Sabtu, 04 Oktober 2014

MENGANDALKAN TUHAN DALAM SEGALA HAL

MENGANDALKAN TUHAN

DALAM SEGALA HAL

Mazmur 127:1-2



Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan
Dalam hidup, biasanya ada tiga hal yang selalu dicari manusia, yaitu: Kebahagiaan, Keamanan dan Kekayaan.
Kenyataannya, setuju atau tidak kita pun membutuhkan ketiga hal ini. Kita rindu kehidupan kita senantiasa dipenuhi dengan kebahagiaan. Kita rindu sepanjang hidup kita, kita ada dalam keadaan yang aman dan tentram. Terlebih lagi kalau sepanjang hidup kita, kita tidak lagi dikuatirkan oleh masa depan anak cucu kita, sebab deposito kita mampu mencukupi kebutuhan kita bahkan cukup untuk keturunan kita.
Saudaraku,
Karena semua orang pastinya mendambakan hidupnya senantiasa bahagia. Maka demi mencapai kehidupan yang bahagia itu, banyak orang mengupayakan segala cara untuk memperolehnya. Ditambah lagi, ada beragam anggapan yang muncul untuk mengartikan “kebahagiaan”.
Saudara, orang berpikir kebaha-giaan bisa didapat ketika mereka mempunyai uang, mobil, rumah mewah, isteri cantik atau suami yang tampan.
Kenyataannya banyak orang kaya yang hidupnya tidak bahagia dan bahkan merana, saudara.  Kita melihat beberapa Selebritis kawin – cerai disebabkan perkawinannya yang tidak bahagia, padahal mereka serba kelimpahan. Ada pula yang berusaha mencari kebahagiaan dengan mengkonsumsi narkoba atau dengan seks bebas.
Namun sesungguhnya kebahagiaan yang ditawarkan Allah bukanlah sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Kebahagiaan kita sebagai orang percaya yang sesungguhnya adalah saat kita mengandalkan Tuhan dalam segala aspek kehidupan kita. Saat kita mengikutsertakan Tuhan dalam seluruh aspek kehidupan.
Bapak/ ibu yang kekasih,
Sekarang coba kita hitung, berapa kali kita bangun tidur dan langsung melakukan aktivitas kita tanpa berdoa kepada Tuhan, atau berapa kali kita meminta Tuhan agar menyertai kita dalam segala aktifitas kita? Berapa kali sebelum mengendarai mobil atau sepeda motor kita berdoa memohon Tuhan melindungi kita agar sampai di tempat yang kita tuju dengan selamat? Berapa kali sebelum kita bekerja, kita berdoa meminta Tuhan supaya memberkati apa yang kita lakukan di kantor? Berapa kali sebelum mengambil bagian dalam pelayanan kita bersikap biasa saja, karena kita sudah sering melakukan pelayanan itu?
Jika jawabannya kadang-kadang atau bahkan tidak pernah, maka itu berarti kita tidak pernah mengandalkan Tuhan dalam hidup kita. Kita menganggap semua rutinitas kita dapat kita lewati dengan begitu saja. Yang mengalir bak sebuah aliran sungai yang mengalir setiap saat.
Kenyataannya saudara, bukankah seringkali kita melupakan Tuhan dalam berbagai aktifitas kita. Kita menganggap sesuatu yang kita alami, kita kerjakan dapat berlalu begitu saja tanpa ada rasa bersalah sedikit pun.
Dalam pelayanan mungkin, ada diantaranya yang sudah sering menjadi Worship Leader, saat memilih lagu kita tidak lagi meminta pimpinan Tuhan mengenai lagu yang akan dibawakan. Atau saat melakukan persiapan dengan team music kita langsung berlatih tanpa lagi berdoa terlebih dahulu. Sehingga yang terjadi, kita hanya asal pilih, lalu cek suara yang kita selaraskan dengan musik.
Atau mungkin, kita sebagai Hamba Tuhan yang karena sudah sering turun- naik mimbar untuk berkhotbah, menganggap khotbah sebagai sebuah rutinitas sehingga pada akhirnya ia berkhotbah tanpa lagi dengan persiapan yang cukup. Saudara, jangan pernah menjadi hamba Tuhan yang tukang khotbah. Tetapi jadilah hamba Tuhan yang selalu siap mewartakan kebenaran Firman Tuhan.
Sebab dengan kesadaran ini, maka sejatinya ia akan selalu belajar mengandalkan Tuhan dalam segala persiapannya.

