Senin, 07 September 2015

KARUNIA ITU ANUGERAH TUHAN BAGI ORANG PERCAYA

KARUNIA ITU ANUGERAH TUHAN BAGI ORANG PERCAYA
1 Korintus 12:1-6


Sidang jemaat yang kekasih dalam Tuhan,
Bulan september ini kita mempelajari tentang karunia-karunia rohani. Sebuah tema yang hingga hari ini menjadi kontroversi dikalangan gereja-gereja masa kini. Yang mungkin bagi sebagian dari kita, hal ini merupakan sebuah pengajaran yang sulit untuk kita mengerti. Kita pastinya butuh waktu yang sangat panjang untuk mengupas satu demi satu pengajaran tentang karunia-karunia rohani ini. Terlebih lagi ada begitu banyak pengertian atau interpretasi yang berkembang di kalangan denominasi yang ada.
Tetapi disisi yang lain, gereja juga memiliki tanggung jawab yang serius untuk memberikan pengajaran yang sehat mengenai hal ini. Karena itu bapak/ ibu yang kekasih, sebagai hamba Tuhan saya mau mengingatkan kita sekalian, untuk tidak melewatkan minggu demi minggu dalam Kebaktian kita, supaya kita tidak ketinggalan akan pengajaran karunia-karunia rohani ini, dan supaya kita memiliki pemahaman yang sama, satu pemahaman yang utuh mengenai karunia-karunia rohani.
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Kalau kita perhatikan pasal-pasal yang ada, dimulai dari pasal 11-15, kita mendapati bahwa Paulus seperti sedang memberikan satu pengajaran penting tentang iman Kristen. Saudara, kita memang mengakui bahwa iman kepada Yesus Kristus adalah anugerah dari Tuhan dan iman itu sendiri muncul dari pendengaran akan firman Kristus (Roma 10:17). Namun saudara, dalam mempraktekkan iman dalam kehidupan sehari-hari seringkali bisa menimbulkan masalah baru. Sebab masing-masing mengembangkan iman berdasarkan interpretasinya. Sehingga menimbulkan perdebatan yang berujung pada perselisihan. Hal inilah yang dirasakan oleh Paulus terhadap jemaat yang ada di Korintus.
Saudara, memang tidak dapat disangkali, bahwa di awal pertumbuhan gereja, secara khusus dalam jemaat di Korintus, Paulus melihat adanya satu indikasi yang akan terjadi kekacauan dalam jemaat. Sebuah kekacauan mengenai pemahaman bagaimana mengaplikasikan iman ke dalam berbagai aspek kehidupan.
Sebut saja tentang peran laki-laki dan perempuan, Paulus melihat dalam jemaat sudah tidak lagi memperhatikan nilai kesopanan yang mencerminkan identitas laki-laki dan perempuan. Karenanya perlu ada suatu tanda yang membedakan hakekat laki-laki dari perempuan. Demikian pula sebaliknya.
Dalam perikop berikutnya Paulus berbicara tentang penyalahgunaan Perjamuan Tuhan, dimana mereka dengan secara tidak hormat dan penuh dengan ambisi melakukan suatu jamuan yang pada akhirnya menghilangkan esensi dari perjamuan Tuhan tersebut.
Dan yang hari ini bapak ibu yang kekasih, kita bahas soal karunia-karunia rohani, suatu karunia yang berikan Allah secara khusus kepada orang yang percaya kepadaNya.
Karena itu bapak/ ibu yang kekasih,
Saat Paulus menuliskan bagian dari pasal 12 ini, Paulus sepertinya berusaha memulai babak baru dengan membicarakan topik tentang karunia-karunia rohani.
Saudara, apa yang muncul dalam benak kita, saat kita mendengar kata “karunia-karunia Roh Kudus? Mungkin banyak dari kita yang hadir saat ini langsung mengaitkannya dengan karunia bahasa lidah. Pertanyaannya apakah karunia Roh Kudus pasti identik dengan karunia bahasa lidah? Bagi saya, itu adalah kesimpulan yang terlalu gegabah, karena Alkitab memang TIDAK pernah mengidentikkannya.
