Selasa, 08 Maret 2016

TEGAR DI MASA SUKAR

TEGAR DI MASA SUKAR
(1 Raja-raja 19:1-18)

Kaum muda yang terkasih
Menjadi tegar di masa-masa yang sukar memanglah tidak gampang. Terlebih ketika seseorang dituntut harus tetap bersikap tenang, tidak takut dan tetap tegar menghadapi badai pencobaan. Tidak ada manusia yang ingin hidup dalam kesukaran, karena kesukaran tidaklah menyenangkan. Selama manusia masih diberi nafas hidup maka kesukaran akan terus ada.
Memang saudara kehidupan yang sedang kita jalani tidak selamanya dapat berjalan mulus tanpa hambatan. Ada kalanya masalah demi masalah datang silih berganti mengisi kehidupan kita. Kapan saja, dan kepada siapa saja.
Lagi pula Tuhan tidak pernah menjanjikan anak-anak Tuhan akan terbebas dari masalah dan pergumulan hidup. Tetapi yang dijanjikanNya adalah bahwa Ia akan menyertai kehidupan kita dalam situasi apa pun selama mereka berharap kepadaNya. Dalam Mazmur 130:7 firman Tuhan berkata: “Berharaplah kepada Tuhan, hai Israel! Sebab pada Tuhan ada kasih setia, dan Ia banyak kali mengadakan pembebasan.”
Hari ini kita akan belajar satu tokoh yang bernama Elia. Saudara, Nabi Elia adalah nabi yang termasyur di Israel, Kerajaan Utara, sekitar tahun 875-850 SM. Nabi Elia adalah salah satu nabi yang dipakai Tuhan secara luar biasa untuk melakukan mujizat-mujizat Tuhan. Kisah Elia sebelum diperintahkan Allah ke gunung Horeb adalah Elia berada di gunung Karmel.
Di zamannya bangsa Israel dipimpin oleh raja Ahab. Isterinya bernama Izebel. Seperti namanya Izebel, isteri Ahab ini digambarkan sebagai wanita yang suka mendominasi pria. Jadi saudara Ahab termasuk dalam kategori STI (Suami-suami Takut Isteri). Sampai-sampai urusan kerajaan pun Izebel selalu ikut campur untuk memutuskan perkara.
Pada saat itu Nabi Elia menantang 400 nabi baal untuk mempersem-bahkan korban-korban kepada para allahnya. Elia membuat suatu perhitungan Allah siapa yang bisa mendatangkan api dan membakar korban bakaran mereka, maka Dialah Allah yang sesungguhnya. Maka keputusan itu pun disepakati mereka.
Saudara, saat para nabi baal itu mengadakan korban persembahan, mereka tidak bisa mendatangkan api. Elia tampil ke depan serta mengejek mereka sambal berkata: “Panggilah lebih keras, bukankah dia allah? Mungkin ada urusannya, mungkin ia berpergian, barangkali ia tidur dan belum terjaga” (1 Raja 18:27). Dan ternyata korban persembahan mereka tidak kunjung terbakar.
 Kisah ini diakhiri dengan kemenangan Elia. Elia memerintahkan rakyat untuk menangkap para nabi baal itu, membawanya ke sungai Kison dan menyembelih mereka disana (1 Raja 18:40).
Namun sunguh Ironis saudara, seorang Nabi yang dikenal luar biasa, yang melakukan mujizat yang luar biasa, karena berdoa dan mendatangkan api, menyembelih 400 Nabi baal, dan menurunkan hujan. Hari itu ia mengalami ketakutan yang luar biasa oleh karena Izebel.
Hal itu terjadi ketika Ahab memberitahukan kepada Izebel segala hal yang dilakukan oleh Elia (ay 1-2). Dan Izebel mulai bereaksi dengan menyuruh seorang utusan untuk mengancam nabi Elia. Kita melihat saudara, Izebel yang memiliki latar belakang agama kafir, saat ia mendengar 400 nabi baalnya dibunuh Elia, hal itu tidak menjadikannya putus asa. Tetapi justru yang dilakukannya adalah ia menjadi makin berkobar-kobar untuk menantang Elia. Sebab pikirnya hanya dengan mengutus seorang suruhan untuk menyampaikan pesan kepada Elia, itu sudah cukup membuat Elia menjadi gemetar.
Dan betul saudara, saat nabi Elia menerima pesan itu, seketika itu juga ia menjadi takut dan putus asa. Pengharapannya tentang hidup seolah-olah berada pada titik nol. Elia memang tahu siapa Izebel. Ia seorang yang tidak pernah menyerah untuk mendapatkan keinginannya.
Namun walaupun demikian, rupanya Elia tidak belajar dari pengalamannya, selama 3 1/2 tahun bahwa ia selalu dilindungi oleh Tuhan. Lagi pula, kesalahan Elia di sini adalah rupanya ia tidak minta petunjuk Tuhan saat masalah datang menimpanya. Baik pada waktu ia masih berada di Yizreel maupun saat dia berada di Bersyeba. Ia juga meninggalkan pelayanan yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya tanpa permisi kepada Tuhan. Ini seperti seorang pembantu yang lalu pergi begitu saja meninggalkan pekerjaannya, tanpa permisi kepada majikannya.
Karenanya tidak heran saudara, jika Elia mengalami depresi tingkat tinggi. Ia merasa gagal dalam pelayanannya, dikarenakan ia mengira semua yang ia kerjakan adalah usahanya sendiri. (ayat 10, 14). Dan ia lupa semua itu dapat dikerjakannya karena ada campur tangan Tuhan yang selalu menopang dan menyertainya. Allah memang tidak memanggil Elia untuk menjadi seorang yang sukses, tetapi Allah memanggilnya untuk menjadi orang yang setia kepadaNya.
