Selasa, 20 Januari 2015

Alkitab Yuku – SABDA v3.6.4 For Android

Sobat Davekiasy, setelah beberapa bulan Aplikasi Alkitab Yuku yang kita kenal hilang dari dunia Play Store. Kini Alkitab Yuku tampil dengan wajah baru dan Aplikasi "Alkitab Yuku" sekarang secara resmi menjadi Aplikasi "SABDA Alkitab" (Yuku Android). Aplikasi Alkitab multifungsi dan multiversi, gratis dan tanpa iklan. APP ini dilengkapi dengan fitur-fitur: pencarian, versi pembanding, referensi silang, catatan pribadi, riwayat, pembatas buku, salin atau bagikan, catatan, sorotan, berbagai renungan Alkitab setiap hari, rencana baca Alkitab, dan buku-buku kidung/himne. Pengguna dapat menikmati firman Tuhan tanpa Internet kapan pun dan di mana pun sesuai dengan motto YLSA -- Bible Everywhere !!

Berikut Fitur-fiturnya:
• Berbagai terjemahan Alkitab. Terdapat 90+ versi terjemahan Alkitab dalam bahasa Indonesia modern dan kuno, bahasa daerah/ suku, bahasa asli Alkitab (Yun/ Ibr), dan bahasa asing. Setiap versi cukup diunduh/download satu kali, setelah itu dapat dibaca offline.
• Pencarian. Pencarian kata dan frasa dengan cepat dan canggih. Temukan ayat-ayat dengan beragam pilihan pencarian.
• Versi Pembanding. Membandingkan versi-versi terjemahan Alkitab yang ditampilkan dengan 'split screen'. Pelajari firman Tuhan dalam berbagai bahasa dengan mudah dalam satu layar.
• Referensi Silang. Temukan ayat-ayat terkait, yang saling terhubung dalam Alkitab (untuk beberapa versi terjemahan Alkitab).
• Catatan. Anda dapat membuat catatan pribadi pada ayat apa pun yang dipilih.
• Riwayat/ History. Berisi daftar ayat yang pernah Anda buka sebelumnya. Ayat-ayat terakhir yang Anda baca telah ditandai dan dapat dibuka kembali dengan cepat.
• Pembatas Buku, Label, dan Jejak. Ada beberapa jenis "bookmarks" -- Anda dapat menandai ayat-ayat yang Anda baca dan membukanya kembali dengan cepat; Anda juga bisa membuat sendiri sistem topik pribadi.
• Copy/Salin Ayat dan Bagikan. Anda dapat menyalin/ copy ayat, dan juga dapat mengirimkannya melalui berbagai cara (SMS, email, Bluetooth, Facebook, Twitter, dan media sosial lainnya).
• Renungan Setiap Hari. Membaca renungan setiap hari dari berbagai sumber, dan memperdalam pengenalan akan firman Tuhan.
• Rencana Baca Setahun. Pilih dari bermacam jadwal/ metode/ rencana, dan baca Alkitab setiap hari menurut pasal/ perikop/ ayat yang ditentukan.
• Buku-Buku Kidung. Teks dari 10+ buku Kidung/ Nyanyian/ Pujian. Ada yang dilengkapi dengan "Play" -- untuk mendengarkan musik/ lagu bila online.
• Penampilan/ Settings. Tampilan Alkitab dapat diatur sesuai selera -- layar, font, ukuran, dan warna. Juga tersedia mode gelap/malam dan layar penuh/fullscreen.
• Widget. Akses Alkitab dengan cepat. Dengan widget dapatkan penyegaran dari ayat-ayat pilihan setiap hari.
• Renungan Setiap Hari yang tersedia:
-– Santapan Harian (Scripture Union Indonesia)
-– Renungan Harian (Yayasan Gloria)
-– Renungan Pagi (Tim Alkitab; Charles Spurgeon)
-– Morning & Evening (Bahasa Inggris)
• Buku Kidung/Nyanyian/Pujian yang tersedia:
-– BE: Buku Ende + MIDI
-– KJ: Kidung Jemaat + MIDI
-– KPKA: Kidung Pasamuan Kristen Anyar
-– KPKL: Kidung Pasamuan Kristen Lawas
-– KPPK: Kidung Puji-Pujian Kristen
-– KPRI: Kidung Persekutuan Reformed Injili + MP3
-– NKB: Nyanyikanlah Kidung Baru + MIDI
-– NKI: Nyanyian Kemenangan Iman + MIDI
-– NP: Nyanyian Pujian
-– NR: Nafiri Rohani
-– PKJ: Pelengkap Kidung Jemaat + MIDI
-– PPK: Puji-pujian Kristen
Kunjungi:
– Alkitab SABDA: http://alkitab.sabda.org
– Android SABDA: http://android.sabda.org
Segala kemuliaan hanya bagi Allah -– Soli Deo Gloria!


Berikut Screenshotnya:






Bagaimana sobat Davekiasy, tertarik bukan? Silahkan Download disini:
Alkitab Yuku v3.6.4



Senangnya bisa berbagi.

IBADAH YANG BERKENAN KEPADA TUHAN

IBADAH YANG BERKENAN
KEPADA TUHAN
(YESAYA: 1:10-20)


