Senin, 07 November 2016

PEMBAPTISAN KRISTUS

PEMBAPTISAN KRISTUS
Matius 3:16-17
(Markus 1:9-11; Lukas 3:21-22; Yohanes 1:32-34)


Sidang jemaat yang kekasih dalam Tuhan,
Hari ini kita akan membahas satu topik tentang pembaptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis. Peristiwa pembaptisan Yesus oleh Yohanes dicatat oleh ketiga Injil Sinoptik, yaitu dalam Matius 3:1-17; Markus 1:9-11 dan Lukas 3:21-22. Sementara dalam Injil Yohanes sendiri, rasul Yohanes memasukkan kesaksian Yohanes Pembaptis secara pribadi dan tentang pengakuannya bahwa Yesus adalah Anak Allah (Yohanes 1:29-34). Lagi pula kedatangan Yesus untuk dibaptis oleh Yohanes disajikan secara cukup kontras dengan kedatangan yang orang-orang yang munafik dari golongan Farisi dan Saduki. Kedatangannya bukan disertai pujian karena pertobatan yang mereka alami, sebaliknya  Yohanes menyebut mereka sebagai keturunan ular beludak (Matius 3:7).
Saudara, terkait dengan baptisan Yohanes yang diterima oleh Yesus, banyak menimbulkan pertanyaan: Apakah maksud dari baptisan yang diterima oleh Tuhan Yesus sama dengan baptisan yang diterima manusia pada umumnya? Apakah Yesus berdosa sehingga perlu di baptis? Jika Yesus adalah manusia yang tanpa dosa mengapa Tuhan Yesus masih perlu menerima pembaptisan Yohanes? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, ada baiknya kita terlebih dahulu melihat latar belakang tentang tugas Yohanes pembaptis.
Semenjak peristiwa kelahiran Yohanes dan Yesus diceritakan dalam pasal-pasal terdepan. Tidak ada kisah yang dapat kita temukan selain dari kisah saat Yesus berumur 12 tahun. Karenanya kemunculan Yesus dalam peristiwa pembaptisan-Nya adalah awal dari pelayanan-Nya sebagai Mesias. Selama tiga puluh tahun lamanya baik Yohanes maupun Yesus belum melaksanakan rencana Allah. Yohanes berada di Yudea membantu imam Zakharia ayahnya. Sedangkan Yesus Kristus berada di Galilea membantu Yusuf sebagai tukang kayu. Sebagai anak dari seorang tukang kayu, dengan setia Yesus telah melakukan pekerjaan-nya sehari-hari dan menunaikan kewajiban-Nya terhadap keluarga-Nya. Namun setelah sekian lama, Yesus pastinya menyadari bahwa waktunya sudah tiba bagi-Nya untuk keluar.
Karenanya sesudah melewati masa tenang itu, “Pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi Imam Besar, datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakharia di padang Gurun” (Lukas 3:2). Di sana Allah memberinya perintah tentang apa yang harus dikerjakannya. Sebab waktunya untuk mengerjakan perintah Allah sudah tiba. Saudara, Yohanes tampil menjadi pembuka jalan untuk memberitakan pertobatan bagi orang-orang di Yudea. Inilah ungkapan yang sama seperti yang digunakan untuk nabi-nabi Perjanjian Lama. Dikatakan: “Maka datanglah Yohanes ke seluruh daerah Yordan dan menyerukan: ‘Bertobatlah dan berilah dirimu di baptis dan Allah akan mengampuni dosamu,’” (Lukas 3:3). Tindakan ini sekaligus menjadi penggenapan akan nubuat nabi Yesaya, tentang orang yang berseru di padang gurun untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan (Matius 3:3 band. Yesaya 40:3).
