Jumat, 09 Desember 2016

KEHADIRAN YANG MEMBERI MAKNA

KEHADIRAN YANG MEMBERI MAKNA
Lukas 7:11-17


Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan
Tidak ada peristiwa yang sering disebutkan orang sebagai sebuah kebetulan. Kalau kita percaya bahwa Allah adalah yang kekal dan abadi, maka seharusnya tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa terlebih dahulu Ia ketahui. Karena itu saudara, kekristenan tidak mengenal yang namanya kebetulan-kebetulan. Mengapa saudara? Karena semua kejadian yang dialami manusia, tidak akan pernah lepas dari campur tangan Tuhan. Kekristenan percaya bahwa dalam segala hal Allah turut bekerja untuk mendatangkan kebaikkan bagi mereka yang mengasihi Dia. Dalam Roma 8:28 dijelaskan: “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Sehingga di dalam keadaan apapun yang kita alami, Tuhan tetap peduli terhadap anak-anak-Nya dan Dia sangat tahu dengan apa yang kita alami dalam hidup. 
Saudara, kisah membangkitkan orang mati yang dicatat dalam Lukas 7:11-17 ini, merupakan kisah yang dituliskan secara pribadi oleh Lukas. Kita tidak akan menemukan kisah yang parallel dengan ini baik dalam Matius atau pun Markus.  Yang jelas saudara, mujizat ini terjadi sehari setelah Tuhan Yesus menyembuhkan hamba perwira itu (ayat 11).
Setelah peristiwa penyembuhan hamba seorang perwira di Kapernaum yang sangat luar biasa, Tuhan Yesus bersama-sama dengan rombongannya, mereka pergi menuju ke sebuah kota yang bernama Nain. Satu desa kecil di daratan Yizreel, tepatnya 9.6 km sebelah selatan Nazaret, di pinggir Hermon kecil, dan hingga sekarang kota ini masih bernama Nain.
Kita melihat saudara, bagaimana Tuhan Yesus melakukan inisiatif dengan terlebih dahulu menolong janda yang tengah berdukacita karena anak laki-lakinya yang tunggal telah meninggal. Kita bisa membayangkan bagaimana iring-iringan mayat itu berjalan dari rumah duka menuju ke luar perbatasan, yang pasti kesedihan yang begitu mendalam dirasakan oleh janda ini. Kejadian ini merupakan pukulan yang terberat yang harus dialami ibu janda ini. Betapa tidak saudara, anak satu-satunya yang selama ini menjadi tumpuan harapannya, kini harus pergi meninggalkan dirinya. Mungkin sudah sekian lamanya ia kehilangan suaminya, ia menggantungkan hidupnya kepada anak satu-satunya. Namun siapa yang sangka, kalau hari itu anaknya yang tunggal meninggal lebih dulu. Karena itu janda ini pastinya berdukacita sekali, sebab ia tidak tahu bagaimana nasibnya kelak. Secara fisik mungkin ia tidak lagi kuat untuk bekerja keras, dan kalau pun ia sanggup melakukan suatu pekerjaan, siapa yang bakal menerimanya untuk bekerja? Nasib seorang janda di Timur selalunya menyedihkan, sebab dia tidak mudah memperoleh pekerjaan yang menguntungkan sehingga ia sangat bergantung pada keluarga laki-laki yang paling dekat. Karena itu ia sangat kehilangan dengan kepergiaan anak.
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Saya percaya peristiwa ini bukanlah sebuah kisah kebetulan, sebagaimana anggapan banyak orang, mengenai realitas “kebetulan”. Mengapa saudara? Mari kita perhatikan dengan seksama kejadian-kejadian berikut, untuk kita dapat melihat dengan lebih jeli apakah ini yang disebut sebagai sebuah kebetulan ataukah kehendak Tuhan. Pertama, mengenai kejadian kematian anak sulung ini, bagaimana anak muda itu bisa mati pada saat Tuhan Yesus berada disekitar mereka? Kedua, Bagaimana saat itu bisa dipilih sebagai hari untuk penguburannya? Ketiga, mengapa pula Tuhan Yesus mengadakan perjalanan + 51,4 km dari Kapernaum dan tiba pada sore hari di kota Nain tepat pada saat iring-iringan jenazah itu lewat.