Pendahuluan
Sidang jemaat yang dikasihi Tuhan.
Setiap kita pastinya merindukan, dapat menjalin suatu ibadah yang berkenan kepada Tuhan. Ibadah yang dibangun atas dasar penyembahan umat kepada penciptanya. Ibadah kepada TUHAN ini mengungkapkan satu penghormatan, kasih, dan ketundukan kepada TUHAN.
Karena apa, saudara? Karena ibadah yang sejati sebenarnya timbul dari hati dan dinyatakan dalam sebuah perbuatan. Artinya, apa yang kita nyatakan dalam hal lahiriah dari suatu ibadah, sejatinya tidak akan menjadi berarti jika bukan merupakan ekspresi batiniah kita.
Dalam hal inilah yang juga dipahami oleh Rasul Paulus sehingga Ia menuliskannya dalam Roma 12:1, “demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersem-bahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
Karena itu saudara, bila ibadah adalah sebuah ekspresi batiniah, maka tidak akan mungkin timbul satu pertentangan antara ibadah dan perbuatan sehari-hari. Sebab yang terpenting dalam sebuah ibadah bukanlah terletak pada korban persembahan, melainkan pada orangnya. Maksudnya, orang yang beribadah menentukan korban yang dipersembahkannya, sebaliknya korban persembahan tidak menggambarkan sebagai orang yang beribadah.
Bapak/ ibu yang kekasih,
Ada kesaksian seorang pendeta. Saat Pendeta itu bertanya kepada jemaatnya, “Apa tujuan saudara datang ke gereja?” Dengan spontan semua jemaat menjawabnya, “Untuk beribadah kepada Tuhan.
Namun saudara setelah ibadah usai, mereka berbicara satu dengan yang lain dengan komentar, “Yah… Ibadahnya tidak enak, ibadahnya tidak ada spirit apa-apa, jujur hari ini saya tidak mendapat apa-apa dari ibadah tadi.” Saudara, bukankah komentar seperti itu seringkali kita dengar dari orang yang datang ke gereja dengan tujuan yang salah.
Dari sini kita melihat saudara, rupanya banyak orang datang ke gereja bukan dengan maksud untuk menyembah Tuhan, tetapi hanya untuk mencari berkat dan hiburan. Mereka kira dengan ibadah, mereka harus dipuaskan batinnya, setelah satu minggu bekerja keras. Mereka kira dengan meluangkan waktu selama ibadah, itu berarti Allah harus melayani mereka? Atau memberkati mereka? Dan kalau mereka sudah puas maka itu dianggapnya sebagai suatu ibadah yang sesungguhnya. Karena itu tidak heran saudara, jika mereka menjadi kecewa ketika mereka mendapati suatu ibadah yang tidak sesuai dengan keinginan mereka.
Saudara kita patut mengerti, bahwa tujuan dari sebuah ibadah bukanlah kepuasan batin kita. Tetapi tujuan ibadah itu adalah untuk meninggikan dan mengagungkan nama Tuhan, karena memang hanya Tuhanlah yang layak untuk ditinggikan. Karena itu, kita harus menyediakan hati untuk mendengar dan menerima Firman Tuhan. Kita harus mempersiapkan diri untuk dapat menyembah Tuhan dengan benar.
Dengan demikian tujuan utama kita ke gereja adalah untuk mengagungkan serta memuliakan Allah, bukan untuk mendapatkan berkat semata-mata. Allah memang berjanji akan memberkati, kalau kita taat kepadaNya. Namun saudara, jangan sampai setiap doa, puji, persembahan serta ibadah kita pada akhirnya ditolak oleh Allah seperti halnya yang terjadi pada bangsa Israel. Sebab itu akan sangat menyedihkan.
Sidang jemaat yang dikasihi Tuhan,
Apa yang kita baca dalam Kitab Yesaya ini, merupakan sebuah teguran keras yang dapat menjadi satu pelajaran penting bagi kita. Bahwa Allah tidak membutuhkan adanya sebuah korban dalam sebuah ibadah jika hal itu muncul dari sikap yang tidak sungguh-sungguh, tetapi yang Allah tuntut dari setiap orang yang datang kepadaNya adalah hati yang bersih. Hati yang mau menyembah kepadaNya.
Karena itu kita melihat bagaimana Yesaya sangat menekankan pentingnya pengajaran ini, dengan satu maksud untuk mengingatkan umat Israel dapat menyembah Tuhan Allah saja, serta berbuat sesuai dengan sifat-sifat kekudusan-Nya itu.
Saudara, apa yang salah dari penyembahan bangsa Israel? Salah satu yang disoroti oleh Yesaya adalah upacara-upacara ibadah yang dilakukan umat pada saat itu serta bagaimana sikap mereka kepada sesama manusia.
Bayangkan saudara, Yerusalem yang dahulu sangat dibanggakan sebagai kota hukum yang baik, yaitu di mana umat Allah hidup dalam kebenaran, kejujuran, adil dan kesetiaan kepada Allah, tapi sekarang mereka justru meninggalkan semuanya itu, umat Israel sudah melupakan Allah. Mereka tidak peduli lagi kepada Allah, bahkan nilai-nilai kemanusiaan mereka abaikan.
Keadaan inilah yang mendorong Yesaya untuk menyampaikan pesan Allah kepada umat Israel. Peranannya yang sangat penting bagi Israel nampak saat raja-raja yang dipilih dan diurapi, diingatkan untuk memimpin kembali bangsa Israel dapat beribadah kepada Allah. Yang walaupun dalam pelaksanaannya, mereka seringkali mengabaikan tanggung jawab tersebut dan menyalahgunakan kekuasaan yang ada pada mereka untuk kesenangan dan kepentingan-kepentingan pribadi.
Namun yang menarik bagi kita adalah, tekad Yesaya untuk terus membimbing dan menasihati para raja untuk dapat berlaku sesuai dengan kehendak Allah.
Karena itu diawal perikop kita melihat bagaimana Yesaya menyerukan firman Tuhan kepada bangsa Israel supaya mereka meninggalkan ibadah yang sia-sia. Sebab inti dosa mereka adalah ibadah yang penuh kemunafikan terhadap Tuhan. Dosa yang paling berat bukanlah kriminal, melainkan tidak adanya kesadaran tentang dosa itu.
Saudara, kelihatannya bangsa ini sangat-sangat religius. Mereka mempersembahkan begitu banyak korban persembahan bagi Tuhan, tetapi sayangnya itu bukan keluar dari hati nurani yang tulus. Sebaliknya mereka hanya berusaha memamerkan kesalehan diri, supaya dilihat orang bahwa mereka seorang yang suci. Padahal saudara, Allah tidak bisa dikelabui oleh tindakan-tindakan lahiriah yang munafik seperti itu. Sebab Tuhan tahu kedalaman hati setiap orang, bagaimana motivasi mereka saat datang untuk beribadah.
Pertanyaannya bagi kita adalah? Bisakah kita menipu Allah, jika kita percaya Allah adalah Allah yang Mahatahu. Bisakah kita menyembu-nyikan sesuatu yang buruk, jika kenyataannya Allah Mahamelihat? Adakah kebohongan untuk suatu kebaikan? Jawabannya, tidak bisa bukan!
Karena itu Allah ingin agar seluruh umatNya mendengarkan dengan seksama apa yang ingin Allah nyatakan: di ayat 10 Tuhan berkata: “dengarkanlah firman TUHAN, hai pemimpin-pemimpin, manusia Sodom! Perhatikanlah pengajaran Allah kita, hai rakyat, manusia Gomora!
Saudara, pernyataan ini begitu keras ditujukan kepada para pemimpin dan seluruh bangsa Israel. Allah menghendaki agar seluruh umat Israel dapat memperhatikan dengan sungguh-sungguh apa yang sedang Allah katakan kepada mereka.
Mereka diumpamakan sebagai “para pemimpin, manusia Sodom” dan “manusia Gomora”. Apa maksudnya saudara? Kita mengenal, bahwa kota Sodom adalah salah satu dari daratan dimana Lot, kemenakan Abraham memutuskan untuk tinggal (Kejadian 13:8-13). Kata Sodom juga sering dipakai sebagai lambang untuk menggambarkan dunia yang penuh dengan pemberon-takan terhadap Allah melalui kehidupan yang penuh kejahatan dan perbuatan asusila, serta sebagai lambang dari murka Allah terhadap kejahatan tersebut.
Sedangkan kota Gomora adalah salah satu diantara kelima kota di daratan di sekeliling Yordan, yang dimusnahkan dengan api (Kejadian 19:24). Dalam hal inilah bangsa Israel, diumpamakan seperti bangsa Gomora yang penuh dengan kedegilan hati dank arena itu harus menerima hukuman.
Melalui kedua gambaran ini, Allah ingin agar bangsa Israel dapat bercermin dari prilaku mereka yang salah selama ini. Bahwa apa yang mereka lakukan bagi Tuhan bukanlah sesuatu yang menyenangkan hati Tuhan. Tetapi, yang terjadi justru sangat-sangat memilukan hati Tuhan:
-        Tuhan jemu dengan korban bakaran berupa domba jantan, lembu jantan ataupun kambing jantan.
-        Tuhan jijik ketika melihat sikap hati mereka yang penuh dengan kejahatan saat memasuki pelataran bait SuciNya.
-        Bukan hanya itu saudara, Tuhan juga merasa bosan saat perayaan ibadah mereka naikan seperti sebuah sandiwara.
-        Dan yang terakhir, Tuhan merasa enggan dengan semua doa yang dipanjatkan namun tangan mereka penuh dengan darah dosa.
Dari sini kita melihat sepertinya Tuhan ingin mengatakan kepada seluruh umat Israel, bukan itu yang Tuhan inginkan dari mereka. Bukan ritual-ritual yang diperankan seperti sebuah sandiwara, sebuah ibadah yang isinya penuh dengan kebohongan.
Begitu pun dengan ibadah gereja masa kini, Allah tidak menginginkan dan tidak menghendaki ibadah-ibadah kita yang penuh dengan kemunafikan. Allah tidak menginginkan persembahan yang kita berikan kepada gereja sebagai hasil dari perbuatan-perbuatan jahat seperti (hasil korupsi dan hasil mencuri).
Saat ini banyak orang Kristen, berbuat sesukanya terhadap gereja. Mereka melecehkan kekudusan Allah dengan cara memberikan persembahan dari hasil perbuatan jahat mereka. Saat ini juga banyak orang Kristen yang seolah-olah “menyuap” Allah dengan uang-uang yang mereka berikan ke gereja. Sekali lagi ALLAH TIDAK MEMBUTUHKAN ITU!! Allah hanya mau kita menyadari akan kekudusan-Nya dan bertindak sesuai dengan kekudusan Allah.
Namun saudara, dibalik semuanya itu, Allah yang adalah Kasih masih memberikan kita kesempatan untuk bertobat. Allah masih mau mengampuni setiap orang percaya yang benar-benar mau bertobat. Tetapi pertobatan yang dituntut Allah di sini bukanlah pertobatan yang hanya bersifat sementara saja, atau hanya sebatas di ibadah saja. Allah mau kita menunjukkan sikap kita yang benar-benar mau bertobat dengan cara melakukan hal-hal yang baik kepada sesama kita.
Tugas kewajiban orang Kristen terhadap masyarakat adalah melaksa-nakan dan mengerjakan kebenaran dan keadilan, memperjuangkan keadilan sosial dan menjunjung tinggi serta membangun mental yang baik. Dan pada saatnya, kita akan melihat hasil ketaatan dan kasih Allah itu dalam kehidupan kita dan kehidupan orang yang kita layani.
Demikian pula yang Tuhan inginkan dalam sebuah ibadah bahwa kita datang dengan penuh kerendahan hati, dan siap untuk menyembah Dia.
Karena itu sebelum Allah menyatakan murkaNya yang dasyat kepada bangsa Israel. Allah memperingatkan mereka untuk kembali kepada jalan yang benar. di ayat 16-17 dijelaskan: “Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatan yang jahat…, berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik, usahakanlah keadilan….
Saudara, kita melihat kepedulian Allah yang bukan hanya mengkritik dosa dan kesalahan umat, tetapi juga Allah menyediakan jalan keluar dari permasalahan yang mereka hadapi, yaitu adanya pertobatan umat untuk kembali kepada Allah.
Sidang jemaat yang dikasihi Tuhan.
Ini menjadi satu pelajaran berharga bagi kita, bagaimana kita datang beribadah kepada Tuhan. Memang tidak bisa dipungkiri saudara, bahwa setiap orang pastinya memiliki beragam motivasi untuk datang ke gereja dan beribadah. Setiap orang memiliki latar belakang yang berbeda saat mereka hadir dalam ibadah. Bisa saja saat mereka datang, mereka sedang dalam pergumulan yang cukup berat sehingga mereka tidak berkonsentrasi dalam ibadah. Atau saat datang beribadah, suami – isteri sebelumnya sedang dalam percekcokan kecil yang membawa hati mereka gusar. Atau bisa saja ada orang yang datang beribadah, tetapi tidak tahu harus bagaimana.
Karena itu saudara, penting bagi kita untuk meluangkan waktu sejenak sebelum ibadah itu di mulai. Kita datang lebih awal dari jam-jam ibadah kita dan berdiam diri di hadapan Tuhan, dengan mengambil saat teduh. Kita siapkan hati dan pikiran kita, kalau dirasa perlu kita minta ampun kepada Tuhan dan memohon agar Tuhan memberikan kita damai sejahtera untuk dapat mengikuti ibadah dengan baik. Supaya ibadah yang sedang kita jalani, sungguh-sungguh dapat berkenan kepada Tuhan.
             Bagaimana dengan kita bapak/ ibu yang kekasih. Sudahkah kita mempersiapkan hati dengan baik saat kita datang beribadah kepada Tuhan? Biarlah perenungan ini menjadi koreksi bagi kita untuk dapat memberikan sebuah ibadah yang berkenan kepada Tuhan. Amin.

