Sabtu, 23 April 2016

TUHAN ALLAH PEMILIK ALAM SEMESTA

TUHAN ALLAH PEMILIK ALAM SEMESTA
MAZMUR 24:1-10

Sidang jemaat yang kekasih dalam Tuhan,
Pada minggu yang terakhir ini kita masih membahas tentang hukum yang pertama. Kita mungkin masih mengingat pada khotbah minggu lalu, dimana dari sekian banyak oknum yang dianggap sebagai allah, yang pasti hanya ada satu Allah yang sejati, yang benar dan yang hidup. Dari sini mengantar kita untuk mengenal dan mengakui Tuhan Allah sebagai satu-satunya Allah.
Jika Allah hanyalah hasil dari imajinasi manusia, maka semua “allah” pastinya akan “diciptakan setara.” Dengan demikian, tidak ada “allah” yang dapat mengklaim bahwa ia lebih tinggi daripada yang lain. Inilah yang terjadi pada semua “allah” yang dibuat oleh manusia.
Pada zaman dahulu, manusia menciptakan “allah” bagi kepentingan mereka sendiri. Mereka membuat “allah-allah” ini dari kayu, batu, perak, emas dan lain sebagainya. Sekarang ini, dizaman yang serba modern, rupanya keberadaan allah lain pun mengalami banyak pergeseran.
Manusia modern berusaha menciptakan “allah-allah” yang tidak memiliki bentuk materi, seperti pada hobby, kepentingan diri, pada jabatan, kekuasaan dll. Ataupun wujud “allah lain” bisa saja muncul dari sesuatu yang ada disekitar manusia modern, seperti HP, tablet, Laptop dll.
Ingat saudara, bahwa Tuhan Allah pernah memperkenalkan diri kepada bangsa Israel melalui Musa dengan mengatakan: “Aku adalah Aku… beginilah kaukatakan kepada orang Israel: Tuhan, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub telah mengutus aku kepadamu: itulah namaKu untuk selama-lamanya dan itulah sebutanKu turun-temurun (Keluaran 3:14-15).
Lagi pula Allah menegaskan bahwa tidak ada allah lain dihadapanNya. Perintah ini penting untuk kita pahami di dalam keseluruhan hidup kita. Dengan kata lain hanya Tuhan Allahlah satu-satunya yang harus menjadi yang terutama di dalam segala hal. Dalam pemahaman inilah saya mengajak kita untuk merenungkan kebenaran penting yang dinyatakan Alkitab dalam mazmur 24.
Bapak/ ibu/ Sdr yang kekasih,
Sebelum kita mengupas lebih dalam akan Mazmur 24 ini.  Saya ingin memberikan sedikit latar belakang tentang keberadaan mazmur 24. Saudara, Mazmur ini seringkali dibacakan setiap hari Sabat di awal ibadah. Secara tradisi, mazmur ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu ayat 1-2 berisi Pujian kepada Tuhan sebagai pencipta, ayat 3-6, lebih merupakan liturgy penerimaan peserta ibadah (hal ini sejajar dengan Mazmur 15). Kemudian pada ayat 7-10 berisi tanya jawab di pintu gerbang yang akan dilewati oleh Tuhan sebagai Raja Kemuliaan.
Cara pembacaannya adalah ayat 1-2 dibaca oleh umat, ayat 3 oleh liturgis, ayat 4-6 dibaca oleh umat, kemudian 7-10 dibaca bersama-sama (umat dan liturgis). Topik utama Mazmur 24 ini terlihat pada ayat 3. Dengan demikian, orang Yahudi mengangkat pujian ini sebagai pengantar ibadah. Mazmur ini merupakan pengingat apakah kehadiran kita di rumah ibadah layak atau tidak.
Namun saudara, walaupun Mazmur 24 ini tidak dibuat khusus untuk ibadah, tetapi merupakan refleksi khusus dari Daud terhadap peristiwa pemindahan tabut perjanjian dari Obed Edom ke Yerusalem.
Sidang jemaat yang kekaih,
Sekarang mari kita fokuskan perhatian kita pada ayat 1, dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah adalah penguasa dan pemilik langit dan bumi. Oleh karena itulah dikatakan “Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya dan dunia serta yang diam di dalamnya.” Dari yang paling kecil hingga yang paling besar. Dari semua yang tidak bisa dilihat oleh kasat mata, seperti amuba sampai yang bisa dilihat oleh mata kita. Baik benda mati ataupun yang bernyawa. Baik binatang maupun manusia. Semuanya adalah milik Tuhan. Termasuk juga semua bahasa yang ada di bumi adalah milik Tuhan. Sekalipun secara kultural/ social-budaya bahasa adalah milik bangsa yang menggunakannya. Dibentuk sebagai hasil karya budaya. Namun secara teologi, semua bahasa adalah milik Tuhan. Semua bentuk keajaiban dan keunikan yang ada di dalamnya ada dalam kontrol Tuhan.
Bapak/ ibu/ sdr yang kekasih,
Allah tidak pernah menyatakan diriNya dengan segala kemegahanNya, sebaliknya Allah menyatakan diriNya kepada umat kesayanganNya sebagai Allah yang berkarya. Allah juga tidak meninggalkan ciptaanNya tetapi memelihara ciptaanNya. Ia tidak seperti tukang arloji yang setelah membuat sebuah arloji kemudian arloji itu akan berputar dengan sendirinya. Allah tidak demikian adanya! Sebaliknya Allah tetap ada melingkupi segala yang telah diciptakanNya. Namun, meskipun dosa sudah masuk dan merusak tatanan kehidupan ciptaan, tetapi Allah tetap menunjukkan pemeliharaanNya.
Ayat 1 dibaca oleh jemaat yang datang dan hadir dalam ibadah dengan kesadaran bahwa dunia ini dimiliki, dikuasai, dipelihara dan dijaga oleh Tuhan. Jika ada hamba Tuhan yang mengatakan bahwa dunia ini sudah dikuasai oleh setan hal tersebut tidak benar karena bertentangan dengan Alkitab.
Dunia ini masih milik Tuhan dan dijagai oleh Tuhan. Allah yang kita datangi untuk kita sembah dalam ibadah dalam ruang yang spesifik (ruang ibadah) sebenarnya kekuasaanNya lebih besar daripada sebatas ruangan ini. Kekuasaan Tuhan ada di seluruh jagat raya ini. Hal inilah yang harus dipahami oleh kita yang mau datang beribadah kepada Tuhan. Dia tidak bergantung pada ciptaan mana pun juga, melainkan secara mutlak bebas dari segalanya dan berdaulat atas segalanya. Pemahaman akan Allah bukanlah eksklusif, berada dalam kumpulan orang beriman saja, tetapi juga atas orang-orang tidak beriman, Allah berotoritas penuh.
Disisi yang lain penyataan ini juga merupakan peringatan berharga untuk tidak membatasi Allah, pada satu kota atau satu rumah, atau pada satu budaya dan satu tempat ibadah saja.
Dalam ayat 2 diungkapkan “Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai.” Ada dua kata penting dalam ayat ini, yaitu kata “mendasarkan” dan kata “menegakkan”. Kedua kata ini ditulis secara pararel yang menegaskan bahwa Yahweh adalah Tuhan sang pencipta. Dari sinilah kita melihat bahwa ada hubungan yang khusus antara Tuhan sejati dengan dunia yang kita tempati ini.
Hubungan itu tidak pernah kita pelajari dari ilmu pengetahuan tentang terjadinya dunia. Hubungan ini pun tidak kita kenali dengan melihat kepada alam ataupun kepada cakrawala. Sebaliknya kita hanya dapat melihatnya pada Alkitab, karena disanalah kita menemukan hubungan yang secara khusus dinyatakan Allah kepada manusia sebagai umat kepunyaanNya.
Bangsa Israel telah mengenali Allah, sebab Ia telah bertindak dan menyatakan Diri dengan membebaskan bangsa Israel dari Mesir dan mengadakan PerjanjianNya dengan Israel di Sinai. Berdasarkan hubungan yang khusus inilah maka penulis-penulis Alkitab berbicara tentang hubungan antara Allah dengan dunia pada umumnya. Dalam hal ini dikatakan bahwa Allah adalah pencipta alam semesta.
Bapak/ ibu/ Sdr yang kekasih dalam Tuhan.
Hakekat Allah itulah namaNya. Nama adalah hakekat diri, seperti apa kita menyapa dan menyebut Dia. Kalau kita menyebut Dia adalah Tuhan yang suci itulah hakekat Dia yang suci. Nama diri Allah berdiri sendiri. Karena itu Alkitab menjelaskan namaNya adalah Yahweh, Elohim atau Adonai. Tidak pernah dijelaskan dalam bentuk sambung kecuali pada istilah: “Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.” Karena itu saudara, jangan pernah kurung Tuhan menurut selera kita. Jangan kurung Tuhan dalam alam pikiran kita. Sebab itulah namaNya, nama yang sudah diperkenalkan sendiri oleh Allah kepada umat kesayanganNya untuk dikenalnya turun-temurun.
Dari sini kita pahami akan kebenaran teologis mengenai riwayat penciptaan itu yakni lebih berbicara mengenai hubungan antara Allah dan dengan dunia dan manusia secara khusus. Dengan kata lain, Ia mau memberitahukan di depan umum bahwa Dialah Tuhan yang sejati, dan bukan allah bangsa-bangsa lainnya. Dengan demikian pengertian tentang Tuhan diperluas, tetapi sekaligus dimulai suatu pergumulan yang hebat tentang kedudukan Tuhan diantara allah-allah lain. Hanya berkat kegigihan perjuangan para nabi sampailah Israel pada kesadaran bahwa Tuhan adalah yang Esa. Dialah pemilik langit dan bumi.
Sekarang dalam rangka menunjukkan jati diri orang-orang yang beribadah, pemazmur mengungkap-kannya dalam bentuk pertanyaan. “Siapakah yang boleh naik keatas gunung TUHAN? Siapakah boleh berdiri ditempat-Nya yang kudus?” Ayat 3.
Dengan kata lain siapakah yang layak berdiri di hadapan Allah yang begitu berkuasa? Pertanyaan ini dijawab di ayat 4, “Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu.”
Perhatikan kata “Tangan yang bersih” ini mengacu kepada tangan yang bersih dari tindakan dosa yang lahiriah (Yesaya 1:15; 33:15; 1 Timotius 2:8). Sedangkan “Hati yang murni” mengacu kepada kekudusan batin, motivasi dan sasaran yang benar. Jadi saudara, hanya orang yang murni hatinya akan melihat Allah (Matius 5:8). Daud menekankan bahwa orang yang ingin menyembah dan melayani Allah dan menerima berkatNya harus mengusahakan hati yang murni dan kehidupan yang benar. Itu makanya di dalam susunan liturgy kita ada doa syukur dan pengakuan dosa. Kita bersyukur karena Tuhan sudah memelihara hidup kita dan kitapun pastinya tidak pernah luput dari kesalahan dalam kehidupan kita sehari-hari. Sehingga kita perlu mohon ampun kepada Tuhan sehingga kita dapat layak di hadapannya. Karena kita di hadapan Allah adalah manusia yang berdosa dan hina di hadapan Tuhan sehingga untuk kita bisa datang kepada Tuhan dengan mohon pengampunan dari Tuhan. Karena sangat jelas firman Tuhan berkata hanya orang yang bersih hatinya,murni hatinya dan tidak bersumpah palsu yang layak datang kepada Tuhan.   