Bayangkan saudara kalau seandainya rombongan Tuhan Yesus terlambat sedikit saja tiba di kota Nain, maka orang mati itu pastinya sudah dikuburkan, atau jika rombongan Tuhan Yesus terlalu cepat datang, dan isak tangis keluarga masih begitu dalam di rumahnya, sehingga pastinya tidak seorang pun akan memperhatikan keberadaan Tuhan di dekat mereka. Jadi saudara, di sini kita melihat bahwa Tuhan tahu bagaimana Ia mengatur segala sesuatu; dan rencana-Nya selalu benar hingga Ia dan rombongan bisa sampai pada detik yang tepat. Lagi pula bukan tanpa alasan bagi Lukas untuk menuliskan peristiwa ini secara pribadi untuk di masukkan dalam bagian Injilnya.
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Peristiwa mujizat ini merupakan kisah yang kedua dari pelayanan membangkitkan orang mati yang dilakukan oleh Tuhan Yesus. Kisah pertamanya terdapat dalam Matius 9:18-26, tentang seorang anak gadis dari kepala rumah ibadat yang baru mati. Kisah ketiga terdapat dalam Yohanes 11:1-44, tentang Lazarus yang sudah empat hari dalam kubur.
Mujizat membangkitkan orang mati ini disaksikan oleh begitu banyak orang. Hal ini telah terbukti kebenarannya ketika kedua kelompok orang banyak itu berpapasan di pintu gerbang kota yang tidak jauh dari tempat pemakaman. Di sana terdapat kerumunan murid-murid serta orang banyak yang tiap-tiap hari menyertai Tuhan Yesus (ayat 11). Dan kelompok kerabat dan tetangga yang mengantar pemuda yang hendak dikuburkan (ayat 12). Sungguh terdapat perbedaan besar antara rombongan yang mengikuti Tuhan Yesus dengan  rombongan yang mengikuti janda dan anaknya yang telah meninggal. Tuhan Yesus dan murid-muridnya sedang bersukacita dalam berkat Tuhan, tetapi janda ini dan kerabat-kerabatnya sedang meratapi kematian anak satu-satunya, yang selama ini menjadi tumpuan hidupnya. Yang jelas peristiwa ini mempertemukan dua anak tunggal, yang satu hidup tetapi yang ditentukan untuk mati, Dialah Tuhan Yesus. Sedangkan yang satunya telah mati, tetapi ditentukan untuk hidup, dialah anak dari seorang janda.
Peristiwa ini memang luar biasa. Sebab siapakah yang dapat melakukan mujizat ini kecuali Tuhan sendiri? Itulah sebabnya orang banyak yang berdiri di tapal batas kota itu berkata serentak: “Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita. dan Allah telah melawat umat-Nya” (ayat 16). Jadi di situ terdapat cukup banyak saksi yang menyokong kebenaran mujizat ini, yang memberi bukti tambahan tentang wewenang atau otoritas Ilahi Kristus. Bukti ini lebih besar daripada penyembuhan penyakit-penyakit, karena tidak ada kuasa alam atau sarana apa pun yang mampu membangkitkan orang mati.
Dari sini kita melihat saudara bahwa Tuhan Yesus telah memperlihatkan diri-Nya adalah Mesias sebab Dia telah memperlihatkan diri-Nya adalah penguasa kehidupan. Terlebih lagi Tuhan Yesus telah memperlihatkan sisi lain dari penderitaan yang paling ditakuti oleh manusia yaitu kematian. Bagian ini juga mengingatkan kita bahwa melalui mujizat ini ternyata walaupun dalam pandangan manusia terdapat batasan kebahagiaan, namun di dalam Tuhan kebahagiaan itu tidak akan pernah berakhir.
Cukup menarik saudara, dimana sikap pertama yang diperlihatkan oleh Tuhan Yesus ketika melihat janda itu, adalah “Ia tergerak oleh suatu belas kasihan.” Dikatakan bahwa ketika Tuhan Yesus melihat janda itu maka “tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan” (ayat 13). Jadi fokus dari kisah ini bukan pada orang muda itu, tetapi pada ibunya. Tuhan Yesus pastinya sudah tahu apa yang terjadi sekalipun Ia tidak bertanya tentang penyebab kematian anak muda itu. Ia sudah memperhatikan bagaimana isak tangis ibu janda yang telah kehilangan segala-galanya. Karena itu, ketika melihat iring-iringan kematian, Tuhan Yesus langsung menaruh belas kasihan kepada janda itu. Ia menghiburnya dengan perkataan: “Jangan menangis”, seolah-olah Ia hendak mengatakan, “Aku tak mau melihat engkau menangis karena Aku datang ke dunia untuk membawa sukacita dan damai sejahtera bagi kamu.”