Rabu, 07 Januari 2015

HIDUP YANG BERPUSAT PADA FIRMAN TUHAN

HIDUP YANG BERPUSAT
PADA FIRMAN TUHAN
2 Timotius 3:16-17

Bapak/ Ibu yang saya kasihi di dalam Tuhan.
Salah satu hal terpenting dalam menjalin sebuah relasi adalah adanya pengenalan. Sebab tanpa pengenalan, maka relasi yang dijalin menjadi hambar, dan seringkali bahkan terjadinya kesalah pengertian satu dengan yang lain.
Demikian pula saat kita menjalin relasi kita dengan Tuhan, saudara. Tidak akan mungkin dapat berhasil jika tidak ada pengenalan yang baik dengan Tuhan kita. Dan satu-satunya cara kita untuk dapat mengenal lebih dekat, Tuhan yang kita sembah itu adalah melalui firman Tuhan yang telah dituliskan.
Saudara, kita harus ingat, bahwa Alkitab adalah sumber paling utama bagi pengenalan kita akan Allah. Walaupun alam semesta mengajarkan kita tentang Allah, sebagaimana dicatat dalam Mazmur 19, namun pengenalan melalui alam itu belumlah lengkap.
Misalnya, kita tidak akan bisa memahami kasih Allah yang membuat Dia, mengutus Anak-Nya yang tunggal, yaitu Yesus Kristus, untuk mati bagi kita melalui pengamatan kita terhadap alam semesta.
Bahkan pengenalan kita akan Allah berdasarkan pengalaman hidup, belum sepenuhnya dapat dipertanggung-jawabkan. Sebab pengalaman setiap orang tentang Allah tidaklah selalu seragam. Allah kita itu kreatif, Ia pasti memiliki beribu-ribu cara, bahkan jutaan cara untuk membentuk setiap manusia, pribadi demi pribadi dengan cara yang berbeda-beda. Sehingga pengalaman manusia yang satu dengan pengalaman manusia yang lain terhadap karya Allah pastinya sangat unik. Karena itu untuk menilai keabsahan suatu pengajaran harus dinilai lebih dahulu berdasarkan pengajaran seluruh Alkitab.
Dengan alasan ini bapak/ ibu yang dikasihi Tuhan,
Hanya ada satu cara yang paling penting yang tidak boleh diabaikan manusia untuk mengenal Allah dengan benar, adalah melalui firman Allah. Orang Kristen meyakini bahwa Alkitab adalah buku pegangan tertinggi bagi keyakinan (doktrin) Kristen, serta buku petunjuk bagi kehidupan Kristen.
Alkitab merupakan sumber hikmat bagi kehidupan sehari-hari dan sekaligus standar bagi keyakinan yang benar yang membawa kepada keselamatan. Alkitab adalah firman Allah yang artinya apa yang dicatatkan di dalam Alkitab adalah perkataan-perkataan yang keluar dari mulut Allah.
Karena itu bapak/ ibu yang kekasih di dalam Tuhan,
Bila kita sungguh-sungguh berpegang pada Alkitab yang adalah firman Tuhan, maka kita akan dituntun untuk tetap pada jalur kehendak Allah. Bila kita menyimpang dari jalur kehendak Allah, kita akan memperoleh teguran dan arahan untuk kembali kepada kehendak Allah.
Firman Allah yang dituliskan di dalam Alkitab itu, telah teruji oleh zaman, teruji oleh setiap kalangan dan budaya dan tidak ada yang mampu melenyapkan firman Allah.
Saudara, sebagaimana yang dijelaskan dalam 1 Petrus 1:24-25, firman Tuhan berkata: “Sebab: "Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur, tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya." Inilah firman yang disampaikan Injil kepada kamu.”
Dari sini kita mendapatkan satu pemahaman saudara, bila kita ingin semakin mengenal Allah dan kehendak-Nya, maka kita harus menyediakan waktu untuk membaca dan mempelajari firman Allah. Kita harus bersikap rendah hati saat mendengar pemberitaan firman Allah, serta belajar untuk menghafal dan merenungkan firman Allah di dalam kehidupan kita.
Bapak/ ibu yang saya kasihi
Kita melihat bahwa Timotius semenjak kecil menerima dididikan dalam kerohanian yang baik. Ia diasuh dalam lingkungan keluarga Kristen yang baik. Dan ia pun bertumbuh dalam kerohanian yang matang. Terlebih lagi ketika ia bersama-sama tinggal dengan Paulus. Karena itu Paulus mendorong Timotius untuk tetap setia kepada semua pengajaran yang telah diterimanya.
Di dunia ini, ada banyak orang yang cenderung mengatakan: memang saya memerlukan Alkitab ketika saya masih kecil; tetapi sekarang saya sudah dewasa, saya dapat berbuat sesuatu tanpa Alkitab.” Saudara ini adalah pandangan yang sangat keliru. Sebab setiap orang yang telah dewasa justru ia akan lebih banyak memerlukan bimbingan firman Tuhan daripada anak-anak, sebab orang dewasa lebih banyak menghadapi pencobaan dan mengambil lebih banyak keputusan.
Inilah yang mendasari Nenek dan ibu Timotius sehingga mereka dengan setia mengajarkan Kitab Perjanjian lama kepada Timotius. Dan berharap Timotius dapat terus bertumbuh dan berpegang pada Firman Tuhan yang telah diajarkan kepadanya.
Kenyataannya saudara, kita tidak akan pernah dapat bertumbuh melebihi firman Allah yang telah kita pelajari. Karena itu, kita butuh firman Tuhan setiap saat, setiap waktu sampai kita kembali bertemu dengan sang pencipta kita.
Dari pembacaan kita hari ini, sedikitnya ada empat alasan mengapa kita membutuhkan Firman Tuhan dalam kehidupan kita.