Kaitannya dengan kita saudara,
Kita datang ke ibadah bukan sekedar untuk dibersihkan dosanya saja meskipun hal ini merupakan bagian dari liturgi juga. Kita memang perlu datang dengan menyadari dosa dan minta pengampunan atas dosa yang telah kita lakukan. Orang Yahudi datang beribadah dengan pengertian apa yang telah dijalani sebelum hari sabat ini menjadi bekal untuk bertemu dengan Tuhan.
Demikian pun dengan orang Kristen. Orang Kristen harus menjadi orang yang murni hatinya, tidak munafik, dan apa adanya. Meskipun hal ini terkesan mustahil bagi orang yang sudah ditebus dosanya oleh Kristus hal ini menjadi mungkin. Orang yang sudah ditebus hidupnya sudah dilayakkan dan dibersihkan oleh Tuhan. Pembersihan yang dilakukan oleh Tuhan ini harus terus dijaga dan dirawat dalam kesibukan sehari-hari.
Sebab bagi orang yang seperti itulah berkat Tuhan disedikan. Perhatikan ayat 5 saudara, “Dialah yang akan menerima berkat dari Tuhan dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia.” Artinya saudara, yang menerima berkat dari Tuhan adalah orang yang mencari Dia (ayat 6) dengan “tangan yang bersih dan hati yang murni” (ayat 4). Kita harus ingat akan hal ini setiap kita berseru kepada Allah dalam doa, menyembah Dia di dalam Perjamuan Kudus.
 Sidang jemaat yang kekasih dalam Tuhan.
Allah yang sudah menyelamatkan kita akan terus menuntun kita dengan keadilan dan berkat. Umat Allah yang diselamatkan adalah umat Allah yang menghargai keselamatan yang telah diberikan dan tercermin dalam kehidupan sehari-harinya. Hatinya tetap lurus dan tidak ada penipuan.
Kalau kita mau mempelajari bentuk ibadah orang Yahudi. Ibadah bagi orang Yahudi bukanlah sekedar variasi dalam kehidupan, tetapi merupakan keseluruhan hidup itu sendiri, seperti yang nyata dalam Roma 12:1 “karena itu saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.”
Jadi ibadah bukan bagian yang terpisah yang boleh ada atau tidak. Atau soal sempat atau tidak! Tetapi ibadah adalah soal hidup kita. Karena itu ibadah harus ada dan menjadi bobot hidup orang percaya. Dalam hal ini, apakah kita layak bertemu dengan Tuhan dalam ibadah atau tidak?
Ibadah bukanlah penyucian diri. Artinya setelah kita berdosa kemudian kita datang beribadah untuk menyucikan diri. Tetapi ibadah adalah apa yang dikerjakan Allah dalam hidup kita harus dijaga dalam hidup yang nyata, yaitu kehidupan sehari-hari kita. Hal ini tidak mudah karena kita harus melawan arus dunia. Akan tetapi orang yang berjuang melawan arus dunia adalah orang yang layak bertemu Tuhan. Jadi seharusnya jika kita mengerti akan hal ini, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak datang beribadah kepada Tuhan.
Di akhir ayat 6 ada sela. Sela bagi orang Yahudi adalah berhenti sejenak dan sebagai waktu perenungan atau mencamkan dirinya apakah mereka orang yang layak di hadapan Tuhan atau tidak. Biasanya selama waktu sela ini, pemain musik memainkan peranan memainkan kecapi.
Sekarang kita masuk dalam babak ketiga dari mazmur 24 ini, yaitu ayat 7-10. Ayat-ayat ini menunjuk kepada Mesias karena Raja Kemuliaan itu adalah Tuhan Yesus (Yohanes 1:14). Siapakah raja kemuliaan? Bagi orang Yahudi, raja kemuliaan yang sudah memimpin mereka adalah ketika orang Yahudi keluar dari Mesir. Mesir saat itu adalah negara superpower dan tidak ada yang lebih hebat daripadanya, tetapi Allah mampu membebaskan bangsa Israel dan membawanya menuju tanah Kanaan. Bagi Daud musuh utama yang paling ditakuti oleh orang Yahudi adalah orang Filistin, akan tetapi bangsa Filistin pun bisa ditaklukkan dengan pimpinan Allah.
Bagi kita, raja kemuliaan adalah Yesus Kristus yang sudah menjelma menjadi manusia. Dalam diri-Nya ada kasih dan kebenaran yang hanya bisa ditemukan dalam diri-Nya. Tuhan juga menopang alam semesta ini (Ibrani 1:3). Bagi orang Israel raja kemuliaan adalah Allah yang menciptakan, menjaga, dan memelihara. Bagi kita raja kemuliaan adalah Yesus Kristus yang mampu mengalahkan kuasa dosa. Yesus datang mengalahkan kuasa dosa yang memperbudak kita. Karena dosa, kita tidak bisa melakukan perbuatan yang benar, tetapi karena kebangkitan Kristus kita bisa bebas dari kunkungan dosa.
Siapakah yang boleh beribadah kepada Tuhan? Mereka yang mampu memperlihatkan kuasa Kristus yang telah menyelamatkan dan terus memimpin hidupnya untuk menang dan berdiri tegak dalam kebenaran dan kemurnian.
Bagi orang Yahudi pintu gerbang adalah pintu gerbang Yerusalem yang dilalui umat Tuhan untuk menghadap tahta Allah. Tetapi bagi kita ketika Kristus sudah berkuasa atas hidup kita hati dan akal dibukakan oleh Yesus supaya kita bisa mendapatkan kebenaran yang lebih lagi bagi jiwa kita.
Bekal bagi kita untuk menjiwai ibadah kita hari demi hari adalah: pertama, kekuasaan Allah bukan hanya di antara orang-orang percaya saja, Tuhan berkuasa di seluruh dunia ini. Dunia ini masih berada dalam kekuasaan Allah. Ada campur tangan Allah dalam dunia ini. Semangat ibadah kita bukan hanya berada dalam ruangan ibadah saja tetapi juga di luar ruangan ini.
Relasi kita dengan Tuhan adalah relasi dari hati ke hati, relasi yang rohaniah. Relasi fisik juga penting tetapi bukan itu yang ditonjolkan. Kita tetap memerlukan fisik kita untuk memuji Tuhan, akan tetapi kerohanian kita memegang peranan penting.
Kedua, ibadah kita merupakan rangkaian kehidupan yang tidak pernah terputus. Perjalanan hidup kita adalah ibadah terhadap Tuhan. Hari-hari sebelum hari sabat juga bernilai berharga dan layak kita bawa ke hadapan Allah sebagai ucapan syukur, bahwa Allah yang kita puji merupakan Allah yang berkuasa dalam setiap waktu di hidup kita. Ada firman Tuhan yang hidup dan menyertai kita dalam setiap pergumulan hidup. Kemudian kita dengan kepala yang terbuka dan hati yang lapang menerima kebenaran firman lagi. Ibadah adalah garis lurus yang membentuk sejarah kehidupan kita.
Ketiga, orang yang beribadah kepada Tuhan adalah mereka yang berfokus mengandalkan Tuhan dalam setiap perjalanan hidupnya. Membawa firman Tuhan dalam kehidupan nyata bukan permasalahan yang sederhana. Kita harus bersandar penuh dalam kuasa Tuhan.
Keempat, Allah dimuliakan dalam kesempatan kita bersekutu bukan terbatas pada puji-pujian atau liturgi ibadah saja tetapi juga di luar liturgi kebaktian kita, di luar ibadah, dalam hidup sehari-hari. Allah yang kita sembah kita perkenalkan kepada mereka yang belum mengenal-Nya supaya mereka juga boleh mengenal Allah yang hidup melalui kita
Kekudusan adalah yang di minta Allah untuk dilakukan oleh umatNya. Kekudusan adalah hal yang mutlak dalam diri Allah, sehingga tidak mungkin Ia dihampiri oleh orang yang terus-menerus dengan sengaja mencemarkan diriNya dengan dosa. Pemazmur menggambarkan, orang yang boleh naik ke atas gunung Tuhan (hadirat Tuhan), haruslah seorang yang bersih tangannya dan murni hatinya. Istilah 'tangan' menunjuk pada perbuatan manusia dan istilah 'hati' menunjuk pada pusat seluruh pikiran manusia. Jadi kekudusan itu menyentuh dua aspek penting yang tidak dapat berdiri sendiri, yaitu perbuatan dan seluruh pikiran manusia.
Kekudusan diperoleh dari hubungan yang akrab dengan Tuhan, yang digambarkan oleh pemazmur sebagai orang yang senantiasa menanyakan dan mencari wajah Allah. "Itulah angkatan orang-orang yang menanyakan DIA, yang mencari wajahMU, ya Allah Yakub." (Mazmur 24:6). Saudara, kekudusan hidup, adalah hal yang sangat sulit dilakukan dalam proses pertumbuhan rohani seseorang, padahal kekudusan adalah unsur penting yang membuat seseorang bertumbuh secara progresif.
Kita masih sangat sering merasa tergoda melakukan hal-hal yang sebenarnya kita tahu persis itu salah. Tetapi karena tidak tahan, maka kita melakukannya juga. Memang diperlukan perjuangan dan kepekaan untuk bisa menang atas semua tipu daya iblis yang menginginkan kita untuk terus menerus berbuat dosa dan jatuh dalam dosa. Karena itu, langkah awal yang harus kita lakukan untuk menjaga kekudusan diri adalah dengan memenuhi pikiran kita dengan Firman Allah, sehingga semua yang kita lakukan dalam hidup ini hanya berlandaskan pada kebenaran FirmanNya, yaitu pikiran Kristus yang tercermin dalam pikiran kita. Oleh karena itu kita harus memiliki waktu untuk bersaat teduh atau mengadakan persekutuan pribadi dengan Tuhan sehingga firman yang kita renungkan itu menjadi rema dalam hidup kita dan memimpin kita di dalam terang firman Tuhan.
Iman kita memanggil kita untuk secara terus-menerus melepaskan apa yang menyita ruang dalam hati dan pikiran kita serta memperkenankan diri kita diisi oleh kebenaran firman Allah. Inilah yang harus kita pahami. Sebagai penguasa maka Dia memiliki semuanya. Semua bangsa memuji Tuhan dengan semua bahasa yang dimilikinya. Termasuk kita yang hadir pada saat ini. Kita memuji Allah, kita beribadah kepadaNya melalui bahasa yang kita bisa pahami. Itulah perspektif teologis kita.
Jangan pernah mengurung kebesaran Allah dalam otak kita yang sempit. Teologi adalah satu cara untuk mengenal Allah. Tetapi tidak boleh kita mengurung Allah dalam tembok pemahaman kita. Karena Allah jauh lebih besar dari itu. Tetapi mari kita memahami Dia sebatas apa yang Alkitab ajarkan kepada kita. Jangan pernah mengambil satu bagian dan mengabaikan yang lainnya. Kita harus melihatnya secara komprehensif. Termasuk tentang pengakuan kita kepada Tuhan yang adalah pemilik alam semesta. Yang secara khusus juga adalah pemilik hidup kita. Marilah kita menundukkan diri kita dibawah kehendakNya yang mulia. Amin.

