut yang congkak yang sejak tadi berteriak-teriak mengolok-olok dia. Bahkan semua orang dengan diam-diam pergi dari hadapannya. Saudara, pada saat semua orang pergi, dan Yesus juga sedang membungkuk menulis di tanah, itulah kesempatan bagi dia untuk lari dan menyelamatkan diri. Tetapi hal itu tidak diperbuatnya.
Perempuan itu sadar dengan siapa dia sedang berhadapan. Lelaki itu lebih berkuasa dari para pendakwanya. Dan tetap dalam kepasrahannya dia berdiri di hadapan Yesus, menanti apa yang akan Yesus perbuat baginya.
Saudara, wanita itu layak dihukum mati dan Yesus yang tanpa dosa itu layak melemparkan batu yang pertama kalinya kepadanya. Tetapi yang Yesus berikan kepada perempuan itu bukanlah hukuman yang selayaknya ia terima, melainkan anugerah yang memberikan dia pengampunan atas dosa-dosanya.
Pengampunan yang diterimanya bukan hanya mengenai dosa perzinahan yang telah ia lakukan tetapi atas semua dosa yang telah dia perbuat. Pertanyaan yang muncul berikut adalah, “Semudah itukah, apakah itu berarti perempuan itu dibebaskan dari segala tuntutan dosanya? Apakah itu tidak berarti bahwa Tuhan melawan hukum Taurat?”
Saudara dalam pengampunanNya Tuhan bukan melawan hukum Taurat, tetapi yang dilawannya adalah dosa dan kejahatan. Ia mengampuni karena Ia membenci dosa dan tidak membiarkan manusia tinggal dalam dosa, melainkan melepaskannya dari belenggu dosa itu. Yesus berhak memberikan pengampunan itu karena Ia sendiri yang akan memikul hukuman yang seharusnya ditanggung perempuan itu.
Di atas kayu salib Kristus telah mengerjakan semuanya, Kristus telah mempertemukan keadilan Allah yang menuntut hukuman atas semua dosa manusia dengan kasih Allah yang mengampuni dan menyelamatkan manusia.
Inilah anugerah Allah yang tidak memberikan kepada manusia hukuman yang setimpal dengan perbuatannya, melainkan pengampunan atas segala dosa-dosanya.
Tahun 1982 di Lousiana, Amerika Serikat ada pengadilan yang manarik perhatian seluruh Negara. Seorang pria dijatuhi hukuman mati karena membunuh keluarganya. Saat ia duduk di kursi penantian, para pengacaranya berusaha keras untuk meminta pengampunan baginya. Mereka menggunakan berbagai cara untuk menyelamatkan nyawa klien mereka.
Ketika detik-detik hukuman mati, semua harapan nampaknya memudar. Tetapi secara tidak terduga, pada pukul 11.30, setengah jam sebelum dia dibawa ke ruang gas, pemerintah Lousiana mengeluarkan surat pengampunan. Para pengacaranya menyampaikan berita itu kepada klien mereka. Namun alangkah terkejutnya mereka ketika lelaki itu menolak pengampunan tersebut. Tepat tengah malam, pria itu diikat pada sebuah kursi di kamar has dan beberapa saat kemudian lelaki itu meninggal.
Pria itu menerima pengampunan, namun dia memilih untuk mati. Hal itu menimbulkan perdebatan hukum yang seru. Orang itu diampuni karena pemerintah menawarkan pengampunan atau dia diampuni karena dia menerima pengampunan itu. Akhirnya diputuskan bahwa pengampunan itu tidak berlaku kecuali diterima oleh orang yang bersangkutan.
Saudara, demikian juga Tuhan telah menawarkan anugerah pengampunanNya bagi kita meskipun seringkali kita menolaknya. Oleh karena itu kita harus rela menerima tawaran pengampunan itu.
Saudara, setiap dosa harus dipertanggung-jawabkan kepada Allah. Setiap dosa harus dihukum, besar atau kecil. Kita tidak mampu melepaskan diri dari hukuman Allah. Tidak ada gunanya kita melarikan diri dari hadapan Allah untuk menyembunyikan dosa. Yang terbaik adalah kita mengakui dosa-dosa dan menerima dengan iman anugerah Allah yang telah diberikan oleh Kristus.
Di dalam anugerahNya manusia mendapat pengampunan dan kelepasan dari segala tuntutan hukuman. Saat ini bila saudara sedang bergumul dengan dosa-dosa, yakinlah bahwa pengam-punan Allah tidak terbatas, sebesar apapun dosa yang telah kita lakukan, Allah sanggup mengampuninya. Firman Tuhan dalam Yesaya 1:8 berkata ”…Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi puti seperti salju…” dan “sejauh timur dari barat, demikianlah dijauhkanNya daripada kita pelanggaran kita” (Mazmur 103:12).

3.  Anugerah Allah Memberikan Hidup Yang Baru (ayat 11)
Saudara, dalam kisah ini kita menyaksikan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mendakwa perempuan itu dengan kejam. Mereka hanya memperalat perempuan itu dan tidak peduli terhadap nasibnya. Bagi mereka, wanita itu tidak ada harganya dan selayaknya dihukum mati. Sikap para pedakwa ini berbeda dengan sikap Tuhan Yesus.
Tuhan Yesus menunjukkan sikap keramahanNya dengan menyebut wanita itu secara hormat. Sebutan yang dipakai Tuhan Yesus disini sama dengan ketika Ia menyebut Maria, ibunya dalam Yohanes 19:26, yang dalam terjemahan aslinya mengatakan “hai ibu”. Berbeda dengan para pendakwa yang menghendaki kematian perempuan ini, Tuhan Yesus dengan penuh belas kasihanNya justru ingin menyelamatkan dia. Hal ini memberikan satu pengajaran kepada kita bahwa Tuhan Yesus tidak hanya melihat perkara ini dalam waktu saat itu, tetapi Tuhan Yesus memikirkan masa depan dari perempuan itu.
