Sabtu, 28 Mei 2016

KEBAIKAN TUHAN NYATA DALAM KEHIDUPAN ORANG YANG TAKUT AKAN DIA

KEBAIKAN TUHAN NYATA DALAM KEHIDUPAN ORANG YANG TAKUT AKAN DIA
Mazmur 31:20-25


Sidang jemaat yang kekasih,
Pada kesempatan kali ini, saya ingin mengajak kita untuk merenungkan kebaikan Tuhan yang nyata dalam kehidupan orang yang takut akan Tuhan, melalui pembacaan dalam Mazmur 31:20-25. Saudara, Mazmur ini adalah seruan Daud untuk senantiasa mengucap syukur dan mengasihi Tuhan. Namun pengucapan syukur ini bukan lahir tanpa didahului suatu pergumulan, sebab kalau kita perhatikan pada bagian awal dari Mazmur 31:1-19, Mazmur ini dilatar-belakangi oleh kondisi pemazmur yang pada waktu itu berada di dalam masa-masa yang sangat sulit dan tidak nyaman. Masih banyak orang yang mengejarnya dan menginginkan sesuatu darinya. Bahkan ada orang yang memasang jaring ingin menjebak dan menjatuhkannya.
Namun saudara, apa yang Daud lakukan? Bagaimana Daud bereaksi terhadap semua situasi yang sulit dan tidak nyaman itu? Kita melihat saudara, bagaimana Daud menyikapi persoalan hidupnya dengan sangat baik. Dimana Daud senantiasa mengucap syukur dan tetap melayani Tuhan. Sebab pemazmur yakin bahwa kehidupan yang sedang dijalani hanya ditentukan oleh Tuhan. Hidupnya bukan ditentukan oleh musuh-musuhnya. Hidupnya bukan ditentukan oleh masalahnya. Bukan pula ditentukan oleh penyakitnya. Tetapi Daud meyakini bahwa kehidupan yang sementara ia jalani itu ada di dalam tangan Tuhan. Tangan Tuhanlah yang menentukan kehidupannya. Karena itu sekalipun Daud berada dalam pergumulan dan kesusahan yang begitu hebat dalam hatinya, dia tetap bisa merasakan damai sejahtera, yang menguasai hidupnya.
Indikasi damai sejahtera yang ada di dalam hatinya adalah ketika dia bisa menunjukkan kepada kita suatu ajakan kepada setiap orang percaya untuk dapat hidup tetap mengasihi Tuhan. Karenanya tidak heran saudara, setelah Daud mengalami pengalaman hidup yang demikian ekstrim, ia benar-benar menyadari akan kuasa dan kasih setia Allah yang begitu melimpah. Hal inilah yang membawa dia untuk senantiasa percaya akan pertolongan Allah dalam kehidupannya.
Jadi rahasianya ada pada sikap takut akan Tuhan. karena itu pemazmur menyadari bahwa kebaikan Tuhan hanya disediakan bagi mereka yang takut akan Dia. Bahkan kebaikan itu tersimpannya secara melimpah. Dikatakan: “Alangkah limpahnya kebaikanMu yang telah Kau simpan bagi orang yang takut akan Engkau” (Ayat 20a)
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Takut akan Tuhan adalah unsur yang sangat penting dalam kehidupan orang percaya. Masalahnya takut yang bagaimana yang patut dimiliki oleh orang percaya? Faktanya, ada banyak di antara kita yang takut akan banyak hal, seperti takut akan hantu, takut akan ketinggian, takut kegelapan bahkan ada yang takut akan keramaian. Bagi orang yang tidak percaya, takut akan Tuhan adalah lebih mengarah kepada hal negative dimana mereka takut kepada penghakiman Allah dan kematian kekal, yang merupakan pemisahan untuk selama-lamanya dari Allah. Takut akan Tuhan bukanlah seperti itu.  Pengertian takut akan Tuhan menjadi jelas jika kita mengerti siapa dan seperti apa Tuhan yang kita sembah itu.
Secara Alkitabiah takut akan Tuhan berbicara tentang kekuatan, kebesaran, otoritas dan kekudusan Tuhan. Takut akan Tuhan di sini adalah wujud rasa takut dalam arti yang positif. Artinya kita menghormati Dia karena kebesaranNya, kekudusanNya, keadilanNya dan juga kebenaranNya. Tanpa rasa takut akan Tuhan yang seperti ini orang Kristen cenderung berpikir, berkata, dan berbuat sesuka hatinya sendiri. Rasa takut akan Tuhan yang seperti ini juga tidak didasari oleh karena takut mengalami hukuman atau takut masuk neraka, karena jika ini yang terjadi maka rasa takut semacam ini tidak didasarkan pada kasih kepada Tuhan.
Takut akan Tuhan adalah ketetapan hati dan pikiran orang percaya yang tidak mau mengecewakan Tuhan melalui pikiran, ucapan dan tindakannya sebagai ekspresi kasih kepadaNya. Dengan kata lain, takut akan Tuhan adalah dasar bagi kita untuk mengikuti jalanNya, melayani Dia dan terus mengasihi Dia. Jadi orang yang takut akan Tuhan akan berusaha untuk hidup seturut firmanNya, menjauhkan diri dari segala bentuk kejahatan (dosa) dengan kerelaan hatinya sendiri, bukan karena terpaksa atau karena dorongan dari orang lain.
Bapak/ ibu yang kekasih,
Dalam Pengkotbah 12:13 dikatakan:  "Akhir kata dari segala yang didengar ialah:  takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintahNya, karena ini adalah kewajiban setiap orang." Dengan kata lain saudara, sikap takut akan Allah merupakan hal yang dikehendaki Tuhan dan kewajiban dari setiap orang yang percaya kepada Tuhan.
Masalahnya, dalam kehidupan kita sebagai orang yang percaya kepada Allah, sejatinya tidak akan pernah lepas dari yang namanya pergumulan hidup. Hidup kita kadangkala seperti hidup seorang janda tinggal di Sarfat (band. 1 Raja 17:7-24). Hidup mereka sepertinya dalam masa paceklik, mereka hanya punya segenggam tepung dan sedikit minyak. Jadi dengan hal itu bisa dipastikan bahwa tepung itu hanya cukup sekali saja untuk dimasaknya hari itu. Setelahnya tidak ada lagi persediaan apa pun untuk dibuatnya esok hari. Karenanya ia menyadari kondisi ini dan ia pun berkata kepada Elia: “…setelah memakannya, maka kami akan mati” (Ayat 12).
Namun saudara, dalam situasi yang demikian Tuhan mengatakan sesuatu yang berbeda melalui Elia. Tuhan ingin mengajar janda ini untuk tidak bergantung pada apa yang dia miliki. Sebaliknya Tuhan mau menunjukkan bahwa cara Tuhan adalah cara yang terbaik dan tidak pernah terpikirkan oleh manusia. Elia berkata kepada perempuan ini untuk memberinya makan lebih dahulu. Dan kita pun tahu apa yang kemudian terjadi, janda ini mungkin sempat berpikir, apakah ia harus lari meninggalkan nabi Tuhan yang tidak tahu diri ini atau melakukan apa yang dia minta, mengolah tepung dan minyak itu untuk menjadi roti dan memakannya?
Saya percaya dalam situasi yang sulit pastinya akan membuat kita harus memilih apakah tetap setia, dan melayani Tuhan, atau lari dari kenyataan? Banyak orang percaya yang tidak menjadi sabaran dan akhirnya memilih untuk lari dari kenyataan, ia meninggalkan tekanan hidupnya dengan memilih sesuatu diluar kehendak Tuhan. Tetapi lihatlah apa yang terjadi ketika janda ini memilih untuk melayani Tuhan, memberikan makan kepada nabi Tuhan, apa yang kemudian Tuhan lakukan? Mereka bisa melewati masa paceklik dengan tepung dan minyak yang tidak pernah habis. Karena apa saudara? Karena Tuhan memelihara hidupnya dan ia mempercayakan hidupnya pada janji Tuhan. Mereka lebih memilih untuk takut akan Tuhan.
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Bersyukur dan melayani adalah dua sikap yang tidak terpisahkan. Bersyukur adalah pernyataan dari iman kita, sedangkan melayani adalah buktinya. Hanya dengan bersyukur dan tetap melayani Tuhan maka hati kita akan terpelihara. Dengan apakah kita bisa tetap memiliki hati seorang hamba jika kita tidak hidup di dalam melayani? Banyak orang Kristen yang berpikir bahwa masalahnya terlalu banyak, sehingga dia mau selesaikan persoalannya dulu, dia mau selesaikan pekerjaannya dulu, dan akhirnya meninggalkan pelayanan sementara. Dia pikir dengan sikap yang seperti itu masalahnya akan selesai. Saya justru melihat, banyak orang yang bersikap demikian, masalahnya semakin rumit saja. Jadi saudara, lari dari Tuhan itu bukan jalan keluar, tetapi dekat dengan Tuhan, bersyukur dan tetap melayani dengan apa saja yang bisa kita lakukan walaupun dalam situasi yang sangat sulit dengan hidup kita. Itulah cara yang Tuhan mau supaya kita dapat tetap tinggal di dalamnya. Jangan lari dari Tuhan.
Yang berikutnya dikatakan: “Alangkah limpahnya kebaikanMu …yang telah Kaulakukan bagi orang yang berlindung padaMu, dihadapan manusia!” (Ayat 20b). Ayat ini memberi pengertian bahwa berlindung kepada Tuhan seumpama seseorang mau berada di bawah pohon yang besar di saat ada sinar matahari yang menusuk. Berada di bawah pohon pada matahari panas sangat menyenangkan. Maunya kita, tidur terus di bawah pohon itu karena membuatnya menjadi adem – tenteram. Juga seumpama ada musuh yang mengejar-ngejar, lalu masuk dalam rumah besar dan kokoh sehingga musuh tidak lagi menyerang. Ibarat seorang yang mau dibunuh oleh seseorang dan seorang yang gagah perkasa meminta bantu kepadanya.
Hidup kita ini kadangkala juga seperti seorang wanita yang mengandung. Ada masa yang sangat sulit dimana sembilan bulan dia harus bertahan. Kalau dia putus asa dengan apa yang dialami, apa yang terjadi? Dia tidak bisa melihat anak itu. Karena itu dia harus bertahan tetap tinggal diam dalam masa sulitnya. Meyakini bahwa Tuhan sedang membentuk anak yang ada di dalam kandungannya. Hari demi hari, hingga bulan berganti bulan. Dia percaya bahwa apa yang dikerjakan oleh Tuhan merupakan sebuah rencana yang indah buatnya. Sampai dia melihat tanda-tanda pertumbuhan yang baik dari anak yang di dalam rahimnya, dan sampai tiba saatnya nanti, anak itu bisa lahir dan disambutnya dengan rasa yang bahagia.
Saya percaya saat ibu Renita menjalani masa kehamilan dan menantikan proses kelahiran putranya, pasti juga disertai dengan pergumulannya. Yang walaupun tiap-tiap anak memiliki ciri pergumulan yang berbeda. Namun kita bisa melihat, kalau saat ini anak itu kini telah lahir dan dalam kondisi yang sehat. Bukankah itu karya Tuhan yang luar biasa.
Bapak/ Ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Apa yang kita pikirkan sekarang dengan keadaan kita? Kalau sekarang kita sedang berada di dalam keadaan yang sulit, apa yang kita lakukan? Masihkah kita bisa bersyukur dan tetap melayani Tuhan? Asal kita ikhlas maka yang baik akan tiba untuk kita. Sebab Tuhan tidak akan pernah membiarkan kita selalu ada di dalam kesulitan dan penderitaan.