Senin, 18 April 2016

TUHAN SATU-SATUNYA ALLAH

TUHAN SATU-SATUNYA ALLAH
Yesaya 44:1-8

Sidang jemaat yang kekasih,
Mengulas kembali akan topik kita tentang Hukum pertama, perintah pertama ini mengajarkan kepada kita Siapa yang harus disembah. Ini adalah dasar dari seluruh hukum Allah yang ada, dimana kita harus mengasihi Tuhan Allah yang sejati. Sekaligus juga memberikan penegasan bahwa tidak ada peluang bagi kita untuk diperbolehkan menyembah allah lain seperti kita menyembah kepada Allah sejati. Ataupun mengakui adanya allah lain yang secara sah menjadi obyek penyembahan kita.
Saudara, Tuhan adalah satu-satunya Allah! Ini merupakan sebuah doktrin yang sangat penting untuk kita pahami. Sebab segala sesuatu adalah dimulai dari Allah, dan oleh Allah dan kepada Allah (Band. Roma 11:39). Dialah pencipta langit dan bumi dan segala yang ada di dalamnya. Dialah satu-satunya yang berkuasa, dan yang menentukan hukum-hukumNya. Dialah penyelamat dan penebus umat kepunyaanNya. Di dalam dunia ini hanya ada satu Allah yang penuh kasih, yaitu Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus.
Kalau kita melihat kenyataan di dalam dunia ini, mengapa ada begitu banyak jenis agama yang muncul? Saudara, berdasarkan data statistic ada, diperkirakan ada lebih dari 90% penduduk dunia menganut agama tertentu, yang menyembah kepada berbagai macam allah. Di dalamnya juga ada begitu banyak dewa-dewa yang disembah? Ada begitu banyak jenis-jenis ibadah yang berbeda? Lagi pula masing-masing mengklaim bahwa agamanya adalah satu-satunya yang paling benar, satu-satunya dewa yang menyelamatkan! Jika demikian, pertanyaan kita adalah, lantas agama mana yang benar? Agama mana yang sejati, yang sungguh-sungguh membawa kita kepada Allah yang sejati?
Saudara, sepertinya semua umat manusia sedang ditarik ke dalam sebuah kontroversi yang besar antara Allah yang sejati dengan ilah-ilah buatan pikiran manusia. Antara kebenaran dan semua imitasi yang berkembang didalamnya. Tidak mungkin jika di dunia ini ada begitu banyak allah yang disembah oleh berbagai macam agama yang berbeda. Padahal dunia yang ditempati manusia hanya satu. Atau tidak mungkin juga bahwa satu Allah menciptakan berbagai macam bentuk agama yang berbeda-beda, kalau tujuannya sama. Memang Tuhan kurang kerjaan sehingga Ia seolah-olah menyulitkan diriNya sendiri. Jadi yang pastinya adalah dari sekian banyak pribadi yang dianggap sebagai allah, pastinya hanya ada satu pribadi Allah yang sejati, yaitu Tuhan yang menciptakan langit dan bumi.
Saudaraku, tidak bisa kita pungkiri, kita memang sedang diperhadapkan pada berbagai macam agama yang berbeda-beda. Namun kalau kita perhatikan, beberapa agama yang lain lebih berorientasikan pada ritual upacara dibandingkan ketaatan pada aturan. Dengan mempersembahkan korban ini, melakukan tugas itu, ambil bagian dalam pelayanan ini, menyantap hidangan ini dan itu, maka seseorang akan terlihat benar di hadapan Tuhan. Dari sini kita pahami, bahwa sesungguhnya yang menentukan kehidupan benar atau tidak bukanlah Tuhan, tetapi tingkah laku dan ritual manusia yang menjalankannya. Dengan kata lain, saudara, paham ini sedang mengajarkan bahwa manusia sepertinya sedang berusaha menyogok allah agar ia dapat menuruti keinginannya dengan berbagai macam ritual yang dijalankannya.
Tetapi berbeda dengan agama yang sejati. Agama yang sejati tidak berorientasikan pada aturan atau upacara. Agama yang sejati lebih menekankan pada ada-tidaknya relasi yang sejati dengan Tuhan.
Saudara, mari kita melihat dalam Yesaya 1:11-15, disana digambarkan bagaimana orang Israel secara rutin mempersembahkan korban, rutin beribadah, rajin memberikan persembahan, rajin berdoa dan lain sebagainya, tetapi semuanya itu justru melukai hati Tuhan. Mengapa saudara? Karena semua itu tidak lahir dari hati nurani yang tulus, semua dijalani berdasarkan rutinitas, lagi pula bangsa Israel memiliki kehidupan yang dualisme. Disatu sisi kelihatannya beribadah kepada Tuhan, tetapi disisi yang lain mereka berbuat jahat didepan mata Tuhan (Yesaya 1:16). Ini yang tidak diperkenankan Tuhan. Ini bukan ibadah yang sejati.
Dari sini kita melihat bahwa Tuhan Allah menuntut adanya relasi yang intim antara umat manusia dengan Allah. Namun masalahnya saudara, dosa yang telah merasuk dalam kehidupan manusia menjadikan manusia tidak sanggup untuk mencari Allah. Dosa merusak seluruh tatanan hidup manusia, sehingga manusia bukan saja menjadi buta terhadap kebenaran, tetapi yang pasti mereka telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23). Karena itu ada dua hal yang menjadi kebutuhan dasar yang diyakini semua agama yaitu bahwa manusia telah terpisah dari Tuhan dan perlu diperdamaikan kembali denganNya.
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan.
Kita kembali kepada Alkitab. Alkitab berbicara dengan jelas tentang fakta bahwa Tuhan adalah satu-satunya Allah. Di dalam PL kita mengenal Allah menyatakan diri: Siapa jati diri-Nya? Saudara, Tidak ada kata yang mampu mencakup kebesaran-Nya, kecuali yang diistilahkan sendiri oleh Tuhan sebagai “AKU ADALAH AKU”, “I Am That I Am”, “Hayah Asher Hayah” (Keluaran 3:14) dan Dialah Tuhan Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub - bukan Ismael (Keluaran 3:15)! Pernyataan ini lebih dari sekedar nama, saudara. Itu adalah suatu nama yang deskriptif, yang menunjuk kepada apa adanya Allah dalam diriNya. Secara khusus nama ini menunjuk bahwa Dialah sepenuhnya eksistensi dalam diriNya sendiri, cukup dalam diriNya sendiri, dan kekal.
Siapakah nama diriNya? Nama diriNya dikenal dengan sebutan Yehovah! Atau dalam bahwa Ibrani ditulis sebagai YHWH, dan diterjemahkan sebagai Yahweh. Itulah namaNya yang melekat kekal selama-lamanya dan itulah sebutanNya yang dikenal turun-temurun hingga hari ini.
Karena tidak ada seorang pun yang mampu mencari jati diri Allah yang sejati. Maka Allah sendiri yang turun menemui umatNya. Dalam hal ini, Tuhan yang benar memilih umatNya, yang menyatakan kuasaNya yang besar dalam tindakanNya, kasih besarNya, serta memenuhi segenap keperluan umatNya. Tuhan yang sejati dipandang sebagai Allah yang menyertai umatNya dengan segala tindakanNya yang ajaib dan mengatasi segala allah bangsa-bangsa. Dialah yang menjadikan langit dan memberi pernyataan tegas bahwa tidak ada yang lain selain diriNya (Ulangan 4:39).
Dengan demikian saudara, penebusan hanya dapat dikerjakan oleh seorang yang mengambil bagian secara penuh dalam situasi manusia, bukan oleh seorang dewa yang berjalan di atas bumi. Dalam pemahaman ini, maka makna "Tuhan satu-satunya Allah" bukan ditemukan dalam debat yang abstrak, tetapi melalui tindakan dan kehadiran Tuhan yang secara nyata hadir dalam kehidupan umat-Nya. Tindakan Allah yang spektakuler, yang diperbuat Allah ini menunjukkan bahwa Tuhan Allah adalah Allah yang hidup. Kuasa besarNya mampu membawa umat pilihan Alah keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan (Ulangan 20:2).