Lagi pula ada begitu banyak karunia-karunia yang Allah nyatakan dalam kehidupan orang percaya, yang akan dikhotbahkan dalam minggu-minggu di depan. Tetapi yang jelas, semua itu dikerjakan oleh Allah yang sama, yaitu oleh Allah yang kita sembah di dalam Tuhan kita Yesus Kristus (ayat 6).
Inilah kunci pokoknya! Yaitu “supaya kamu mengetahui kebenarannya” (Ayat 1). Dengan kata lain saudara, Paulus menginginkan “supaya setiap pembacanya, supaya kita yang hadir disini dapat mengerti dengan jelas apa yang ingin Allah nyatakan tentang karunia”.
Sidang jemaat yang kekasih dalam Tuhan,
Firman Tuhan menegaskan kepada kita bahwa sebelum kita mengenal Allah, tanpa kita sadari, kita membiarkan pikiran dan iman kita diseret kepada berhala-berhala yang bisu. Kepada mitos-mitos, kepada dongeng-dongeng, kepada tahyul-tahyul, kepada pengajaran-pengajaran yang sebetulnya tidak memiliki dasar yang benar. Namun semuanya itu diajarkan begitu rupa seolah-olah itu adalah suatu kebenaran yang harus kita pelajari.
Berapa banyak sepanjang kehidupan kita dipengaruhi oleh filsafat-filsafat dunia? Kenyataannya saudara, hampir sepertiga kehidupan kita, dipengaruhi oleh filsafat-filsafat dunia. Oleh pengajaran-pengajaran nenek moyang. Dan Inilah juga yang terjadi pada jemaat di Korintus.
Bapak/ ibu yang kekasih,
Sebagian besar orang-orang percaya di Korintus adalah mereka yang hidup dalam latar belakang Yunani. Kehidupan mereka lebih banyak dipengaruhi oleh moralitas dan spiritual yang dibangun di bawah pemahaman bangsa Yunani. Akibatnya kehidupan moralitas mereka sangat rendah.
Karena kebanyakan dari mereka berasal dari bangsa yang tidak mengenal Allah. Mereka lebih menyembah kepada berhala-berhala yang bisu. Sebuah gambaran tentang berhala-berhala yang merujuk kepada sebuah benda yang berupa batu, kayu dan logam yang bisu. Masalahnya para penyembahnya seringkali tidak bisu. Sehingga mereka secara terang-terangan mengajarkan kepada generasi ke generasi. Kepada setiap keturunan ke keturunan, suatu pandangan hidup.
Saudara, penyembahan berhala ini bukanlah suatu khayalan yang tidak membahayakan, ini adalah bukti dari penyesatan kuasa roh-roh jahat yang berusaha memutarbalikkan kebenaran, dan merampas jiwa-jiwa dari Tuhan.
Kenyataan ini jangan pernah dianggap remeh, atau kita sepelekan. Inilah realita kehidupan yang kita temui. Dan sekaligus menjadi PR besar umat Kristiani hingga saat ini. Dimana secara sadar atau tidak sebenarnya roh-roh dunia sedang berusaha menyeret seseorang kepada mereka. Mereka ditarik kepada berhala-berhala yang bisu yang juga telah memanipulasi pengalaman-pengalaman hingga menghasilkan tanda adikodrati.
Lagi pula agama-agama di luar kekristenan adalah agama yang dibentuk oleh orang-orang yang serius menemukan Tuhan. Walaupun kenyataannya mereka tidak pernah mencapai Allah yang benar. Hal ini semua disebabkan karena ketidaktahuan mereka akan kebenaran.
Tetapi sejak Yesus datang, hanya Dia yang mengatakan berani mengatakan bahwa: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku (Yohanes 14:6).
Dari sinilah kita melihat saudara, pentingnya sebuah anugerah. Kekristenan adalah anugerah karena inisiatifnya dimulai dari Allah. Anugerah itu bernilai dan sangat dibutuhkan. Anugerah itu berarti pemberian dari pihak yang lebih tinggi derajatnya kepada mereka yang ada dibawahnya.
Atau dari atasan kepada bawahan. Tidak mungkin seorang pegawai berkata kepada tuannya, “pak saya berikan ini sebagai anugerah bagi bapak.” Yang masuk akan adalah sebaliknya. Jadi anugerah itu harus dihargai.