1.      Alkitab bermanfaat untuk mengajar
"Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar,” (ayat 16).
Kata dasar dari kata “mengajar” adalah kata “ajar.” Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan yang dimaksud dengan kata “ajar” adalah petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut).
Sedangkan yang dimaksud dengan kata “mengajar” ialah memberi pelajaran, melatih. Kata benda Yunani yang dipakai ialah “didaskalia.” yang artinya mengajar atau peringatan. Saudara, kata ini muncul 21 kali dalam Perjanjian Baru. Dan kata “mengajar” dalam konteks 2 Timotius 3:16 ialah lebih menekankan pada mengajar tentang keselamatan yang dari Kristus.
Saudara,
Dalam Perjanjian Baru dijelaskan gambaran tentang Yesus, tentang apa yang telah terjadi dalam hidup-Nya dan hal-hal yang telah diajarkan-Nya.
Saudara contoh ayat Alkitab dalam Perjanjian Baru yang menjelaskan bagaimana Kristus mengajar yaitu dalam Matius 4:23 yang menjelaskan Yesuspun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu.”
juga dalam Matius 7:29 “sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.”
Dalam Perjanjian Lama, Allah sendiri berbicara kepada Musa supaya mereka mengajarkan firman Tuhan kepada anak-anak mereka. Di dalam Ulangan 6:6-9, Firman Tuhan menjelaskan kepada kita: Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.”
Sidang jemaat yang dikasihi Tuhan.
Umat Israel diperintahkan untuk mengajarkan firman Allah dengan rajin kepada anak-anak mereka. istilah “dengan rajin” dalam bahasa Ibrani berasal dari kata kerja yang berarti “mempertajam.” Dalam contoh ini terkandung makna menembus secara dalam.
Dengan demikian saudara,
Firman Tuhan tidak boleh diremehkan, melainkan haruslah menembus dan mempengaruhi seluruh kehidupan manusia. Alkitab merupakan disiplin ilmu yang multigenerasi/ melibatkan semua generasi dan intergenerasi/ pada setiap generasi yang ada. Hal ini lebih dari sekedar tradisi kuno umat Israel mula-mula, sebab ini berhubungan dengan Allah yang menciptakan langit dan bumi.
Saudara,
Orang biasanya mengikuti ajaran yang sesuai dengan tradisi mereka atau ajaran yang dianggap masyarakat sebagai sumber informasi religius yang benar. Sehingga, kebanyakan orang memperoleh pengajaran tentang Allah dari pendeta, keluarga, sekolah, dll.
Memang tidak ada salahnya dengan sumber-sumber ini saudara, SELAMA apa yang mereka ajarkan tidak bertentangan oleh Alkitab. Namun sayangnya, seringkali sumber-sumber ini yakni keluarga, sekolah, hamba Tuhan ternyata tidak mengajarkan kebenaran, yang walaupun kedengarannya rohani dan tulus, namun tanpa sadar ajaran itu juga SALAH disampaikan karena tidak sesuai dengan konteks Firman Tuhan. Yang mereka sampaikan lebih kepada sebuah dongeng yang diembel-embeli dengan firman Tuhan.
Atau contoh lain, saat Alkitab berkata bahwa keselamatan, adalah kasih karunia Tuhan. Misalnya di dalam Roma 10:9 "Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.”
Juga: Efesus 2:8-9 "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri
Bukankah telah dinyatakan dengan begitu jelas bahwa untuk diselamatkan bukan dengan perbuatan baik yang perlu kita lakukan, tetapi kita harus percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati?
Jadi saudara, bila sekolah Anda, Hamba Tuhan Anda, atau keluarga Anda mengajarkan cara yang lain tentang bagaimana memperoleh keselamatan, pengajaran yang mana yang akan Anda ikuti? Pengajaran Alkitabkah atau pengajaran manusia?
Saya pribadi lebih memilih pengajaran Alkitab, karena hanya Alkitablah yang “bermanfaat untuk mengajar”
Bapak/ ibu yang dikasihi Tuhan
Dari sini kita melihat bahwa rupanya tidak mudah untuk menjadi seorang pengajar, terlebih lagi seorang pengajar iman Kristen. Karena beratnya beban yang harus dipertanggung- jawabkan di hadapan Allah. Karena itu supaya tidak salah dalam mengajar, maka kita harus kembali kepada apa yang diajarkan Alkitab kepada kita.

2.   Alkitab bermanfaat untuk menyatakan kesalahan.
…Untuk menyatakan kesalahan...” (ayat 16)
Sidang jemaat yang kekasih
Selain mengajar, Alkitab juga bermanfaat untuk menyatakan kesalahan. Ini berarti Alkitab dapat menunjukkan kepada kita apakah kita salah dan pada bagian mana kita salah.
Saudara, kata dasar dari kata “kesalahan” adalah kata “salah.” Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan yang dimaksud dengan kata “salah” adalah tidak benar, tidak betul, keliru, khilaf, menyimpang dari yang seharusnya, luput, tidak mengenai sasaran, gagal, cela, cacat, kekeliruan.  Sedangkan yang dimaksud dengan kata kesalahan” ialah perihal salah, kekeliruan, kealpaan.
Kata “menyatakan” berarti menerangkan, menjadikan nyata, menjelaskan, menunjukkan, memper-lihatkan, menandakan, mengatakan, mengemukakan (pikiran, isi hati), melahirkan (isi hati, perasaan, dsb.), mempermaklumkan, membuktikan.
Jadi jika Alkitab dinyatakan berguna untuk “menyatakan kesalahan” itu berarti bahwa Alkitab “menunjukkan ketidakbenaran atau memperlihatkan atau membuktikan segala sesuatu yang menyimpang.”  Kata Yunani yang dipakai dalam kata “menyatakan kesalahan” ialah “elegchos.” Saudara, kata ini lebih berarti sebuah “teguran atau disiplin.” Sebuah teguran untuk menyatakan dosa dan menolak ajaran sesat.
Kita melihat saudara, kata “dosa” mempunyai banyak segi. Paulus menggunakan macam-macam istilah untuk menjelaskan hal tersebut. Namun dari semua hal yang ada, kata utama untuk dosa lebih cenderung memakai kata “hamartia” yang berarti “meleset dari sasaran” yang dipakai 64 kali oleh Paulus.
Bagi Paulus saudara, dosa bukan hanya sekedar kejahatan yang dilakukan, melainkan suatu kekuatan yang membelenggu seseorang. Paulus memandang semua orang sebagai yang “terjual di bawah kuasa dosa (Roma 7:14). Sebagaimana seorang budak dijual kepada seorang majikan, demikianlah semua orang masuk dalam kuasa dosa. Dosa pun bersifat universal baik menyangkut orang Yahudi maupun orang non Yahudi (Roma 3:23), dan pada hakikatnya semua orang harus dimurkai (Roma 6:23).
Jadi, seandainya saya percaya bahwa keselamatan dapat diperoleh dengan melakukan perbuatan baik, atau dengan percaya ditambah perbuatan baik, atau dengan hal-hal lain selain dari percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka yang saya perlukan adalah saya harus diberitahu supaya kesalah-pengertian saya itu diperbaiki.
Dengan demikian, ayat tersebut mengajar saya, menunjukkan apa kesalahan saya dan mengoreksinya dan semua itu dilakukan oleh satu ayat yang sama.
Contoh lain adalah Efesus 4:31, firman Tuhan ini menjelaskan "Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan."
Jadi saudara, jika saya mengalami kepahitan, geram dll, maka sebenarnya dengan sendirinya Alkitab sedang memberitahukan bahwa saya salah. Mengapa saudara? Jawabannya karena Allah sendiri yang menyatakanNya di dalam Alkitab, bukan karena masyarakat atau sistem moral dunia ini menyatakan bahwa hal itu salah.
Karena itu bapak/ ibu yang kekasih,
Untuk mengetahui apa yang benar dan apa yang salah, kita tidak perlu mengikuti dan mengetahuinya berdasarkan sistem moral dunia. Yang perlu kita ketahui dan ikuti adalah apa yang Firman Tuhan nyatakan kepada kita.