Natanya, perkataan Tuhan Yesus yang mengatakan “Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang” (ayat 11). Merupakan suatu anugerah yang besar bagi perempuan itu, sehingga ia dapat memulai lembaran hidup yang baru. Sikap Tuhan Yesus ini menunjukkan tujuanNya dalam menebus umat manusia (Yohanes 3:16). Dia tidak menghukum wanita tersebut sebagai orang yang tidak layak diampuni, tetapi menghadapinya dengan lembut dan kesabaran supaya menuntunnya kepada pertobatan.
Hal ini berarti bahwa pengampunan yang Tuhan Yesus berikan adalah sumber kesucian dan permulaan baru untuk hidup menurut segala firman Allah dan melawan dosa. Tuhan Yesus bukan hanya memberikan syarat-syarat hidup baru itu, hidup baru itu diberikanNya pula. Yohanes 1:17 “sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.”
Kisah perempuan zinah dalam Yohanes 8:1-11, adalah salah satu contoh kasih Yesus yang tiada batasnya. Jika kita kembali pada masa itu, pastinya sangat sulit bagi seseorang jika ia menentang hukum yang berlaku bagi para pendosa. Apalagi hukum terhadap perempuan yang kedapatan berzinah yakni harus dilempari batu hingga mati (bdn. Ulangan 22:23-24).
Namun hal ini bukanlah menjadi ukuran bahkan tak mampu menghilangkan kasih Tuhan yang tiada taranya. Yang jelas, peristiwa ini menjadi suatu pukulan keras bagi para ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Mereka disadarkan oleh Tuhan Yesus bahwa kehidupan seseorang sangat berharga dan Tuhan masih memberikan kesempatan bagi siapa saja selagi nafas masih berhembus.
Demikian pula, Tuhan Yesus memiliki perhatian yang mendalam tidak hanya mengenai apa yang telah terjadi pada seseorang, tetapi mengenai apa yang bisa terjadi selanjutnya dengan diri orang itu. Tuhan Yesus tidak hanya melihat masa lalu seseorang tetapi juga memperhatikan masa depannya. Tuhan Yesus memberikan harapan baru, bahkan bagi mereka yang telah dibuang, yang dianggap tidak berguna bagi orang lain. Tuhan Yesus menghargai setiap kehidupan. Dalam tanganNya hidup yang telah hancur luluh pun dapat diubah menjadi hidup yang baru 2 Korintus 5:17, “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.”
Saudara, dari sini kita dapat melihat bahwa anuegrah Allah tidak hanya menyingkapkan dan mengampuni dosa. Lebih dari itu Allah memberikan pemulihan hidup yang baru. Yang ditawarkan Tuhan Yesus kepada wanita ini adalah keselamatan dan jalan ke luar dari kehidupan berdosa.
Karena itu, kalau saat ini kita terbelenggu dalam masa lalu yang gelap, kita merasa hidup sudah hancur dan seolah tidak tertolong lagi, ingatlah bahwa anugerah Allah sanggup membaharui hidup ini. Manusia memang seringkali mengingat dan mengungkit-ungkit kegagalan di masa lalu, itulah trik Iblis untuk menghancurkan manusia. Tetapi berbeda dengan Allah, Allah justru merencanakan masa depan bagi kita.
Kematian Tuhan Yesus di atas kayu salib membuktikan bahwa Ia memiliki rencana untuk menyediakan masa depan bagi kita, yaitu hidup kekal yang penuh sukacita dan kemenangan bersama Yesus.
Saudara, dalam anugerah Allah kita mendapatkan anugerah hidup yang baru. Saudara, anugerah Allah masih bekerja dan terus bekerja sampai dengan hari ini. Allah masih mau berbicara untuk menyatakan dosa manusia, Allah masih membuka pintu pengampunanNya bagi setiap manusia yang membutuhkan dan juga masih berkuasa untuk mengubah kehidupan yang telah hancur karena dosa.
Hanya masalahnya, kita harus ingat bahwa akan ada saatnya anugerah Allah berakhir, semua kesempatan akan tertutup. Oleh sebab itu sekaranglah saatnya kita membuka hati untuk menerima dan mensyukuri Anugerah Allah itu. Amin.

Rabu, 29 April 2015

HANA, WANITA YANG TEGAR HATI

HANA, WANITA
YANG TEGAR HATI
1 Samuel 1:1-28

Kaum ibu yang kekasih,
Hari ini kita akan belajar dari seorang wanita yang sangat luar biasa dalam menghadapi ujian hidup. Berbicara mengenai ujian hidup, pastinya ini merupakan hal yang diijinkan Tuhan terjadi di dalam kehidupan seseorang. Dan hal ini berbeda dengan apa yang dimaksudkan oleh Yakobus 1:13 yang mengatakan: Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: "Pencobaan ini datang dari Allah!" Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun.
Benar saudara, Allah tidak pernah mencobai seseorang. Sebab kata “pencobaan” seringkali dikonotasikan dengan hal-hal yang negative. Jadi kebenarannya adalah Allah tidak pernah merencanakan hal yang negative terhadap anak-anakNya.
Namun adakalanya Allah meng-injinkan anak-anak Tuhan berada dalam keadaan yang menderita. Tetapi itu bukanlah dimaksudkan sebagai suatu pencobaan, melainkan sebagai sebuah ujian untuk semakin bertumbuh dalam iman (Band. Yakobus 1:3-4).
Kaum wanita yang saya kasihi.
Kembali kepada topik kita hari ini, Kita melihat satu pribadi yang bernama Hana. Ia adalah isteri dari Elkana, bin Yeroham bin Elihu bin Tohu bin Zuf, seorang Efraim (ayat 1).