Mazmur 55:23 berkata: “Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkanNya orang benar itu goyah” Dari sini kita melihat bahwa Tuhan menjanjikan tidak untuk selama-lamanya kita berada dalam pergumulan. Ada waktunya Tuhan memberikan kelepasan dalam hidup kita. Tinggal bagaimanakah kita belajar untuk sabar menantikan tangan Tuhan bekerja dalam kehidupan kita.
Penguin adalah binatang yang sangat unik. Dia hanya bertelur hanya pada musim dingin. Telurnya hanya satu, tidak lebih daripada itu. Ketika sang betina sudah bertelur apa yang dia lakukan? Dia memberikan telurnya kepada si jantan yang lalu meletakkan telur itu di atas telapak kakinya dan kemudian menutupinya dengan bulunya. Lalu kemana sang betina?
Selama dua bulan lamanya sang betina bersama betina-betina lainnya pergi mencari dan mengumpulkan makanan untuk bayinya. Itu bukan waktu yang pendek, itu waktu yang sangat panjang. Selama itu si jantan berpuasa, mengerami telur itu dan dia terus mempertahankan telur itu tetap ada di atas telapak kakinya. Kalau kakinya bergerak sedikit, telur itu bisa menggelinding keluar. Dia bertahan dengan semua jantan yang lain meskipun ada angin badai yang begitu dingin. Mereka saling berdekatan, saling melindungi, dan luar biasa, tepat dua bulan kemudian telur itu menetas.
Tepat pada saat yang sama betina itu kembali dan bisa memberikan makanan kepada anaknya. Penguin jantan butuh dua bulan bertahan untuk menjaga telurnya, sementara sang betina pergi mencari makan. Situasi yang tidak mudah dan sulit. Sang betina pergi mencari makan ancamannya maut, ada singa laut dan hiu yang bisa memangsanya. Tetapi mereka bertahan demi sesuatu yang jelas mereka melakukan itu.
Terkadang hidup kita sudah sampai di ujung, tinggal selangkah lagi, namun karena kita kelelahan dan putus asa pada akhirnya kita pun berhenti, padahal yang Tuhan mau adalah, kita bertahan. Bertahan di dalam kehendak Tuhan, sambal kita hidupi kehidupan kita dengan kepercayaan penuh kepada Tuhan. Percayalah sebagaimana yang dirasakan oleh Pemazmur, kasih karunia Tuhan selalu cukup bagi kita.
Dialah tempat perlindungan kita. Suatu tempat yang aman dan nyaman. Tempat yang aman dan nyaman itu adalah tempat yang membuat kita merasa dikasihi dan disayangi. Tempat yang aman itu adalah tempat kita diperlakukan dengan baik dan dianggap berharga dan penting. Kita bisa saja merasa aman karena tidak ada yang melukai tubuh kita, tidak ada penyakit yang menggerogoti tubuh kita. Tidak ada orang yang mencuri harta milik kita. Namun demikian, jika ada yang melukai hati kita, menghina dan menginjak-injak harga diri kita pastilah kita merasa tidak aman dan nyaman. Jadi tubuh mungkin bisa aman tapi hati dan jiwa kita tidak aman. Apakah itu yang dinamakan Aman yang sejati?
Keamanan yang sejati seharusnya terpenuhinya kebutuhan lahir dan batin, jasmani dan rohani, material dan sosial. Jadi jika Tuhan adalah tempat perlindungan kita, maka kita dapat mempercayai Tuhan yang memberi jaminan akan terpenuhinya kebutuhan kita lahir dan batin, jasmani dan rohani, material dan sosial. Cara berlindung kepada Tuhan adalah mempercayai dan mengandalkan Tuhan dalam setiap keadaan.
Di dunia yang penuh bahaya ini, kita perlu menyadari bahwa keamanan dan perlindungan kita yang utama berada di tangan Allah. Daud teringat bagaimana ia suatu kali merasa seolah-olah terpisah dari pertolongan Tuhan. Namun ia belajar bahwa dalam situasi yang mengecewakan sekalipun, Allah akan melindungi mereka yang takut kepada-Nya "dalam naungan wajah-Nya;...Dia akan melindungi mereka dalam pondok" (Mazmur 31:21). Dari sini kita melihat bahwa meskipun pemazmur merasa terisolasi, namun ia percaya bahwa Tuhan mendengar dan akan bertindak atas namanya. ia tidak takut sebab dalam iman kepada Allah ia percaya bahwa Allah mampu melindunginya (22)
Kasih setia berarti adalah kasih yang tidak terputus, kasih yang selalu ada. Itulah kasih Allah kepada umatNya. Dalam keadaan yang sesak sekalipun Allah tidak pernah meninggalkan kita. Tuhan Yesus punya berbagai macam cara & memakai siapa saja untuk menolong kita, dan kita harus menyadari bahwa semua itu berasal dari Tuhan. Berusahalah tetap mengucap syukur dalam segala kondisi hidup.
 Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Allah selalu mengetahui di mana kita berada. Tak ada tempat di mana Dia tidak dapat melihat kebutuhan dan mendengar jeritan kita. Awalnya Daud pernah berpikir bahwa Allah sempat tidak menghiraukan keberadaannya. Dia seperti terbuang dari hadapan Tuhan. Namun ternyata prasangkanya keliru. Allah yang disembahnya tidak pernah meninggalkan dia. Karena itu dia berkata: "Tetapi sesungguhnya Engkau mendengarkan suara permohonanku, ketika aku berteriak kepadaMu minta tolong" (ayat 23).
Dari sini kita belajar, bahwa iman tidak hanya yakin akan masa depannya namun juga mengingat apa yang Allah pernah lakukan di masa lampau bagi kita. Terkadang dalam kehidupan kita, kita merasa Tuhan absen dari kehidupan kita. Seolah-olah Tuhan membiarkan umatNya mengalami penderitaan tanpa mengulurkan tanganNya untuk bertindak menolong. Namun prasangka dan praduga yang demikian adalah salah. Faktanya Tuhan tidak pernah absen dalam kehidupan kita, karena Ia Allah yang Mahahadir. Tetapi pertanyaannya mengapa sepertinya Tuhan absen? Karena Tuhan sedang menantikan kita berteriak minta tolong dalam kesesakan kita. Mengakui keterbatasan kita dan membutuhkan tangan Tuhan yang kuat. Saudara, Tuhan meminta supaya kita dapat memercayai kuasaNya yang bekerja di dalam kehidupan kita.
Kenyataannya, kita hidup dalam situasi yang diwarnai oleh berbagai ancaman yang mencemaskan dan menakutkan. Tetapi kita bisa tetap merasa aman dan nyaman, jika kita mempercayai dan mengandalkan Tuhan sebagai tempat berlindung.
Dengan demikian, orang yang dikasihiNya merujuk kepada umat Tuhan yang setia mencari pertolonganNya. Bukan yang hanya sekedar mencari. Atau mencari kalau ia sedang butuh saja. Sebaliknya Tuhan mengasihi orang-orang yang dengan tekun mencari wajahNya setiap waktu. Sama seperti seorang janda yang tidak putus-putusnya mendatangi hakim yang lalim dan mendapatkan haknya, demikianlah Tuhan menghendaki agar setiap orang yang dikasihiNya dapat dengan setia mencari wajahNya.
Sehingga melalui kejadian inilah pada akhirnya Daud dapat merasakan sukacita, merasakan kebahagian dan ucapan syukur, karena apa? Karena apa yang dipegangnya selama ini tidak pernah sia-sia. Itulah kehidupan yang takut akan Tuhan.
Sekarang pemazmur menutup ucapa syukurnya dengan suatu udangan kepada setiap orang yang mengalami kasih setia Tuhan untuk mengasihi Tuhan (Ayat 24-25).
"Kasihilah Tuhan, hai semua orang yang dikasihiNya! Tuhan menjaga orang-orang yang setiawan, tetapi orang-orang yang berbuat congkak diganjarya dengan tidak tangung-tanggung. Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, hai semua orang yang berharap kepada Tuhan." Saudara, kebenaran inilah kiranya juga menjadi peringatan untuk semua orang percaya, bagi saya dan bagi kita semua yang hadir disini. Dan biarlah kita dapat meresponi peringatan ini dengan serius. Kenapa harus ditanggapi atau diresponi dengan serius? Karena hidup sebagai orang percaya adalah hidup yang seharusnya hanya memiliki satu fokus yaitu berharap kepada Tuhan. Berharap kepada Tuhan itu bukan berarti perjalanan hidup kita sebagai orang bercaya akan berjalan mulus tanpa hambatan apapun, sebab dalam kebenaran ini kita juga sudah diingatkan pada kalimat sebelumnya bahwa,
Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, artinya hambatan masih tetap ada, persoalan masih tetap ada tetapi kita tahu benar kepada siapa kita berharap dan kita percaya. Di dalam berharap kepada Tuhan Fokus hidup orang percaya harus benar yaitu memiliki fokus hidup yang hanya ditujukan kepada Tuhan.
Orang percaya yang berharap kepada Tuhan dengan fokus hidup yang hanya ditujukan hanya kepada Tuhan, bukan berarti semata-mata hanya mengharapkan mujizat Tuhan dan berkat-berkat Tuhan yang bisa memenuhi setiap kebutuhan jasmani yang diperlukan, dalam hal ini makan minum dan segala kesenangan hidup. Tetapi fokus hidup sebagai orang percaya yang ditujukan kepada Tuhan adalah bagaimana kita bisa hidup hanya untuk melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan. Jadi arah hidup setiap orang percaya seharusnya sudah tidak lagi tertuju kepada hal-hal yang menyangkut kepentingan diri sendiri, tetapi yang harus di dipikirkan oleh setiap orang percaya atau orang kristen adalah setiap langkah hidup kita, baik itu tindakan, perbuatan, perkataan, sikap hati, pikiran dan perasaan kita, semuanya itu hanya untuk menyukakan Tuhan atau dengan kata lain hidup kita harus sesuai dengan selera Tuhan.
Ketika pengharapan setiap anak-anak Tuhan hanya diarahkan kepada Tuhan, maka apapun yang Tuhan mau, apapun yang Tuhan kehendaki, apapun yang menjadi selera Tuhan, haruslah kita turuti, dan hal ini tidak mudah, itulah sebabnya Firman Tuhan katakan kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu hai semua orang yang berharap kepada Tuhan. 
Saat ini, Tuhan tahu apa yang menjadi pergumulan kehidupan kita, namun belajar memercayai jalan Tuhan. dan bersyukurlah senantiasa. Karena itulah yang dikehendaki Tuhan bagi kita semua. Hari ini, keluarga Bapak Ridwan mengucap syukur kepada Tuhan. Bukan karena keluarga ini tidak pernah diperhadapkan dengan pergumulan. Justru dengan ungkapan syukur inilah, keluarga mau menyaksikan bahwa tangan Tuhan tidak pernah meninggalkan mereka. Kasih setia Tuhan adalah untuk selama-lamanya. Amin.

Minggu, 15 Mei 2016

PERANAN ROH KUDUS DALAM KEHIDUPAN ORANG PERCAYA

PERANAN ROH KUDUS DALAM KEHIDUPAN ORANG PERCAYA
Yohanes 16:4-15


Sidang jemaat yang kekasih dalam Tuhan
Hari ini seluruh gereja memperingati satu peristiwa besar dalam sejarah gereja, yaitu tentang hari TurunNya Roh Kudus. Saudara, hari turunNya Roh Kudus atau yang lebih dikenal dengan sebutan hari Pentakosta, adalah hari ke-50 sesudah paskah. Pertanyaannya, mengapa turunNya Roh Kudus dikaitkan dengan peristiwa paskah? Untuk dapat menjawab pertanyaan ini, pastinya kita perlu mengetahui latar belakangnya terlebih dahulu.
Bapak/ Ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Peristiwa Pencurahan Roh Kudus di hari Pentakosta bukanlah peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba, atau pun sebuah kebetulan. Peristiwa ini adalah peristiwa yang memang direncanakan Allah, jauh sebelumnya. Perjanjian Lama sudah menubuatkannya pada tahun 400 sM tepatnya dalam Yoel 2:28-32, yang berkata: “Kemudian dari pada itu akan terjadi bahwa Aku akan mencurahkan Rohku ke atas semua manusia, maka akan-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat; orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan.”
Dan dalam akhir pelayananNya di dunia sebelum Ia disalibkan, Tuhan Yesus menjanjikan akan datangNya Roh Kudus bagi murid-muridNya (Yohanes 16:4-15). Karena itu, apa yang dijanjikan oleh Tuhan Yesus pada waktu hidupNya itu telah dipenuhi pada hari Pentakosta. Saudara, nubuatan ini digenapi tepat pada peristiwa pencurahan Roh Kudus yakni pada hari Pentakosta, dimana saat semua orang percaya berkumpul di suatu tempat, Tuhan mencurahkan Roh Kudus (Kisah 2:17-21). Dalam hal ini saudara, perayaan Pentakosta diberi makna baru Oleh Tuhan, dengan pencurahan Roh Kudus. Maka Pentakosta dalam Perjanjian Baru merupakan hari permulaan zaman baru. Dan ini terjadi hanya satu kali dalam sejarah. Maka mulai itulah perayaan Pentakosta bagi Gereja, merupakan hari raya gerejawi, yang dihitung sebagai hari ke-50 sesudah Paskah.
Melalui ayat-ayat dalam Yohanes inilah saudara, kita akan merenungkan bagaimana peranan Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya.
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Pada saat Tuhan Yesus hendak disalibkan, Tuhan menyampaikan berita yang sangat mengejutkan bagi para murid, bahwa tidak lama lagi diriNya akan segera mati untuk menyelesaikan tugas penebusan yang diterimaNya dari Bapa. Tuhan Yesus yang bermula datang dari Sorga, akan kembali ke sorga (Yohanes 8:23 band. 16:5). Fakta yang disampaikan Tuhan Yesus menjadikan para murid kecewa dan tawar hati. Untuk sesaat mereka diliputi oleh hati yang berdukacita. Hati yang berdukacita dalam konteks ini mengacu pada pikiran, perasaan, dan kehendak dari seluruh pribadi yang sedang berdukacita.
Memang saudara, perpisahan sejatinya membawa kita kepada kondisi yang berdukacita. Begitupula yang terjadi dengan murid-murid Tuhan Yesus. Selama ini, Tuhan Yesus telah bersama-sama dengan para murid-muridNya. Mereka berjalan bersama-sama, bekerja, dan bercakap-cakap dengan Yesus. Mereka percaya kepadaNya dan mengasihiNya. Tiga setengah tahun, bukanlah waktu yang panjang untuk belajar saling mengenal, tetapi bukan pula waktu yang singkat untuk tidak merasakan kehilangan.
Tetapi masalahnya saudara, saat itu mereka berasumsi, bahwa selama masih bersama dengan guru, mereka tidak akan merasa takut, sebab pembela mereka ada didekat mereka. Tetapi kalau kepergian Tuhan Yesus itu terjadi, siapa yang akan membela mereka lagi? Karena itulah, mereka semua menjadi takut mati dan menderita. Mereka semua terkejut, mereka tertekan dan bingung. Guru mereka, Tuhan mereka, motivator mereka, keajaiban pekerjaan Anak Allah akan meninggalkan mereka dan tidak lagi bersama-sama dengan mereka. Yang mereka tahu bahwa mereka akan kehilangan Guru Agungnya yaitu Yesus Kristus. Dia akan pergi dan kembali ke sorga. Tetapi dalam hal ini tidak ada seorang pun yang berani bertanya, kemana Ia akan pergi! Yang jelas, ini sama sekali tidak masuk akal mereka. Mereka berkumpul seperti domba yang ketakutan ditengah-tengah gembala mereka pada malam itu. Mereka takut ditinggalkan, mereka tidak siap untuk ditinggalkan.
Bapak/ ibu yang kekasih,
Ditengah-tengah kebingungan dan ketakutan para murid, Tuhan Yesus berkata “Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu” (Ayat 7).
Melalui pernyataan ini saudara, seakan-akan Tuhan Yesus ingin mengatakan kepada murid-muridNya: ingatlah semua hal yang sudah Aku ajarkan kepadamu, dan kamu tahu kebenarannya. Dalam hal ini pun adalah kebenaran bahwa lebih baik bagi kamu jikalau Aku pergi ke sorga, sebab jika Aku tidak pergi, maka orang yang percaya tidak akan pernah menerima segala janji Allah, yaitu seorang penghibur yang akan tinggal diam di hatimu. Tetapi jika Aku pergi maka Aku akan mengutusNya kepada kamu (Yohanes 16:7). Dari sini Tuhan menegaskan bahwa semua yang dilakukanNya pada akhirnya akan menjadi sebuah kebaikan bagi mereka yang percaya kepadaNya.
Lagi pula jika Tuhan Yesus tetap dalam tubuh jasmani, maka tubuh itu akan terbatas di satu tempat dan dalam suatu waktu tertentu, sehingga ini akan membatasi kemampuanNya baik untuk mengajar dan melayani kepada semua murid-muridNya. Waktu Dia masih dalam tubuh, Ia tidak bisa bersama mereka dimana saja. Waktu Ia masih dalam tubuh jasmani, Ia tidak bisa mencapai pikiran, hati manusia dimana-mana, sebab Ia dibatasi oleh tempat dan waktu. Karena itu saudara, selama kehidupan pelayananNya di dunia yang hanya 3 ½ tahun, Tuhan Yesus memang lebih berfokus hanya pada orang-orang Israel saja.
Tetapi dengan kedatangan Roh Kudus maka Ia akan membuka suatu jaman baru yang akan menerbitkan suatu pelayanan yang lebih luas (Efesus 2:11-3:13). Tidak ada keterbatasan dalam Roh Kudus. Kemana orang pergi, Roh itu ada dalam orang itu. Karena itu kedatangan Roh Kudus akan menjadi penggenapan janji Tuhan Yesus bahwa Ia akan menyertai sampai selama-lamanya sampai akhir zaman (Matius 28:20).
Sebagai manusia, kita pun sering berpikir adalah lebih baik jika kita hidup bersama-sama dengan Tuhan Yesus yang kasat mata, kita bisa melihatNya, merabaNya, dan mendengarkanNya secara langsung. Tidak ada yang dapat menghalangi kepeduliaan Tuhan Yesus bagi setiap orang yang membutuh-kanNya. Tetapi saudara, sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas bahwa fisik memiliki keterbatasan pada waktu dan tempat. Karenanya kepergian Tuhan Yesus adalah lebih berguna bagi kita, ketimbang Ia tetap bersama-sama dalam keterbatasan fisik.
Karena itu bapak/ ibu yang kekasih, maka genaplah apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus. Bahwa Ia datang bukan saja melakukan tugas penebusan dimana akan menyucikan kita dari dosa, tetapi Dia juga memberikan “penghibur” bagi kita, yang mana penghibur itu adalah “Roh Kudus” dan setiap orang yang memiliki Roh Kristus adalah milik Yesus (Roma 8:9). Dia akan berdiam di dalam diri setiap orang percaya. Sehingga hari ini adalah hari yang terbaik agar Roh Kudus masuk dan tinggal di dalam setiap diri orang percaya, dimana Roh Kudus sendiri adalah Allah sendiri. Roh Kudus akan membawa manusia pada persekutuan yang tidak terputus-putus untuk selama-lamanya; dan membawa kepada pengkhotbah Kristen kuasa dan keefektifan di mana pun ia berkhotbah.
Karena itu bapak/ ibu yang kekasih, ketika Roh Kudus datang untuk membantu kita, sebaiknya kita benar-benar meminta bantuan untuk membantu/ menolong diri kita sendiri. Seperti dalam kehidupan sehari-hari, kita meminta bantuan orang lain untuk membantu kita dalam segala aspek kehidupan kita. Karena jika ingin berhasil, kita membutuhkan bantuan orang lain. Karena kita tidak bisa berhasil tanpa ada dorongan dan bantuan dari pihak lain karena ketidak sempurnaan kemampuan kita.
Demikian juga halnya mengenai iman. Kita sangat membutuhkan pertolongan agar iman kita selalu kuat dalam menghadapi godaan dan penganiayaan iman dari dunia ini, terutama kenikmatan yang ditawarkan dunia ini. Kita membutuhkan Roh Kudus yang meneguhkan dan menghibur kita dalam iman kita kepada Yesus. Allah ingin melakukan pekerjaanNya di dalam diri kita.
Sekarang mari kita melihat bagaimana pekerjaan Roh Kudus ini berlaku dalam kehidupan manusia. Saudara melalui bagian ini, ada dua peranan Roh Kudus yang dijabarkan Tuhan Yesus atas manusia:

1.  Ia Menginsafkan Dunia. Atau lebih tepatnya, Roh kudus bekerja kepada orang-orang yang terhilang secara rohani (8-11).
Ayat 8 Yesus berkata “Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan Dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman”. Ketika orang-orang Yahudi menyalibkan Tuhan Yesus, mereka tidak percaya bahwa mereka sedang berdosa; mereka percaya bahwa mereka sedang melayani Allah.  Akan tetapi ketika cerita mengenai penyaliban itu kemudian dikhotbahkan, hati mereka sangat terharu (Kisah 2:37). Mereka sekonyong-konyong menjadi sangat yakin, (insyaf) bahwa penyaliban itu adalah kejahatan yang terbesar dalam sejarah dan bahwa dosa merekalah yang menyebabkannya. Apakah yang memberi manusia kesadaran tentang dosa? Apakah yang merendahkan dia di hadapan Salib? Itulah pekerjaan Roh Kudus. Hal ini menarik saudara, dimana Roh Kudus melakukan pekerjaan untuk menginsyafkan dunia akan dosa.
Saudara, Kata insyaf merupakan istilah hukum yang berarti menerangi, mengungkapkan, membuktikan kesalahan, menyadarkan dan meyakinkan. Kata ini juga dapat diartikan sebagai “menjatuhkan keputusan.” Kalau dikatakan bahwa “Roh Kudus akan menginsyaf dunia akan dosa…” ayat ini memberikan satu pemahaman bahwa menginsyafkan dosa adalah sebagai hasil dari karya Roh Kudus dalam mengerjakan sebuah pertobatan sejati pada seseorang. Namun yang patut kita mengerti adalah Roh Kudus datang kepada gereja, Ia bekerja di dalam dan melalui gereja. Roh Kudus tidak “melayang-layang” naik turun secara gaib di deretan bangku-bangku gereja, dan berusaha memenangkan orang yang terhilang. Sebaliknya Roh Kudus bekerja melalui orang-orang yang menjadi tempat tinggalNya. Ketika Roh Kudus turun pada hari Pentakosta, Ia memampukan Petrus untuk berkhotbah; dan pemberitaan firman itu menginsyafkan mereka yang mendengar.
Masalahnya dalam kehidupan manusia, ada pertobatan yang bukan merupakan karya Roh Kudus. Contohnya, Firaun. Sesudah tulah ketujuh yakni hujan es, kelihatannya Firaun sungguh-sungguh menyesal. Kepada Musa dia berkata: ”aku telah berdosa kali ini, TUHAN itu yang benar, tetapi aku dan rakyatkulah yang bersalah. Berdoalah kepada TUHAN, guruh yang sangat dahsyat dan hujan es itu sudah cukup. maka aku akan membiarkan kamu pergi, tidak usah kamu tinggal lebih lama lagi” (Keluaran 9:27-28). Tetapi apa yang terjadi saudara, setelah hujan es itu berhenti, ia kembali lagi ia berbuat dosa, dengan tetap mengeraskan hatinya (Keluaran 9:34). Ia justru menolak untuk mengizinkan bangsa Israel meninggalkan Mesir. Firaun bukannya insaf bahwa dirinya sudah berbuat kesalahan karena menentang Tuhan. Dia hanya ingin supaya tulah-tulah itu berlalu makanya, dia seolah-olah insaf. Namun setelah tulah berlalu, Firaun kembali menentang Tuhan dengan melarang bangsa Israel keluar dari Mesir. Dari sini kita melihat bahwa penyesalan karena dosa, ternyata juga dapat dipalsukan. Karenanya terbukti bahwa tidak semua manusia di dunia bertobat.
Jadi bagaimana kita bisa membedakannya? Bapak/ ibu yang kekasih, sekarang mari kita lihat, bahwa Roh Kudus hanya datang pada orang-orang yang sudah dipilih sejak masa kekekalan, kepada orang-orang yang terhilang secara rohani untuk membuat mereka menjadi insyaf. Insyaf dari sikap tidak percaya kepada pekerjaan Tuhan Yesus dan Isyaf bahwa apa yang dilakukan Tuhan Yesus adalah sebuah kebenaran (Yohanes 16:9-10). Karenanya saudara, kita seharusnya bersyukur jika dari milyaran manusia di bumi ini, Tuhan Allah menurunkan anugerahNya sehingga kita dapat isyaf dari kesalahan kita dan kita menjadi sadar bahwa kita tidak dapat hidup tanpa campur tangan Tuhan. Karena itu jangan pernah mempermainkan anugerah Tuhan yang sudah kita terima. Kalau Roh Kudus sudah turun atas kita maka kita harus bertanggung jawab atas hidup kita.
       Pertobatan yang sejati adalah pertobatan yang dikerjakan oleh Roh Kudus. Penyesalan ini bukanlah penyesalan seperti Firaun. Penyesalan ini akan membuat seseorang berbalik sepenuhnya kepada Allah dan tidak lagi berhubungan dengan perbuatan-perbuatan buruknya. Ketika orang berdosa terhilang benar-benar diinsyafkan, ia akan melihat kebodohan dna kejahatan dari ketidak-percayaannya; ia akan mengakui bahwa ia tidak hidup sesuai dengan kebenaran Kristus; dan ia akan menyadari bahwa ia berada di bawah hukuman karena ia milik dunia dan Iblis (Efesus 2:1-3). Jadi pertobatan sejati terjadi di dalam, tidak sekedar di luar atau di permukaan. Pertobatan sejati yang dikerjakan oleh Roh Kudus akan menghasilkan bukti-bukti eksternal, yakni sebuah perubahan hidup (1 Raja 21:27; Yesaya 58:5; Nehemia 9:1; Hosea 7:14; Yunus 3:8). Jadi disinilah bedanya, bahwa seseorang yang sudah diinsyafkan, ia akan menunjukkan kehidupan Kristianinya dengan baik sebagai bentuk perubahan hidup yang sudah diterimanya.
Bagaimana dengan kita saudara, sudahkah kita merasakan pertobatan yang sejati dalam kehidupan kita? Ataukah kita bertobat karena kita terancam oleh perasaan takut yang pada akhirnya ketika ancaman itu tidak lagi dirasakan kita kembali menjadi bebal?
Mari kita bertobat setiap hari dan memohon belas kasihan Tuhan agar Roh Kudus menginsafkan kita akan dosa-dosa kita. Celakalah kalau kita tidak bisa melihat lagi akan dosa-dosa kita. Celakalah kalau mata rohani kita sudah tertutup dan tidak melihat akan kejahatan-kejahatan kita. kita harus dengan sungguh-sungguh memohon agar Roh Kudus menginsafkan kita akan dosa-dosa kita.
Bapak/ ibu/ saudara yang kekasih,
Seorang religius bertanya kepada orang berdosa yang baru bertobat: “Bagaimana caranya kamu bisa bertobat, padahal aku sering mengalami kesulitan untuk bertobat?” Jawab orang berdosa tersebut adalah: “Karena aku seorang yang berdosa, maka aku seperti seorang pengemis yang tidak memiliki baju baru. Begitu Tuhan menawarkan aku sebuah baju baru, maka aku segera menerimaNya dengan sukacita. Sebaliknya karena kamu merasa diri sangat rohaniah, maka kamu merasa memiliki banyak baju baru. Itu sebabnya ketika Tuhan menawarkan kamu sebuah baju baru, kamu menolak pemberian Tuhan tersebut karena kamu merasa telah memiliki banyak baju baru.”
Pekerjaan Roh Kudus yang menginsafkan akan dosa ini bukan hanya bagi mereka yang belum percaya kepada kristus, tetapi ini merupakan pekerjaan Roh Kudus yang akan terus dikerjakannya dalam diri kita sebagai pelayan-pelayan Tuhan. Maka rendahkanlah diri kita untuk menerima karya Roh Kudus ini yang menginsafkan kita akan dosa
Hal ini perlu dikatakan oleh Kristus supaya para murid dapat melihat betapa hebatnya karunia Roh Kudus yang akan diberikan kepada mereka. Juga, supaya mereka melihat bahwa sekalipun dunia membenci dan menganiaya mereka, tetapi melalui pekerjaan Roh Kudus mereka bisa mempertobatkan dunia. Pada waktu dunia membenci dan memusuhi kita, maka secara alamiah kita juga ingin membalas. Tetapi jelas bukan itu sikap yang Tuhan kehendaki dari kita. Kita harus mengampuni, mengasihi mereka, dan tetap berusaha memberitakan Injil kepada mereka, supaya mereka bisa diselamatkan. Dan Roh Kudus membantu kita dalam hal ini.
Satu-satunya pribadi yang dapat menyelamatkan dari situasi mengerikan itu adalah Yesus Kristus, Anak Allah. Tidak ada pertobatan tanpa keinsyafan, dan tidak ada keinsyafan tanpa pekerjaan Roh Kudus melalui firman Allah yang diberitakan oleh kesaksian orang-orang percaya yang setia. Dengan demikian, Injil mulai dengan suatu pengakuan akan keberdosaan umat manusia dan kebutuhan akan kebenaran Allah (lih. Roma 3:9-18,23). Sebelum ada kesadaran dalam diri seseorang bahwa dia adalah orang berdosa, maka seseorang tersebut akan tetap merasa tidak membutuhkan seorang Juruselamat. Berarti fokusnya bukanlah dosa pribadi. Karena Yesus telah lunas membayarnya. Fokusnya adalah “apakah saudara menerima atau menolak Yesus?” dan “Apakah yang sudah saudara lakukan untuk Yesus?”. Roh Kudus akan membimbing dan membalut mereka untuk percaya kepada kebenaran Yesus dan bukan kebenaran diri sendiri seperti kain yang sudah kotor oleh dosa.
Yang berikutnya adalah Roh Kudus akan menginsafkan dunia akan “Realita Penghakiman”. Dalam Ayat 11 dikatakan: “akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum.” Tuhan Yesus mengatakan bahwa Roh Kudus akan menghukum dunia ini karena realitas penghakiman, sebab penguasa dunia ini telah dihukum. Dan hal ini menjadi referensi untuk penghakiman masa depan.
Kata menghukum berasal dari drama dalam ruang persidangan. Ini merujuk kepada pekerjaan jaksa dan kasusnya, dimana tersangka akan berada di kursinya, dan bukit-bukti yang dipegang oleh jaksa sebagai berkasnya. Fakta pada fakta, bukti pada bukti, saksi pada saksi, kebenaran pada kebenaran, dan berlahan apabila punya bukti yang cukup kuat, dengan tidak terelakkan maka hakim akan berkata: “tanpa diragukan lagi, aku memutuskan kamu bersalah”, dan juga dengan tidak dapat mengelak terdakwa juga akan berkata “Saya mengakui bahwa saya bersalah”.
Dengan demikian kita melihat saudara, bahwa ke semua bidang dari kesaksian Roh berhubungan dengan keperluan manusia dan karya penebusan dari Yesus Kristus.
Setan mungkin adalah penguasa dan mempunyai kekuatan yang sangat besar di dunia ini. Tapi pada hakekatnya setan/iblis telah dikalahkan dan telah dihukum melalui kematian Yesus. Ini sepenuhnya akan disadari ketika manusia berdosa, malaikat yang jatuh, setan sendiri diperhadapkan kepada Allah yang benar (Filipi 2:6-11).
Roh Kudus akan memenuhi tugasNya untuk menghukum dunia. Tetapi Dia juga mengharapkan dan memerintahkan kita untuk memenuhi tugas panggilan kita dan melayani orang-orang yang belum percaya (15:26-27). Ketika kita ingin memenangkan jiwa-jiwa yang belum percaya, kita harus juga melakukan: dalam hidup kita berdoa bagi mereka orang-orang yang belum percaya kepada Yesus, Menyatakan kepada diri sendiri dan orang lain bahwa Yesus adalah jalan satu-satunya untuk menuju kepada Allah, Informasikan keburukan yang terjadi sebelum mendengarkan kebesaran Allah.
Yesus ingin memberikan dan berbagi banyak informasi/ kabar baik kepada kita dan kepada murid-muridNya saat itu. Tetapi terkadang kematangan spiritual kita tidak sanggup dan belum dewasa untuk menerima kabar ari Yesus karena kita hanya mementigkan diri kita sendiri. Ketika kita mendengar dan mematuhinya, maka Yesus juga akan berbagi dan memberikan banyak kemampuan kepada kita. Maka sangatlah diperlukan kita mematangkan spiritual kita.
Ini jelas menunjukkan Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga. Karena itu janganlah menolak Dia, dan kalau saudara sudah menerimaNya, rajinlah memberitakan Injil kepada orang-orang yang belum percaya kepadaNya.

2. Ia berkomunikasi dengan orang percaya (12-15). Ini lebih berkaitan dengan tugasnya diantara orang-orang percaya.
Ayat 13 berkata: “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran, sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diriNya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengarNya itulah yang akan dikatakanNya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.”
Yesus berjanji bahwa Roh Kudus akan membimbing kita kedalam kebenaran Yesus Kristus. Ini tidak menunjuk pada kebenaran absolut di tiap bidang, namun di bidang kebenaran rohani dan pengajaran Yesus. Jadi maksudnya adalah Dia akan membimbing kita dalam membuat keputusan-keputusn yang praktis yang diperlukan dalam hidup kita. Yang penting kita mendengar dan mematuhiNya sehingga kita akan diberikan kebenaran yang dari atas. Sekarang Roh Kuduslah Guru kita, dan Ia menerapkan prinsip yang sama: Ia mengajar kita kebenaran yang perlu kita ketahui, pada waktu kita membutuhkannya dan pada waktu kita siap untuk menerimanya. Jadi ketika oleh Roh kita diminta untuk berpaling dari perbuatan dan sikap kita yang salah, walaupun dari segi duniawi itu sangat menguntungkan, maka kita harus mematuhinya apabila memang kita telah memiliki kematangan spiritual. Kita harus merespon, bergerak dalam perubahan yang positif terutama dalam memenangkan jiwa-jiwa yang masih dalam dunia kegelapan.
Dalam 16:14 “Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimaNya daripadaKu.” Dari sini kita pahami bahwa pekerjaan utama dari Roh Kudus adalah meninggikan dan menerangkan Yesus Sang Mesias. Ia akan memuliakan Tuhan Yesus. Pekerjaan Roh Kudus sejatinya tidak akan pernah bertentangan dengan apa yang diajarkan Tuhan Yesus kepada kita. Jadi kita harus tahu bahwa pekerjaan Roh Kudus tidak akan pernah terpisah dari Yesus Kristus atau firman Allah. Nyatanya Roh tidak pernah menyinarkan lampu sorot kepada DiriNya sendiri, namun selalu pada Yesus (Yohanes 14:26).
Roh itu ternyata akan berkomunikan (berhubungan) dengan kita sebagaimana Tuhan Yesus sendiri yang berhubungan dengan kita. Pekerjaan Roh Kudus bersifat Kristosentris artinya berpusatkan pada Kristus. Ia akan menarik perhatian bukan kepada diriNya sendiri, tetapi kepada Kristus. Ia akan memuliakan Kristus. Dan Rohlah yang menjadi teman kita berbagi dalam mengarungi kehidupan ini. Dan satu hal yang perlu kita ingat. Pekerjaan dari roh Kudus adalah untuk memuliakan Yesus.
Jadi jika segala pekerjaan yang dilakukan adalah untuk kemuliaan roh itu sendiri, sebenarnya itu bukanlah Roh Kudus tetapi pekerjaan roh busuk yang berusaha mencuri kemuliaan Yesus. Dan ini berlaku juga bagi kita dalam melayani dan berbuat baik. Bahwa semuanya itu bukanlah untuk diri kita sendiri tetapi untuk kemuliaan Tuhan. Dan hal ini juga ditekankan dalam ayat 15. Bapa sama dengan Anak.
Kemuliaan dari Anak adalah untuk kemuliaan Bapa. Dengan demikian, Tuhan Yesus tidak berjanji mengenai apa dan bagaimana langkah kita sampai jauh kedepan. Tapi Dia berjanji akan menuntun kita apa langkah yang akan kita ambil hari ini dan saat ini. Itulah makanya Mazmur 119:105 berkata: “FirmanMu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku”. Ini bukan berbicara soal lampu sorot, tetapi sebuah pelita kecil yang sangat berguna untuk menerangi jalan kita 2 atau 3 langkah kedepan. Ini dilakukan agar kita tetap berjuang dan berpengharapan teguh. Kita harus berjalan bersama Allah langkah demi langkah dalam kehidupan ini.
Orang yang mengatakan bahwa dirinya dipenuhi Roh Kudus tetapi tidak pernah memberitakan Injil/ berusaha membawa orang kepada Kristus, jelas bahwa segala yang ia bicarakan adalah omong kosong. Demikian juga kalau ia terus menerus meninggikan Roh Kudusnya dan bukan Kristusnya. Meninggikan Roh Kudus sebetulnya tidak salah, karena Ia juga adalah Allah sendiri. Tetapi kalau seseorang hanya meninggikan Roh Kudus tetapi tidak meninggikan Kristus, orang itu pasti tidak dipenuhi oleh Roh Kudus, dan mungkin bahkan sama sekali tidak memiliki Roh Kudus. Sekarang Kristus mengingatkan mereka bahwa Roh Kudus tidak akan datang untuk mendirikan kerajaan yang baru, tetapi sebaliknya meneguhkan kemuliaan yang telah diberikan kepadaNya oleh Bapa.
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan
Hari ini, kita mengerti bahwa Penolong itu sudah datang, yaitu Roh Kudus. Dia tinggal dan berdiam dalam hati setiap pengikutNya. Hebatnya, Roh Kudus tinggal bersama mereka selama-lamanya dan ditawarkan kepada setiap pribadi. Roh Kudus datang untuk bersaksi tentang Kristus, menginsafkan akan dosa, menuntun pada segala kebenaran, memberikan keberanian, dan hikmat. Melalui kuasa Roh Kudus, kehidupan Kristus, sifat-sifat-Nya, kuasaNya, dan kekuatan-Nya nyata melalui kehidupan seseorang. Setiap orang yang dikuasai Roh Kudus tak akan menjalankan tugasnya dengan kekuatan sendiri atau meniru-niru sifat Kristus. Hidupnya akan selalu dipimpin oleh Roh Kudus. Dengan kata lain, Kristus sendiri menyatakan kehidupanNya melalui kehidupan orang itu. Sehingga kehidupan kita mencerminkan kemuliaan Tuhan Yesus. Selamat merayakan Pentakosta. Tuhan Yesus memberkati. Amin.

Selasa, 10 Mei 2016

MAU MINTA APA?

MAU MINTA APA?
1 Raja 3:2-15
(2 Tawarikh 1:1-13)


Kaum muda yang saya kasihi dalam Tuhan,
Ada tiga orang bersahabat terjebak disebuah pulau yang terpencil. Mereka terdampar akibat perahu mereka yang rusak dihempas ombak lautan. Suatu hari ketika mereka berjalan-jalan menyusuri tepian pantai, mereka menemukan sebuah benda yang mirip lampu aladin. Karena penasaran, mereka pun menyeka kotoran yang menempel di badan lampu kuno tersebut dengan menggosok-gosoknya. Dan tiba-tiba busss… sesuatu keluar dari dalam lampu kuno itu. Ternyata dia seorang jin. Kemudian jin itu berkata: “kalian bisa meminta 3 hal sesuai dengan keinginan kalian.” Karena mereka 3 bersahabat, maka peluangnya setiap orang hanya bisa mengucapkan satu permintaannya.
Orang yang pertama berkata: “Jin, pulangkan aku ke rumah orangtuaku, sebab mereka menjanjikan aku sebuah perusahaan, namun karena aku pergi rekreasi bersama 2 sahabatku dan terjebak disini, pastilah seminggu ini orangtuaku sudah gelisah mencariku!” Tidak berselang lama, hilanglah orang pertama.
Lalu orang yang kedua berkata: “Jin, pulangkan aku ke rumah orang tuaku, sebenarnya aku sudah dijodohkan sama orangtuaku, tapi karena aku menolak dan memilih untuk pergi bersama 2 sahabatku, ternyata justru terdampar di pulau ini. Jadi daripada aku disini merana, lebih baik aku pulang.” Kemudian orangkedua pun tiba-tiba hilang,
Tiba giliran orang ketiga. Ia tampak begitu murung, ia sedih karena dia tidak tahu lagi harus berbuat apa. Ia adalah anak sebatang kara. Sudah lama orangtuanya meninggal dunia. Rumah pun dia tidak punya. Satu-satunya yang dia punya hanya kedua sahabatnya. Maka dalam kesedihannya dia berkata: “jin, aku kesepian, tidak mungkin aku bisa hidup seorang diri, bisakah kamu kembalikan teman-temanku kepadaku” Maka seketika itu juga kedua temannya kembali didekatnya dalam wajah yang menyimpan perasaan masing-masing.
Rekan-rekan Pemuda,
Jika pada saat ini Tuhan hadir di hadapan Saudara dan berkata, “Mintalah apa saja yang kamu inginkan, maka Aku akan memberikannya kepadamu!” Kira-kira apakah yang akan kamu minta kepadaNya? Umumnya orang akan meminta kesehatan, berkat (baca: harta), dan perlindungan. Tapi, pernahkah kalian, memikirkan untuk apa kesehatan, berkat, dan perlindungan yang kamu minta itu? Apa yang akan kamu lakukan dengannya?
Saudara, di awal pemerintahan Salomo sebagai Raja Israel, bangsa Israel biasa mempersembahkan kurban kepada Allah di bukit-bukit atau dataran tinggi, kadang-kadang di tempat bekas penyembahan berhala bangsa Kanaan, karenanya di zaman itu belum ada Bait Allah yang didirikan. Masalahnya saudara, Tuhan tidak pernah mengghendaki penyembahan yang demikian.
Tetapi, ditengah-tengah kondisi bangsa Israel yang demikian, muncul sosok Raja baru. Itulah Salomo dan Salomo bertekad untuk menjalani ketetapan-ketetapan yang diajarkan ayahnya yaitu Daud dengan iman dan kasih kepada Allah; hanya ia masih mempersembahkan korban sembelihan dan ukupan di bukit-bukit pengorbanan (1 Raja 3:3). Karena itulah Tuhan Allah menyertai Salomo dan menjadikan kekuasaannya luar biasa besarnya (2 Tawarikh 1:1).
Suatu hari Salomo pergi ke bukit Gibeon untuk mempersembahkan korban. Bukit itu adalah bukit pengorbanan yang paling besar dan Salomo mempersembahkan seribu korban bakaran bagi Tuhan (1 Raja 3:4). Saudara mungkin ini korban persembahan yang paling besar yang pernah diadakan di Israel. Lagipula ia memberi perintah kepada seluruh Israel, kepada kepala-kepala pasukan seribu dan pasukan seratus, kepada para hakim dan kepada semua pemimpin di seluruh Israel, yakni para kepala keluarga (2 Tawarikh 1:2). Bersama-sama dengan mereka, Salomo pergi ke bukit Gibeon, sebuah kemah Petemuan Allah yang dulu pernah dibuat oleh Musa, hamba Tuhan itu, ketika mereka masih di padang Gurun (2 Tawarikh 1:4).
Malam itu Tuhan menampakkan diri kepada Salomo dalam sebuah mimpi. Saudara, dimasa itu mimpi seringkali dipakai Tuhan untuk menyatakan maksud Tuhan kepada umat yang dikasihiNya. Satu misal kepada Abimelekh (Kejadian 1:1), Kepada Yusuf (Kejadian 37:5), kepada Gideon (Hakim 7:15) dll. Hal ini juga terjadi hingga pada masa Perjanjian Baru. Misalnya kepada Yusuf (Matius 1:20), kepada orang Majus (Matius 2:12), kepada isteri Pilatus (Matius 27:19). Namun sejak saat itu, Tuhan sangat jarang memakai mimpi untuk menyatakan maksudNya. Pada masa sekarang mimpi selalu dianggapnya sebagai bunga tidur.
Mengapa? Karena sekarang Tuhan tidak lagi berbicara secara verbal kepada manusia. Saat ini, Tuhan hanya berbicara melalui firmanNya yang dituliskan di dalam Alkitab. Jadi saudara, kalau ada orang yang berkata: “tadi malam Tuhan berbicara kepada saya dalam mimpi…” atau seorang hamba Tuhan berkata: “Tuhan berbisik kepada saya tadi malam…” jangan percaya itu! Itu sesat! Sebab Tuhan tidak lagi berbicara kepada umatNya melalui bahasa verbal.
Tetapi lain ceritanya dengan yang difirmankan Tuhan kepada Salomo. Tuhan memang masih berbicara secara verbal kepada umat pilihanNya. Karenanya dikatakan pada malam itu di Gibeon, Tuhan Allah mendatangi Salomo dalam mimpi dan berkata, “Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu.” (1 Raja 3:5; 2 Tawarikh 1:7).
Kita melihat saudara, ketika Raja Salomo mendapat kesempatan yang baik untuk meminta apa saja yang ia inginkan, hati Salomo lantas tidak segera menjadi tamak. Salomo tidak mencari kepuasan diri, ia tidak mencari kemuliaan diri seperti umur panjang, kekayaan, terlebih lagi nyawa para musuhnya. Karena itu, ia lebih memilih meminta hikmat daripada semua hal yang lain dalam hidupnya (1 Raja 3:11).
Atau Salomo juga tidak meminta kenyamanan atau kemudahan, tetapi ia meminta hikmat sebagai bekal agar ia dapat melakukan tugasnya dengan baik. Karena itu Salomo berkata:
1.    Jabatan yang diperolehnya sekarang adalah kasih karunia Tuhan (1 Raja 3:6-7; 2 Taw 1:8).
2.  Kiranya Tuhan meneguhkan janji yang sudah diirarkannya kepada Daud, ayahnya (1 Raja 3:8; 2 Taw 1:9).
3.  Berikanlah hikmat dan pengertian untuk memimpin bangsa yang sangat besar itu (2 Taw 1:10). Sebuah hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat yang besar (1 Raja 3:9).
Saudara, permohonan Salomo dalam mimpi mencerminkan suatu permohonan yang lahir dari hatinya yang terdalam. Dengan menyadari bahwa dalam mimpi merupakan suatu ekspresi ketidaksadaran seseorang, sehingga isi mimpi merupakan cermin dari keutamaan moral yang dimiliki oleh kepribadian seseorang. Dan dalam mimpinya itu Salomo meminta hikmat kepada Tuhan.
Saudara, hikmat, adalah hati yang bijaksana dan penyelidikan yang lebih tajam, yang melihat dan menimbang segala sesuatu dari sudut pandang Allah dan firmanNya adalah salah satu harta terbesar dalam kehidupan ini (Amsal 3:15). Karena itu bagi Salomo mendapatkan kebijaksanaan untuk memutuskan suatu perkara dengan benar dan adil adalah lebih berharga daripada hal yang lainnya.
Dalam hal ini kita menjumpai ada tiga kata yang saling berkaitan, yaitu “pengertian” (biyn), “memutuskan” (shama`), dan “hukum” (mishpat). Arti kata “biyn” adalah: membedakan, memahami, dan mempertim-bangkan (digunakan di Mazmur 139:2, Daniel 9:2; 10:1). Dalam bentuk yang pasif, kata “biyn” berarti: menjadi cerdas, cerdas, bijaksana, memiliki pemahaman. Jadi saudara, Salomo memohon agar Allah mengaruniakan kepadanya suatu kecerdasan untuk memahami suatu perkara. Lalu kata “shama” berarti: mendengar, dan mendengar dengan perhatian atau sikap tertarik. Kata yang juga juga digunakan di dalam Kejadian 18:10, Yesaya 6:9, Kejadian 3:10, 24:52, dan Keluaran 2:15.
Dengan demikian Allah mengaruniakan kepada Salomo suatu kemampuan untuk mendengar secara utuh dan mendalam untuk dioleh secara lebih cerdas, sehingga mampu bertindak bijaksana dalam menegakkan pemerintahannya secara adil dan benar sesuai dengan ketentuan Tuhan. Itulah “mishpat” yang lebih dikaitkan dengan hukum-hukum Allah.
Mengapa Salomo meminta hikmat bijaksana? Karena ia membutuhkannya untuk menjalankan tanggung jawab yang Tuhan percayakan kepadanya. Tuhan telah memilihnya untuk menggantikan ayahnya memerintah atas Israel, meskipun waktu itu usianya masih muda dan belum tahu apa-apa tentang seluk-beluk pemerintahan. Ia meminta hikmat bijaksana agar ia dapat memerintah rakyatnya dengan baik dan adil sesuai dengan apa yang dimaksudkan Tuhan bagi dirinya.
Karena itu dari sudut pandang Allah, permohonan Salomo tersebut adalah “baik di mata-Nya” (1 Raja 3:10). Pilihan Salomo adalah pilihan yang sangat tepat karena itu Allah sendiri memandang permintaan itu sebagai sesuatu yang baik. Allah mengabulkan, bahkan Allah memberi Salomo hal-hal penting yang dimintanya dan menambahkan dengan hal-hal lain yang tidak dimintanya. Allah berkata, "Dan juga apa yang tidak kau minta Aku berikan kepadamu, baik kekayaan maupun kemuliaan, sehingga sepanjang umurmu takkan ada seorang pun seperti engkau di antara raja-raja" (1 Raja 3:13).
Dari sini kita melihat bahwa Allah memang peduli kepada umat yang mengasihiNya, dan Ia senantiasa menyediakan berkat-berkatNya jauh melebihi dari apa yang diminta manusia.
Namun masalahnya saudara, karunia hikmat dari Allah tidak menjamin bahwa Salomo akan senantiasa bertekun dalam kesalehan. Hal ini memberikan pengertian kepada kita bahwa kebutuhan hikmat harus disertai dengan kehidupan yang tetap berpaut kepada Allah. Kita tidak bisa meminta hikmat kepada Tuhan lalu dalam kehidupan sehari-hari kita tidak mencerminkan apa yang menjadi kehendak Tuhan. Hikmat adalah karunia terbesar yang berasal dari Tuhan, dan hikmat itu hanya diberikan Tuhan kepada orang-orang yang mau berpaut kepada kehendakNya.
Karena alasan inilah Allah menekankan bahwa Dia akan memperpanjang umur Salomo "Jika engkau hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dan tetap mengikuti segala ketetapan dan perintah-Ku, sama seperti ayahmu Daud, maka Aku akan memperpanjang umurmu" (1 Raja 3:14). Karena itu Allah memperingatkan Salomo untuk berhati-hati dalam hidup supaya sepanjang hidupnya ia dapat menurut jalan-jalanNya dan menaati semua perintahNya.
Hari ini, Allah memberikan berbagai karunia yang baik kepada anak-anakNya. Kalau Allah berkenan memberikan Salomo apa saja yang dimintanya, yaitu hikmat, Allah yang sama pun ingin memberikan hikmat ini kepada setiap orang yang percaya kepadaNya. Dan hikmat itu dapat diterimanya melalui doa (2 Tawarikh 1:7).
Saudara,
Allah berkenan ketika orang percaya dengan sungguh-sungguh mencari dan memohon hikmat rohani dan hati yang paham. Demikianlah firman Tuhan berkata dalam Yakobus 1:5, “Apabila diantara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, - yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit -, maka hal itu akan diberikan kepadanya”.
Kaum muda yang kekasih dalam Tuhan,
Selama ini mungkin kita selalu meminta kesehatan, berkat, dan perlindungan dalam doa-doa kita kepada Tuhan, itu tidaklah salah, namun ketahuilah hidup tanpa hikmat dari Tuhan, kita akan selalunya merasa kurang, selalunya merasa terancam, selalunya hidup di dalam kekhawatiran. Maka hikmat Tuhanlah yang paling kita butuhkan. Dengan hikmat dari Tuhan itu, kita akan mampu untuk bersyukur atas apa yang kita miliki. Kita juga akan mampu untuk melihat penyertaan Tuhan dalam hidup kita setiap hari. Dengan demikian, kita tidak akan lagi merasa khawatir akan hari esok. Kita juga tidak akan khawatir untuk memasuki tahun yang baru sebab kita tahu bahwa Tuhan senantiasa menyertai kita. Jadi senantiasa berdoalah dan renungkanlah firman Tuhan, maka hikmatNya akan selalu menyertai kita.
Hari ini saudara, jika Allah datang kepadamu dan berkata: "Kamu boleh meminta apa saja, maka Aku akan mengabulkannya." Kira-kira apakah jawabanmu saudara? Apa yang akan kamu minta hari ini? Ingatlah, Salomo menginginkan kasih karunia dan kebijaksanaan dan kuasa untuk setiap situasi yang timbul dalam kerajaan. Ia tidak meminta apa-apa untuk dirinya sendiri kecuali kebijaksanaan untuk memerintah umat Allah secara bijaksana. Dan lihatlah, Allah berkenan pada permintaan Salomo itu.
Bagaimana dengan kita? Marilah kita meminta kepada Tuhan apa yang terbaik bagiNya, supaya ketika apa yang kita doakan sesuai dengan kehendakNya, maka itu akan ditambahkannya kepadamu.
Sebagai ayat terakhir dari perenungan ini, mari kita membaca Matius 7:7-8, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapatl ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang menetok, baginya pintu dibukakan.”
Artinya adalah, Allah tidak pernah menolak doa kita. Dan Allah juga tidak akan pernah mempermainkan doa-doa kita. Ia akan selalu menjawab doa kita, tetapi jawabanNya itu akan Ia berikan menurut caraNya sendiri. Dan cara Allah adalah cara yang penuh kebijaksanaan dan kasih. Jadi saudara rahasia doa kita terletak dari apa yang dikehendaki Tuhan bukan pada apa yang ingin kita nikmati. Lagi pula Tuhan menghendaki kita untuk senantiasa berdoa dengan tiada putusnya, sambal terus berharap kepadaNya. Amin.

Sabtu, 07 Mei 2016

PENYEMBAH YANG SIA-SIA

PENYEMBAH YANG SIA-SIA
Yesaya 44:9-20


Bapak/ Ibu yang kekasih dalam Tuhan.
Berbicara tentang pemujaan, kata ini merupakan kata benda yang berarti cara atau perbuatan. Sedangkan penyembahan lebih diartikan sebagai puncak penghormatan dan pengagungan manusia kepada ilahnya. Bagi orang-orang kafir, menyembah oknum yang dianggap lebih tinggi atau suci adalah sesuatu yang sudah lazim. Mereka biasanya membentuk ilah-ilah dalam bentuk yang kasat mata. Dalam bentuk patung-patung tuangan, patung-patung pahatan, mezbah-mezbah penyembahan dan lain sebagainya. Karena itu umumnya berhala adalah berupa patung-patung yang menyerupai bentuk apa pun.
Faktanya saudara, patung yang terbuat dari kayu atau besi adalah benda-benda mati yang tidak memiliki kehidupan sedikit pun. Benda-benda tersebut tidak dapat menolong apalagi menyelamatkan. Jadi saudara, sangat menyedihkan apabila kita melihat ada anak Tuhan yang memperlakukan patung sebagai obyek penyembahan mereka, yang kepadanya ia meminta pertolongan atau jawaban doa yang dipanjatkan, padahal yang memahat dan membentuk patung itu adalah manusia juga.
Mengenai fakta ini firman Tuhan menegaskan dalam Mazmur 135:15-18, “mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata, mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat, mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengar, juga nafas tidak ada dalam mulutnya”. Berhala-berhala yang demikian, tidak akan pernah memuaskan atau memenuhi janji-janji mereka (Yesaya 44:9-20).
Bukankah demikian pula dengan kehidupan kita sebelum mengenal Allah? Kita diperbudak sehingga menyembah ilah-ilah dari kebudayaan kita yang pada hakekatnya bukan Allah (Galatia 4:8) yang berpegang teguh kepada berhala kesia-siaan dan meninggalkan kasih Allah demi sebuah patung yang tidak menguntungkan (Yunus 2:8). Mengapa saudara?
Karena semua ini terjadi akibat dari tipu muslihat Iblis yang berusaha menumpulkan pikiran manusia kemudian menjeratnya, sehingga dengan mudahnya kita diperhamba oleh dosa. Demikianlah saudara, firman Tuhan dalam Yohanes 8:34 berkata: “…setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa.” Saat ini pengaruh dunia kegelapan begitu merajalela sehingga banyak orang terjebak dalam penyembahan berhala. Maka sebagai umat Tuhan kita harus selalu berhati-hati dan waspada!
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Seorang teolog terkenal bernama William Barclay, menjelaskan bahwa: "penyembahan berhala bukanlah sebuah relik antik dari masa silam, melainkan ancaman nyata untuk masa sekarang" Sekarang ini saudara, malah ada bahaya yang lebih nyata dan cenderung lebih berbahaya daripada "memper-'Tuhan'kan berhala", yaitu: kecenderungan untuk "mem'berhala' kan Tuhan".
Dalam Mazmur 19:1 firman Tuhan berkata: “Langit menceritakan kemuliaan Allah dan cakrawala memberitakan pekerjaan tanganNya.” Tetapi ayat ini bukan berarti bahwa kita harus menyembah ciptaan untuk menunjukkan kita sedang memuliakan Tuhan.
Mengapa kita tidak boleh menyembah gambaran-gambaran yang ada di dunia ini? Karena pada dasarnya Tuhan Allah tidak mau diriNya dibatasi di dalam keterbatasan ciptaan. Diri Allah terlalu limpah, terlalu penuh dengan kemuliaan, bahkan terlalu besar untuk digambarkan dalam sebuah wujud, maka tidak ada satu makhluk pun di dunia ini yang bisa menyatakanNya secara lengkap.
Bapak/ Ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Tuhan Allah yang kita kenal di dalam Tuhan Yesus, sebenarnya sangat suka dengan yang namanya penyembahan. Namun tidak semua bentuk penyembahan yang dilakukan manusia dapat berkenan kepadaNya. Allah memang memerintahkan kita untuk melakukan penyembahan dengan cara yang benar. Ini bukan menyangkut tempat-tempat penyembahan tetapi lebih kepada natur dari penyembahan itu sendiri. Allah yang membuat perintah-perintah ini adalah Allah Tritunggal yang telah menyatakan diriNya dalam Yesus Kristus, AnakNya. Karena itu, satu-satunya penyembahan yang benar dan dapat diterima adalah penyembahan yang diarahkan kepadaNya. Jika penyembahan tidak diarahkan kepadaNya, itu bukan penyembahan yang benar, tidak peduli betapa sopan atau berkesannya bentuk ibadah itu.
Penyembahan kepada Allah adalah sebuah tanda dari iman yang menyelamatkan. Dalam hal inilah, Rasul Paulus berkata dalam surat Filipi: “Karena kitalah orang-orang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya kepada hal-hal lahiriah (Filipi 3:3). Ayat ini berbicara tentang tiga tanda dari iman, yaitu beribadah oleh Roh, bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya kepada hal-hal lahiriah. Dari sini kita pahami, bahwa kemegahan orang Kristen bukanlah terletak pada kehidupan lamanya yang sia-sia, tetapi kemegahannya hanyalah di dalam Kristus Yesus.
Lagi pula penyembahan yang dalam ekspresi yang paling lengkap adalah yang melibatkan seluruh umat Allah. Ketika kita berkumpul bersama sebagai umat Allah, bagian yang terpenting dalam penyembahan kita adalah membaca firmanNya dan mendengarkannya ketika dikhotbahkan atau diajarkan. Dengan cara ini, umat Allah melindungi diri dari menyembah allah yang mereka ciptakan menurut pikiran mereka sendiri.
Dari sini kita pahami saudara, bahwa Allah memang menginginkan dan memerintahkan penyembahan. Akan tetapi meskipun penyembahan adalah suatu tanda yang penting dan pokok dari umat Allah secara komunal, namun perlu kita ketahui bahwa tidak semua yang disebut sebagai penyembahan itu diperkenan olehNya. Hal inilah yang akan kita bahas dalam perenungan kita kali ini.
Bapak/ Ibu yang kekasih,
Pembahasan firman Tuhan minggu lalu dijabarkan dalam Keluaran 20:4-5, yang secara umum kita ketahui sebagai Hukum kedua dari sepuluh Hukum Allah. Perintah ini berbunyi: “Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya” (Keluaran 20:4-5).
Pembagian ini tidak sama dengan pembagian yang diakui dalam Gereja Katolik. Gereja Katolik menyebutkan bunyi hukum ini sebagai bagian dari hukum yang pertama. Jadi gereja katolik tidak memisahkan ayat 2-5 sebagai dua bagian yang terpisah dari Perintah Tuhan. Bagi gereja katolik, ayat 4-5 lebih dipandang sebagai ayat pelengkap dari ayat yang ke-3.
Namun dalam kekristenan pemisahan ini sangat jelas, dimaksudkan. Yang walaupun kedua perintah ini kedengarannya sama, tetapi esensinya jelas berbeda. Dalam perintah pertama, Allah memberitahu kita apa yang harus kita sembah. Kita harus menyembah Allah yang sejati dan yang hidup dan hanya kepadaNyalah kita berbakti. Perintah kedua lebih memberi tahu kita tentang bagaimana kita harus menyembah. Kita tidak boleh menggunakan patung atau berhala dalam menyembah Allah, ataupun melakukan hal-hal lain yang tidak diperkenankan olehNya di dalam penyembahan kita.
Karena itu saudara, kalau kita meneliti lebih dalam pada hukum kedua ini, sebenarnya, Musa melarang segala bentuk dan upacara penyembahan, dengan menggunakan istilah “menyembah” atau “melayani”. Yohanes Calvin menganggap kedua istilah ini mencakup tentang segala bentuk penghormatan. Dari sini kita mengerti saudara, bahwa kita pun harus berhati-hati terhadap rasa hormat/ kagum terhadap seorang hamba Tuhan sekalipun, tak peduli siapapun dia adanya. Sebab semua hamba Tuhan ada di bawah Firman Tuhan!
Akan tetapi sesungguhnya yang dimaksudkan dengan berhala lebih berarti mementingkan sesuatu lebih besar daripada mengutamakan Tuhan. Jadi bukan sekedar patung, tetapi sesuatu yang merintangi kita untuk datang pada Tuhan.
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Perintah kedua ini sama sekali tidak bermaksud mau menghancurkan atau mengharamkan seni rupa dengan segala hasil karyanya. Akan tetapi yang ditentang dengan sangat keras dalam hal ini yaitu, bila seseorang memberhalakannya. Yang terlarang adalah semua bentuk pemberhalaan baik "dengan" atau pun "tanpa" patung!
Dengan demikian, bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Walaupun saudara tidak memakai patung sebagai simbol untuk Allah, atau dirumah saudara tidak ada lagi ilah-ilah lain dalam bentuk yang kasat mata, namun sejatinya kita tetap harus berhati-hati agar kita tidak memegang keyakinan yang keliru tentang Allah.
Salah satu keyakinan yang keliru tentang Allah adalah tentang paham pluralisme agama. Paham ini mengajarkan bahwa ada kebenaran di dalam semua agama. Bahaya dari paham pluralisme ini antara lain adalah menyamaratakan semua agama serta menyingkirkan keunikan Kristus sebagai satu-satunya jalan untuk membangun relasi dengan Allah (Yohanes 14:6; Kisah Para Rasul 4:12). Saya pribadi tidak setuju dengan paham pluralisme yang seperti ini.
Yang berikutnya, bapak/ ibu yang kekasih,
Jangan terlampau cepat merasa aman dan bebas dari bahaya penyembahan berhala, hanya karena saudara tidak menyimpan satu patung pun di rumah saudara. Memang benar, titah Allah yang kedua itu "resmi"nya berbunyi, "Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun. (dan) jangan sujud menyembah kepadanya". Namun demikian, ingatlah, "dosa" ini tidak terutama berkenaan dengan "ada-tidak"nya benda-benda tertentu di luar kita. Tidak!
Penyembahan berhala adalah bahaya serius, yang bakal merasuk, menusuk dan menyusup ke dalam jiwa. Bayangkan saudara secarik kain yang terkena lumpur di luarnya, tak akan sulit untuk dibersihkan. Tapi bila secarik kain tersebut tersiram tinta, dan tinta itu telah meresap sampai ke pori-porinya, bisa dipastikan bahwa noda itu akan sulit untuk dihilangkan.
Karenanya saudara, tidak heran jika banyak orang begitu sulitnya melepaskan berhala mereka dan tunduk dalam pengajaran yang benar. Malahan yang terjadi adalah, mereka rela melakukan apa saja, bahkan mereka juga tidak segan-segan menyerahkan nyawa sebagai wujud pengabdian dan penyembahannya kepada ilahnya tersebut. Kondisi yang sama dapat kita lihat disekitar kita hingga sekarang. Dimana ada begitu banyak orang-orang yang belum mengenal Tuhan dan tetap melakukan pemujaan terhadap patung ataupun ilah dalam bentuk yang lain.
Pertanyaannya apakah kita hanya dapat berdiam diri dan tertawa dalam hati tentang kebodohan mereka? Kalau saudara sadar akan anugerah Allah yang menyelamatkan, pastinya saudara akan tergerak untuk pergi menginjili mereka yang sedang tersesat oleh dosa.
Lagi pula kalau kita melihat penjabaran dalam Yesaya ini, penyembahan berhala adalah sebuah ironi yang tidak masuk akal yang dilakukan oleh manusia. Gregory Beale, mengatakan dalam bukunya “setiap penyembahan berhala adalah bentuk ekspresi iman yang sangat korup” iman yang begitu rusak dinyatakannya dalam bentuk penyembahan berhala. Dalam hal apa iman itu rusak? Dalam hal bahwa sebenarnya dia tidak percaya bahwa dewa-dewa itu ada. Saudara membuat patung berhala tetapi tidak percaya dewa itu ada, karena itu Saudara menyembah patungnya. Atau saudara tidak tahu lagi dimana dewa ini sekarang tinggal, karenanya Saudara menyembah patungnya. Maka secara tidak langsung hal ini menyatakan sebuah ekspresi: “dewaku ada atau tidak, saya tidak tahu. Tapi karena saya tidak tahu saya sembah saja patungnya”. Maka penyembahan berhala akan selalu menjadi sesuatu yang tidak logis.
Mengapa saudara? Pada satu pihak, ini merupakan tindakan yang paling bodoh/ yang paling konyol yang bisa dilakukan oleh makhluk yang memiliki akal dan pikiran diseluruh alam semesta – itulah manusia! Namun pada pihak yang lain, kenyataan ini banyak sekali kita temui dalam kehidupan sehari-hari.
Keironisan itu tergambar dalam Yesaya 44:12-15 yang berkata demikian: “Tukang besi membuatnya dalam bara api dan menempanya dengan palu, ia mengerjakannya dengan segala tenaga yang ada ditangannya. Bahkan ia menahan lapar sehingga habislah tenaganya, dan ia tidak minum air sehingga ia letih lesu” (ayat 12). Atau seperti seorang tukang kayu yang menebang pohon. Kemudian kayu yang diambinya dibuat sebuah patung yang menyerupai laki-laki dan ditempatkannya di dalam sebuah kuil. Atau ia menebang pohon-pohon, lalu kayunya dipakai menjadi kayu bakar untuk memanaskan diri juga membakar roti. Tetapi tukang kayu itu juga membuat sebagian kayu tersebut membuatnya menjadi allah lalu menyembah padanya; ia mengerjakannya menjadi patung lalu sujud kepadanya (13-15).
Saudara, tentunya Yesaya mengerti bahwa penyembah berhala bukan sekadar menyembah patung. Mereka yang menyembah berhala menganggap diri mereka menyembah allah yang diwakili oleh patung tersebut.
Dan tidak mengherankan, kita melihat bahwa berhala mempunyai kelemahan seperti manusia, yang perlu untuk merenung, menyelesaikan urusannya, bepergian, ataupun tidur karena kelelahan (bnd. 1 Raja 18:27), yang mempunyai kekuasaan terbatas, dan dapat dibujuk atau dimanipulasi.
Akibat bagi mereka yang menyembah berhala adalah mereka menjadi seperti berhala yang mereka sembah, yaitu kesia-siaan. Tidak ada faedahnya sama sekali. Malahan mereka telah mejadi buta dan bodoh, sehingga mereka akan mendapat malu (9).
Mereka menjadi lupa atas semua persiapan yang begitu melelahkannya karena orang yang seperti itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak mengerti apa-apa, sebab mata hati mereka telah tertutup sehingga mereka tidak melihat kebenaran apalagi memahaminya (18).
Lagi pula saudara, orang yang demikian tidak akan mempertimbangkan apakah perbuatan mereka adalah kekejian bagi Tuhan? sebab mereka tidak memiliki pengetahuan yang cukup (19) malahan, mereka telah "disesatkan oleh hatinya yang tertipu," dan "ia tidak dapat menyelamatkan jiwanya" (20). Inilah buah dosa, yang membawa manusia pada akhirnya membenarkan hal yang salah dan menyalahkan hal yang benar.
Bapak/ ibu yang kekasih,
Menukar Allah dengan berhala merupakan kebodohan ganda. Allah adalah pencipta manusia, sehingga Ia pantas untuk disembah, sedangkan berhala adalah allah yang dicipta oleh manusia yang jelas tidak masuk akal kalau ditempatkan untuk disembah. Karena itu jangan pernah mengurung kebesaran Tuhan dalam bentuk yang menyerupai apapun untuk disembah. Allah terlalu besar untuk digambarkan. Upaya manusia untuk menggambarkan kebesaran Allah melalui media yang dibuatnya jelas adalah tindakan penyembahan berhala.
Umat Katolik berusaha membenarkan diri dengan mengatakan: yang dilarang dalam perintah Tuhan disini adalah patung berhala yang disembahnya sebagai Tuhan, bukannya semua jenis patung/ gambar. Patung/ gambar yang ada di gereja Katolik, hanya merupakan alat saja yang membantu mengarahkan kita pada Tuhan, sama seperti alat musik yang mengantar kita untuk menyembah Tuhan. Jadi manakah yang benar?
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Perintah kedua ini bukan larangan bagi orang Israel untuk membuat patung, tetapi yang dilarang Allah adalah jangan membuat patung lalu mengatakan “ini allah,” melalui hal inilah aku dapat menyembahnya. Dengan demikian pemahaman gereja Katolik tidaklah tepat.
Inilah kesalahan yang pernah terjadi dalam Keluaran 32, dimana Harun melihat Musa yang tengah pergi ke gunung Allah tidak kunjung datang, lagipula Harun menjadi panik oleh desakan bangsa Israel yang telah lama ditinggalkan. Karena itu ia berpikir “Musa sudah berumur 80 tahun, ia naik ke gunung tidak ada yang boleh ikut, hanya Yosua, masalahnya Yosua pun hanya diijinkan separuh jalan. Jadi Musa yang pergi sampai tempat paling tinggi, dan orang Israel menunggu.”
Waktu mereka tunggu Musa berhari-hari lamanya tidak kembali, maka mereka sudah mengasumsikan kejadian yang paling buruk, sepertinya Musa sudah mati. Dalam kekalutan yang tidak jelas inilah, Harun mendapat ide sesat “kalau begitu kumpulkan semua anting-anting emas, kumpulkan semua barang-barang perhiasanmu” lalu mereka kumpulkan itu semua, mereka membuat anak lembu emas. Tepatnya Harun yang membuat. Harun membuat anak lembu emas, lalu ditegakkan, dan Harun mengatakan “inilah Yehovah, inilah yang membebaskan kita keluar dari Mesir” (Keluaran 32:4). Dari sini kita melihat mereka tidak membuat patung berhala yang lain, mereka justru membuat patung berhalanya Tuhan. Jadi perintah kedua melarang kita untuk membuat patung yang menggambarkan Tuhan, bukan patung menggambarkan dewa lain.
Dengan demikian adalah ironi bahwa manusia menyembah apa yang telah diciptanya. Lebih ironi lagi ialah ketika manusia menukar Allah yang menciptakannya dengan para berhala yang dibuat manusia. Akibatnya ialah kesia-siaan dan kebinasaan.
Bagian firman Tuhan ini adalah teguran Tuhan terhadap para pembuat dan pemuja berhala. Penyembahan berhala adalah hal yang dibenci Tuhan, yang umumnya kita lihat terjadi dalam kehidupan bangsa-bangsa sekitar Israel. Celakanya, seringkali bangsa Israel mengikuti tingkah-laku mereka, yang pada akhirnya mendukakan hati Tuhan. Mungkinkah Tuhan yang hidup disamakan dengan berhala-berhala yang mati itu? Dan sebaliknya? Karena itu tepatlah jika Yesaya menyamakan para penyembah berhala dengan orang-orang yang bodoh.
Bapak/ Ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Kita tidak bisa mengatakan “saya ingin menyembah Tuhan, karena disini sudah ada gambar atau patungnya maka saya menyembah gambarnya, atau patungnya” ini sama sekali salah. Inilah yang mau diajarkan di dalam perintah kedua, dimana engkau tidak boleh menghormati Tuhan dan menyatakan penghormatan itu dengan menyembah gambarNya. Kita tidak boleh menyembah gambaran tentang Tuhan, Kita juga tidak boleh menghina gambaran tentang Tuhan. Maka Tuhan mau nyatakan “Aku benar-benar ada, jangan sekali-kali membuat patung yang menyerupai bentuk apapun lalu sujud menyembah kepadanya”, jangan sembah gambar apa pun yang menyatakan itu adalah Tuhan.
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Tidak ada pernah tercatat dalam sejarah bahwa kuasa yang dari atas turun ke bawah untuk mengumpulkan bagi dirinya suatu umat. Bapak/ ibu bisa membandingkannya dengan mitologi apa pun, tidak ada yang seperti ini, tidak ada yang menyatakan bahwa suatu bangsa yang nyata, benar-benar ada dalam sejarah, benar-benar dibebaskan dan benar-benar mengalami pembebasan keluar dari suatu perbudakan di tengah-tengah bangsa lain, selain daripada Tuhan Allah yang telah menyatakan perbuatannya kepada bangsa Israel. Maka penyataan diri Tuhan kepada bangsa Israel inilah yang membuat semuanya menjadi berbeda.
Tuhan menyatakan Diri kepada orang Isreal sehingga mereka dapat percaya kepada Tuhan yang sejati. Maka orang yang menyembah Allah yang sejati tidak pernah bisa disamakan dengan penyembah-penyembah berhala. Penyembah berhala membentuk dewanya sendiri menurut apa yang dipikirkannya, dan mengatakan “ini dewaku”. Tetapi Tuhan Allah menyatakan Diri, dan menentukan penyembahan yang harus dilakukan bangsa pilihanNya.
Itulah sebabnya bangsa Israel tidak boleh membuat gambarNya, karena kehadiran Tuhan bukanlah sebuah proyeksi pikiran bangsa Israel. Melainkan Allah yang menyatakan diri kepada Musa, Kepada Abraham, kepada Ishak dan kepada Yakub. Dan yang hari ini, kita mengenalNya di dalam pribadi Tuhan kita Yesus Kristus.
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Saat ini peradaban manusia semakin maju dan teknologi pun makin canggih, namun kepercayaan kepada dunia mistis masih saja dipegang oleh cukup banyak orang. Buktinya masih banyak orang yang mendatangi tempat-tempat keramat untuk meminta berkat. Saat ini masih saja anak-anak Tuhan menyembah berhala: datang ke kuburan, gunung, patung atau tempat-tempat yang dianggap keramat untuk melakukan pemujaan, penyembahan dan meminta kekayaan. Juga khususnya warga keturunan Tionghoa, banyak yang masih terikat dengan tradisi cum beng, dimana mereka pergi berziarah ke kubur, membakar kemenyan dan bersembahyang disana? Untuk apa? Selain daripada semua adalah kesia-sia belaka.
Saat ini, mungkin kita tidak sedang menyembah berhala sebagaimana bangsa-bangsa di sekitar Israel pada waktu itu. Atau seperti orang-orang yang belum mengenal Tuhan yang membuat patung-patung penyembahan dan menyimpannya di rumah. Tetapi wujud penyembahan berhala bisa jadi adalah sesuatu yang tidak kasat mata. Pada hidup yang tertuju kepada harta atau hal-hal lain, misalnya pada uang, perusahaan, kekayaan dan kepopuleran, yang menjadi fokus dan sandaran hidup kita, yang menggantikan Tuhan. Sadarilah semua bentuk penyembahan yang demikian adalah kesia-siaan.
Penyembahan berhala lebih banyak menyangkut cara berpikir, cara menafsir, dan cara bersikap, yang bersumber jauh di "ruang kendali" yang ada dalam diri manusia. Dengan istilah yang lebih canggih, hal itu menyangkut "paradigma" kita.
Berita dalam Yesaya ini ingin mengajarkan satu hal kepada kita bahwa pada dasarnya Tuhan tidak menyangkal adanya kuasa yang dianggap orang sebagai allah. Namun dengan sikap Allah yang tegas, Allah memperkenalkan diriNya dengan mengatakan bahwa Ialah satu-satunya Tuhan dan Juruselamat mereka, memberikan satu pemahaman bahwa tidak ada Allah lain yang dapat ditempatkan sejajar dengan Allah pencipta langit dan bumi. Allah melarang kita menyembah allah lain selain Allah. Dia memperingatkan kita agar hanya menyembahNya dengan cara-cara yang telah difirmankanNya kepada kita.
Berpegang teguh pada kebenaran berarti kita harus mengenal kebenaran itu. Dan bagaimana kita dapat mengenal kebenaran kalau kita tidak bersekutu dengan Tuhan? Karena apa yang menurut dunia itu benar, belum tentu benar menurut Alkitab.
Kiranya Tuhan selalu memberikan kepada kita kepekaan rohani dan ingatan yang tajam, agar jangan sampai kita jatuh dalam penyembahan berhala, yaitu menggantikan Tuhan dengan hal lainnya sebagai yang segala-galanya dalam hidup kita.
Perintah kedua ini ingin mengajarkan kepada kita bagaimana melakukan penyembahan dengan benar. Yaitu kita harus menyembah Allah sesuai dengan perintahNya bagi kita untuk menyembahNya. Segala sesuatu yang dimunculkan, diciptakan atau diimajinasikan oleh manusia telah merusak penghormatan dan penyembahan yang sebenarnya kepada Allah.
Bagaimana dengan kita saudara, sudahkah kita menyembah Allah dengan cara yang benar? Ataukah selama ini kita memiliki konsep yang salah dalam penyembahan? Sekarang, apa yang menyebabkan Saudara sering sekali tidak beribadah kepada Tuhan, baik pada hari minggu untuk pergi ke gereja atau saat teduh pribadi? Apa yang menjadi berhala kita sehingga kita tidak datang untuk menyembah Tuhan? mungkin kesibukan mengurus rumah tangga, pekerjaan yang menumpuk, pasangan kita, uang atau apapun bisa menjadi berhala kita.
Saidaraku yang kekasih,
Jangan biarkan kita menjadi penyembah yang sia-sia dalam kehidupan kita. Sebaliknya biarlah kita dapat menyembah Allah dengan sikap yang benar. Sebab Allah telah memperingatkan kepada kita Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran" (Yohanes 4:23-24). Kiranya sebagai umat pilihan Allah, kita dapat sungguh-sungguh menyatakan penyembahan kita yang berkenan kepadaNya. Amin.