Karena itu bapak/ Ibu yang kekasih dalam Tuhan
Sekarang umat pilihan Allah sedang dalam masa pembuangan di Babel. Disatu sisi keberadaan bangsa Israel di Babel tidak lebih adalah bagian dari hukuman Allah atas pemberontakan mereka. Tetapi disisi yang lain, Allah menetapkan ini untuk mengajar bangsa Israel senantiasa ingat akan kedaulatan Tuhan dalam kehidupan mereka.
Secara keseluruhan Yesaya 44 merupakan satu bagian yang di dalamnya Allah mengingatkan kembali status bangsa Israel dan janji pemulihanNya. Yang walaupun sebelumnya, dijelaskan bagaimana dosa dari umat Allah yang telah begitu memberatkan dan menyusahkan hati Allah, namun Allah tetap menyertai dan menghibur umat-Nya. Karena itu Tuhan Allah ingin mengingatkan kembali bangsa Israel, dengan satu perkataan yang tidak boleh diabaikan. Ia berkata: “Tetapi sekarang dengarlah, hai Yakub, hambaKu, dan hai Israel, yang telah Kupilih!” (Ayat 1). Pernyataan ini menegaskan bahwa status Israel dimata Tuhan tidak berubah saudara. Di hadapan Tuhan mereka tetap adalah hambaNya.
Yang menarik saudara, kata "Dengarlah" merupakan kata yang ditulis dalam bentuk imperative yang menjadi ciri banyak nubuat dalam Yesaya (lih. 1:2, 10; 6:8, 9, 10; 7:13; 28:14; 32: 9; 33:13; 34:1; 36:13; 39:5; 42:18; 46:3, 12; 47:8; 48:1, 12, 14, 16; 51:1, 7, 21; 55:2, 3; 59:1; 66:5). Dengan demikian, jika kata ini disandangkan dengan kondisi bangsa Israel sebagai hambaNya, maka kata ini mengandung arti bahwa sebagai hambaNya mereka harus "Mendengar baik-baik dan setelah itu haruslah mereka melakukan."
Lagi pula kalimat ini diakhiri dengan kata “yang telah Kupilih.” Saudara, Kata “Kupilih” memakai bentuk tense perfek yang menunjuk pada suatu tindakan yang sudah selesai. Artinya Allah telah memilih satu kali menjadi umat kepunyaanNya, dan tidak ada pilihan yang lainnya.
Saudara, Faktanya adalah Tuhan Allahlah “yang telah menjadikan", Tuhan Allahlah “yang membentuk Israel sejak dalam kandungan”, dan Tuhan Allah sendirilah “yang menolong Israel”. Pertolongan Allah ini ditunjukkanNya secara terus-menerus disetap kebutuhan umatNya. Hal ini menegaskan bahwa Tuhan Allah tidak pernah meninggalkan mereka. Karena itu Allah meminta Israel agar mereka tidak takut terhadap pimpinan Allah dalam kehidupan mereka.
Ada hal lain yang menarik saudara, nama Yakub disejajarkan dengan nama Yesyurun. Yakub berarti "dia memegang tumit" (Kejadian 25:26), yang secara figuratif berarti "penipu." Sedangkan Yesyurun, berasal dari kata “yasar”, yang berarti "lurus/ benar." Ini merupakan gelar langka yang diberikan Tuhan bagi Israel (Ulangan 32:15; 33:15, 26). Lagi pula penyematan kata un dalam kata yasar mengandung arti bahwa bangsa Israel merupakan umat kesayangan Allah sendiri. Dari sini kita pahami bahwa nama Yakub lebih menunjuk kepada kegagalan dari umat, sedangkan nama Yesyurun menunjukkan apa yang akan terjadi pada umat berdasarkan anugerah Allah.
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan.
ini merupakan suatu ironi yang positif, yang menunjukkan kasih Allah yang begitu agung dan terus-menerus akan membentuk umatNya sampai menjadi seperti yang Ia rencanakan walaupun umatNya terus-menerus tidak taat dan gagal.
Allah memberikan satu penegasan dengan mengatakan kepada bangsa Israel, supaya mereka “tidak perlu takut karena mereka adalah umat kesayangan Allah. Saudara, kalimat perintah ini ditulis 62 kali dalam seluruh Alkitab, dan terbanyak terdapat dalam Perjanjian Lama, yaitu disebutkan 48 kali. Perintah ini juga berkaitan dengan situasi psikologis seseorang, yang sedang diperhadapkan dengan masalah.
Karena itu ketika Allah mengatakan kepada bangsa Israel untuk tidak takut, sejatinya Allah ingin mengatakan bahwa Allah akan selalu bersama-sama dengan mereka. Kata ini juga mengandung arti bahwa hukuman Allah atas mereka sudah berakhir. Dan yang terpenting kata ini juga mengandung arti bahwa Tuhan akan selalu mencukupi segala kebutuhan mereka. Allah sendiri yang akan menggenapi rencana-Nya, yang dimulai dengan pencurahan RohNya. Hasil dari pencurahan Roh Tuhan tersebut adalah membawa umat untuk bertobat dan menyebut diri mereka sebagai kepunyaan Tuhan (Ayat 5). Mereka adalah hamba Allah. Dari sini kita memahami bahwa Allah bukan sekedar berjanji, tetapi memeteraikan janjiNya dengan kedaulatan penuh.
Saudara, ini juga menjadi satu pembalajaran berharga bagi kita dimana hasil penting dari pencurahan Roh Kudus atas kita adalah kesaksian kita bahwa kita ini milik Tuhan dan bahwa Dia itu adalah Bapa sorgawi kita. Roh Kudus yang ada dalam diri kita menciptakan keyakinan bahwa kita adalah milik Allah dan bahwa kita mempunyai segala hak dan wewenang selaku anakNya.
Dengan demikian keselamatan semata-mata dapat tergenapi karena kasih dan kehendak Tuhan yang tidak berubah bagi umat-Nya. Karena itu, marilah kita bersyukur untuk anugerah yang indah dan tak berubah tersebut. Sidang jemaat yang kekasih,
Betapa pun menakjubkannya, dimana semua yang kita lihat dalam kehidupan kita pastinya ada awalnya. Dari yang tidak ada menjadi ada. Namun tidak demikian halnya dengan Tuhan Allah. Tuhan semesta alam menyebut diriNya “Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah lain selain dari padaKu” (ayat 6). Jika kalimat ini dihubungkan dengan nama diri Allah, maka Allah tidak memiliki asal-usul, eksistensiNya tidak bergantung kepada siapa pun. Justru di dalam Dialah diciptakannya waktu dan ruang sehingga kita dapat hidup di dalamnya.
Saudara coba perhatikan beberapa gelar Allah yang disebutkan dalam ayat ini: Tuhan menyatakan diriNya sebagai:
-        Raja Israel (41:21; 43:13b)
-        Penebus Israel (41:14)
-        Tuhan semesta alam
-        Akulah yang terdahulu dan yang terkemudian (41:4, 43:10; 48:12; Wahyu 1:8, 17; 22:13).
Gelar-gelar ini saudara menekankan keunikan, keabadian, kesetiaan, dan kekuatan Allah Israel. Saya rasa tidak ada allah lain yang secara jelas menyatakan diriNya sebagai Raja atas umatNya, yang menebusnya, selain daripada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi.
Kemudian Tuhan Allah kembali menegaskan bahwa: “Tidak ada Allah lain selain dari padaKu.” Saudara Ini merupakan sebuah penegasan dari keunikan dan monoteisme Tuhan Allah. Yang didalamnya memiliki pengertian bahwa tidak ada sesuatu yang jadi diluar sepengetahuan Allah. Sekaligus memberikan satu pemahaman kepada kita bahwa seharusnya kita mencari dan menyembah Allah yang sejati. Tuhan adalah yang awal dan yang akhir, ini membuktikan bahwa tidak ada Tuhan yang lain selain Dia semesta alam, itu sebabnya kita harus mengakui sepenuhnya dan menyerukan namaNya di muka bumi ini kepada seluruh bangsa-bangsa. Kalimat ini juga menegaskan kepada kita bahwa masa lalu dan masa depan ada dalam kuasa-Nya (ayat 7-8). Hal ini nampak dari pertanyaan retoris Allah tentang jati diriNya: “Adakah Allah selain dari padaKu?” Faktanya adalah “tidak ada Gunung Batu yang lain” selain daripada Allah Israel sendiri.