Di katakan saudara bahwa Elkana ini memiliki dua orang isteri, yang satu namanya Hana dan yang satu adalah Penina. Penina memiliki anak, tetapi Hana tidak. Kondisi ini dirasakan sebagai satu hal yang sangat menyedihkan Hana. Terlebih Penina selalu menyakiti hati Hana (Ayat 6). Mungkin setiap hari Penina selalu mengolok-olok Hana karena keadaannya yang mandul. Sehingga Penina merasa diatas angin karena ia memiliki anak-anak dari pernikahannya dengan Elkana.
Kita bisa bayangkan saudara, bagaimana kehidupan keluarga ini. Elkana dengan terang-terangan telah membagi cintanya, kasih sayangnya, perhatiannya, waktunya, tenaganya untuk kedua istrinya. Sekalipun ia berusaha untuk adil, namun sejatinya bisakah ia benar-benar bersikap adil? Pastinya tidak bukan! Saudara, sungguh satu kehidupan yang sulit dan runyam yang dialami oleh keluarga Elkana ini.
Namun demikian Hana tetap belajar untuk sabar, ia berusaha kuat, berusaha tegar menghadapi semuanya itu. Sebagaimana namanya yang berarti “Keanggunan“ atau “Kemurahan hati“. Hana belajar untuk menerima kenyataan.
Namun, masalahnya adalah, Penina yang adalah isteri muda dari Elkana, ia selalu menyusahkan hati Hana. Sikapnya yang seringkali menggoda dan menghina Hana merupakan hal yang merendahkan martabatnya sebagai seorang wanita. Dan itu terjadi bukan hanya satu kali, tetapi dari tahun ke tahun.
Saudara, wanita mana yang mau dimadu seperti ini bukan? Saya rasa setiap kita pastinya menginginkan keutuhan cinta dari pasangan kita. Perhatian yang seratus persen ditujukan bagi pasangannya. Hanya sekarang bagi Hana, nasi sudah menjadi bubur. Lagi pula, ia pun tidak mau melarikan diri dari masalah yang telah diambilnya. Jadi biar bagaimana pun ia harus menelan pil pahit itu setiap hari.
Saudara dikatakan suatu kali, sebagaimana menjadi kebiasaan bagi keluarga ini untuk setiap tahun pergi ke Silo untuk beribadah di Bait Allah. Elkana beserta seluruh keluarganya pergi mempersembahkan korban bagi Tuhan. Jarak antara Rama dan Silo sebenarnya hanya 24 kilometer, namun karena kondisinya yang tidak mengenakkan bagi Hana, dirasakannya perjalanan ke Silo semakin lama semakin jauh dan berat.
Di rumah mungkin Hana bisa saja menemukan cara-cara untuk meng-hindari istri kedua suaminya, tetapi lain halnya ketika di Silo. Di Silo, dimana banyak orang berkumpul untuk mempersembahkan korban, Hana sepertinya tidak menemukan cara untuk mengelak dari cemoohan wanita itu.
Sekalipun Elkana berusaha untuk menghiburnya, ia meyakinkan bahwa dirinya lebih berharga dari sepuluh anaknya laki-laki, namun hal itu tidak membuat Hana menjadi tenang.
Saudara, sepertinya Elkana tidak peka terhadap perasaan isterinya. Mungkin, pikirnya dengan menjalani kehidupan dua isteri dalam satu rumah tidak akan membawa masalah yang begitu rumit? Tetapi itulah laki-laki, terkadang karena terlalu mengandalkan logika dibandingkan dengan perasaan, menyebabkan dia tidak memahami apa yang dirasakan pasangannya.
Kaum ibu yang kekasih,
Dikatakan Hana berdiri diruang Bait Suci, hatinya sedih karena keadaan yang dialaminya. Dalam kesedihannya ia berdoa sambil menangis tersedu-sedu. Sementara imam Eli duduk di kursi dekat tiang pintu Bait Suci Tuhan, matanya tidak berhenti memperhatikan apa yang dilakukan oleh Hana. (ayat 9).
Saudara, memang tidak ada ajaran yang menyalahkan kita untuk berdoa sambil menangis, jika itu muncul dari hati nurani kita yang terdalam. Hal yang demikian memang sah-sah saja di mata Tuhan. Namun tidak berarti juga bahwa setiap doa harus disampaikan dengan cara menangis.
Dalam kasus yang dialami leh Hana, kita melihat saudara, kenyataannya Hana berdoa sambil menangis karena ia sedang membawa kepedihan hatinya kepada Tuhan. Bibirnya bergerak-gerak tanpa mengeluarkan suara apapun saat hatinya menumpahkan dukacitanya kepada Allah. Sekalipun kita tahu doanya tetap di catat dalam Alkitab. Dalam ayat 11 kita mengetahui apa yang Hana doakan kepada Tuhan. Dikatakan: “Tuhan semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memper-hatikan sengsara hamba-mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada Tuhan untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepadalanya” (ay. 11).
Saudara, apa yang diutarakan oleh Hana sebagai pengaduannya kepada Tuhan, menyiratkan suatu pergumulan yang sangat berat yang dialami oleh Hana yang mandul ini. Sekalipun dalam ayat 5 kita melihat bahwa kemandulannya, karena diijinkan Tuhan terjadi. Kemandulan Hana disebutkan sebagai tindakan langsung dari Allah. Tuhan tidak memberi memberi anak-anak kepada Hana supaya mempersiapkan dia bagi kelahiran puteranya, Samuel.
Dengan cara yang sama, Allah kadang-kadang membuat kita mengalami kekecewaan atau menuntun kita ke dalam situasi dimana kita merasa tidak mampu atau rendah diri supaya dapat melaksanakan kehendakNya dalam kehidupan kita.