Bagaimanakah kita menghargai anugerah itu? Apakah dengan menari-nari, berjingkrak-jingkrak secara tidak tertib? Bukan! tetapi Anugerah Tuhan harus kita jalani dengan penuh tanggung jawab, di dalamnya ada semacam kewajiban yang harus kita penuhi.
Anugerah itu berarti pemberian tanpa memandang kelayakan dari si penerima. Dari kalimat ini sebenarnya sudah jelas mengindikasikan bahwa kita menerima kasih karunia bukan berarti punya sesuatu, atau karena sesuatu.
Karena itu Paulus berusaha mengembalikan pemahaman mereka kepada sebuah kebenaran yang sesungguhnya bahwa ada hal yang membedakan antara pengalaman-pengalaman supranatural yang bekerja pada dunia dengan pengalaman-pengalaman yang dikerjakan oleh kuasa Tuhan. Intinya bukan bagaimana seseorang itu berbicara, melainkan apa yang dikatakannya, yang memperlihatkan apakah seseorang dipimpin oleh Roh Kudus Allah, dan pastinya memuliakan Kristus (Yohanes 16:14), untuk memimpin orang untuk melakukan pengakuan iman kepadaNya. Bukti inilah yang mau ditegaskan Paulus kepada para pembacanya bahwa “aku mau dengan sungguh-sungguh meyakinkan kamu.”
Sidang jemaat yang kekasih dalam Tuhan,
Lagi pula dikatakan “tidak ada seorang pun yang berkata-kata oleh Roh Allah, dapat berkata: “Terkutuklah Yesus!” dan tidak ada seorang pun, yang dapat mengaku: “Yesus adalah Tuhan”, selain oleh Roh Kudus (ayat 3).
Maksudnya adalah tidak seorang pun yang dapat membuat pengakuan Kristen ini selain oleh dan dalam Roh Kudus. Dalam hal ini saudara, kita patut mengakui bahwa Tuhan Yesuslah sumber yang mengaruniakan Roh Kudus kepada setiap orang yang percaya kepadaNya. Sama seperti hanya ada satu Roh yang memimpin pada pengakuan akan satu iman kepada satu Tuhan, demikian pula hanya ada satu tubuh orang percaya yang menerima berbagai karunia dari Allah yang satu. Dengan demikian, semua karunia, meskipun sifatnya berbeda-beda, namun berasal dari satu Roh. Dan Roh Kudus sendiri adalah Karunia di atas segala karunia untuk semua orang percaya.
Sidang jemaat yang kekasih,
Untuk mengerti apa itu karunia kita perlu memahami definisinya terlebih dahulu. Kata Karunia. Dalam bahasa Yunani: Kharisma (tunggal), Kharismata (jamak) berasal dari kata: Kharis, yang artinya: Anugerah. Kharisma adalah pemberian/ anugerah pada orang percaya yang berasal dari Allah sendiri. Dengan demikian Karunia-karunia Rohani berarti suatu pemberian dari Allah kepada orang-orang percaya yang berguna untuk pembangunan tubuh Kristus.
Karunia-karunia rohani ini adalah kemampuan-kemampuan khusus, yang tidak sama dengan talenta atau bakat.
Sebagai contoh, ada yang dapat menyanyi atau belajar memainkan sebuah alat musik dengan baik, ada yang pandai melukis gambar yang indah atau mengukir bentuk-bentuk dari kayu, dan lain-lainnya. Tuhan memberikan kemampuan-kemampuan ini, tetapi itu bukanlah karunia rohani. Walaupun demikian, ketika kemampuan alamiah ini dipersembahkan kepada Tuhan untuk kepentingan-Nya, kemampuan itu dapat menjadi suatu cara untuk mengekspresikan sebuah karunia rohani.
Lalu, timbul pertanyaan, apakah karunia-karunia rohani identik dengan bakat seseorang? Mungkinkah seorang yang dari lahir berbakat mengajar kemudian setelah lahir baru, ia memiliki karunia mengajar? Saudara, Alkitab tidak membicarakan hal tersebut secara mendetail. Namun demikian, kita bisa menjawabnya: YA dan TIDAK terhadap pertanyaan di atas. Tetapi jika dilihat dari esensinya, karunia rohani dan bakat adalah dua hal berbeda baik dari sumber, sifat, maupun tujuan.