Dalam hal ini terjadi kebangkitan rohani yang besar-besaran di daerah Yudea. Dimana kebangunan rohani ini terjadi secara terus menerus dan tiap-tiap hari Yohanes berkhotbah dan setiap hari pula banyak orang yang bertobat dan menyerahkan diri untuk dibaptis. Dengan cara inilah mereka diberi kepastian akan pengampunan dosa, sebagai hasil dari pertobatan mereka. Baptisan dilakukan Yohanes Pembaptis melepaskan mereka dari kuasa dosa, dan memeteraikan mereka dengan anugerah kebebasan atas kesalaan karena dosa (Band. Yehezkiel 18:30).
Pada suatu hari Yesus berada di Yudea. Ia menyaksikan kebangkitan Rohani umat Allah yang begitu luar biasa. Dan Yesus tahu bahwa Yohanes sudah menyiapkan umat Allah untuk menyambut Mesias. Jalan sudah diluruskan. Jalan itu adalah hati umat Allah yang diubahkan dalam pertobatan.
Bapak/ ibu yang kekasih,
Setelah menyaksikan semua yang terjadi di Yudea, Yesus memutuskan untuk memulai mengerjakan misi yang dipertanggungjawabkan Bapa kepada-Nya. Dan langkah pertama yang dibuat-Nya adalah meminta Yohanes untuk membaptis-Nya.
Perhatikan saudara, dikatakan bahwa Yesus menempuh jarak yang lumayan jauh, yakni dari kota Nazaret, Galiliea ke daerah Sungai Yordan untuk dibaptis. Karena itu kepergian Yesus secara khusus ke sungai Yordan untuk dibaptis oleh Yohanes menunjukkan tekad dan kesungguhan-Nya menuruti kehendak Allah sejak semula, yaitu menjadi sama dengan manusia tanpa keculi. Sebab ketika Yohanes mengatakan bahwa dialah yang membutuhkan baptisan, Yesus menjawabnya bahwa pembaptisan atas diri-Nya bukan masalah kebutuhan tetapi masalah ketaatan-Nya untuk menggenapi kehendak-Nya.
Pembaptisan Yesus merupakan tanda awal Allah akan bekerja kembali dan masa anugerah telah dimulai. Sebab sudah lebih dari 400 tahun Allah berdiam sejak akhir dari masa Perjanjian Lama. Dalam masa itu, Allah  berhenti berfirman,” tidak ada nabi yang berbicara atau menulis atas nama Tuhan. Kehidupan manusia dijalankan berdasarkan kesukaan hatinya. Karenanya dengan tampilnya Yohanes pembaptis menjadikan dia sebagai nabi Perjanjian Lama yang hidup di masa Perjanjian Baru.
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Sekalipun umumnya baptisan Yohanes merupakan tanda sebuah pertobatan (Matius 3:11). Namun fakta menjelaskan kepada kita bahwa Yesuslah yang datang menemui Yohanes untuk dibaptis (Matius 3:13). Kalau kita membaca secara sepintas ayat ini, pastilah menimbulkan pertanyaan besar mengenai apakah Yesus berdosa sehingga Dia minta untuk dibaptis? Kalau Yesus tidak berdosa, bukankah Ia tidak memerlukan pertobatan? Kalau tadi dijelaskan bahwa baptisan Yohanes adalah baptisan untuk pertobatan!  Jadi untuk apa Yesus harus memberi diri untuk dibaptis oleh Yohanes?
Bapak/ ibu yang kekasih,
Sebenarnya jawabannya ada dalam ayat selanjutnya. Dikatakan: “Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah” (Matius 3:15). Saudara perhatikan kalimat ini, tadi Yohanes pembaptis menjalankan tugasnya sebagai penggenapan dari nubuatan, itu artinya sama dengan menggenapi kehendak Allah. Sekarang dalam Yesus sendiri juga menyatakan bahwa keinginan-Nya untuk dibaptis juga untuk menggenapkan seluruh kehendak Allah. Jadi dalam hal ini, baik Yohanes maupun Yesus sebenarnya tidak ada yang bertolak belakang satu sama yang lain. Sebab dua-duanya sama-sama menggenapkan kehendak Allah. Kedatangan Yesus kepada Yohanes dan memberi diri untuk dibaptis adalah sebagai tanda bahwa Dia tunduk pada kehendak Allah. Dia dibaptis adalah untuk menggenapkan seluruh kehendak Allah (Matius 3:15).