Saudara,
Bagaimana dengan kita, apakah kita akan tetap sabar dalam menghadapi pergumulan hidup seperti Hana? Hari ini kita akan belajar 2 hal penting bagaimana rahasia Hana bisa tegar dalam menghadapi persoalan hidupnya:

1.  Hana Bertekun dalam doa (Ayat 10-12)
Ibu-ibu yang kekasih,
Ketekunan dalam hal berdoa memampukan kita menjadi seorang yang kuat dan sabar dalam menghadapi persoalan hidup. Seringkali seseorang menjadi tidak sabaran dalam menghadapi persalan hidup karena salah satunya kita kurang bertekun dalam doa.
Sebagaimana Hana saudara, kita pun harus bertindak membawa kepedihan kita langsung kepada Tuhan dan bertekun menantikan Allah bekerja. Sebab sebagaimana firman Tuhan berkata “kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Roma 8:28).
Saudara, Hana sadar bahwa tidak ada hal yang salah dari penyataan Tuhan atas dirinya. Artinya rancangan Tuhan atas dirinya bukanlah suatu kesalahan. Karena itu kehidupan berpoligami yang dilakukan suaminya, tidak dilihatnya sebagai biang masalah yang menyudutkannya.
Memang ia belum dikarunia anak dan ini menjadi persoalan baginya. Sebagai seorang perempuan, pastinya ia membutuhkan penerimaan secara utuh dari suami dan juga masyarakat. Namun ia ingin belajar menerima kenyataan.
Kesulitan-kesulitan yang dihadapi Hana karena ulah Penina, justru membuat Hana sadar bahwa ia membutuhkan pertolongan Tuhan. Ia tidak putus asa karena kondisinya yang semakin sulit. Justru kesulitan yang dihadapi Hana, memacu dia untuk terus bertumbuh menjadi seorang wanita yang lebih matang, dewasa, dan beriman di dalam Tuhan. Karenanya ia semakin tekun dalam doa, bahkan doa yang keluar dari hati yang paling dalam. (ay.10). Luar biasa bukan?
Saudara, bagaimana dengan kita?
Mungkin kita tidak mengalami kasus yang sama seperti Hana tapi mungkin ada pergumulan yang terus-menerus kita hadapi dalam hidup kita, Mari kita bawa pergumulan kita itu kepada Tuhan, dan percaya bahwa Tuhan sanggup menolong kita.
Ibu-ibu yang kekasih,

2. Kesabaran Hana Membuka Jalan Tuhan.
Kaum ibu yang kekasih,
Dalam doa-doanya, Hana terus belajar tetap sabar. Bukan saja sabar dalam menghadapi badai hidup, tetapi juga Hana sabar dalam menantikan jawaban doa-doanya. Hingga pada akhirnya Tuhan membuat semuanya indah pada waktunya. Apa yang Hana telah lakukan dalam kehidupannya akhirnya semuanya membuahkan hasil yang luar biasa. Pada saat di Silo banyak orang yang datang untuk memperingati hari raya, mereka makan dan minum bersama.
Disaat yang bersamaan Imam Eli melihat bahwa ada seorang wanita berdiri menghadap Allah. Tidak ada kata-kata yang bisa didengarnya, hanya gerakan bibir yang turun naik yang dilihat imam Eli.
Saudara, melihat kejadian ini, imam Eli pun menjadi heran mengapa bibir wanita itu sepertinya bergerak-gerak namun, tidak ada satu kata pun yang terdengar. Jangan-jangan ia sedang mabuk, pikir Imam Eli.
Dengan keberanian yang dimilikinya kemudian imam Eli mendekati Hana dan menegurnya: “Berapa lama lagi engkau berlaku sebagai orang mabuk? Lepaskanlah dirimu dari pada mabukmu. Tetapi  Hana menjawab, “Bukan tuanku, aku seorang perempuan yang sangat bersusah hati; anggur atapun minuman yang memabukkan tidak kuminum, melainkan aku mencurahkan isi hatiku di hadapan Tuhan. Janganlah anggap hambamu ini seorang perempuan dursila; sebab karena besarnya cemas dan sakit hati aku berbicara demikian lama.” (ayat 14-16).
Saudara, puas dengan penjelasan Hana kemudian Imam Eli pun memberkatinya dan berkata “Pergilah dengan selamat, dan Allah Israel akan memberikan kepadamu apa yang engkau minta dari padaNya” (ay. 17).
Kaum ibu yang kekasih.
Kita lihat, apa yang dialami Hana, pada akhirnya membuahkan hasil. Allah bekerja menyatakan mujizatNya. Hal ini mengajarkan satu hal kepada kita bahwa, “apa yang ditutup Tuhan pada akhirnya bisa dibukaNya.” Kita tahu, Allah memang menyatakan rencanaNya untuk menutup buah kandungan Hana, namun, Allah pun menyaksikan kesabaran dan ketekunan Hana hingga pada akhirnya mendorong Tuhan untuk membuka kembali buah kandungan Hana.
Hingga tepat setahun kemudian, Tuhan menyatakan janjiNya. Kini Hana mengandung seorang anak laki-laki dan diberinya nama Samuel. Sebab “Aku telah memintanya daripada Tuhan” kata Hana (ayat 20).
Saudara,
Bisa kita bayangkan jika Hana tidak sabaran dan mengambil jalan pintas. Mungkin dia tidak akan melihat masa depan yang telah direncanakan Tuhan baginya. Mungkin dia pun tidak akan menyaksikan anaknya menjadi alat Tuhan yang luar biasa.
Tetapi syukur, Hana tidak mengambil jalan pintas. Dia lebih memilih menyerahkan segala pergumulannya kepada Tuhan. Dan dia pun bisa melihat campur tangan Tuhan yang luas biasa ini. Sungguh kemenangan yang luar biasa bukan?
Kita melihat saudara bahwa Janji Tuhan memang Ya dan Amin, Janji Tuhan selalu datang tepat pada waktunya. Tepat waktu bukan berdasarkan perkiraan diri kita, tetapi tepat waktu dilihat dari waktu Tuhan. Dan waktu Tuhan itu harus dilihat sebagai sebuah waktu yang membawa kemenangan.