Karena itu saudara-saudara,
Firman Tuhan malam ini sebenarnya sangat jelas berbicara kepada kita mengenai arti hidup mengandalkan Tuhan dalam segala hal.
Dikatakan dalam ayat 1a bahwa: “Jika bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya;
Saudara,
Apa yang mau dijelaskan oleh si pemazmur? Bahwa ada korelasi/ hubungan yang sangat erat antara Tuhan dan manusia.  Tuhan adalah sumber segala kehidupan sementara manusia hanyalah pekerjaNya. Jadi, jika kita artikan secara sederhana sebenarnya ayat ini ingin mengatakan bahwa kita berusaha sekuat tenaga membangun sebuah rumah, namun jika Tuhan katakan tidak akan jadi, maka sia-sialah pekerjaan kita. Tetapi jika Tuhan katakan hal itu bisa terjadi, maka berhasillah ia membangunnya. Jadi kuncinya bukan hanya terletak pada usaha manusia itu sendiri saudara, tetapi pada otoritas Tuhan yang memberikan berkat kepada kita.
Bapak/ ibu yang kekasih,
Membangun rumah disini bukan rumah dalam pengertian membangun tempat tinggal yang saudara tempati. Bukan berbicara soal gedung. Bukan pula soal bangunan secara fisik yang dilengkapi dengan berbagai macam perabot rumah tangga yang serba lengkap. Tetapi yang lebih ditekankan disini adalah membangun sebuah keluarga atau pribadi-pribadi yang tinggal di dalamnya.
Dan uniknya saudara, kata “membangun” yang dipakai disini memiliki pengertian harfiah “memperbaiki” atau “merenovasi.” Membangun rumah itu ibarat kita sedang merenovasi sebuah rumah, kita memperbaiki hal-hal yang kurang indah dipandang. Dan jika kita melibatkan Tuhan dalam renovasi rumah kita maka sejatinya akan tercapailah rencana itu.
Kalau dikaitkan dengan rumah sebagai sebuah keluarga, tempat dimana sebuah keluarga mendapatkan kenyamanan, kedamaian, sukacita dan penghiburan. Tempat dimana kita memperoleh kekuatan kala masalah atau badai kehidupan datang menerpa. Tempat dimana kita mempraktikan kasih Kristus kepada seluruh anggota keluarga dalam wujud nyata. Tempat dimana kita dibentuk, diproses dan diajar, ibarat sekolah atau gereja kecil bagi anak-anak. Serta tempat dimana para orangtua mengajarkan nilai-nilai kebenaran firman Tuhan dan memberikan teladan hidup.
Maka semua hal itu tidak akan terwujud jika kita tidak mendasarkan Tuhan di dalam rumah tangga kita. Sebab rumah yang melambangkan kebahagiaan - tempat kita bisa merasakan diterima dan dikasihi - bisa terjadi apabila kita menjadikan Tuhan sebagai dasar bangunan dalam rumah tangga kita. Termasuk dalam segala aktifitas kita, bahkan dalam kegiatan kita yang terkecil sekalipun.
Karena kita harus mengakui bahwa segala kemuliaan adalah dari Dia, oleh Dia dan juga untuk Dia sebagaimana yang dijelaskan dalam Roma 11:36. Selain itu kita juga perlu melibatkan Tuhan dalam segala aktifitas kita. Kita perlu membangun dan mendasarkan kehidupan kita di dalam Tuhan Yesus Kristus. Itulah kunci memperoleh kebahagiaan yang sesungguhnya.
Jadi jelas sekali Firman Tuhan mengatakan kepada kita bahwa sesungguhnya kita membutuhkan Tuhan di dalam hidup kita. Kita harus membangun persekutuan yang intim dengan Dia, dimana bukan saja berbicara soal membaca dan merenungkan firman Tuhan, tetapi di dalam segala sesuatu yang kita kerjakan, kita mengikutsertakan Tuhan. Sebab tanpa Kristus semua yang kita bangun, kita kejar, kita usahakan akan berujung kepada kesia-siaan. Yohanes 15:5 mengatakan bahwa “Di luar Kristus kita tidak dapat berbuat apa-apa”.
Begitu pula ketika kita berbicara soal keamanan. Pertanyaannya saudara, adakah tempat yang teraman didunia ini? Tidak ada saudara! Sebenarnya rasa aman tidak ditentukan oleh “sesuatu” yang berada di luar diri kita. Melainkan siapa yang “bertahta” di dalam hati kita. Perasaan aman dan damai ada di dalam hati kita yang mempercayakan hidupnya kepada Tuhan. Dalam hal inilah Salomo menuliskan “Jikalau bukan Tuhan yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga” (ayat 1b).
Saudara, ada banyak orang-orang yang merasa mampu menjaga dirinya dan keluarganya dengan mempe-kerjakan sekuriti-sekuriti sewaan. Mereka menempatkan para penjaga untuk melindungi rumah dan keluarganya. Pertanyaannya, apakah memang hal itu mampu melindungi secara sempurna? Kenyataannya tidak saudara! Orang-orang yang mampu menyewa sekuriti sebetulnya hanya mempekerjakan mereka saat sang tuan tidak ada di rumah. Sebaliknya saat tuan istirahat di rumah, jujur seringkali sekuriti itu pun turut tertidur bukan?