Sekarang yang menjadi pertanyaan kita bapak/ ibu yang kekasih,
Baptisan yang seperti apa yang diterima Yesus? Saudara, baptisan Yesus bukanlah baptisan tentang pertobatan, sekalipun saat itu Yohanes pembaptis melakukan baptisan untuk pertobatan. Baptisan Yesus berbeda dengan baptisan yang diterima manusia pada Perjanjian Baru, karena kedatangan-Nya adalah untuk menggenapkan kehendak Allah.
Di sini kita melihat, Yesus yang adalah Anak Allah, Ia tidak lahir dari dosa sehingga tidak ada satu dosa pun yang darinya menuntut Yesus harus bertobat. Dia jelas tidak berdosa, tetapi mengambil bagian dalam hal yang seharusnya dijalani dan dilakukan orang-orang berdosa. Jadi kedatangan Yesus kepada Yohanes bukan sebagai orang berdosa yang perlu bertobat. Akan tetapi pembaptisan-Nya lebih merupakan permulaan resmi dari pelayanan-Nya (Kisah 1:21-22; 10:37-38). Lagi pula ketaatan Yesus untuk menerima baptisan Yohanes  adalah suatu tindakan yang dikehendaki Allah.
Dalam Lukas 7:29-30, dijelaskan: “Seluruh orang banyak yang mendengar perkataan-Nya, termasuk para pemungut cukai, mengakui kebenaran Allah, karena mereka telah memberi diri dibaptis oleh Yohanes. Tetapi orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menolak maksud Allah terhadap diri mereka, karena mereka tidak mau dibaptis oleh Yohanes.” Kita melihat saudara, orang yang dibaptis Yohanes adalah orang yang mengerti kebenaran Allah, dalam hal ini Yesus juga dibaptis Yohanes, karena itu Dia pasti mengenal kebenaran Allah.
Bapak/ ibu yang kekasih,
Dalam bagian lain, Lukas juga mencatat bahwa pembaptisan Tuhan Yesus dilakukan-Nya saat Ia berumur “tiga puluh tahun” (Lukas 3:23). Hal ini mengingatkan kita pada kaum Lewi Yahudi yang selalu memulai tugasnya pada usia tiga puluh tahun (Bilangan 4:3, 35).
Dengan demikian bapak/ ibu yang kekasih, baptisan yang dijelaskan dalam Perjanjian Baru selalunya dilakukan sebagai bentuk penggambaran dari kematian, penguburan dan kebangkitan dengan Yesus. Sedangkan Pembaptisan Tuhan Yesus dalam air adalah sebuah gambaran dari karya penebusan-Nya di atas kayu salib (Lukas 12:50; Matius 20:22). Justru melalui baptisan, penderitaan-Nya di kayu salib, Allah telah “memenuhi semua kebenaran.
Dengan demikian, tindakan-Nya ini konsisten dan serasi dengan inkarnasi Yesus yang menjadi manusia. Dia menjadi serupa dengan manusia dalam segala hal, walaupun Dia tetap adalah pribadi Yang Suci tanpa dosa. Yesus tidak berdosa tetapi Ia datang untuk menjadi Juruselamat orang berdosa. Untuk itu Ia perlu menempatkan diri-Nya di posisi orang berdosa. Demikian pula Yesus dibaptis sebagai symbol dimulainya pelayanan pengabaran Kerajaan Surga yang dilakukannya dalam periode selama sekitar tiga setengah tahun hingga Yesus mati disalibkan.