Hana begitu sayang sama anaknya dan setiap tahun kalau dia ke Silo Hana membuatkan Samuel jubah kecil. Dan bukan hanya itu saja, sukacita Hana semakin bertambah, takala Hana mengandung lagi dan melahirkan 3 anak laki-laki dan 2 anak perempuan.
Kita melihat saudara, buah kesabaran Hana di dalam berdoa memperlihatkan kepada kita bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Apa yang tidak mungkin bagi manusia tetapi bagi Allah segalanya adalah mungkin, jika hal itu bisa mendatangkan kemuliaan Tuhan.
Bagaimana dengan ibu-ibu, adakah ibu-ibu mau belajar untuk bertekun dalam doa dan sabar dalam menantikan jawaban Tuhan.
Ingatlah hukum tabur tuai. Bagi saya hukum ini juga berlaku dalam doa. Artinya jika kita menabur doa yang tekun maka kita pun akan menuai hasil dari doa-doa yang kita panjatkan. Tetapi jika kita menabur kemasalan untuk berdoa, maka kita pun akan menuai hasil dari kemalasan kita.
Karena itu bawalah dalam doa setiap pergumulan yang kita hadapi kepada Tuhan. Sampaikanlah dengan tidak putus-putusnya setiap doa kita kepadaNya, maka Allah pasti akan menolong kehidupan kita.
Sebab firman Tuhan berkata dalam Yesaya  59:1 “Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar;” Hanya masalahnya sudahkah kita belajar untuk menyerahkan segala pergumulan kita kepadaNya atau belum. Kiranya firman Tuhan ini dapat menjadi berkat bagi kita. Amin.

Minggu, 26 April 2015

FIRMAN YANG MENGUBAH HIDUP

FIRMAN YANG MENGUBAH HIDUP
(Kisah Para Rasul 9:1-9)


Bpk, ibu. sdr.i yang terkasih
Tema kita sepanjang tahun ini adalah hidup berpusat pada firman Tuhan. Minggu yang lalu kita membahas soal Mengapa Kita Harus Taat dan hari ini kita akan membahas soal Firman Yang Mengubah Hidup.
Saudara,
Apakah kita pernah mendengar sebuah nama yaitu Yusuf Rony? Mungkin tidak semua kita yang mengenal nama ini. Dia ini adalah seorang lulusan pesantren dan dia sangat membenci orang Kristen. Bahkan pernah satu kali dia ini ingin membakar salah satu Sekolah Teologia yang ada di Malang, yaitu Sekolah Tinggi Teologi “I-3,” karena begitu bencinya dia kepada orang Kristen saudara.
Yang menjadi pertanyaan bagi dia saudara, mengapa banyak orang Kristen mau rela mati demi sebuah nama “Yesus”. Pastinya nama itu memiliki pengaruh yang luar biasa sehingga banyak orang Kristen mau menderita demi namaNya.
Akhirnya dengan rasa penasaran dia mencoba mempelajari Alkitab saudara dan disitulah dia menemukan bahwa hanya ada satu jalan keselamatan melalui  Tuhan Yesus. Singkat cerita saudara ketika firman itu dia renungkan siang dan malam, bahkan setiap kali ada waktu bagi dia untuk membaca firman Tuhan, mendorong dia untuk mengambil keputusan untuk mengikut Tuhan.
Saudara, kita percaya kuasa firman Tuhan, pada akhirnya sanggup mengubah hidupnya hingga dia mengalami pertobatan. Ditahun-tahun berikutnya saudara, dia dibentuk menjadi hamba Tuhan di sekolah yang akan dia bakar itu.
Kita melihat saudara, Allah bisa saja mengubahkan hati yang jahat, hati yang penuh dengan kebencian menjadi hati yang takut akan Tuhan. Hati Yusuf Rony telah diubah oleh Tuhan menjadi hati yang baru, bahkan Allah memakai dia menjadi hambaNya secara penuh waktu.
Tidak lama dari pembentukkannya di sekolah teologia, suatu saat Yusuf Rony ditahbiskan menjadi seorang Pendeta dan melayani Tuhan secara luar biasa. Tuhan memakai dia melayani dalam beberapa KKR hingga ke daerah Makassar. Saudara, pengalaman pertobatan Yusuf Rony menjadi titik tolak kesaksian Injil yang baik. Tidak ada kesaksian yang lebih baik dan lebih berdampak selain kesaksian pertobatan hidup seseorang kepada Tuhan.
Bpk, ibu, sdr.i yang terkasih
Ada sebuah syair lagu yang dikarang oleh Rufus H. McDaniel, di tahun 1914, terjemahannya berbunyi:
Perubahan ajaib terjadi padaku
Sejak
Yesus dihatiku
Ada t'rang dalam hati
dan harap penuh
Sejak
Yesus dihatiku
Reff:
Sejak Yesus dihatiku
Sejak
Yesus dihatiku
Hidupku berubah
Menjadi berarti
Sejak Yesus dihatiku
Syair ini sangat jelas memberitahu arti atau maknanya, bahwa perubahan ajaib itu terjadi karena Tuhan Yesus. Tanpa Tuhan, seseorang tidak akan mengalami perubahan ajaib dalam hidupnya.
Demikianlah juga yang terjadi dalam kehidupan Saulus. Ketika Kristus menyatakan diri kepadanya dan tinggal di dalam hatinya (Saulus), ada perubahan besar terjadi dalam hidupnya.
Dikatakan sebelum hati Saulus diubah oleh Tuhan, hatinya penuh dengan kebencian begitu banyak orang-orang kristen dia bunuh baik itu perempuan maupun laki-laki bahkan begitu kejamnya dia tega memenjarakan banyak orang Kristen.