Memang saudara, tidak ada permohonan kepada-Nya untuk perempuan itu, sebagaimana kejadian sebelumnya dalam kisah anak seorang kepala ibadah. Bahkan Ia juga tidak mengucapkan kata-kata yang panjang lebar untuk menghibur janda itu, selain ucapan “jangan menangis.
Bapak/ ibu yang kekasih,
Perkataan Tuhan Yesus ini, bukanlah sebagai sebuah larangan untuk menangis pada waktu peristiwa dukacita karena kematian orang yang dicintai, tetapi ada rencana lain yang jauh lebih indah yang ingin Tuhan Yesus tunjukan kepada janda ini, yaitu Ia akan membangkitkan anak yang mati itu. Alasan ini memang hanya berlaku bagi janda dalam perikop ini. Namun ada juga alasan umum yang dapat berlaku bagi kita saat ini sedang berdukacita karena kehilangan, yaitu supaya kita jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan (1 Tesalonika 4:13). Jadi saudara, Tuhan Yesus tidak menunggu sampai ada yang meminta-Nya tetapi mujizat ini terjadi karena ada belas kasihan dari Tuhan.
Rasa empati sesama tentu meringankan beban janda tersebut, sebab mereka mengetahui betapa pedihnya hidup yang akan dijalaninya ke depan. Selama ini janda tua ini mengandalkan putranya untuk menjadi penopang hidup di hari tuanya dan kenyataan harus ia terima dimana sekarang anaknya telah mati. Namun saudara, disaat yang tepat Tuhan datang dan menyelamatkannya dari dua dukacita tersebut. Karena itu Ia berkata: “Jangan menangis.
Dari sini kita melihat bahwa belas kasihan Tuhan Yesus terhadap janda ini menunjukkan bahwa Allah merasa kasih dan kepedulian yang khusus bagi para janda atau siapapun yang hidupnya sebatang kara di dunia ini. Sikap kepedulian yang luar biasa ditunjukkan oleh Yesus yang langsung pada tindakan nyata untuk menunjukkan kepeduliaan-Nya kepada orang yang dalam kesusahan.
Dikatakan “Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya dan sedang pada pengusung berhenti, Ia berkata: “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!” (ayat 14). Perhatikan saudara, Tuhan Yesus berjalan menghampiri usungan yang dibawa rombongan duka. Yang dibawa orang-orang itu bukan sebuah peti, tetapi sebuah keranda mayat. Kemudian “Ia menyentuhnya” ini merupakan tindakan yang jarang ditemui di masyarakat Yahudi, sebab tradisi menyentuh mayat hanya akan membawanya menjadi najis.  Tetapi saudara, Tuhan Yesus tidak merasa diri-Nya akan menjadi najis karena menyentuh usungan mayat, sebab tidak ada yang najis bagi-Nya.
Jadi tindakan ini bukan sekedar untuk menghentikan dan melihat kondisi yang mati, tetapi lebih dari itu, dengan menyentuh keranda mayat mungkin Ia bermaksud untuk menunjukkan bahwa Ia sama sekali tidak menghindari kematian dan kubur, supaya bisa mendapatkan kehidupan untuk kita. karena itu yang terjadi adalah anak itu mendapatkan kehidupannya kembali setelah beberapa waktu mati. Segera sesudah pengusung itu berhenti, kemudian dengan penuh hikmat, sebagai seorang yang memiliki kuasa dan berkuasa atas maut, Tuhan Yesus berkata: “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!” (ayat 14).