Dari sini kita melihat saudara, bahwa pernyataan tidak ada Allah lain selain dari padaKu” merupakan sebuah penguatan Allah atas umat Israel yang berada dalam tekanan bangsa Babel. Sehingga Allah ingin mengatakan kepada mereka bahwa tidak ada Gunung Batu yang lain selain daripada diriNya sendiri.
Hal yang sama juga dinyatakan Paulus dalam Roma 8:35 “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?”
Apapun bentuknya itu saudara, faktanya “…tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 8:39).
Dari penjelasan di atas memberikan satu pemahaman kepada kita bahwa tidak ada yang lebih besar selain kasih Allah yang senantiasa melingkupi kehidupan kita. Karena itu kita harus menyembah Allah dan menaati Dia. Kita harus percaya kepadaNya, tidak peduli apapun kondisi dan situasi yang sedang kita hadapi.
Namun sadar atau tidak sadar, terkadang orang-orang Kristen pun tergoda untuk melupakan Tuhan dalam kehidupannya. Dan mencari allah lain sebagai tempat sandarannya yang baru.
Mereka berlaku seolah-olah mampu menjalani kehidupannya tanpa penyertaan Tuhan. Mereka hidup semaunya sendiri. Pikiran mereka, filsafat mereka, telah menjadikan allah baru yang memimpin kehidupannya. Padahal faktanya saudara, tidak ada seorang pun yang dapat hidup kalau bukan karena Tuhan yang mengaruniakannya.
Ada pula yang tidak lagi peduli apakah dengan kehidupan kita, kita telah menyakiti hati Allah. Saudara, berapa banyak orang-orang Kristen yang dengan sengaja menyakiti hati Allah dengan kehidupannya.
Kalau kita perhatikan dalam kehidupan sehari-hari ada berbagai macam karakter orang Kristen. Ada orang Kristen yang bersikap cuek dan masa bodoh demikian: "Yang penting sudah beribadah ke gereja setiap Minggu, itu sudah lebih dari cukup. Urusan pelayanan di gereja dan persekutuan dengan saudara seiman lainnya aku tidak mau ambil pusing, emang gue pikiran." Apakah itu kekristenan yang sejati? Apakah itu yang diajarkan Tuhan dalam gerejaNya? Kalau kita mengerti sungguh-sungguh kebesaran Tuhan dalam kehidupan kita maka tidak akan mungkin orang bermain-main dengan kehidupannya. Sebab hidupnya adalah ibadah kepada Tuhan.
Ada pula orang Kristen yang sukanya hanya menuntut untuk dilayani dan diberi, namun ia sendiri tidak mau melayani dan memberi. Yang lebih ekstrem lagi, ada orang Kristen yang punya kebiasaan menjadi juri di gereja: mengkritik sana-sini, menghakimi saudara seiman lainnya dan selalu mencari kelemahan hamba-hamba Tuhan, padahal ia sendiri tidak mau terlibat dalam pelayanan.
Ingatlah saudara, bahwa kita menjadi Kristen bukan karena pilihan kita. Kita dapat mengaku Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi kita, juga bukan karena keinginan kita. Tetapi semua itu dikerjakan Allah melalui RohNya yang memberikan kita pembaharuan, sehingga kita dapat menyadari anugerah Allah yang besar itu dalam kehidupan kita.
Kalau Allah yang merancang sedemikian rupa sehingga Ia memilih kita, mengapa kita tidak bersedia untuk hidup dalam pimpinanNya? Seharusnya kita menolak menyembah allah lain apa pun bentuknya itu, baik yang kelihatan ataupun yang terjadi dalam keseharian kita. Kita harus menolak penyembahan kepada Allah yang sejati dengan sarana apa pun yang tidak layak bagiNya, seperti penggunaan gambar-gambar atau patung-patung.
Dengan demikian saudara, kita akan memahami apa yang Tuhan kehendaki dalam kehidupan kita. Begitu pula yang terjadi pada bangsa Israel. Pengalamannya dalam pembentukan Allah yang sejati, membuat Israel menyadari arti pentingnya kedudukan sebagai kepunyaan Tuhan. Semua yang dialami Israel dalam hubungannya dengan Tuhannya itu menjadi dasar bagi Israel untuk menyaksikan kesetiaan dan kuasa Tuhan bahwa Tuhan Allah yang memanggil mereka sebagai umatNya dan mau menjadi Tuhan bagi mereka, Dialah satu-satunya Allah yang hidup. Tidak ada Allah lain selain daripada Tuhan, Dia pulalah yang menghidupkan umat dalam berkat-Nya.
Bagaimana dengan kita saudara? Sudahkah kita menempatkan Tuhan sebagai yang nomor satu dalam kehidupan kita? Ataukah kita masih bergantung dengan hal-hal lahiriah yang ada disekitar kita. Hati-hatilah saudara, sadar atau tidak sadar, hal-hal yang ada disekitar kita dapat menjadi ilah baru dalam kehidupan kita sehingga hal itu akan menyeret kita untuk menjauh dari Allah yang sejati.
Sidang jemaat yang saya kasihi
Perikop ini ditutup dengan satu menyataan penting, dikatakan: "Kamulah saksi-saksi-Ku! Adakah Allah selain dari pada-Ku?" Yesaya 44:8b
Apa maksudnya saudara? Maksudnya adalah bangsa Israel tidak saja melihat apa yang sedang terjadi, tetapi sekaligus juga memberitahukan kembali bahwa tidak ada Allah selain dari pada Tuhan. Sehingga mereka dapat mengaku bahwa tidak ada Gunung batu yang lain selain daripada Tuhan Allah yang sejati.
Hal yang sama pun menjadi peringatan bagi kita. Kita adalah saksi-saksi Tuhan. Sebagai umat yang telah ditebus, diselamatkan dan mengalami kasih Tuhan, kita memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai saksi-saksi-Nya di tengah-tengah dunia ini. Yang dimaksud dengan bersaksi adalah menceritakan, memberitahukan dan mengabarkan kepada orang lain tentang segala sesuatu yang telah kita alami bersama dengan Kristus agar orang lain tahu dan dapat mengalami kasih seperti yang kita alami. Karena kita ini adalah saksi Kristus, maka yang harus kita saksikan dan beritakan adalah pribadi Kristus dan karya-Nya, bukan diri sendiri yang dikedepankan dan dinomorsatukan.
Dengan demikian tujuan kita hanya satu seperti yang nyata dalam Mazmur 83:19 “Supaya mereka tahu bahwa Engkau sajalah yang bernama Tuhan, yang Mahatinggi atas seluruh bumi.”
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Saya percaya bagi sebagian besar orang Kristen istilah bersaksi tentu saja bukan hal yang asing lagi, namun tidak semua orang Kristen mau mempraktekkannya dengan berbagai alasan, padahal kesaksian hidup adalah manifestasi dari pengakuan iman kita sebagai orang percaya. Kekristenan tanpa sebuah kesaksian hidup bisa dikatakan Kekristenan yang imannya mati. Dikatakan: "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yakobus 2:17).
Karena itu, ketika kita menyadari bahwa ini adalah panggilan berharga yang Allah berikan bagi kita, marilah kita bersaksi bagiNya, bahwa tidak ada Tuhan selain daripada Allah yang telah menyatakan diri kepada manusia. Yang kita kenal di dalam pribadi Yesus Kristus yang menjadi Tuhan kita. Sebab demikianlah dikatakan bahwa: “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam diantara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yohanes 1:14). 
Hanya Yesuslah yang mengalahkan keutamaan Hukum Taurat. Dan Kristus tidak datang untuk “meniadakan hukum Taurat” (Matius 5:7), melainkan menggenapinya. Dengan demikian, jika kita sungguh-sungguh mengasihi Allah, maka kita akan menyerahkan pengabdian kita dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap akal budi kita untuk menjunjung tinggi nama Tuhan. Amin.