Saulus dikenal sebagai tokoh yang sangat jahat pada waktu itu. Dan dia adalah pemimpin yang sering menganiaya orang Kristen. Meskipun Saulus mempunyai pengetahuan yang luar biasa namun sesungguhnya Saulus buta secara rohani. Saulus tidak memahami apa sebenarnya yang diajarkan oleh PL tentang Mesias seperti juga banyak orang sebangsanya.
Paulus menjadi pemimpin di antara orang Yahudi. Para pemimpin yang lebih tua mundur dan membiarkan kesempatan kepada Paulus menjadi pimpinan pasukan untuk menghancurkan kekristenan. Paulus sendiri menggambarkan tindakannya yang melawan kekristenan ini dengan berkata: Hal itu kulakukan juga di Yerusalem. Aku bukan saja telah memasukkan banyak orang kudus ke dalam penjara, setelah aku memperoleh kuasa dari imam-imam kepala, tetapi aku juga setuju, jika mereka dihukum mati. Dalam rumah-rumah ibadat aku sering menyiksa mereka dan memaksanya untuk menyangkal imannya dan dalam amarah yang meluap-luap aku mengejar mereka, bahkan sampai ke kota-kota asing" (Kisah 26:10-11).
Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih
Ketika dia mendengar bahwa di Damsyik ada satu perkampungan yang dihuni oleh banyak pengikut Kristus, hati dan pikiranya semakin jahat ingin segera kesana untuk melakukan pembasmian terhadap orang Kristen.
Saudara, Kota Damsyik sebenarnya dihuni oleh sejumlah besar penduduk Yahudi dan diperkirakan waktu itu ada sekitar tiga puluh sampai empat puluh sinagoge di kota itu.
Namun, semenjak berita kebangkitan Kristus tersebar disana, kota itu sudah ada orang-orang percaya yang menunjukkan betapa efektifnya gereja menyebarkan berita itu. Kemungkinannya beberapa dari orang percaya itu adalah mereka yang melarikan diri dari penganiayaan di Yerusalem.
Hal inilah yang membuat Saulus meminta wewenang untuk menyeret mereka kembali. Setelah menerima surat kuasa dari Imam besar maka diapun berangkat.
Karena ulah Saulus di Yerusalem, membuat namanya ditakuti di antara semua orang Kristen di Yerusalem. Dia telah berhasil memisahkan atau membungkam banyak orang Kristen di kota suci itu. Demikian pula, ketika berita tentang kedatangan Saulus telah sampai ke Damsyik pastinya membawa ketakutan tersendiri bagi orang-orang percaya disana.
Saudara, Kota Damsyik, kira-kira berjarak 240 km jauhnya dari Yerusalem. Dia memutuskan untuk pergi ke sana untuk melanjutkan penganiayaannya kepada orang-orang percaya ini. Dia telah diberi kekuasaan penuh dan membawa surat izin untuk memasuki kota dan menangkap semua orang Kristen di kota itu dan membawa mereka kembali dalam keadaan terbelenggu ke Yerusalem.
Akhirnya saudara, Saulus dan kawan-kawannya memulai perjalanan yang panjang menuju Damsyik. Perja-lanan ini membutuhkan waktu enam sampai tujuh hari dan selama perjalanan panjang ini memberi waktu yang cukup banyak untuk berpikir.
Mungkin ia mulai meragukan tindakannya. Mungkin dia berpikir, mengapa Stefanus berani mati dengan begitu tenangnya, sebab ketika eksekusi itu dijatuhkan, Saulus merupakan salah satu yang menyetujui pembunuhan Stefanus (Kis 8:1a). Saudara, Saulus pastinya tidak dapat melupakan doa Stefanus ketika Stefanus "menutup mata” dan berkata: Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku" (Kis 7:59).
Pikiran Saulus mengalami pertentangan. Hatinya mulai dipenuhi tanda tanya besar. Disatu sisi dia harus melakukan hal yang ia pandang benar, tetapi disisi yang lain, dia terganggu oleh pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawabnya. Oleh karena itu, ia pun pergi ke Damsyik.
Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih
Pertobatan Paulus terjadi ketika ia mendekati kota itu. Pada waktu tengah hari, tiba-tiba sebuah cahaya yang membutakan mata bersinar mengelilingi Paulus dan teman-temannya. Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah suatu suara berkata kepadanya, "Saulus, Saulus mengapa engkau menganiaya Aku?" Jawab Saulus: "Siapakah Engkau, Tuhan?" Kata-Nya: "Akulah Yesus yang kau aniaya itu (Kis 9:4-5).
 Saulus berharap dengan mengetahui identitas kuasa itu, ia dapat mengerti. Namun jawaban itu membuat dia tambah bingung, bahkan jawaban itu sekarang bagaikan ledakan yang lebih dahsyat daripada terang yang membutakan itu. Kini ia tahu bahwa apa yang dipikirkannya selama ini yaitu membela nama Tuhan ternyata justru merupakan penganiayaan terhadap Kristus.
Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih
Perjumpaan Paulus dengan Tuhan Yesus inilah yang merupakan titik balik dari pertobatan Paulus. Firman yang didengarnya kini telah mengubah hidupnya. Disinilah Paulus menemukan dirinya sebagai orang yang berdosa yang terhilang dan berada dalam bahaya penghukuman Allah.
Saulus berpikir bahwa selama ini dia sedang melayani Allah, pada hal kenyataannya ia justru menganiaya sang Mesias. Dan sejak perjumpaan itu Paulus menjadi pribadi yang baru karena ia percaya kepada Yesus Kristus.
Saulus berharap dengan mengetahui identitas kuasa itu, ia dapat mengerti. Namun jawaban itu membuat dia tambah bingung, bahkan jawaban itu sekarang bagaikan ledakan yang lebih dahsyat daripada terang yang membutakan itu.
Perjumpaan Paulus dengan Tuhan Yesus ditandai oleh kebutaan matanya sehingga beberapa anak buahnya harus menuntun dia dan membawanya ke Damsyik.