Kaum muda yang kekasih dalam Tuhan,
Perhatikan bahwa dosa selalu memutar balik kenyataan. Inilah tugas Iblis yang selalu berusaha dengan keras untuk memanipulasi kehidupan. Dan dalam hal ini, Elia terperangkap dalam dosa mengasihani diri sendiri.
Karena dosa, dimana Elia meninggalkan tempat pelayanan tanpa bertanya kepada Tuhan. Inilah pelajaran berharga bagi kita. Perhatikan saudara, kalau ada orang yang tadinya melayani dengan giatnya lalu tiba-tiba ia berhenti dari pelayanan bisa jadi ia sedang mengalami kejatuhan rohani/ depresi. Dan itu harus segera dipulihkan. Sebab jika tidak, Iblis akan menelannya dan ia akan sulit untuk kembali bangkit.
Hal berikutnya yang mendukung keadaan Elia untuk menjadi depresi adalah karena pelariannya yang cukup jauh. Bayangkan saudara, ia harus lari meninggalkan Yizreel menuju Bersyeba. Jarak Yizreel ke Beryeba yaitu sekitar 95 mil/ + 150 km, dan masih ditambah lagi sehari perjalanan ke padang gurun (ay 4a). Makanya tidak heran jika ia mengalami kelelahan yang luar biasa, ditambah lagi ia mengalami kelaparan.
Perhatikan dalam kondisi demikian, karenanya tidak heran jika Elia depresi dan memilih lebih baik mati. Ia berkata: “Cukuplah itu! Sekarang ya Tuhan, ambillah nyawaku sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku” (ayat 4).
Namun walaupun begitu Tuhan Allah tidak pernah diam melihat umatNya yang mengalami pergumulan. Dalam kelelahannya, Tuhan mengirimkan seorang malaikat untuk memelihara Elia dengan memberinya sepotong roti bakar dan air dalam kendi (Ayat 5-7).
Saya tidak bisa membayangkan roti yang seperti apa hingga mampu memberi Elia kekuatan untuk berjalan empat puluh hari empat puluh malam hingga sampai di gunung Allah, yakni gunung Horeb (ayat 8). Yang jelas hal ini membuktikan kepada kita bahwa disaat-saat yang sesulit apapun juga Tuhan punya cara untuk untuk memelihara umat kesayanganNya.
Kaum muda yang saya kasihi dalam Tuhan, yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah, Mengapa Tuhan membiarkan Elia jatuh seperti ini?
Jawabannya adalah karena Allah ingin mengajar Elia bahwa keberhasilannya bukan karena usaha dia sendiri, seperti yang diungkapkannya dalam ayat 10, 14. Sebaliknya Allah justru mau mengingatkan kepada Elia, bahwa sehebat apapun manusia jika tidak  ditolong oleh Tuhan akan hancur.
Karena itu selalulah bersandar kepada Tuhan! Allah memang menginginkan Elia tetap sadar akan kelemahannya dan tidak menjadi sombong. Dan melalui kejadian ini, Allah mau supaya Elia dapat bertobat dari kesombongannya.
Dan melalui kejadian itu, Tuhan kembali ingin memulihkan panggilan Elia. Dua kali Tuhan berbicara secara langsung kepada Elia tentang: “Apakah kerjamu disini, hai Elia?” (9, 13).
Saudara, pertanyaan ini lembut tetapi tetap merupakan teguran yang sangat keras. Pertanyaan ini mau menegaskan kepada Elia bahwa panggilan Tuhan adalah lebih berguna daripada keinginan Elia.
Karena itu Allah mau untuk mengoreksi kembali panggilan Elia (ay 15-18). Dalam ayat 15 Allah berkata: “Pergilah, kembalilah ke jalanmu, melalui padan gurun ke Damsyik…”
Hal ini penting untuk kita sadari, bahwa satu-satunya jalan ketika kita kehilangan pengharapan, adalah kembali kepada jalan Tuhan.
Seringkali manusia saat ia kehilangan pengharapan, ia melarikan diri kepada hal-hal yang menurutnya bisa menghilangkan depresinya. Ke diskotik, kafe-kafe, kepada hobbynya. Saudara hal itu bukanlah solusi yang tepat. Sebab hal-hal itu hanya menjanjikan ketenangan sementara. Sebaliknya kembali kepada jalan Tuhan, akan memberikan kita kekuatan untuk kembali memulai kehidupan.
Dan itulah yang juga dilakukan oleh Elia dimana ia kembali taat kepada perintah Tuhan dan ia kembali melakukan pelayanan (ay 19-21).
Biarlah seluruh pelajaran ini bisa menolong saudara untuk dapat tegar dimasa sukar. Mungkin saat ini kita merasa lelah dan tidak lagi bersemangat dalam melayani Tuhan, "Aku mau mundur saja dari pelayanan ini. Percuma, sudah berkorban banyak tapi tidak mendapat apa-apa" Ingatlah bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita! Jangan menyerah pada keadaan, tetapi kuatkan hati, "...karena besar upah yang menantinya," (Ibrani 10:35).
Dan tetaplah melekat kepada Tuhan dan jangan pernah merasa sendiri, sebab ada Roh Kudus yang senantiasa menyertai kita. Hal ini membuktikan bahwa Tuhan sangat peduli dan memperhatikan hidup kita, bahkan "...rambut kepalamu pun terhitung semuanya." (Lukas 12:7a). Jaminan penyertaan Tuhan tidak hanya sampai di situ, Dia juga telah menyediakan tempat bagi kita kelak yaitu di dalam Kerajaan Sorga. Saudara tidak sendirian!. Amin

0 komentar:

Posting Komentar