Jumat, 08 April 2016

KASIH ITU MURAH HATI

KASIH ITU MURAH HATI
(1 Korintus 13: 3-4)


Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih
Ilustrasi:
Ada sepasang suami istri yang lagi berlibur ke Penang, Malaysia. Mereka sangat kagum melihat transportasi yang tertata rapi di sana. Tidak sulit sama sekali untuk pergi kemana-mana dengan menggunakan Bus yang biayanya sangat murah.
Singkat cerita pada suatu kali di malam hari Bus yang mereka naiki penuh sesak. Tapi sepasang suami istri ini masih sempat memperoleh tempat duduk sebelum Bus menjadi penuh dengan masuknya banyak penumpang lain.
Diantara penumpang itu terdapat seorang nenek tua yang jalannya tertatih-tatih. Ia tampaknya sendirian saja memasuki Bus. Karena penuh ia pun bersiap-siap untuk berpegangan saja. Kemudian sepasang suami istri ini berdiri dan mempersilahkan nenek tua ini duduk. Nenek tua ini sangat senang dan berkali-kali mengucapkan terima kasih. “Jarang sekali ada yang peduli kepada orang tua seperti saya“
Saudara tahukah kalau perjalanan dari pasangan ini ternyata masih lumayan jauh. Apalagi mereka harus menenteng tas ransel berat dan banyak barang bawaan. Otomatis pasangan ini pastilah akan merasa kelelahan. Namun ternyata mereka tetap merasa sukacita bukan supaya dikatakan bahwa mereka seperti superhero alias sebagai pahlawan, atau sok baik, sok hebat. Tidak ada pikiran seperti itu terbersit dalam benak mereka.
Sebaliknya yang ada di benak mereka adalah bahwa apa yang mereka lakukan hanyalah sebagian kecil dari kewajiban yang sudah seharusnya dilakukan oleh anak-anak Tuhan.
Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih
Hari ini, kita belajar satu aspek dalam kasih, yaitu murah hati. Untuk mengerti akan hal ini, mari kita terlebih dahulu mempelajari latar belakang penulisan Surat Paulus yang pertama kepada Jemaat di Korintus ini. Saudara, surat ini merupakan salah satu dari ketiga surat yaitu 1 & 2 korintus serta Roma yang menempati posisi sentral dalam bagian PB. Surat 1 Korintus 13 adalah salah satu perikop yang paling terkenal dari seluruh kitab suci, karena di dalamnya Rasul Paulus memberikan suatu penjelasan yang luar biasa mengenai karakter kasih Ilahi.
Paulus memulai dengan menunjukkan pentingnya kasih, dengan menuliskan bahwa “sekalipun kita memiliki semua jenis karunia, kemampuan, dan prestasi tetapi jika tidak memiliki kasih, kita sama sekali tidak berguna” (ay. 1-3).
Mengapa kasih? Karena kasih adalah hal yang mudah untuk dibicarakan, tetapi sulit untuk dipraktekkan. Kasih seringkali banyak digembar-gemborkan orang, namun dalam realitasnya begitu banyak manusia-manusia justru hidup dalam keegoisan.
Minggu-minggu sebelumnya, kita diajar, bagaimana aspek kasih itu harus mengandung unsur kesabaran. Dan hari ini sebagaimana tema kita, kasih itu harus juga mengandung unsur murah hati.
Mari kita perhatikan kembali ayat 4, yang mengatakan: “kasih itu sabar dan murah hati”, atau, dalam rumusan terjemahan yang lebih tradisional, “kasih itu panjang sabar dan bermurah hati”.    
Bapak, ibu, sdr. I yang terkasih
Murah hati dalam Bahasa Yunani yaitu Eleemon artinya “bermurah hati”, orang yang bertindak menyatakan keluar sikap murah hati, orang yang selalu aktif melakukan kebaikan kepada orang lain. Dari kata ini terkandung tiga pengertian:
(1) Simpati (sun = bersama; paskhein = mengalami, menderita), artinya kesediaan untuk berbagi rasa bersama orang lain yang tengah menanggung penderitaan dan kesusahan (bnd. Roma 12:15).
(2) Empati, kesediaan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain; sebelum bicara atau bertindak terhadap orang lain, tanyakan dulu pada diri sendiri kalau saya jadi orang lain itu, bagaimana (bnd. Lukas 6:31).
(3) Pengampunan, kesediaan untuk menerima dan memaafkan tindakan orang lain yang menyakiti dan memulai lagi dalam sebuah relasi yang baru tanpa dibayangi luka batin. Menutup lembaran lama, membuka lembaran baru.
Sedangkan menurut Kamus besar Bahasa Indonesia adalah suka (mudah) memberi, tidak pelit; penyayang dan pengasih: suka menolong; baik hati; sifat kasih dan sayang; kedermawanan.
Karena itu bapak/ Ibu yang kekasih
Murah hati selalu berkaitan dengan sikap memberi; memberi waktu, tenaga, materi, hati, dsb. Tapi tidak semua sikap memberi berangkat dari kemurahan hati. Karena dibalik sebuah pemberian bisa terkandung banyak motifasi.
Orang yang murah hati tidak kasar, tidak keras, tidak kejam. Melainkan mereka memiliki hati yang dermawan. Ia tidak pelit saudara, melainkan dengan rela hati ia akan menolong sesamanya. Dalam Galatia 6:2 Firman Tuhan mengajarkan kepada kita: “Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.” Dalam kaitannya dengan seorang yang murah hati Saudara, mereka akan peka dan lembut terhadap orang lain sehingga dengan tulus hati ia siap untuk menolong yang lain. Orang yang murah hati biasanya diwarnai dengan perilakunya yang penyayang dan pengasih.
Sifat itulah yang “menggerakan“ hatinya untuk memberi sebagai wujud kasihnya kepada sesama. Ketika seseorang menjadi murah hati, maka disadari atau tidak, sesungguhnya ada kesadaran dari dalam hatinya bahwa masih ada orang lain yang tidak seberuntung dirinya walaupun mungkin dirinya sendiri tidaklah penuh harta atau kekayaan. Sekaligus hal tersebut menjadi pertanda orang tersebut menghargai sesamanya sebagai pihak yang layak untuk menerima kemurahan hati darinya. Inilah wujud belas kasihan yang terpancar dari kemurahan hati.
Kata kemurahan hati juga menunjukkan bahwa kemurahan tidaklah pernah tergantung dari berapa jumlah harta yang kita miliki. Ketika kemurahan mewarnai sikap hati kita, kita akan rela memberi dengan sukacita tanpa peduli apapun keadaan kita saat ini.
Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih
Yesus Kristus mengajarkan kepada kita bahwa hendaklah umat kristiani senantiasa bermurah hati karena Allah adalah murah hati (Lukas 6:36).
Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih
Dalam Lukas 10:25-37 ketika ahli Taurat mencobai Yesus bertanya tentang siapakah sesamaku. Lalu Yesus mengambil perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati. Ada seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia lalu dirampok bahkan dipukul setelah itu mereka meninggalkannya setengah mati. Kemudian lewat seorang Imam tapi hanya melihat, kemudian datang seorang Lewi itupun hanya melihat tanpa melakukan pertolongan dan lewatlah seorang Samaria ketika dia melihat orang yang terluka itu dia bermurah hati menolong orang tersebut.
Singkat cerita dia membawa orang tersebut yang terluka itu ke tempat penginapan lalu keesokkan harinya karena dia ingin melanjutkan perjalanan dia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan dan berpesan bahwa jika ada yang kau belanjakan lebih dari itu aku akan mengembalikannya ketika aku kembali.
Pertanyaannya ada hubungan apakah orang yang terluka dan orang yang berbaik hati mau menolong sama sekali tidak ada hubungan keluarga, atau kenalan, sahabat atau kerabat tetapi karena orang itu mau menolong, peduli terhadap sesamanya sehingga diapun mau melakukan semua itu tampa terpaksa atau hitung-hitungan.
Bapak, ibu, sdr.i
Mungkin jaman sekarang sulit untuk kita mendapatkan orang yang mau bermurah hatinya kepada sesamanya. Yang ada orang itu bermurah hati dengan motifasi supaya dia dipuji.
Namun coba perhatikan apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus dalam ucapan bahagia (Matius 5:7) Tuhan Yesus berkata: “berbahagialah orang yang murah hatinya karena mereka akan beroleh kemurahan.” Ini merupakan implikasi dari seseorang yang punya kemurahan hati. Dimana ia akan selalu diberikan kebahagiaan karena ada janji berkat yang Allah sediakan bagi seseorang yang memiliki kemurahan hati, dimana Allah akan memberikan kemurahanNya pada saat penghakiman nanti.
Karena itu, apa yang telah kita terima sebagai pemberian dari Allah tak seharusnya membuat kita menjadi egois, anti sosial, ataupun menikmatinya untuk kepentingan diri sendiri. Yang Allah kehendaki adalah kita mau hidup berbagi secara sukarela bukan oleh karena dipaksaakan tetapi melakukan dengan rela hati.  
Karena itu Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih
Kemurahan hati merupakan salah satu sikap yang seharusnya memenuhi kehidupan orang-orang percaya tanpa terkecuali dan tanpa terkait dengan situasi atau kondisi apapun. Tetapi kemurahan hati tidak sama dengan bersikap murahan. Melainkan kemurahan hati adalah kualitas hidup anak-anak Tuhan.
Namun yang mesti kita ketahui adalah, kemurahan hati itu tidak selalu harus berbentuk materi atau benda, tapi kemurahan hati juga bisa diwujudkan dalam hal-hal kecil yang kita lakukan sebagai perwujudan kasih kepada orang lain. Satu misal, perhatian kita, kepedulian kita terhadap kebutuhan sesama kita, dll.
Disini jelas bahwa murah hati merupakan bagian dari perwujudan kasih yang bisa nyata dirasakan oleh orang lain, dan merupakan salah satu hal yang bisa menunjukkan sejauh mana kita mengaplikasikan kasih Surgawi dan memuliakan Bapa di dalam segala sesuatu yang kita lakukan dalam kehidupan kita.
Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih
Ada sebuah cuplikan yang merupakan Kisah nyata dari penarik becak tua ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Keikhlasan hati membantu orang lain tidak hanya bisa didapat saat kita sudah bergelimang harta. Bahkan dalam keadaan miskin sekalipun, kita bisa berbagi dan  membantu orang yang lebih membutuhkan.
Nama pria tua ini adalah Bai Fang Li, dia adalah seorang tukang becak yang tinggal di Tianjin, China. Usianya tidak lagi muda, setiap hari dia menarik becak di kotanya. Pekerjaannya tidak menghasilkan banyak uang, bahkan Bai Fang Li termasuk dalam keluarga miskin yang tinggal di gubuk sederhana. Pakaian yang digunakan sangat lusuh, untuk makanpun, Bai Fang Li harus mencari makanan sisa di tempat sampah. Tapi tahukah Anda, penarik becak yang miskin ini telah menyumbang lebih dari $ 53.000 atau sekitar Rp 500 juta untuk anak-anak miskin.
Dengan demikian bapak, ibu
Mengapa kita mesti memiliki kemurahan hati? Karena pada dasarnya Allah kita adalah Allah yang murah hati. Kemurahan hati Allah tidak dipengaruhi oleh kondisi dan situasi. Maksudnya meskipun umatNya tidak setia namun Allah tetap setia. Kesetiaan Allah tidak dikondisikan pada umat yang setia atau tidak setia. Kesetiaan Allah yang murah hati lahir dari hakekat Allah yang memang setia. Tuhan Yesus memuji orang yang murah hati. “Berbahagialah orang yang murah hati karena mereka akan beroleh kemurahan” (Matius 5:7). Tuhan sendiri murah hati terhadap kita umatNya (Matius 20:15). Maka Tuhan Yesus berharap: “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati” (Lukas 6:36). Kasih dan kemurahan hati adalah satu.
Dengan demikian, kita yang telah menjadi anak-anakNya hendaknya kita pun mampu mencerminkan kemurahan hati kita dalam berbagai aspek kehidupan kita. Ini bukan satu pilihan dalam kehidupan kita. Akan tetapi ini menjadi bagian terpenting dalam unsur kasih yang telah kita terima dari Bapa. 
Pertanyaannya yang penting bagi kita, maukah kita dipakai Allah untuk selalu bermurah hati dalam kehidupan kita? jika iya, dimulailah dari sekarang. Mulailah kita nyatakan dalam kehidupan keluarga kita, mulailah dari gereja kita. Amin.