Selama tiga hari lamanya dia tidak dapat melihat dan tidak makan ataupun minum. Pengalaman ini mengubah Paulus sepenuhnya. Sekarang orang Farisi yang sombong ini berubah menjadi seorang yang kesakitan, gemetar, meraba-raba dan bergantung pada tangan orang lain yang menuntunnya sampai ia tiba di Damsyik.
Ia pergi ke rumah Ananias dan langsung masuk ke kamarnya. Di sana ia tinggal selama tiga hari tanpa makanan dan minuman. Selama tiga hari itu Paulus berdoa dan berpuasa. Seluruh hidupnya telah berubah setelah pertemuannya dengan Kristus. Sekarang dia harus membangun kembali kehidupannya yang baru di dalam Kristus.
Bpk, ibu, sdr.i yang terkasih
Pertobatan Paulus ini bukan berarti tanpa tantangan. Semenjak perjumpa-annya dengan Tuhan Yesus, kini bukan lagi Paulus yang menganiaya, tetapi Paulus yang mengasihi. Hanya masalahnya bagaimana ia bisa menyakinkan orang-orang Kristen yang ada di Damsyik. Bagaimana dia harus mempertanggung-jawabkan perbuatan-nya kepada Mahkamah Agama, jika pada akhirnya ia tidak lagi menganiaya orang Kristen, tetapi mengasihi mereka.
Saudara,
Kalau kita baca seterusnya sampai pasal 22 akibat Tuhan menampakkan diri kepada Paulus membuat hidup dan hatinya sungguh dipulihkan oleh Tuhan. Dengan pertobatan yang terjadi Paulus melayani Tuhan dengan hati yang baru yang dia miliki. Bahkan dengan perjumpaannya dengan Tuhan dalam perjalanan ke Damsyik dia berani bersaksi bahwa dia adalah murid Tuhan.
Dan ketika dia diperhadapkan kepada pengadilan untuk memper-tanggung jawabkan pemberitaannya, Paulus memulai pembelaannya dengan kesaksian tentang pertobatan pribadinya (Kisah 22:3-21). Paulus tidak memulai pembelaannya dengan ajaran  yang rumit, melainkan ia bertitik tolak dari pengalaman pribadinya dengan Tuhan.
Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih
Paulus berusaha menjelaskan tentang kasih karunia dan kedaulatan Allah yang telah merubah arah hidupnya (Kisah 22:6). Dari seorang penganiaya menjadi utusan Allah karena Allah dan ini bukanlah pilihan Paulus karena pada saat itu yang ada di pikiran Paulus ingin menangkap pengikut-pengikut Tuhan Yesus dan bawa ke Yerusalem tetapi Tuhan berkehendak lain.
Melalui kesaksian pertobatannya, Paulus berusaha meyakinkan bahwa Yesus adalah Allah yang berkuasa melaksanakan kehendak-Nya tanpa meminta pertimbangan manusia.
Bpk, ibu, sdr.i yang terkasih
Karena pertemuanya dengan Tuhan itu Paulus tidak malu bersaksi tentang pribadinya sebelum dia kenal Tuhan dan sesudah kenal Tuhan. Siapa dia? Bagaimana hidupnya dulu?
Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih
Namun seringkali kita orang Kristen takut atau malu bersaksi karena merasa tidak sanggup menjelaskan Injil dengan baik. Apalagi pengertian kita terhadap firman Tuhan masih terbatas.
Bpk, ibu, sdr.i
Yang terjadi itu bukanlah suatu alasan buat kita tetapi Tuhan bisa pakai kita untuk bawa jiwa jika dengan pengalaman pertobatan pribadi kita atau kelahiran baru, maka pengalaman tersebut dapat menjadi alat kesaksian bagi kemuliaan Tuhan. Sudahkah saudara memiliki pengalaman hidup yang diubahkan oleh Allah?
Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih
Seringkali kita memiliki dua pemikiran yang salah, bahwa: (1) seseorang yang sering berbuat kejahatan tidak mungkin bisa bertobat. (2) jika seseorang tidak mau bertobat, maka Tuhanpun tidak bisa membuatnya bertobat.
Saudara, pemikiran ini tentu saja tidak tepat, sebab pertobatan seseorang adalah anugerah Tuhan. Anugerahberarti suatu pemberian yang diberikan pada seseorang yang tidak layak untuk menerimanya, atau seseorang yang tidak berhak memiliki, atau mengambilnya.”
Dalam kasus Paulus, Tuhan secara melimpah menyatakan anugerah tersebut, sehingga Paulus yang sebelumnya berlimpah amarah, menjadi berlimpah anugerah. Ketika Paulus berkobar-kobar ingin menganiaya jemaat Tuhan, Tuhan justru menangkapnya dan menjadikannya murid-Nya. Ia pun rebah, ketika Tuhan menyatakan diri dan memanggilnya.
Bagi Paulus perubahan ini datang pada perjalanan ke Damsyik: "Allah berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam aku" (1 Korintus 9:1; 15:8). Paulus begitu terkesan bahwa ia merumuskan pengalamannya dengan suatu kutipan dari nyanyian "Hamba Tuhan": "Tuhan telah memanggil aku sejak dari kandungan, telah menyebut namaku sejak dari rahim ibuku" (Yesaya 49:1; Yeremia 1:5).
Pengalaman pada perjalanan ke Damsyik bagi Paulus betul-betul karya rahmat, tanpa jasa manusia. Tetapi bukan rahmat untuk dinikmati saja, melainkan untuk dibagikan dengan banyak orang lain. Seperti hamba Tuhan begitu juga Paulus merasa diri dipanggil untuk menjadi "terang bagi bangsa-bangsa, supaya keselamatan sampai ke ujung bumi" (Yesaya 49:6; lihat juga Kisah Para Rasul 9:15).
