Sabtu, 07 November 2015

KEKUATIRAN MEMBUAT ORANG LEBIH CEPAT TUA

KEKUATIRAN MEMBUAT ORANG LEBIH CEPAT TUA
Amsal 12:25

Kaum muda yang saya kasihi,
Hal apa yang biasanya membuat kalian merasa kuatir dalam hidup? Penyebabnya bisa macam-macam bukan? Bisa karena hal-hal yang sepele yang terjadi dalam kehidupan kita. Bisa juga karena sesuatu yang tidak terduga dan membuat kita menjadi panik dan gelisah.
Kenyataannya seseorang yang kuatir biasanya ketia ia berada dalam keadaan takut, cemas, gelisah dan tidak tenang, yang ditimbulkan oleh situasi yang bermasalah, baik itu yang dibayangkan, diangan-angankan maupun yang tampak secara nyata.
Saudara,
Ada dua orang pelancong asal Swiss yang melakukan pendakian di sebuah gunung. Saat pulang, mereka terpaksa menumpang sebuah mobil usang. Namanya juga mobil tua, tidak heran jika mobil itu berjalan tersendat-sendat karena mesin tuanya.
Melihat kondisi ini, sepanjang jalan pelancong pertama nampak sangat cemas dengan kondisi mobil yang ditumpanginya. Ia kuatir kalau-kalau mobil itu mogok di tengah jalan.
Ia juga kuatir bagaimana kalau ditengah jalan bensinnya habis & tidak menemukan pom bensin di sana.
Namun tidak demikian yang terjadi dengan pelancong kedua. Ia tampak santai-santai saja. Bahkan ia begitu menikmati pemandangan indah yang menghiasi bukit-bukit di negeri cokelat itu. Bukit-bukit yang pucuknya dihiasi salju putih. Beberapa kali tampak ia mengabadikan keindahan itu dengan kamera sakunya.
Setelah satu jam berlalu, akhirnya mobil tua itupun tiba di kota yang dituju. Maka pelancong pertama itu bertanya kepada rekannya: “mengapa kamu masih sempat, mengabadikan gambar pemandangan itu? Apa kamu tidak cemas?,” tanya pelancong pertama.
“Apa yang perlu dicemaskan. Seandainya ada masalah, pasti ada jalan keluarnya. Nyatanya aku suka dengan perjalanan tadi,” kata pelancong kedua.
Saudara,
Kisah di atas menolong kita untuk memahami bagaimana kekuatiran seringkali menjadikan kita kehilangan banyak hal yang berharga. Banyak orang hidup dalam kekuatiran & kecemasan akan hal-hal yang belum terjadi. Yang pada akhirnya menjadikan mereka tidak bisa menikmati kehidupan dengan lebih baik.
Rekan-rekan muda yang kekasih,
Kalau kita melihat arti kata “kuatir” secara terminologi, maka itu berarti “rasa takut tentang sesuatu hal yang belum pasti terjadi; merasa cemas; atau merasa gelisah”.
Kata “kuatir” atau “cemas” di ayat 25 ini adalah sebuah kata yang tidak umum dan hanya dipakai tiga kali dalam bentuk kata benda dan enam kali sebagai kata kerja dalam Perjanjian Lama. Kata ini mengandung arti “susah” dan “takut” yang dapat merugikan rasa damai dan kesehatan fisik seseorang. “Susah” dalam arti bahwa ia merasa tidak mungkin sanggup untuk melewati persoalan hidup. Dan “Takut” dalam pengertian tidak ada keberanian untuk bisa melangkah ke masa depan.
Saudara,
Pertanyaannya mengapa manusia seringkali diliputi perasaan kuatir? Bukankah kuatir adalah hal yang manusiawi dialami seseorang?