Saudara perhatian apa yang ada pada BAKAT:
·       Sumber: Hasil genetika atau latihan
·       Saat Pemberian: Diberikan sejak kelahiran alami
·       Sifat: Kemampuan alami
·       Pengunanya: orang percaya atau tidak
·       Tujuan: Pengajaran, hiburan, inspirasi dalam tingkat alami
·       Hasilnya: Untuk kepuasan diri
Sedangkan pada KARUNIA:
·       Sumber: Rahmat istimewa dari Roh
·       Saat Pemberian: Diberikan sejak kelahiran baru
·       Sifat: Anugerah rohani
·       Penggunanya: Orang percaya
·       Tujuan: Pertumbuhan rohani orang-orang kudus; pelayanan Kristen
·       Hasilnya: Untuk kemuliaan nama Tuhan

Jadi meskipun bakat dan karunia adalah dua hal berbeda, namun Roh Kudus bisa saja memakai bakat alami seorang percaya untuk melayani Tuhan melalui karunia yang Roh Kudus berikan (tambahan). Namun, meskipun Roh Kudus bisa memakai bakat alami seseorang untuk melayani-Nya melalui karunia rohani yang ditambahkan, perlu diingat bahwa semua karunia rohani dan bakat alami yang ada pada seseorang hendaklah dipakai untuk memuliakan Allah, bukan untuk memuliakan diri.
Jadi saudara, walaupun seseorang sering dapat mengembangkan talentanya dan kemudian mengarahkan profesi atau hobinya seturut dengan talenta tsb., Sedangkan karunia rohani diberikan oleh Roh Kudus untuk membangun gereja Kristus. Dalam hal ini semua orang Kristen memiliki peranan aktif dalam memajukan pekerjaan Tuhan ini. Inilah tanggung jawab kita dalam memenuhi tugas panggilan kita kepada Tuhan.
Karena itu Efesus 4:12 menjelaskan kepada kita bahwa semua karunia ini diberikan: untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus.”
Jika demikian, ini berarti bahwa karunia-karunia Roh tidak dapat diwariskan pada orang lain. Karunia-karunia Roh juga tidak dapat menjadi ukuran bagi iman orang Kristen itu sendiri, atau untuk menyombongkan diri, bahkan menambah gengsi pribadi.
Sidang jemaat yang kekasih,
Dikatakan bahwa karunia-karunia rohani adalah pemberian Tuhan. Artinya, karunia-karunia rohani ini tidak diperoleh karena suatu pekerjaan yang baik, atau karena punya talenta atau kemampuan-kemampuan secara alamiah. Karunia rohani merupakan pemberian dari Tuhan, oleh sebab itu tidak mungkin seseorang mendapatkannya melalui kerja keras, memperolehnya karena layak atau mempelajarinya dari buku-buku.
Karunia rohani diberikan adalah semata-mata untuk memuliakan Kristus dan membangun gereja-Nya. Karunia-karunia rohani harus digunakan untuk pelayanan di dunia ini. Karunia-karunia tersebut diberikan untuk memuliakan Kristus dan menolong gerejaNya untuk bertumbuh.
Dari sini kita melihat bagaimana Allah bertujuan mulia memberikan karunia-karunia ini kepada setiap orang percaya. Tujuannya tidak lain adalah supaya jemaat dapat saling membangun dan memperlengkapi sebagai anggota tubuh Kristus, sehingga Allah saja yang dipermuliakan. Sebab pada dasarnya Dialah yang berkarya melalui kita (1 Korintus 12:6-7; 14:12).
Dengan demikian, bapak ibu yang kekasih,
Pemberian kuasa Roh Kudus bukanlah untuk memuliakan diri atau menyatakan keunggulan hidup rohani seseorang dari yang lain. Kuasa Roh Kudus adalah “karunia,” yang diberikan dan bekerja di dalam diri orang percaya atas kedaulatan dan kehendak Tuhan bukan berdasarkan keinginan kita (ay.11).