Alkitab menuliskan bahwa sebelum Yesus dibaptis, Yohanes sudah merasa tidak pantas untuk membaptis Yesus, karena pikirnya seharusnya Yesuslah yang membaptis dirinya. Yohanes menyadari bahwa dirinya tidak layak membaptis Yesus, sebab ia tahu baptisan yang sejati adalah baptisan Roh Kudus yang dicurahkan hanya oleh Yesus Kristus ke dalam hati orang-orang yang dipilih-Nya. Karena itu ia berkata: “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia, Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: Kemudian dari padaku akan datang seorang yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku” (Yohanes 1:29-30). Kita melihat saudara, bahwa Yohanes Pembaptis memperkenalkan Yesus kepada orang banyak sebagai Anak domba Allah yang menghapus dosa dunia. Yang kalau kita kaitkan dengan konteks Perjanjian Lama, Yesus digambarkan sebagai anak domba yang akan dikurbankan maka darahnya menjadi kurban penghapus dosa. Demikianlah Yesus berperan bagi penebusan manusia, bahwa Ia menjadi Anak domba Allah. Meskipun Yesus akan datang setelah Yohanes, namun keberadaan-Nya adalah kekal. Kesadaran Yohanes inilah yang pada akhirnya tidak menuntut hormat karena dia muncul sebelum Yesus Kristus. Justru kerendahan hati Yohanes mengisyaratkan kepada kita dua hal penting. Pertama, Yesus, Putera Allah lebih berkuasa bagi manusia. Ia berkuasa untuk menyelamatkan manusia, Yohanes hanya menyiapkan orang supaya bertobat dan layak menerima keselamatan dari Yesus Kristus. Yesus membaptis dengan Roh Kudus, sedangkan Yohanes membaptis dengan air sebagai tanda pertobatan. Kedua, Yohanes adalah pribadi yang rendah hati. Ia mengerti tugasnya yaitu mengantar orang kepada Yesus. Orang yang rendah hati bisa mengenal kelebihan dan kekurangannya di hadirat Tuhan.
Pembaptisan Yesus oleh Yohanes kemudian mengundang penyataan Allah Bapa dari langit yang terbuka. Dituturkan, pada waktu Yesus sudah dibaptis dan keluar dari air, langit terbuka dan dia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atasnya, lalu terdengar suara dari langit yang mengatakan, “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan(Matius 3:17 band. Markus 1:11; Lukas 3:22). Dalam Injil Yohanes dijelaskan bahwa Yohanes sendiri menjadi saksi hidup yang menyaksikan bahwa Roh Tuhan turun ke atas Yesus seperti burung merpati (Yohanes 1:32). Itulah tanda bahwa Yesuslah Anak Allah yang akan membaptis manusia dengan Roh Kudus.
Saudara, ini adalah hal yang pertama dari ketiga peristiwa yang tercatat ketika Bapa berbicara dari surga. Peristiwa yang kedua ialah ketika Yesus dimuliakan di atas Gunung (Lukas 9:28-36) dan peristiwa yang ketiga ialah pada minggu terakhir sebelum penyaliban-Nya (Yohanes 12:28).
Ketika Allah berkata kepada-Nya “Engkau Anak-Ku yang Kukasihi; kepada-Mulah Aku berkenan” (Lukas 3:22). Ucapan ini disusun dari dua teks. “Engkau Anak yang Kukasihi” berasal dari teks Mazmur 2:7 dan biasanya diterima sebagai gambaran Raja Mesias. “Kepada-Mulah Aku berkenan” adalah bagian dari teks Yesaya 42:1, yaitu dari gambaran mengenai hamba Allah yang menderita sebagaimana dijelaskan dalam Yesaya 53.
Di sini nampak bahwa Allah Bapa ingin menyatakan secara terbuka kepada semua orang bahwa pembaptisan Yesus tidaklah sama dengan pembaptisan manusia lain. Apa kehendak Allah bagi Yesus di dunia ini? Yaitu tidak lain adalah untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang (Matius 18:11; Lukas 19:10). Dengan memberi diri dibaptis, Tuhan Yesus menempatkan diri-Nya pada posisi orang berdosa. Di sisi lain, tampilnya Yesus pertama kali di depan public pada saat itu menandai awal dari masa pelayanan-Nya.