3.       Alkitab berguna untuk memperbaiki kelakuan
“…untuk memperbaiki kelakuan…” (ayat 16).
Sidang jemaat yang kekasih
Manfaat Alkitab yang ketiga adalah untuk memperbaiki kelakuan. Kalimat ini, lebih bermuatan positif daripada point yang kedua. Dalam hal ini, langkah perbaikan selalu menjadi pelengkap yang sangat diperlukan setelah sebuah kesalahan dinyatakan.
Saudara, sebagai manusia, kecenderungan kita, saat kita mendapati suatu kesalahan, respon yang paling spontan adalah kita menegor, mengkritik sebuah kesalahan tersebut. Tetapi kita lupa peran kita yang lain, adalah untuk memulihkan kembali hubungan yang sudah retak itu karena kita telah terbawa emosi.
Namun, tidak demikian dengan Alkitab, saudara. Alkitab secara konsisten bukan hanya menegur setiap kesalahan-kesalahan yang diperbuat manusia. Tetapi juga Alkitab berusaha memperbaiki tingkah laku manusia agar kembali sesuai dengan jalur yang dikehendaki Tuhan.
Kata dasar dari kata “kelakuan” adalah kata “laku.” Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan kata “laku” adalah perbuatan, gerak-gerik, tindakan, cara menjalankan atau berbuat.
Sedangkan yang dimaksud dengan kata “kelakuan” ialah perbuatan, tingkah laku, perangai, perihal, keadaan. Kata “memperbaiki” sendiri berarti membetulkan sebuah kesalahan atau kerusakan, menjadikan lebih baik, lebih rapi.
Jadi yang dimaksud dengan kata “memperbaiki kelakuan” ialah membetulkan tingkah laku dan perbuatan yang salah.
Saudara, kata Yunani yang dipakai dalam kata “memperbaiki kelakuan” ialah “epanorthosis” yang berarti “perbaikan dalam bidang kelakuan.” Kata ini berarti membuat kembali lurus atau memulihkan. Kata ini hanya muncul satu kali dalam Perjanjian Baru, yaitu dalam ayat ini.
Dengan demikian saudara, yang dimaksud dengan kata “memperbaiki kelakuan” ialah memperbaiki apa yang salah pada tingkah laku manusia dengan kebenaran yang terdapat dalam Kitab Suci.”
Dalam hal ini saudara, semua teori, teologi dan etika harus diuji dengan Alkitab. apabila ternyata semua pengajaran itu bertentangan dengan pengajaran Alkitab, maka semua itu haruslah kita tolak. Karena itu saudara, semua pengajaran harus diuji dan harus sejalan dengan pengajaran Yesus Kristus seperti yang telah dinyatakan dalam Alkitab.
Perhatikan kembali apa yang dijelaskan dalam Efesus 4:31, yang tadi kita baca di atas, ketika Alkitab menyatakan apa yang merupakan kesalahan, maka di ayat selanjutnya Alkitab berusaha untuk memperbaiki kelakuan. Alkitab berusaha untuk memulihkan hubungan.
Perhatikan Efesus 4:32 "Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.
Sungguh luar biasa dalamnya, dan kayanya hikmat Allah kita saudara. Allah bukan hanya Allah yang menuntut disiplin yang tinggi, namun Allah kita juga adalah Allah yang penuh kasih, yang selalu berusaha memulihkan hubungan.


4.  Alkitab berguna untuk mendidik orang dalam kebenaran.
“…untuk mendidik orang dalam kebenaran…” (ayat 16).
Sidang jemaat yang kekasih dalam Tuhan
Tujuan Allah memberikan kita sebuah Alkitab adalah tidak lain adalah untuk mendidik orang dalam kebenaran. Tidak ada kebenaran yang lebih absolut selain kebenaran Allah. Kebenaran manusia adalah kebenaran yang normatif
Kata “kebenaran” berasal dari kata dasar “benar.” Di dalam kamus besar bahasa Indonesia artinya ialah sesuai sebagaimana adanya, betul, tidak salah, tidak berat sebelah, adil, dapat dipercaya (cocok dengan keadaan yang sesungguhnya), tidak bohong, sah.
Kata kebenaran sendiri dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti keadaan (hal dan sebagainya) yang cocok dengan keadaan (hal) yang sesungguhnya, sesuatu yang sungguh-sungguh (benar-benar) ada, kelurusan hati, kejujuran.
Sedangkan arti kata mendidik ialah memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Mendidik orang dalam kebenaran dapat diartikan dengan memelihara atau memuridkan seseorang dalam hal yang sungguh-sungguh benar adanya. Sumber kebenaran ialah Alkitab.
Kata Yunani yang dipakai dalam kata “mendidik orang dalam kebenaran” ialah “paideia en dikaiosune” yang artinya “mendidik seseorang supaya ia berjalan di atas jalan yang benar sesuai kehendak Allah.
Jadi tujuan dari mendidik orang dalam kebenaran adalah tidak lain untuk memperlengkapi setiap perbuatan baik.
Saudara, disinilah kayanya Alkitab. Bahwa setiap orang yang mempelajari Alkitab bukan hanya untuk menambah hikmat diri sendiri, bukan hanya untuk kebaikan hati sendiri. Sebaliknya orang yang mendapatkan pendidikan dalam kebenaran Allah, senantiasa dimampukan Allah untuk menyatakan perbuatan baik kepada orang lain.
Dalam hal ini, pertobatan yang membuat orang hanya berpikir untuk dirinya sendiri bahwa ia telah diselamatkan, bukanlah pertobatan yang sesungguhnya. Sebab pertobatan yang sesungguhnya senantiasa menjadikan orang yang bertobat dapat berguna bagi Allah dan sesama manusia. Dengan kata lain bapak/ ibu yang kekasih, tidak ada seorang pun yang diselamatkan, kecuali supaya dia menjadi suluh untuk menyelamatkan sesamanya.
Sidang jemaat yang dikasihi oleh Tuhan
Tema tahunan kita adalah Hidup Yang Berpusat Pada Firman Tuhan.” Di dalam khotbah-khotbah mingguan kita sepanjang tahun ini, kita akan mengupas lebih dalam bagaimana setiap kita dapat hidup lebih berpusat pada kebenaran firman Tuhan. Melalui tema ini kita berharap, setiap kita akan dapat mengalami pertumbuhan yang iman yang lebih baik, menjadi jemaat yang lebih dewasa di dalam iman. Kiranya melalui kebenaran firman Tuhan ini, kita semakin didorong untuk dapat hidup sebagaimana yang diajarkan oleh Firman Tuhan. Amin