Bapak/ ibu yang kekasih,
Kita melihat, bagaimana Yesus bertindak sebagai Tuhan yang berotoritas atas maut. Tanpa melalui ritual tertentu, Tuhan Yesus hanya memerintahkan agar anak itu bangkit. Dan ketika firman-Nya yang memberi hidup itu disampaikan, jenazah itu pun menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
Ada dua bukti tanda kehidupan yang ditunjukkan dalam peristiwa ini: pertama, pemuda itu bangun dan duduk dan kedua, ia mulai berbicara. Ingat saudara bahwa anak muda ini dibaringkan pada sebuah usungan keranda yang terbuka, bukan dalam sebuah peti yang tertutup, jadi pastinya dengan mudah ia bisa bangun untuk duduk. Kemudian dengan penuh lemah lembut, Tuhan Yesus  membawa anak itu dan menyerahkannya kepada ibunya yang sangat berduka.
Sejenak peristiwa kebangkitan mendadak dari mayat itu pastilah sangat menakutkan banyak orang yang hadir karena itu Lukas melukiskannya dengan menyebut semua orang ketakutan. Namun ketakutan yang berikutnya bisa saja karena mereka melihat mujizat yang besar, dimana Yesus berkuasa atas maut, sehingga Ia mampu membangkitkan orang yang telah mati. Bagaimana tidak saudara, orang yang sudah terbujur kaku, tiba-tiba bangun dan duduk atas perintah seseorang. Bagaimana pun juga ketakutan mereka pada akhirnya disusul dengan ungkapan hati yang memuliakan Allah, karena mereka merasakan kehadiran Allah. Mujizat yang dilakukan Tuhan Yesus menunjukkan bahwa Kristus adalah Tuhan dan itu terlihat dari reaksi yang ditunjukkan oleh semua orang yang ada pada saat itu (ayat 16).
Janda itu pun tidak pernah membayangkan sebelumnya bahwa ia akan menyaksikan mujizat yang seperti ini. Tidak seperti kisah sang perwira yang terlebih dahuklu mengajukkan permohonan. Jadi peristiwa ini terjadi murni karena belas kasihan Tuhan Yesus yang memberikan pengharapan besar.
Rasaya tidak dibutuhkan waktu yang lama untuk tersebarnya berita tentang mujizat ini. Peristiwa ini mendorong orang-orang untuk bersemangat bertemu dengan Tuhan Yesus dan orang banyak itu pun mengikuti Dia. Dikatakan: “Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di seluruh daerah sekitarnya” (ayat 17).
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan
Dalam kehidupan ini, rasa-rasanya tidak ada yang lebih indah selain daripada mengenal dengan baik kasih Tuhan dalam kehidupan kita. Kita dapat menjalani kehidupan dengan sukacita, karena kita menyadari penyertaan dan pemeliharaan Tuhan.
Setiap kejadian yang dirasakan dalam kehidupan kita, semuanya ada dalam pengetahuan Tuhan, jadi tidak ada yang namanya “kebetulan”. Karena itu kita juga tak perlu merasa “galau,” jika sesuatu yang tidak terduga menimpa kita, sebab tidak ada yang kebetulan terjadi di dalam kehidupan kita. Sebab, kita tahu bahwa Allah yang kita kenal dan sembah itu selalu ada di samping kita menghadapi aneka persoalan kehidupan.
Karena itu biarlah melalui renungan khotbah ini, kita diingatkan bahwa ketika kita datang kepada Yesus dan sujud menyembah Dia, Dia mau mendengarkan segala keluh kesah, mau mendengarkan segala masalah yang dihadapi dan mau mendengar segala seruan kita. Penyakit yang diderita akan disembuhkan-Nya, jalan buntu yang dihadapi akan diberikan jalan keluar, yang berbeban berat akan diberikan kelegaan dan sukacita. Karena Tuhan mau peduli dan menolong kita yang datang sujud menyembah Dia. 
Hari ini biarlah kita juga diyakinkan kembali akan kasih Tuhan yang jauh daripada hidup kita. Kehadiran-Nya selalunya memberi makna, sehingga setiap orang yang percaya kepada-Nya dapat merespon setiap kejadian dengan tetap percaya. Yang walaupun kita tidak melihat-Nya secara kasat mata, namun Allah akan terus berkarya dan bekerja di tengah-tengah kehidupan orang-orang yang selalu berharap akan Tuhan dan yang setia akan Firman-Nya. Amin.

Kamis, 01 Desember 2016

KEDATANGAN TUHAN YANG MENGHIBURKAN

KEDATANGAN TUHAN
YANG MENGHIBURKAN
I Tesalonika 4:13-18


Bapak/ ibu yang kekasih.