Jumat, 01 April 2016

PERGUNAKANLAH WAKTU YANG ADA

PERGUNAKANLAH WAKTU YANG ADA
Efesus 5:15-17


Bapak ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Berbicara tentang waktu, dalam kaitannya dengan kehidupan kita, kita mendapati satu fakta bahwa kehidupan yang sementara kita jalani adalah sangat singkat. Alkitab menegaskan kepada kita bahwa usia manusia pada umumnya 70 tahun, dan kalau ia kuat ia akan mencapai garis 80 tahun.
Dikatakan dalam Mazmur 90:10 “Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.”
Saudara, berkenaan dengan hal ini, ada seseorang yang mencoba membuat catatan bagaimana ia telah mempergunakan waktu sepanjang hidupnya selama 70 tahun. Setelah ia menghitung-hitung maka ia mendapatkan angka-angka sebagai berikut: Tidur 23 tahun (32,9%), Bekerja 16 tahun (22,8%), Beribadah 0,5 tahun (0,7%), Nonton TV 8 tahun (11,4%), Makan 6 tahun (8,6%), Berpergian 6 tahun (8,6%), Bersantai-santai 4,5 tahun (6,5%), Sakit 4 tahun (5,7%), Berpakaian 2 tahun (2,8%).
Dari sini ia mendapatkan satu kesimpulan bahwa 93,6% ia habiskan hidupnya untuk memuaskan keinginannya. Sebab 5,7% ia harus jalani dalam kondisi sakit. Sisanya hanya 0.5% ia persembahkan untuk Tuhan.
Saudara mungkin kita akan terkejut dengan banyaknya waktu yang disia-siakan untuk hal-hal yang tidak berguna atau untuk hal-hal yang sifatnya duniawi sementara waktu untuk hal-hal yang rohani bagi pekerjaan Tuhan sangat sedikit.
Mungkin kitapun bisa membuat catatan tentang kehidupan kita dalam rentang 1 hari, 1 minggu, 1 bulan, 1 tahun mengenai hal-hal apa yang kita lakukan. Namun dari semua catatan itu, yang terpenting untuk kita sadari adalah bagaimana kita menjalani waktu yang Tuhan karuniakan dalam hidup kita dengan sesuatu yang berkenan kepadaNya.
Bapak/ ibu yang kekasih,
Setuju atau tidak, kehidupan ini penuh dengan pilihan. Kita bisa memilih hidup yang bermakna atau memilih menjalani hidup yang sia-sia. Kita bisa memilih hidup memuliakan Allah atau memilih hidup yang mempermalukan nama-Nya.
Pada saat memilih, kita bisa mengandalkan diri sendiri dan hanya memperhatikan kepentingan sendiri, tetapi kita juga bisa memilih untuk mengandalkan hikmat Allah dan memuliakan Allah.
Akan tetapi saudara, sadarkah bahwa dalam sehari yang kita lalui ada 86.400 detik yang dihadiahkan Tuhan kepada kita, dan itu berlaku sama bagi semua orang. Sebab kita masing-masing menjalani kehidupan selama 24 jam dalam sehari. Sekarang coba kita kalikan angka tersebut dengan umur kita sekarang, maka kita akan terkejut melihat angkanya.
Misalnya kita akan menghitungnya dalam waktu satu tahun. Maka 86.400 x 365 hari = 31.536.000 detik. Kalau kita mau menghitungkan sepanjang umur 40 tahun, maka kita memiliki 31.536.000 x 40 = 1.261.440.000 detik. Saudara, apa yang kita pakai untuk mengisi milyaran atau trilyunan detik yang sudah kita lalui hingga saat ini?
Sebuah bagian dari doa Musa yang pernah dicatat dalam kitab Mazmur menggambarkan akan kesadarannya betapa pentingnya waktu yang telah disediakan Allah bagi kita. Musa berkata: “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.” (Mazmur 90:12).
Bapak/ ibu yang kekasih,
Jika kita bandingkan kehidupan kekal yang menantikan kita, hidup di dunia ini memanglah sangat singkat. Tetapi bukankah 86.400 detik sehari seharusnya lebih dari cukup bagi kita untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan hati Tuhan?
Dalam kaitannya dengan panggilan hidup sebagai anak-anak terang yang disampaikan Paulus dalam surat Efesus 5:1-21 kita bisa melihat dengan jelas bagaimana kita bisa mengisi dan memanfaatkan waktu kita dengan baik. Bahwa sesungguhnya mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya adalah nasehat yang berasal dari Firman Tuhan. Namun sayangnya saudara, banyak orang-orang diluar sana yang tidak tahu pentingnya nilai hidup yang diberikan Tuhan bagi dirinya, sehingga mereka mengabaikan kebenaran firman Tuhan ini.
Tetapi bagi kita yang hidup di dalam kebenaran Tuhan, mari kita memperhatikan apa yang Tuhan mau kita kerjakan sehubungan dengan kehidupan yang Tuhan telah percayakan dalam kehidupan kita:

1. Perhatikanlah Dengan Seksama Bagaimana Kamu Hidup (ay.15).
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Apa yang dijelaskan oleh firman Tuhan ini pada dasarnya menunjuk kepada implikasi dari hidup berpadanan dengan panggilan Tuhan (4:1). Dikatakan disana: “Sebab itu aku menasihatkan kamu, …… supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu.” Kita perhatikan saudara saat Paulus menasihati para pembacanya untuk memperhatikan dengan seksama bagaimana mereka hidup. Secara literal sebenarnya ia sedang berkata bahwa: “Allah menghendaki agar setiap orang percaya dapat menjalani kehidupan-nya dengan segala kewaspadaan. Atau Allah menghendaki agar setiap kita menjalani kehidupan dengan tepat, akurat dan dalam pertimbangan yang baik.”
Untuk menjelaskan bagian ini, Paulus memberikan suatu perbandingan yang sangat kontras tentang kehidupan dengan memakai kata “bebal” dan “arif”.
Saudara, Orang yang bebal itu adalah orang yang tidak suka diajar, ia tidak peduli dengan yang namanya nasehat apalagi teguran. Orang bebal selalu merasa benar dalam jalan yang ia tempuh. Dan jika ada orang yang tidak sepaham dengan dia maka ia akan menganggap orang yang tidak sepaham itu salah, sebab dia tidak pernah merasa salah.
Orang yang bebal biasanya tidak mau memperhatikan bagaimana dia hidup. Ia menjalani kehidupannya dengan sangat sembrono dan tanpa tujuan. Yang dikejarnya adalah kesenangan diri dan kepuasan jasmani.
Lagi pula orang bebal tentu saja tidak akan menyukai Firman Tuhan, sebab Firman Tuhan seperti yang dikatakan dalam II Timotius 3:16-17 “…memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.”
Orang yang bebal tidak menyukai Firman Tuhan sebab Firman Tuhan itu akan selalu mengajar sementara mereka tidak suka diajar, Firman Tuhan akan menyatakan kesalahan sementara mereka merasa diri selalu benar, Firman Tuhan akan memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran, sementara orang bebal merasa hidupnya telah sempurna. Ia tidak butuh dikoreksi. Maka yang terjadi orang yang bebal akan merasa diri lebih pintar daripada firman Tuhan.
Nah saudara, Firman Tuhan mengingatkan kita supaya jangan seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif.” Berbeda dengan orang yang bebal, orang Arif adalah orang yang mau diajar, suka menerima nasehat dan bertindak hati-hati dalam hidupnya. Sebab ia tahu, sekali ia memutuskan hal yang salah, keputusan itu akan membawa dampak di masa yang akan datang.
Karena itu, orang yang arif atau bijak, ia akan memilih untuk menjalani kehidupan dengan hikmat Allah. Hikmat Allah akan menjadi fondasi jalan hidupnya. Sebab pertimbangan-pertimbangan yang diambilnya adalah dari firman Tuhan. Kita bandingkan dengan Mazmur 119:105 yang mengatakan: “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.”
Jadi saudara, firman Tuhan yang dibacanya setiap hari, yang direnungkannya itulah yang akan menuntun jalan hidupnya. Bagaimana menjalani kehidupan di dalam keluarga, gereja, tempat ia bekerja, masyarakat dan dunia ini? Bagaimana dengan kita saudara? Kalau kita yang hadir disini sadar dan mau untuk memperbaharui kehidupan kita di hadapan Tuhan, maka kita akan hidup seperti orang-orang yang arif.