TUHANLAH YANG BERJALAN DI DEPANMU

TUHANLAH YANG BERJALAN DI DEPANMU
Ulangan 9:1-6


Sidang jemaat yang dikasihi Tuhan
Dalam kehidupan seseorang, pastinya ada masa-masa dimana ia mengalami yang namanya kegagalan, dan juga ada masa-masa dimana ia mengalami keberhasilan atau kesuksesan. Kedua-duanya akan selalu silih berganti menghiasi setiap langkah kehidupan kita.
Namun tahukah saudara, bahwa keberhasilan yang kita rasakan adalah lebih merupakan campur tangan Tuhan dalam kehidupan kita?
Saudaraku,
Di tengah-tengah perkembangan zaman yang menuntut setiap individu harus berprestasi, seringkali memaksa seseorang untuk berlomba-lomba mencapai keberhasilan itu.
Kita lihat di dunia pendidikan misalnya, ada sekolah-sekolah yang membedakan kelas-kelas pembelajaran mereka dengan istilah kelas regular dengan kelas akselerasi. Ada juga yang menerapkan system SKS, sehingga setiap siswa memiliki kesempatan lulus lebih cepat dari yang umumnya dijalani, tergantung kemampuannya mencapai satuan kredit.
Saudara, di dunia bisnis, seorang yang dikategorikan sebagai orang yang sukses adalah mereka yang memiliki jiwa enterpreneur. Secara sederhana, entrepreneur didefinisikan sebagai orang yang menciptakan pekerjaan yang berguna bagi diri sendiri. Entrepreneur sendiri berasal dari kata “entrependere” (bahasa Perancis) yang artinya “sebuah usaha yang berani dan penuh resiko atau sulit”.
Jadi saudara, Entrepreneur diartikan sebagai seseorang yang mampu mengolah sumber daya yang ada menjadi suatu produk yang mempunyai nilai atau mencari keuntungan dari peluang yang belum digarap orang lain.
Tokoh entrepreneur Indonesia, yang bernama Dr. Ir. Ciputra mendefinisikan seorang entrepreneur adalah seseorang dengan kecakapan mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas. Maksudnya ialah kemampuan seseorang yang mengusahakan sesuatu yang tidak berharga, sesuatu yang dibuang orang menjadi sesuatu yang memiliki nilai yang lebih besar.
Sedemikian kuatnya pengaruh filosophi ini, sehingga membawa orang untuk berlomba-lomba menjadi seorang entrepreneur yang handal. Namun sayangnya saudara, terkadang godaan mengambil langkah memajukan diri sendiri sampai mendapatkan sebuah keberhasilan, membawa seseorang pada sebuah sikap lebih membanggakan diri sendiri. Entah karena potensi yang dimilikinya ataupun karena kecakapan diri kita.
Inilah faktanya saudara, bahwa orang Kristen pun tidak kebal dengan hal yang demikian. Kita mungkin mengira oleh karena kepandaian kita, maka kita dapat melalui ujian dengan nilai yang memuaskan. Mungkin kita mengira oleh karena kita cakap bernegosiasi, maka proyek itu dapat dimenangkan dengan mulus. Bahkan kita juga berpikir bahwa oleh karena kebenaran diri kitalah, maka Tuhan memberikan keberhasilan dalam hidup kita.
Padahal saudara, dalam sikap hati yang membanggakan diri itulah, sebenarnya kita telah gagal di hadapan Allah. Memang, tidak ada salahnya jika kita berhasil, namun yang perlu kita waspadai adalah sikap membanggakan diri sendiri. Sikap inilah yang pada akhirnya meruntuhkan otoritas Allah dari yang sebagaimana mestinya.
Oleh karena itu, jikalau kita mendapatkan keberhasilan, jangan pernah mengira bahwa hal itu karena kecakapan kita.  Saudara, bukan karena kita mampu, atau karena kebaikan diri kitalah sehingga kita layak menerimanya. Mengapa demikian? Sebab sesungguhnya keberhasilan yang kita raih itu semata-mata disebabkan oleh dua factor:

I.          Kunci sukses kita adalah hasil campur tangan Allah (ayat 1-3) (POWERPOINT 2)
Bapak/ ibu yang kekasih di dalam Tuhan,
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, bahwa keberhasilan kita bukan berdasar pada kecakapan atau potensi yang kita miliki. Hal ini jugalah yang diperingatkan Musa kepada bangsa Israel.
Kita melihat saudara, bahwa jauh sebelum bangsa Israel mengalami sebuah keberhasilan dalam sejarah, sebelum mereka memasuki tanah Kanaan, Allah sudah memperingatkan agar mereka tidak membanggakan diri mereka, sebab keberhasilan yang mereka raih itu, bukan semata-mata hasil usaha mereka, namun karena Allah melakukan intervensi dalamnya.
Saudara, saya membayangkan sosok Musa, pemimpin bangsa Israel yang termahsyur itu, yang saat usianya telah menjadi lanjut. Di tengah-tengah kesempatan terakhirnya bersama bangsa yang dikasihinya itu, Musa menuturkan peringatannya kepada mereka. Saat itu bangsa Israel sementara berada di dataran Moab, di seberang sungai Yordan, dan mereka tengah bersiap-siap untuk memasuki tanah Kanaan.
Saat itu saudara, mata Musa menerawang jauh ke masa sekitar 40 tahun yang silam, di mana ia menyaksikan bangsa yang dipimpinnya itu memberontak terhadap Allah. Ya, di tempat yang sama ini pula, bangsa Israel pernah bersungut-sungut terhadap Allah. Mereka memberontak dalam ketakutan ketika mengetahui bahwa mereka akan menghadapi bangsa Enak di Kanaan itu.
Dan pemberontakan yang sangat memilukan itu pada akhirnya mengakibatkan Allah menghukum Israel sehingga generasi tersebut habis binasa dalam pengembaraan di padang gurun. Mereka gagal karena mengandalkan kekuatan mereka sendiri. Ketika berhadapan dengan lawan yang lebih tangguh, mereka menjadi takut dan gentar.
Bapak/ ibu yang saya kasihi,
Kita melihat, dalam ayat 1 dan 2, bagaimana firman Tuhan menggambarkan kehebatan bangsa-bangsa yang mendiami tanah Kanaan. Berita tentang kehebatan musuh inilah yang menimbulkan kegentaran dan tawar hati dalam diri orang Israel, sehingga mereka menentang titah Tuhan dan tidak mau masuk ke negeri itu (Ulangan 1:19-33). Akibat dari pemberontakan ini, Tuhan menghukum bangsa Israel hidup selama empat puluh tahun di padang gurun (Bilangan 14:32-33).
Saudara, kini keturunan berikutnya dari bangsa yang memberontak itu, diberikan kesempatan kedua oleh Allah untuk memasuki tanah Kanaan. Dan sekali lagi Musa kembali memperingat-kan bangsa Israel agar tidak gentar menghadapi penduduk Kanaan yang lebih besar dan lebih kuat, apalagi ditambah dengan kota-kota mereka yang besar dan berkubu.
Pertanyaannya bagi kita saudara, siapakah orang Enak itu? “Orang Enak” adalah kaum Anakim (‘anaqim), (POWERPOINT 3) keturunan nenek moyang yang disebut berdasarkan namanya Enak, terdapat di antara penduduk Palestina sebelum Israel.
Nama Enak tanpa kata sandang hanya muncul dalam Bilangan 13:33 dan Ulangan 9:2, tapi di tempat lain muncul dalam bentuk “orang Enak(ha’anaq), yang agaknya dianggap sederajat dengan Anakim. Perawakan dan jenis kaum Anakim hebat dan terkenal, justru mereka dijadikan perbandingan untuk menggambarkan besarnya orang lain seperti orang Emim (Ulangan 2:10) dan orang Refaim.
Bapak/ ibu yang kekasih
Pengalaman bangsa Israel, nenek moyang mereka, pernah menilai diri mereka seperti belalang di mata orang-orang Enak (Bilangan 13:33). Lagi pula kota-kota Kanaan juga memiliki pertahanan yang sangat kuat. Karena itu firman Tuhan menuliskan, Siapakah yang dapat bertahan menghadapi orang Enak?”  Pernyataan ini lebih merupakan sebuah refleksi mengenai kekuatan fisik yang bagi manusia tidak tertandingi. Hal ini mengingatkan kita pada peristiwa Daud dan Goliat. Tidak ada bangsa Israel yang berani maju melawan Goliat kecuali Daud. Bagitu pula bangsa Israel terhadap orang Enak.
Tetapi, dengan pertolongan Allah, bangsa Israel yang merasa diri lebih rendah itu pada akhirnya dapat mengusir orang Enak dan bangsa Kanaan lainnya; bahkan, orang Israel menjadi alat Allah untuk menyatakan kuasa-Nya.
Karena itu saudara, Allah mengingatkan bangsa Israel, bahwa kemenangan mereka melawan bangsa Enak, bukan karena jasa mereka, tetapi karena Allah telah berjalan di depan mereka dan berperang bagi mereka.
Tuhan telah mengantisipasi apa yang akan dikatakan oleh orang Israel, apabila mereka telah menduduki tanah Kanaan. Bahwa mereka akan mengklaim kemenangan yang dramatik atas bangsa-bangsa Kanaan itu disebabkan kekuatan mereka sendiri. Oleh karena itu, untuk mengubah pandangan mereka yang salah ini, Tuhan sengaja menunjukkan kelemahan mereka dengan membandingkannya dengan bangsa Enak dan bangsa Kanaan. Jadi, pada bagian ini terdapat kekontrasan antara kekuatan bangsa Kanaan dengan kuasa Allah, yang dibandingkan melalui ayat 1 dan 3.
Allah digambarkan sebagai pribadi yang berjalan di depan Israel, untuk membinasakan orang Enak. Semua keberhasilan bangsa Israel memasuki tanah Kanaan, semata-mata atas seijin Tuhan yang menyerahkannya kepada mereka.
Itulah sebabnya dalam ayat ke-3 Musa mengatakan: Maka ketahuilah pada hari ini, bahwa TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan di depanmu laksana api yang menghanguskan; Dia akan memunahkan mereka dan Dia akan menundukkan mereka di hadapanmu. Demikianlah engkau akan menghalau dan membinasakan mereka dengan segera, seperti yang dijanjikan kepadamu oleh TUHAN.
Sebagaimana Tuhan berjalan di depan Israel dengan tiang awan dan tiang api, demikianlah Dia akan berjalan di depan pasukan Israel sebagai api yang menghanguskan untuk mengalahkan musuh mereka. Dalam hal ini saudara, Musa mau menyadarkan Israel bahwa kemenangan bukanlah terletak pada seberapa banyak, kuat dan gagahnya mereka, bukan juga pada kepandaian mereka dalam menyusun strategi untuk berperang. Sesungguhnya, kunci keberhasilan Israel adalah karena intervensi Tuhan, campur tangan Tuhan.
Dari sini kita melihat bahwa ujung tombak dari kemenangan Israel adalah Dia yang tinggal di surga dan yang menjadikan gunung-gunung yang paling tinggi sebagai tumpuan kaki-Nya, dan lebih daripada itu Dia juga merupakan api yang menghanguskan.
Saudara inilah rahasia penaklukan tanah Kanaan, bahwa keberhasilan mereka bukan berdasarkan pada keunggulan diri orang Israel, melainkan karena kebesaran Allah yang memimpin hidup mereka. Bahwa sesungguhnya kekuatan bangsa Israel bukan berasal dari kekuatan mereka sendiri, tetapi dari tangan Allah.
Demikian pula Allah ingin menyatakan pentingnya kebergantungan mereka hanya pada Allah. Kemenangan mereka semata-mata berdasarkan intervensi Allah, bukan keahlian mereka. Penaklukkan itu karena kekuatan Allah, bukan kekuatan mereka.
Apa yang dapat kita pelajari dari hal ini? Mari kita bercermin dari peringatan Musa terhadap Israel ini: bahwa Allah mau agar kita belajar untuk mengandalkanNya, bukan bersandar pada kemampuan diri kita.
Marilah kita mempersilahkan Allah untuk campur tangan, memimpin kehidupan kita dalam segala hal. Sebab ketika kita semakin kita bersandar pada campur tangan Allah, semakin kita menyadari bahwa setiap keberhasilan yang akan kita raih itu semata-mata hanya karena pertolonganNya.