Nasehat Paulus kepada jemaat di Tesalonika ini dilatar belakangi oleh sebuah pemahaman yang keliru tentang nasib dari orang-orang yang meninggal dunia. Mereka berpikir bahwa kematian merupakan ujung akhir dari keberadaan manusia. Sehingga ketika peristiwa dukacita itu menimpa seseorang, rasa kehilangan, rasa kesedihan begitu menghantui mereka yang ditinggalkan. Terlebih lagi mereka beranggapan bahwa orang yang meninggal adalah orang yang kurang beruntung karena tidak hadir pada waktu Tuhan datang yang kedua kali.
Saudara, kita di sini berkumpul bersama-sama dengan keluarga untuk diajak mengenang 100 hari dari almahumah ibu Corry. Itu artinya lebih dari tiga bulan sudah ibu Corry meninggalkan kita, ia meninggalkan keluarga. Saya pribadi lebih suka menyebut ini sebagai suatu ibadah penguatan bagi keluarga yang ditinggalkan. Mengapa saudara? Karena sejauh ini, keluarga bisa meyaksikan bagaimana pimpinan Tuhan yang berlaku selepas ibu yang kekasih meninggalkan mereka. Mereka masih tetap diberikan kekuatan untuk menjalani kehidupan sampai sejauh ini.
Karena itu firman Tuhan berkata kepada kita: “Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan” (Ayat 13).
Apakah disini, berarti bahwa Firman Tuhan melarang kita untuk berdukacita? Tidak, saudara! Alkitab tidak melarang kita untuk berdukacita karena kehilangan seseorang yang kekasih. Sebab Perasaan sedih merupakan perasaan yang sangat manusiawi sehingga tidak dapat/ tidak perlu dicegah. Lagipula kematian merupakan kenyataan yang harus diterima oleh setiap makhluk yang hidup. Kematian merupakan fakta akan kedaulatan Tuhan berlaku atas ciptaan-Nya. Yang harus diwaspadai adalah bahwa kita tidak boleh tenggelam dalam kesedihan seperti orang yang tidak memiliki pengharapan lagi. Kita harus menyadari bahwa kematian fisik bukanlah akhir dari "nasib" manusia.
Kematian fisik bagi orang beriman harus dipandang sebagai perpisahan sementara. Walaupun perpisahan sementara itu mendatangkan kesedihan, perpisahan itu sekaligus membangkitkan pengharapan akan masa depan yang lebih baik. Pada waktu Kristus datang kembali ke dunia ini, perpisahan sementara itu akan diganti dengan sukacita yang luar biasa karena kita akan bisa bertemu kembali dengan orang-orang yang kita kasihi yang mati di dalam Tuhan.
Jadi saudara, pernyataan ini justru dimaksudkan Paulus untuk menanggapi kegelisahan dan kebimbangan yang seringkali dihadapi manusia, tentang bagaimana nasib orang-orang yang telah meninggal. Dan Alkitab membukakan satu rahasia penting kepada kita, bahwa kematian tidaklah meniadakan mereka.
Dengan demikian kita melihat, bahwa sebenarnya Rasul Paulus mencoba membuka pola pikir yang baru, mengenai kebenaran Allah tentang orang-orang yang telah meninggal di dalam Tuhan. Istilah yang dipakai untuk kata “meninggal dunia” disini dalam bahasa aslinya digunakan kata: “tertidur atau yang berbaring”. Jadi arti harafiahnya adalah mereka sedang istirahat panjang, istirahat yang tidak terganggu. Mereka sudah mengundurkan diri dari dunia yang penuh kesukaran ini, untuk beristirahat dari semua susah payah dan kepedihan mereka, dan mereka tidur di dalam Yesus.
Karena itu, perhatikan ayat 14: “Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal di dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.” Frase ini mengandung arti jika kita percaya bahwa Kristus telah mati dan juga telah bangkit, maka mereka juga harus percaya bahwa mereka yang sudah meninggal akan dikumpulkan bersama-sama dengan Kristus di sorga yang mulia. Kematian  dan kebangkitan Kristus menjadi dasar iman orang percaya, dan memberi kita pengharapan akan kebangkitan yang penuh sukacita, sebab Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal, dan karena itu orang-orang yang mati dalam Dia tidaklah binasa atau hilang (1 Korintus 15:18, 20). Kebangkitan Kristus merupakan peneguhan penuh terhadap selurh isi Injil, atau seperti yang dikatakan firman Tuhan, telah mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa.