Bagaimanapun kerasnya hati Paulus, jika Tuhan beranugerah, ia tidak akan dapat menolaknya. Paulus pun tertunduk di bawah kaki Tuhan. Namun dalam peristiwa pertobatan Paulus, nampak bahwa Tuhan berdaulat atas hidup seseorang. Paulus memilih sendiri jalan hidupnya dengan menjadi penganiaya jemaat Tuhan, namun tujuan hidupnya ini berbalik 180 derajat, setelah Tuhan memanggilnya.
Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih
Setelah berjumpa dengan Yesus dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamatnya , Paulus tidak diam tapi dia  berpuasa dan berdoa memohon bimbingan dengan sikap penyerahan yang sepenuh hati kepada Allah. Iman yang menyelamatkan dan kelahiran baru sesudah itu selalu mengakibatkan orang percaya mencari persekutuan dengan Tuhan dan Juruselamatnya.
Bpk, ibu, sdr.i
Perjumpaannya Paulus dengan Tuhan ini benar-benar telah mengubah pikiran dan cara pandangnya. Ia kini sadar, bahwa dirinya bukan siapa-siapa. Ia adalah manusia lemah tak berdaya, yang dibuktikan dengan kebutaannya selama 3 hari. Karena itu, janganlah kita takut dalam memberitakan Injil, sebab Tuhan lebih berdaulat daripada manusia.
Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih        
Meskipun banyak tantangan, ancaman-ancaman di mana-mana tapi membuat semangatnya semakin berapi-api dalam beritakan injil bahkan melalui Paulus seluruh Yudea, Galilea dan Samaria hidup dalam damai, hidup di dalam takut akan Tuhan dan jumlahnya semakin bertambah besar.
Bpk, ibu, sdr.i yang terkasih
Ketika Tuhan mengubah hidup Paulus Paulus melayani dengan hati yang sungguh-sungguh baru di dalam Tuhan. Hati yang senantiasa mau menyenangkan Tuhan dan hati yang mau melayani Tuhan. Kalau kita coba renungkan dan membayangkan bagaimana kejamnya Paulus ini, tapi sekejam-kejamnya dia Tuhan sanggup untuk mengubahnya menjadi hati yang penuh lemah lembut. Mungkin bagi orang-orang yang ada di Damsyik pada saat itu mereka berpikir apa ini hanya mimpi, bagaimana mungkin orang ini di kenal sangat jahat tapi sekarang dia menjadi orang yang baik,dan penuh dengan kasih?
Saya pun secara pribadi ketika mempersiapkan khotbah ini dan merenungkannya mana mungkin hal ini bisa terjadi? Ya inilah pikiran manusia dan pendapat manusia yang seringkali ada dalam pikiran kita.
Bpk, ibu, sdr.i yang saya kasihi
Segala sesuatu tidak ada yang mustahil bagi Allah dan mustahil bagi kita. Hal inilah memperlihatkan kepada kita bahwa Tuhan ini sanggup dan berdaulat  melakukan apa saja yang sama sekali tidak ada dalam pikiran kita, dan kita mengganggap bahwa itu mustahil.
Bpk, ibu, sdr.i yang terkasih
Bagaimana dengan orang-orang yang sudah membakar gereja, menganiaya orang kristen apakah mereka tidak bisa di ubah oleh Tuhan menjadi alat dalam tanganNya? Apakah mereka tidak bisa memiliki hati yang baru di dalam melayani Tuhan?  Jawabannya hanya satu bisa. Karena Tuhan punya kuasa untuk melakukannya. Bagaimana dengan orang yang kita kenal dulunya anak Tuhan tapi karena ada masalah dalam hidupnya dia meninggalkan Tuhan,dia meninggalkan pelayanannya. Apakah dia tidak bisa berbalik lagi menjadi orang percaya? Bisa.
Bpk, ibu, sdr.i
Paulus bisa berubah mungkin banyak anak-anak Tuhan yang terus mendoakan dia dan akhirnya Pauluspun bertobat. Dia melayani Tuhan dengan hati yang baru,hati yang sudah diubahkan oleh Tuhan.
Pertanyaannya bagaimana dengan hati kita sekarang apakah melaui pengalaman pribadi kita dengan Tuhan   sudah membuat hati kita sungguh-sungguh baru di hadapan Tuhan? Ataukah hati kita sama sekali tidak ada perubahan.
Hati kita sudah tidak mau lagi melayani dengan  berkobar-kobar, hati kita sudah mulai malas melakukan pelayanan yang Tuhan percayakan, kita sudah mulai menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita dengan Tuhan dengan alasan-alasan yang kita buat sendiri.
Bpk, ibu, sdr.iku
Sejak Tuhan Yesus ada di dalam hati kita, dan sejak ia menyatakan diri-Nya kepada kita, pastilah kita mengalami perubahan. Pertanyaan, "Siapakah kita sebelum percaya kepada Tuhan Yesus? Dan siapakah kita setelah percaya kepada-Nya?" Namun, apakah kita juga memiliki beban yang mendalam untuk memberitakan Injil kepada orang lain yang belum percaya? Salah satu ciri orang yang sudah mengalami Kristus di dalam hidupnya adalah, ia rindu agar orang lain pun dapat mengenal dan percaya kepada Tuhan Yesus.
Kalau kita sudah diselamatkan oleh Tuhan, itu bukan karena kita sudah baik di hadapan Tuhan. Kalau hati kita di jadikan baru oleh Tuhan  itu semua karena anugerah Tuhan. Kalau hati kita yang dulunya penuh dengan kejahatan tetapi ketika kita percaya dan menjadikan Tuhan sebagai juruselamat kita biarlah hati kita menjadi baru dan terus baru di dalam Tuhan secara khusus dalam melayani Tuhan. Karena dengan hati yang baru itulah Tuhan akan pakai kita secara luar biasa. Amin