II.    Keberhasilan yang kita raih merupakan anugerah Allah semata (ayat 4-6). (POWERPOINT 4)
Bapak/ ibu saudara yang dikasihi Tuhan,
Dimulai dengan ayat ke-4, kita mendapati satu peringatan keras Allah terhadap bangsa Israel. ketika Allah berkata: “Tetapi janganlah engkau berkata…karena jasakulah…lebih merupakan satu peringatan keras Allah terhadap bangsa Israel.
Peringatan ini juga mempertegas bahwa semua hal yang dirasakan bangsa Israel semata-mata karena anugerah Tuhan yang diberikan kepada mereka. Semata-mata diberikan Allah supaya bangsa Israel tidak menjadi sombong, yang seolah-olah karena jasa merekalah hingga Tuhan bermurah hati terhadap mereka.
Sidang jemaat yang kekasih,
Kata yang diterjemahkan sebagai “Jasa-jasaku”, adalah terjemahan dari kata Ibrani: “tsadheq”. Sebenarnya kata ini mengandung arti “kebenaran” (Ulangan 6:25). Pada prinsipnya “benar” dalam konteks perikop kita ini, berarti “sesuai dengan norma atau sifat-sifat Allah sendiri.”
Sebaliknya bangsa Israel seharusnya menyadari bahwa dia tidak mempunyai kebenaran dalam arti yang demikian, melainkan semua hal yang diperolehnya hanyalah berdasarkan anugerah Tuhan.
Kita melihat saudara, di sepanjang ayat 4-6, tercatat 3 kali Musa memperingatkan bangsa Israel agar mereka tidak membanggakan diri sendiri. Mengapa saudara? Karena jawabannya ada pada Ayat 4 dan 5: karena kefasikan bangsa-bangsa itulah TUHAN menghalau mereka dari hadapanmu.
Saudara “Kefasikan” secara harafiah dapat berarti kejahatan. Kefasikan ini bukan hanya mengenai masalah spiritual, yaitu sebuah penolakan untuk beribadah kepada Tuhan, tetapi juga kefasikan yang terjadi secara etis-moral, oleh karena penyelewengan seksual, atau adat istiadat yang kejam yang kejam dan bengis (Imamat 18:3,24-30; 20:23; Ulangan 18:12; 20:18).
Dari penggalian arkeologi, diketahui bahwa agama orang Kanaan adalah salah satu agama yang paling fasik, paling diperbudak hawa nafsu dan paling rusak secara spiritual maupun moral di daerah Timur Dekat Purba.
Karena kefasikan bangsa-bangsa Kanaan inilah, menyebabkan Tuhan menjatuhkan hukuman atas mereka, dengan menghalau mereka dari negeri mereka sendiri dan diganti dengan bangsa Israel.
Dalam hal ini saudara, seharusnya bangsa Israel memahami, kalau bangsa-bangsa kafir diusir dari tanah Kanaan karena kefasikan mereka, lebih-lebih bangsa Israel yang juga di kenal sebagai bangsa yang tegar tengkuk.
Secara harafiah tegar tengkuk berarti tegar leher” atau “bersitegang leher” (Nehemia 9:29). Kiasan ini terambil dari bidang pertanian, yang menunjuk kepada sapi atau kerbau yang menolak untuk dikenai sebuah kuk untuk membajak ladang. “Tegar tengkuk” juga berarti suka memberontak dan suka melawan, dan hidup dalam kebenaran yang pura-pura.
Seperti halnya dengan kerbau itu, Israel seringkali enggan untuk tunduk kepada Torah TUHAN yang diberikan kepada mereka.
Jadi dari sini kita melihat saudara, keberhasilan bangsa Israel menduduki tanah Kanaan, sebenarnya bukan karena kebenaran mereka, bukan karena ketaatan mereka pada hukum Tuhan, tetapi semata-mata karena anugerah Tuhan yang dinyatakan kepada mereka.
Karena kasih Allah yang begitu besar kepada mereka, Allah tetap memelihara dan memberikan tanah Kanaan itu sebagai milik pusaka mereka.
Pertanyaannya bagi kita mengapa Tuhan mau memberikan tanah Kanaan kepada bangsa yang demikian? Jawabannya adalah “supaya TUHAN menepati janji yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub(ayat 5).
Artinya dengan menegakkan Israel di Kanaan itu, Allah telah memenuhi janji-Nya kepada para bapa leluhur. Namun setelah Israel telah menduduki tanah itu Allah menuntut ketaatan Israel dalam memelihara perjanjian yang telah diikat-Nya dengan mereka di Sinai. Sekarang kelangsungan kepemilikan atas tanah Kanaan didasarkan atas ketaatan orang Israel. Ketidaktaatan akan membuat mereka terusir dari tanah Kanaan.
Dengan demikian saudara, sekalipun panggilan Israel itu tanpa syarat dan tidak dapat dibatalkan, karena datangnya dari kasih Allah (Roma 11:29), namun berkat-berkat itu diberikan Allah bergantung kepada ketaatan.
Dari sini kita melihat bahwa Tuhan setia pada janji-Nya terhadap Israel sehingga Ia tetap memelihara Israel dan memberikan tanah Kanaan itu kepada mereka. Itu bukan karena usaha mereka, melainkan karena anugerah Allah atas mereka.
Ilustrasi
Di Prancis pada tahun 1795, ada seorang gelandangan bernama Jean Valjean yang tertangkap basah sedang mencuri sepotong roti. (POWERPOINT 5) Ia dijebloskan dalam penjara bahkan berulang kali harus keluar masuk penjara karena mencuri. Di suatu malam yang dingin, Valjean berjalan tanpa arah, ia tidak punya rumah, dan tidak ada seorangpun yang bersedia membukakan pintu rumahnya. Dengan kelelahan ia duduk di sudut kota sambil menggigil, hingga ia melihat sesosok pria tua yang menghampirinya, “Mari ikut aku, tinggallah di rumahku untuk malam ini.” Sang pria tua itu, ternyata seorang pastor yang baik hati. Tak cukup memberikan tumpangan, ia menjamu tamunya itu dengan hidangan makan malam, dan itu adalah makanan termewah yang pernah disantap Valjean.
Keesokan paginya sang pastor terbangun oleh gedoran pada pintu rumahnya. Ketika ia membukanya, ternyata di depan pintu telah berdiri dua sosok yang ia kenali; sang polisi kota, bersama dengan Valjean yang sementara terborgol. “Selamat pagi Pastor, saya berhasil menangkap basah penjahat ini, beserta dengan perabot perak Anda yang dicuri olehnya.” Valjean tertunduk malu, ia tidak berani menatap wajah orang yang telah menyelamatkan hidupnya semalam. Sang pastor terdiam sejenak, lalu berkata: “Ah Valjean, mengapa engkau pergi begitu cepat?  Aku masih ingin memberikan barang perak lainnya kepadamu. Maaf merepotkan Anda Pak polisi, Anda salah paham. Pria ini adalah sahabat saya.”
Setelah polisi itu pergi, Uskup mendekati Valjean dan dengan suara yang perlahan berkata, "Jangan, jangan pernah lupa, bahwa Anda telah berjanji untuk menggunakan uang ini untuk menjadi orang yang jujur."
Seingat Jean Valjean ia tidak pernah menjanjikan apa-apa. Tetapi lidahnya kelu. Uskup Myriel melanjutkan dengan penuh keseriusan, "Jean Valjean, saudaraku, Anda tidak lagi milik yang jahat tetapi Anda milik yang baik. Yang telah aku beli dari-mu adalah jiwa-mu; Aku telah mengambilnya dari pikiran yang jahat dan roh kehancuran, dan aku memberinya kepada Tuhan."
Sejak saat itu pikiran Jean Valjean senantiasa dihantui perkataan-perkataan Pastor bahwa "Kamu telah berjanji untuk menjadi orang yang jujur, jiwa-mu sudah kubeli, sudah kuberikan kepada Tuhan."
Saudara, Valjean si Pencuri itu, di kemudian hari lebih dikenal orang sebagai Walikota Valjean. Dalam kepemimpinannya, tidak ada lagi gelandangan yang berkeliaran, bahkan angka kejahatan menurun drastis. Dan diakhir buku catatan hariannya, ia menuliskan demikian, “Siapakah Valjean? Bukankah ia dulu adalah gelandangan dan pencuri? Tetapi syukur kepada Allah, yang mengaruniakan Valjean sebuah keselamatan, sehingga perubahan hidupnya dirasakannya sebagai sebuah anugerah.” Saudara, sesungguhnya Valjean mengerti, bahwa kuberhasil-annya itu bukan karena dirinya, melainkan anugerah Allah semata.
Saudara, bukankah tidak ada keberhasilan yang lebih besar dari sebuah “keberhasilan” untuk dapat diselamatkan dan menjadi anak-anak Allah? Sebagai orang Kristen yang telah menerima anugerah keselamatan itu, bukankah kita seharusnya memandang segala sesuatu, termasuk keberhasilan yang kita terima adalah sebagai anugerah Allah? 
Kalau kita berhasil, itu semata-mata karena anugerah Allah. Namun ada kalanya godaan untuk mengambil kredit/ pujian bagi diri kita sendiri begitu kuatnya.
Mungkin kita merasa bahwa kita layak mendapat keberhasilan itu sebagai ganjaran atas kebenaran diri kita. Mungkin juga  karena kita merasa telah menjadi orang Kristen yang baik, sehingga kita berpikir bahwa kita layak menerimanya. Selama ini mungkin kita telah menjadi orang baik-baik, bekerja dengan baik, belajar dengan giat, dan kita berpikir bahwa oleh karena itulah kita berhasil. 
Saudaraku, ingatlah bahwa bukan oleh karena kebenaran diri kita, bukan juga oleh karena kekuatan kita, sehingga kita layak menerima keberhasilan tersebut. Sesungguhnya tidak ada satupun yang dapat dibanggakan, selain karena Allah yang setia dan mengasihi kita, karena semuanya merupakan anugerah Allah semata.

Penutup
Saudaraku, suatu saat kita akan selalu berhadapan dengan apa yang namanya keberhasilan. Namun sebagai anak-anak Tuhan, seharusnya kita menyadari bahwa keberhasilan itu dapat diraih bukan oleh karena kecakapan kita. Justru karena Allah sendiri yang turut campur tangan, memampukan serta memimpin kita dalam meraihnya. Keberhasilan itu juga bukan karena kebenaran diri kita sendiri sehingga seolah-olah kita layak menerimanya. Kita menerimanya justru hanya karena anugerah Allah semata.
Saudaraku, marilah kita berbangga, bukan karena diri kita sendiri. Namun marilah kita berbangga, hanya karena Allah yang berkenan untuk memampukan kita, serta memberikan anugerah-Nya kepada kita.
Allah yang setia pada janji-Nya terhadap Israel itu, adalah Allah yang sama, yang memimpin kita dalam meraih keberhasilan di dalam anugerah-Nya, serta menolong kita untuk senantiasa berbangga karena Dia.
Hari ini, kita memasuki hari pertama di tahun 2015. Ada bagitu banyak pengalaman-pengalaman yang telah kita lewati, baik suka maupun duka, baik yang membawa kita untuk dapat tersenyum, ataupun hal yang menyedihkan hati.
Namun semuanya itu patut kita sadari bahwa karena kemurahan Tuhanlah kita bisa melewati semuanya dan menapaki hari pertama di tahun yang baru ini. Kita harus percaya bahwa Allah senantiasa berintervensi di dalam kehidupan kita.
Selamat tahun baru, kiranya dengan rahmat Tuhan kita bisa mampu melewati hari-hari yang masih panjang di depan kita. Amin.