Hanya Lukas yang menyebutkan bahwa Yesus sedang berdoa ketika diri-Nya menerima baptisan (Lukas 3:21). Hal ini menunjukkan sebagai Anak Manusia yang sempurna, Yesus bergantung pada Bapa-Nya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan-Nya dan itulah sebabnya Ia berdoa.
Saudara ini menjadi perenungan yang baik bagi kita, Yesus yang adalah Anak Allah, Ia selalu mengisi kehidupan-Nya dengan doa. Kita banyak menemukan bukti-bukti dalam kehidupan Yesus, bahwa Ia senantiasa menjalin relasinya dengan Bapa. Masakah kita yang katanya adalah murid-murid Yesus, tetapi kehidupan kita tidak meneladani apa yang telah diperbuat-Nya bagi kita. Justru seharusnya, doa menjadi sebuah kebutuhan rohani bagi kita dalam menjalankan roda kehidupan kita, baik dalam rumah tangga, dalam pekerjaan ataupun dalam kehidupan pelayanan.
Yang berikut bapak/ ibu yang kekasih,
Turunnya Roh Allah menggenapi tanda yang dinubuatkan bagi Yohanes bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah (Yohanes 1:33-34 band. Yesaya 11:2; 42:1; 59:21; 61:1). Sebagaimana Roh turun atas para nabi Perjanjian Lama pada awal pelayanan mereka untuk menuntun mereka, demikianlah Roh turun atas Yesus secara luar biasa. Tentu saja ini berkaitan dengan kemanusiaan Kristus.
Lagi pula turunnya Roh Kudus ke atas Yesus bukan saja menandakan bahwa dia diurapi oleh Roh Allah, menjadi sang Mesias, tetapi juga suatu peristiwa pelantikan Yesus sebagai Anak Allah, sebagai sang Mesias pilihan Allah yang Allah kasihi dan yang kepadanya Allah berkenan, yang ditugaskan untuk “menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa” (Yesaya 42:1; bdk. Mazmur 2:1), yakni Taurat yang baru, yaitu seluruh ajaran dan amanat Yesus yang ditulis dalam Injil Matius, dan disarikan sebagai Hukum Kasih (Matius 22:37-39).
Dengan demikian, pembaptisan Yesus bukan merupakan sebuah tanda pertobatan, melainkan sebuah tindakan identifikasi diri dengan para pendosa, yang didorong oleh kasih dan keinginan untuk menyenangkan hati Bapa. Maka ketika Allah Bapa berbicara dari surga, setiap orang akan tahu bahwa Yesus berbeda dengan manusia lain, karena Dia adalah Anak yang diperkenan Bapa!
Hal yang tidak kalah penting untuk kita pahami adalah, Baptisan Yesus merupakan perwujudan yang sangat baik untuk menunjukkan kebenaran tentang Trinitas. 1) Yesus Kristus, yang dinyatakan setara denan Allah (Yohanes 10:30), dibaptis di sungai Yordan. 2) Roh Kudus, yang juga setara dengan Bapa (Kisah 5:3-4) turun ke atas Yesus sebagai burung merpati. 3) Bapa menyatakan bahwa Ia sangat berkenan kepada Yesus. Jadi kita mempunyai tiga oknum Ilahi yang setara. Karenanya adalah hal yang sangat bertentangan dengan seluruh Alkitab bila kita menafsirkan peristiwa ini dengan cara yang lain.
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Pembaptisan Kristus oleh Yohanes sejatinya tidak sama hakekatnya dengan pembaptisan manusia pada Perjanjian Baru. Baptisan Yesus lebih menunjukkan ketaatan-Nya kepada Bapa dan demi menjalankan kehendak Allah. Melalui baptisan yang diterima Yesus, kita beroleh jaminan sekaligus teladan. Jaminan bahwa Yesus sungguh-sungguh datang dari Allah dan telah menyetarakan diri dengan manusia agar dapat menjadi Juruselamat yang sejati. Teladan bahwa kita memiliki Tuhan yang taat kepada kehendak Bapa dan karena itu kita pun harus taat kepada-Nya.