2. Pergunakanlah Waktu Yang Ada (ay.16).
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Ada dua istilah “waktu” yang dipakai dalam bahasa Yunani, yaitu “kronos” dan “Kairos”. “Kronos” berbicara soal kronologi waktu yang terus berjalan dari detik ke detik dan dari hari ke hari. Sedangkan “Kairos” adalah waktu yang berkaitan dengan sebuah momentum atau kesempatan. Nah yang manarik saudara, Paulus menggunakan kata “waktu” dalam ayat ini, adalah pada istilah Kairos.” Jadi kalau kita terjemahkan secara harafiah maka ayat ini akan berbunyi: “Dan tebuslah/ pakailah dengan maksimal segala kesempatan yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.”
Saudara, dari sini kita mendapatkan satu pemahaman bahwa waktu itu sangat berharga. Jadi sebenarnya Alkitab mau menjelaskan kepada kita bahwa betapa mahalnya sebuah waktu sampai Allah meminta kita untuk menebusnya/ memakainya secara maksimal “segala yang ada”. Karena itu adalah kesempatan yang berharga. Dan setiap kesempatan pastinya tidak boleh kita sia-siakan. Hanya orang-orang yang bodoh yang selalu membiarkan kesempatan itu berlalu dengan sia-sia.
Saudara, kita tidak tahu berapa lama kita menjalani kehidupan kita. Kita tidak tahu berapa lama kita bertahan dalam pengabdian di lembaga yang kita jalani saat ini. Tetapi kalau kita mau kaitkan ayat ini dengan pokok bahasan kita, maka apa yang sedang kita kerjakan saat ini, itu adalah kesempatan yang berharga yang kita peroleh, yang tidak boleh kita sia-siakan.
Jadi saudara, ungkapan “Pergunakan setiap waktu yang ada” lebih berbicara tentang sebuah momentum yang diberikan Tuhan Allah kepada setiap orang. Oleh karena itu biarlah setiap waktu yang kita lalui sejatinya memberikan makna dalam kehidupan kita masing-masing.
Lagi pula Firman Tuhan mengingatkan bahwa “Hari-hari yang kita lalui jahat.” Saudara, yang dimaksud dalam ayat ini adalah segala tipu muslihat iblis untuk menggagalkan masa depanmu dengan berbagai cara. Iblis tahu Allah memiliki rencana yang indah bagi hidupmu, dan iblis sungguh cemburu dan menginginkan agar kita tidak sampai kepada apa yang dirancangkan Allah bagi kita. Bagi orang muda iblis sangat senang menipu kita dengan mempergunakan hawa nafsu orang muda. Bagi orang tua iblis senang memanipulasi mereka sehingga mereka terlena dengan zona nyaman yang mereka peroleh.
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Jadi karena kehidupan yang kita sedang jalani dipenuhi oleh kejahatan yang berusaha menjatuhkan anak-anak Tuhan, penting bagi kita untuk mengisinya dengan hal-hal yang berkenan kepada Allah.
Lagi pula saudara, Alkitab mengatakan bahwa sejarah digambarkan seperti sebuah garis linier dari titik alfa sampai titik omega dan semua itu harus dipertanggung-jawabkan satu demi satu di hadapan Tuhan. Kalau tadi dikatakan bahwa waktu yang diberikan Tuhan kepada kita sangat berharga untuk kita abaikan begitu saja. Maka kesadaran kita akan mahalnya sebuah waktu kiranya menjadikan kita seorang yang bijaksana dalam mempergunakan waktu. Kita yang telah mengerti betapa mahalnya sebuah waktu, sejatinya tidak akan menyia-nyiakan setiap kesempatan yang kita peroleh untuk hidup memuliakan Tuhan.
Dengan demikian meskipun kita hidup di tengah-tengah hati yang jahat ini, ditengah-tengah dunia yang bengkok ini, kita tidak akan menghindari ataupun takut terhadap kuasa tersebut. Sebaliknya kiranya justru itu semakin mendorong kita untuk bijaksana, mempergunakan waktu yang ada di dunia yang telah jatuh dalam dosa ini untuk menjalani hidup yang menyenangkan Allah.

3. Berusahalah Supaya Dapat Mengerti Kehendak Tuhan (ay. 17).
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Dalam bagian yang terakhir ini, kembali Paulus memperbandingkan dua hal yang kontras. Kali ini ia ia menggunakan kata “bodoh” dan “mengerti”. Dalam terjemahan baru dikatakan: “Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.” (ay 17). Atau dalam terjemahan aslinya berkata; “Karena itu, janganlah kamu menjadi bodoh, tetapi mengertilah apa yang menjadi kehendak Tuhan.”
Saudara, peringatan yang sama juga dapat kita lihat dalam catatan Paulus dalam Kolose. Disana dikatakan: “Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada“ (Kolose 4:5).
Dari sini kita mendapatkan satu pemahaman bahwa seseorang yang telah percaya kepada Tuhan Yesus, tidak boleh kembali pada cara hidup mereka yang lama karena itu adalah suaru kebodohan (Efesus 4:18). Sebaliknya mereka harus berusaha untuk mencapai tujuan Allah.
Dan tujuan Allah tidak lain adalah supaya kita mengerti kehendakNya. Ini merupakan suatu konsep yang utuh dari pekerjaan Allah di dalam Kristus. Dimana Allah mempersatukan segala sesuatu di dalam Kristus. Allah mengerjakan segala sesuatu dalam kesesuaiannya dengan tujuan kehendakNya (1:11), menetapkan semua orang menjadi anak-anakNya (1:5). Demikian pula sebagai anak-anak Tuhan, tujuan hidup kita tidak lain adalah untuk mengerti kehendak Tuhan. Karena itu Saudara, seorang yang telah mengalami kelahiran baru di dalam Tuhan Yesus pastinya akan menghindari kehidupan yang bodoh, sebaliknya Allah menghendaki kita untuk berusaha mengerti kehendakNya.
Kata “Mengerti” kita pahami berarti menggunakan akal kita untuk mencari dan melakukan kehendak Allah. Allah ingin agar kita tidak hanya mengetahui kehendakNya, melainkan juga dengan akal yang dikaruniakan Tuhan kepada kita, Ia menghendaki supaya kita dapat memahami kehendakNya.
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Kehendak Tuhan memang seringkali melampaui rancangan dan jalan manusia (Yesaya 55:8-9). Tetapi dalam ketaatan kita untuk melakukan setiap firmanNya disitulah terpancang satu hikmat untuk dapat mengerti kehendak Tuhan.
Karena itu, yang terpenting bagi kita saudara, berusahalah untuk mengerti kehendak Tuhan dengan membaca, merenungkan, memperlajari dan melakukan firman Tuhan. Dengan demikian hidupmu akan berhasil di hadapan Allah dan sesama.
Kembali kepada topik pembahasan kita saudara, Setiap kita dikaruniakan waktu 86.400 detik per-hari. Pertanyaannya, dengan apa kita mengisinya? Sudahkah kita mempergu-nakan setidaknya sedikit dari detik-detik itu untuk mengucap syukur kepada Tuhan? Sudahkah kita mempergunakannya untuk berdoa dan terus membangun hubungan yang lebih dalam lagi kepada Tuhan? Berapa banyak waktu yang kita pakai untuk mempergunakan semua talenta yang diberikan Tuhan demi memuliakanNya? Atau paling tidak mari kita kembali berpikir: Seberapa penting kita menganggap waktu yang ada ini?
Saudara, waktu yang sudah lewat tidak akan pernah bisa kembali lagi. Jika kita masih terbiasa membuang-buang waktu, saya rasa inilah saatnya untuk kita dapat mulai berubah. “supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah.” (1 Petrus 4:2). Mari kita memanfaatkan waktu yang masih ada dengan melakukan sesuatu yang berkenan kepadaNya. Saya rindu hari ini kiranya Tuhan menyadarkan kita untuk kembali menjadi orang-orang yang bijak dalam menggunakan waktu. Amin