Jadi orang-orang yang sudah meninggal dipersatukan dengan-Nya dalam keheningan, terlelap di lengan-Nya, dan berada di bawah pemeliharaan dan perlindungan istimewa-Nya. Jiwa-jiwa mereka ada dalam hadirat-Nya, dan debu mereka ada di bawah penjagaan dan kuasa-Nya, sehingga mereka tidaklah hilang ditelan bumi, dan bukan juga orang-orang yang kalah, melainkan menjadi pemenang melalui kematian, sebab mereka berpindah dari dunia ini ke tempat yang lebih baik, yaitu di surga yang mulia. “Kematiannya bukan lagi sebagai tragedi, melainkan kemenangan karena Kristus hidup“.
Dengan demikian saudara, kita tidak perlu lagi risau soal orang-orang yang sudah meninggalkan kita. jiwa-jiwa mereka sudah berada di tangan yang tepat. Dan Allah memastikan bahwa mereka akan bersama dengan Kristus ketika Dia datang kembali dengan penuh kemenangan. Jadi, dimana Kristus berada, disitu juga orang percaya berada.
Hal ini sejalan dengan janji Tuhan Yesus dalam Yohanes 14:3, “Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada.
Dan fakta penting yang harus kita pahami adalah, kita yang masih hidup, sekali-kali tidak akan bisa lagi berkomunikasi dengan yang sudah meninggal. Dunia kita dengan dunia mereka sudah berbeda. Dengan kata lain, orang yang sudah meninggal sudah berada di tangan Tuhan selama-lamanya, dan kita yang masih hidup tidak perlu lagi mengurusi mereka yang sudah meninggal.
Yang harus kita pikirkan sekarang adalah nasib kita yang masih hidup, apakah jiwa-jiwa kita sudah berada di tangan yang tepat? Apakah kita sudah memiliki iman yang sama di dalam Yesus? Inilah yang menjadi PR panjang kita sepanjang umur kita.
Saudara, rahasia besar ini sudah dibukakan secara terang di dalam Alkitab, dalam frase selanjutnya Paulus menegaskan kembali kepada pembacanya, “ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal” (1 Tesalonika 4:15).
Berbicara soal kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya memang tidak seorang pun yang dapat mengetahuinya. Sebab peristiwa ini merupakan misteri Allah yang tidak dinyatakan bagi siapa pun juga. Namun bukan berarti Tuhan Yesus tidak akan datang. Kedatangan-Nya adalah sesuatu yang pasti akan terjadi, namun soal waktunya kapan, tidak ada seorang pun yang diinjinkan Tuhan untuk mengetahuinya. Hanya fakta yang paling penting yang harus kita ketahui adalah bahwa kedatangan kedua tersebut berpusat pada Tuhan sendiri, Tuhan sendiri akan turun dari surga ke tempat kita berada ini.
Jemaat Tuhan yang kekasih,
Dan pada waktu Tuhan datang kembali, Ia akan lebih dahulu membangkitkan orang percaya yang telah mati, membawa roh itu beserta dengan-Nya, sehingga mereka akan bangkit dalam tubuh kemuliaan, dan kedatangan Tuhan akan menyatukan tubuh dan roh menjadi satu makhluk yang akan mengambil bagian dalam kemuliaan-Nya untuk selama-lamanya.
Sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan (ayat 17).
Jemaatku yang kekasih,
Frase ini ingin menjelaskan bahwa orang-orang yang masih hidup pada waktu Tuhan Yesus datang akan diubahkan. Mereka akan diangkat bersama-sama dengan mereka yang telah dibangkitkan dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Perubahan ini terjadi seketika, perubahan ini akan terjadi dalam sekejap mata (1 Korintus 15:52).