Dari sini kita mengerti bahwa Tuhan tidak akan memberikan karunia-karunia Roh jika tidak berdampak baik secara signifikan bagi pertumbuhan gereja-Nya, khususnya dalam pertumbuhan kedewasaan rohani. Dalam hal ini harus dipahami bahwa karunia-karunia Roh adalah diberikan sesuai dengan kebutuhan gereja pada masanya.
Dengan demikian sebagai orang percaya seharusnya kita berusaha mengerti apa rencana Allah bagi kita, bagi gerejaNya di setiap masa, supaya kita tidak terjebak dalam salah satu karunia Roh saja. Sebab ketika seseorang terjebak dalam menekankan hanya salah satu karunia Roh yang tidak bertalian dengan pendewasaan rohani, maka yang muncul adalah kesombongan rohani dan penekanan kepada hal-hal yang bersifat minor.
Yang berikutnya bapak/ ibu yang kekasih,
Perlu kita ketahui, bahwa kualitas rohani tidak dapat diukur dari kuasa atau karunia-karunia Roh yang ada pada seseorang, kualitas hidup rohani hanya dapat diukur dari buah Roh Kudus atau karakter Kristus yang ada pada diri seseorang. Lagi pula kedudukan karunia sama di mata Tuhan, walaupun ada berbagai macam karunia, namun semuanya berguna dan penting, karena memiliki fungsinya sendiri.
Paulus mengibaratkan seperti anggota-anggota tubuh kita. Yang walaupun berbeda-beda namun harus bekerja sama, bersatu secara harmonis supaya menjadi baik dan mencapai tujuan (1 Korintus 12: 7, 12–26).
Hari ini, banyak orang-orang yang mengaku beriman tetapi menjalani hidup tidak dengan iman. Hari ini banyak orang mengaku mengerjakan pekerjaan gereja tetapi melakukannya tanpa meminta hikmat dari Tuhan. Hari ini, banyak gereja-gereja berdiri dan bertumbuh dari sebuah gengsi pribadi orang-orang yang mengelolanya. Sehingga pada akhirnya gereja ribut soal pribadi yang satu dengan yang lain, karena merasa tidak terpuaskan oleh suatu pelayanan. Saudara, bukan ini yang Tuhan mau dari kita. Yang Tuhan mau adalah kita dapat sungguh-sungguh mampu meresponi karunia yang telah diberikan Bapa kepada kita.
Tinggal bagaimana respon kita dalam menerima karunia-karunia yang kita dapatkan dari Tuhan. Rasanya tidak ada satu orang percaya pun yang tidak mendapatkan karunia Rohani. Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mau bekerja bagi Tuhan dalam arah membangun gerejaNya.
Justru yang Allah minta dari kita adalah kita dapat saling menghargai karunia yang dimiliki oleh setiap orang dan mendorongnya untuk semakin berkembang secara maksimal. Jangan pernah kita mengkritik habis-habisan dan membungkam karunia yang dimiliki oleh sesama (1 Korintus 12:25–26). Sementara kita sendiri tidak mau bergerak untuk mencapai pertumbuhan bersama. Hari ini ada banyak gereja-gereja Tuhan yang terlalu banyak mau jadi penonton dan komentator. Padahal yang Tuhan inginkan dari gereja adalah, “...kita dapat saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat” (Ibrani 10:25).
Karena itu bapak/ ibu yang kekasih, Marilah kita saling bahu membahu menjalankan dan mengembangkan karunia yang ada pada kita dengan jalan mempersembahkannya untuk kemuliaan Allah (Matius 25:14–30).
Kita seharusnya bersyukur sebab Allah mau memanggil dan memakai kita dalam pekerjaanNya. Sebab anugerah Tuhan akan menjadi bermakna justru ketika kita menyadari dan meresponnya dengan sebuah tindakan untuk mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan.
Karena itu kalau Allah menganugerahkan sebuah karunia kepada kita itu adalah satu hal yang luar biasa, sebuah kepercayaan yang tidak semua orang dapat menerimanya, dimana Allah mau menghargai kita yang sebetulnya tidak layak untuk menerimanya. Menyadari akan hal itu, biarlah kita semakin hidup berkarya bagi Tuhan, bagi gerejaNya dan bagi kemuliaan nama Tuhan. Amin