Jadi sangat jelas Tuhan ingin mengajarkan kepada kita bahwa seorang anak Tuhan tidak boleh bergantung kepada kemampuan atau kekuatan manusia. Sebab keamanan yang sejati hanya kita dapatkan saat kita mengandalkan Tuhan dalam hidup kita.
Yang terakhir menyangkut kekayaan. Siapa yang mampu menjamin bahwa kekayaan adalah jawaban hidup seseorang? Saya mau katakan bahwa uang bukan segala-galanya, kekayaan bukan jawaban atas hidup kita. Tetapi sumber jawaban hidup kita sekali lagi adalah Tuhan sendiri.
Saudara, ayat ke-2 ini, bukan berarti bahwa Tuhan melarang seseorang untuk menjadi kaya. Saat Salomo menuliskan ayat 2 ini: “Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah…” bukan berarti bahwa Tuhan melarang kita untuk bekerja keras. Bukan berarti bahwa Tuhan menyuruh kita untuk bersantai-santai dalam hidup. Tetapi perhatikankan kalimat selanjutnya! “…sebab Ia memberikannya kepada yang dicintaiNya pada waktu tidur” (ayat 2b).
Apa maksudnya saudara?
Ternyata Tuhan ingin mengajarkan kepada kita bahwa sebenarnya Tuhan sudah mengatur berkat-berkat itu kepada siapa saja yang dicintaiNya pada saat tidur. Pada malam hari, pada saat tubuh dan pikiran ini sedang beristirahat Tuhan merancangkan berkat-berkat yang akan diperolehnya keesokan harinya. Karena itu, ketika Tuhan melihat seorang yang senantiasa terpaut pada Tuhan, saat ia sedang tertidur lelap, Tuhan tahu bahwa Ia akan memberkati apa yang akan diusahakan orang itu keesokan harinya.
Bapak/ ibu yang kekasih,
Perhatikanlah Salomo, Salomo adalah seorang raja yang sangat kaya bahkan kekayaannya dikatakan “melebihi semua raja di bumi baik sebelum dia ataupun sesudahnya” (1 Raja-raja 10:23). Namun ia sadar bahwa kemampuan menikmati kekayaan dan menikmati hidup adalah karunia atau pemberian Tuhan.
Jadi yang mau dikatakan dalam ayat ini adalah sia-sia bila kita memiliki kekayaan, namun kita tidak dapat menikmatinya! (Ayat 2a). Sebab kenyataannya tidak semua orang diberikan Tuhan karunia untuk menikmati apa yang telah diberikan Tuhan. Dalam pengkhotbah 6:2, dijelaskan bahwa: “orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatu pun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit.
Memang sakit saudara, ketika kita sudah susah payah mengerjakan apa yang menjadi impian kita, tetapi kita melihat orang lainlah yang menikmatinya. Lalu apa gunanya kita bersusah payah?
Namun saudara, bagi orang yang percaya selalu ada rencana Tuhan yang indah dibalik berkat yang Tuhan limpahkan atas hidup kita yaitu supaya kita juga menjadi berkat bagi orang lain. Hanya saja jangan sampai kekayaan itu menjadi “ilah” lain dalam hidup kita, sebaliknya “muliakanlah Tuhan dengan hartamu…” (Amsal 3:9).
Jadi bapak/ ibu yang kekasih,
Bersyukurlah kepada Tuhan ketika saudara diberikan Tuhan untuk bekerja dengan giat dan menikmati:
·       Rasa kenyang
·       Rasa cukup
·       Rasa Nikmat
Sebab yang menjamin kelangsungan hidup kita saudara, bukanlah harta atau kekayaan. Tetapi yang menjamin kelangsungan hidup kita adalah anugerah Tuhan dalam hidup kita.
Dengan kita mengandalkan Tuhan, di situ Tuhan akan memberikan berkatNya kepada kita bahkan di saat kita sedang tidur lelap. Artinya bukan kita yang susah payah mencari berkat, tetapi ketika kita hidup dekat dengan Tuhan, Tuhan sendiri yang akan menyuruh berkat untuk datang mencari kita. Hanya yang terpenting adalah kita harus mengandalkan Tuhan dalam segala hal.
Saudaraku yang kekasih,
Apakah selama ini kita merasa bahwa apa yang kita lakukan seringkali terasa sia-sia dan hampa? Cobalah periksa diri kita masing-masing, apakah selama ini kita telah menempatkan Tuhan dalam posisi yang seharusnya? Menjadikan Tuhan sebagai dasar dari seluruh aspek kehidupan kita! Ataukah kita telah menjadi tuan atas hidup kita sendiri?
Mari kita intropeksi diri kita masing-masing. Dan mulai sekarang belajar untuk mengandalkan Tuhan dalam segala aspek kehidupan kita. Berikanlah hidup saudara untuk dipimpin dan dipelihara Tuhan. Biarkanlah Tuhan yang membangun hidup saudara, supaya tidak sia-sialah hidup saudara, dan hadirkanlah Tuhan dalam hidup saudara supaya Tuhan mengawal setiap apa yang saudara kerjakan dan tidak menjadi sia-sia. Dan ingatlah: Kebahagiaan, Rasa aman, dan berkat hanya disediakan Allah bagi orang-orang yang mengandalkan Tuhan! Amin.

0 komentar:

Posting Komentar