Kedatangan Yesus yang keduakali adalah suatu peristiwa yang gegap gempita yang disertai dengan sebuah pekikan dari penghulu malaikat dan sangkakala Allah.  Setiap orang akan mendengar dan melihatnya (Wahyu 1:7; Matius 24:31; Yohanes 5:28,29; Kisah 1:9-11). Lagi pula, penampakan ini akan disertai dengan kemegahan dan kuasa, dengan sebuah tanda, yaitu seruan seorang  Raja. Sehingga pertemuan itu akan sangat mulia karena kita akan memiliki tubuh kemuliaan. Ketika Yesus masih melayani di atas bumi ini, Ia berdoa kiranya kita pada suatu hari akan memandang kemuliaan-Nya dan mengambil bagian di dalamnya. Dan pada saat kedatangan-Nya yang kedua inilah, doa itu akan digenapi.
Saudara, pertemuan itu akan bersifat abadi karena kita akan selama-lamanya bersama dengan Tuhan. Inilah kebahagiaan orang-orang kudus di hari itu, yang tidak akan pernah dirasakan oleh mereka yang tidak percaya kepada Yesus. Jadi berkumpulnya seluruh orang-orang kudus bersama-sama hanyalah sebagian dari sukacita mereka. Tetapi kebahagiaan yang sesungguhnya adalah bersama-sama dengan Tuhan selama-lamanya. Fakta inilah yang seharusnya menjadi pendorong bagi kita untuk bisa menghiburkan orang-orang kudus yang mengalami dukacita karena kematian, bahwa sekali-kali kematian tidak akan memisahkan, sebab jiwa dan raga mereja akan diperatukan oleh Tuhan dalam tubuh kemuliaan. Kita yang percaya di dalam Yesus akan bersama-sama kembali dengan mereka yang meninggal di dalam Tuhan dan berkumpul bersama-sama di surganya Tuhan. Demikianlah firman Tuhan berkata: “Karena itu hiburkan seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini” (ayat 18).
Saudara, pertemuan kita dengan Tuhan juga merupakan saat perhitungan. Inilah yang disebut “tahta pengadilan Kristus” dimana Kristuslah yang akan menghakimi semua manusia tanpa terkecuali, baik yang masih hidup ataupun yang sudah meninggal dunia. Dikatakan oleh firman Tuhan: “Sebab kita semua harus menghadap tahta pengadilan Allah” (Roma 14:10).
Pengadilan yang dialami oleh setiap orang percaya tidak bertentangan dengan pembenaran dalam Kristus, karena pembenaran berkaitan dengan keselamatan dari neraka, sedangkan pengadilan yang disebutkan dalam ayat ini berkaitan dengan keadaan orang percaya dalam Kerajaan Kristus. Antara kita semua yang ada yang akan memerintah bersama dengan Kristus (Wahyu 2:26-27 dan 3:21) dan ada yang akan menjadi malu sama sekali (1 Korintus 3:15 dan 1 Yohanes 2:28), karena sepanjang kehidupannya ia tidak pernah menghasilkan buah.
Bapak ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Janji kedatangan Tuhan ini kiranya menjadi penghiburan dan pengharapan yang terus menerus kita dengungkan dalam pertemuan-pertemuan ibadah kita. Sebab bagi kita yang percaya, kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya ini akan menjadi sebuah reuni besar antara mereka yang meninggal dunia di dalam Tuhan dengan orang-orang yang masih hidup. Dengan sahabat-sahabat kita, dengan anggota-anggota keluarga kita yang telah percaya. 
Dengan demikian,
Kita tidak perlu lagi meratapi mereka yang sudah meninggal dunia. Kematian adalah kenyataan hidup yang sudah digariskan Tuhan bagi semua makhluk. Kematian bukanlah suatu kebetulan, melainkan sesuatu yang sudah ditetapkan: “Manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi.” (Ibrani 9:27).
Pengharapan orang Kristen adalah nyata, bukan pengharapan yang sia-sia, walanpun kita diijinkan mengalami dukacita namun ada hal yang jauh lebih mulia dibalik kejadian suka dan duka. Hal itu adalah kedatangan Yesus Kristus kembali untuk membawa kita bersama Dia selamanya di Sorga dan bersama dengan Orang sudah meninggal di dalam Tuhan. 
Karena itu, bersukacita kalau kita sudah berada dalam satu iman di dalam Tuhan Yesus. sebab kita akan kembali bertemu dengan mereka yang kita kasihi. Dan bersukacitalah sebab baik ketika kita masih hidup di dalam dunia, ataupun ketika kita harus berpulang kembali, kita tetap berada di dalam Tuhan yang memberikan keselamatan bagi kita. Kiranya Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.