Kekuatiran hadir pertama kali dalam kehidupan manusia sebagai akibat dari dosa. Kekuatiran merupakan dampak dari kejatuhan manusia pertama (Adam dan Hawa) dalam dosa. Sejak manusia pertama jatuh dalam dosa, mereka kehilangan damai sejahtera. Mereka kini menjadi curiga dengan semua kenyataan. Hal yang semula dijalani dengan sangat optimis karena Allah telah memberikan tugas mulia untuk memelihara ciptaan Allah yang lain, kini karena dosa mereka menjadi pesimis dengan keadaan.
Dan akibat dari kejatuhan itu, dosa telah menjalar kepada semua manusia dan menjangkau setiap aspek natur dan kemampuan manusia: termasuk rasio, hati nurani, kehendak, hati, emosinya dan keberadaannya secara menyeluruh (2 Korintus 4:4, 1 Timotius 4:2; Roma 1:28; Efesus 4:18; Titus 1:15).
Sebagaimana dosa bersifat universal, maka kekuatiran juga bersifat universal. Artinya, tidak ada seorang pun manusia yang tidak pernah mengalami kekuatiran. Setiap orang pernah merasa kuatir tentang sesuatu hal. Mulai dari orang dewasa hingga kepada anak-anak. Bukan saja mereka yang hidup diperkotaan besar, tetapi juga mereka yang hidup diperkampungan. Penyebabnya bisa macam-macam, bisa karena faktor ekonomi keluarga, studi, karena masalah pasangan hidup atau karena masa depannya.
Kenyataannya, manusia selalu diserang oleh kekuatiran dan tekanan-tekanan hidup yang dapat memperburuk keadaannya. Masa kini para dokter mulai menganalisa pengaruh buruk ketegangan pada tubuh manusia. Dan faktanya kekuatiran yang dialami seseorang akan memicu terjadinya berbagai penyakit, diantaranya darah tinggi, jantung, rematik, pilek, kelenjar gondok, migran, maag, dan buta. Terakhir, yang paling berbahaya kekuatiran berlebihan dan tidak mau dilepaskan ialah cepatnya manusia dipanggil oleh Tuhan atau kematian. Demikianlah pendapat DR. Edward Podolsky seorang dosen dan penulis buku: “Stop worrying and Get Well”
Selain itu saudara, banyak orang yang kuatir menderita kesulitan-kesulitan jasmani seperti: gugup, tidak bisa tidur, gelisah, sakit kepala, sulit bernafas, keringat berlebihan, dan sebagainya.
Masalahnya adalah karena ketidakmampuannya melepaskan diri dari kekuatiran dapat membawa seseorang kepada keadaan yang lebih serius seperti stres, depresi dan gangguan mental lainnya, bahkan bunuh diri. Itu sebabnya, Kitab Amsal mengungkapkan kebenaran yang sama mengenai kekuatiran. Bahwa “Kekhawatiran dalam hati membungkukkan orang, tetapi perkataan yang baik menggembirakan dia” (Amsal 12:25).
Artinya saudara, kekuatiran tidak saja mampu membungkukkan orang, sehingga ia terlihat lemas dengan dahinya yang mengerut, tetapi juga kekuatiran dapat membunuh orang. DR. Alexix Caroll mengatakan begini: "Bussinesmen who don’t know to fight worry die young". Maksudnya: "Para pengusaha yang tidak tahu mengalahkan kekuatiran, akan mati muda".
Menyadari bahwa kekuatiran bukan saja membuat kita cepat tua, tetapi juga dapat membunuh kita. Maka hal yang penting untuk kita lakukan adalah menjaga hati dan pikiran kita dengan baik. Sebab demikianlah firman Tuhan berkata dalam Amsal 17:22 bahwa: "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang"
Hal itu berarti saudara, bahwa apa yang ada dalam hati kita sejatinya sangat menentukan kesehatan kita dan bahkan hidup kita.
Apalagi banyak informasi dari berbagai media tentang keadaan yang semakin memprihatinkan seperti konflik antar negara yang tidak kunjung usai, bencana alam, wabah penyakit dan juga krisis global yang sedang dialami oleh bangsa kita. Maka sangatlah manusiawi jika semua orang semakin kuatir dalam menjalani hidup ini.
Sebenarnya perasan kuatir itu muncul bukan akibat besar kecilnya masalah atau tantangan yang dihadapi, melainkan ketika orang cenderung mengandalkan kekuatan diri sendiri.
Kekuatiran itu sendiri merupakan kegagalan seseorang dalam menghadapi tantangan sebelum melakukan peperangan. Masalahnya rasa kuatir itu tidak hanya dialami orang dunia saja, orang-orang Kristen pun mengalami hal yang sama, yang seolah-olah tidak ada lagi pengharapan dalam hidupnya.
Padahal dengan jelas Firman Tuhan menyatakan kepada kita bahwa Tuhan menjamin masa depan anak-anakNya yang senantiasa bersandar dan berharap kepada Dia, Dia berkata: “Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.” (Amsal 23:18).
Benar saudara, masa depan kita akan dipelihara oleh Tuhan jika kita belajar bergantung kepadaNya. Allah justru menghendaki anak-anakNya untuk memiliki sikap optimismis dalam hidupnya. Tentunya bukan karena kekuatannya sendiri, tetapi karena tangan Tuhan yang besar yang siap menolong hidupnya.
Jika Allah tahu segala sesuatu yang diciptakanNya, pastinya Allah tahu apa yang ada di dalam setiap hati dan pergumulan hidup kita. Jika demikian, perlukah kita masih kuatir akan dunia ini? Pastinya tidak bukan!
Justru yang harus kita pahami adalah, kekuatiran merupakan celah dalam kehidupan kita yang memberikan kesempatan kepada Iblis untuk menggagalkan dan menghancurkan kita.
Di tengah dunia yang makin sulit dan penuh tantangan ini kita harus makin sungguh-sungguh melekat pada Tuhan dan tekun tinggal dalam Dia. Jadi, “Serahkanlah segala kekuatir-anmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.” (1 Petrus 5:7).
Kristus memerintahkan agar kita tidak perlu kuatir tentang hidup kita, tentang apa yang kita makan minum dan pakai, serta tidak perlu kuatir tentang masa depan kita.
Ringkasnya, kekuatiran tidak membantu kesulitan esok hari, tetapi benar-benar merusak kebahagiaan hari ini. Hal ini senada dengan ungkapan Leo Buscaglia, seorang motivator terkenal dari Amerika, ia berkata,  "Kekuatiran tak akan melenyapkan kesedihan esok, tetapi akan menghilangkan kegembiraan hari ini."
Maksudnya adalah semakin kita kuatir semakin sulit dan berat kehidupan yang kita jalani. Karena itu jangan biarkan kekuatiran mengarahkan hidup kita semakin menjauh dari Tuhan. Faktanya, sehari penuh kekuatiran lebih melelahkan ketimbang sehari penuh bekerja. Kekuatiran akan hidup dan masa depan adalah pemborosan masa sekarang. Jika kita tidak dapat menghindar dari rasa kuatir, ingatlah kuatir juga tidak akan pernah membantu kita untuk lepas dari masalah terlebih mengarahkan kita ke masa depan.
Dengan demikian, yang perlu kita ketahui adalah kita harus kembali kepada apa yang Tuhan ingin nyatakan dalam kehidupan kita. Dan kehendak Tuhan bagi kita adalah kita mampu menikmati segala anugerah Tuhan dalam kehidupan kita itu dengan penuh ucapan syukur.
Ingatlah saudara, bahwa jam kehidupan kita hanya berputar sekali. Di dalamnya pastinya ada menit-menit yang harus kita lalui dengan MANIS, ada pula menit yang harus di lalui dengan PAHIT. Namun yang terpenting bagi kita adalah jalanilah setiap detik dengan penuh kesadaran bahwa Tuhan selalu beserta dengan kita. Kiranya Tuhan menolong kita melewati setiap persoalan yang kita hadapi dalam hidup ini. Amin.