Ketaatan kepada Tuhan akan memampukan kita untuk mengerti dan melihat rencana Tuhan dalam hidup. Kita kembali mengingat bagaimana respon Yohanes saat ia bertemu dengan Yesus di sungai Yordan. Mula-mula Yohanes menolak membaptis Yesus, karena ia merasa bahwa Yesus jauh lebih besar darinya. Tetapi setelah Yesus menjelaskan apa yang harus diperbuat Yohanes, Yohanes pun tunduk dan melakukannya.
Dalam kehidupan kita, terkadang kita pun menunjukkan keberatan-keberatan atau bersikeras untuk tidak mentaati Tuhan karena kekurang pengertian kita kepada rencana Allah. Kita lebih memakai pikiran kita yang terbatas, sehingga kita tidak mengerti maksud Allah dalam kehidupan kita. Padahal banyak sekali perbuatan-Nya yang ajaib. Namun saudara, ketika kita belajar untuk taat, Allah akan membukakan rencana-Nya yang indah sehingga setiap orang yang yang mau belajar rendah hati dan taat kepadanyalah Allah selalu menjanjikan berkat yang tidak pernah ia duga sebelumnya.
Bapak/ ibu yang kekasih,
Ketaatan membutuhkan pengorbanan, Ketika Yesus menganggap baptisan itu penting untuk persiapan-Nya menerima pelayanan yang lebih besar, Ia rela berjalan jauh dari Galilea ke Yordan untuk dibabtis oleh Yohanes. Dengan demikian, Yesus menaati Bapa-Nya dalam segala hal. Penyerahan diri-Nya membawa-Nya dari puncak popularitas menuju keadaan dimana Dia akan ditinggalkan, dari keadaan di elu-elukan orang banyak menuju pada penderitaan dan kesendirian.
Oleh karena itu marilah dengan kerelaan hati kita taat kepada Tuhan dalam segala hal, karena kita tahu bahwa terlalu besar jumlah berkat-Nya kepada kita untuk untuk dihitung (Mazmur 40:6). Percayalah kepada Tuhan, sebab Dialah yang memegang kendali. Dengan demikian kita bisa berserah, tidak khawatir atau menjadi stress. Jangan pernah merasa kecewa, marah, atau kecil hati ketika rencana kita tidak seperti yang kita harapkan. Sebaliknya percayalah kepada Tuhan maka Ia akan menyediakan yang lebih baik bagi kita.
Kiranya melalui peristiwa pembaptisan Kristus ini, meneguhkan keyakinan kita akan Ke-ilahian Yesus sehingga setiap aspek kehidupan kita hanya berpusat kepada Dia. sekaligus menyadarkan kita bahwa Kristus benar-benar Anak Allah yang menguasai hidup kita sepenuhnya. Melalui pembaptisan-Nya kiranya juga menyadarkan kita bahwa Dialah Mesias, Raja yang diurapi Allah dan bahwa dalam hal ini bukan hanya mencakup kuasa dan kemuliaan-Nya, melainkan penderitaan dan penyalibannya. Sebab salib yang menimpa Yesus bukannya tanpa disadari sebelumnya; sejak semula Ia telah menyadarinya, dan untuk itulah Ia memenuhi seluruh tuntutan Allah. Baptisan memperlihatkan kepada kita bagaimana Yesus meminta pengesahan Allah dan menerima salib yang ditentukan bagi-Nya.  Dan terbukanya surga merupakan pengakuan Ilahi terhadap kedudukan Yesus sebagai Anak Allah. Dialah Mesias yang sejati.
Bapak/ ibu, saudara yang kekasih, 
Bagi kita yang hadir dan belum menyerahkan diri untuk dibaptis, kiranya firman ini juga semakin meyakinkan kita akan kasih Allah yang telah dinyatakan-Nya dalam Kristus Yesus. Sehingga dengan iman yang teguh kita dapat menyatakan diri untuk menerima baptisan. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar