Senin, 14 Maret 2016

BELAJAR TUNDUK PADA KEPUTUSAN ALLAH

BELAJAR TUNDUK PADA KEPUTUSAN ALLAH
(Roma 11:33-36)

Sidang perkabungan yang kekasih,
Berbicara soal kedaulatan Tuhan, saya percaya semua pastinya setuju, bahwa tidak ada seorang pun yang mampu menghalangi ketika Tuhan berkehendak. Saudara, memang Allah memberikan pikiran kepada manusia, dan adalah tugas manusia untuk memakai pikiran itu untuk berpikir sampai ke batas kemampuannya. Akan tetapi, disisi yang lain adalah benar juga bahwa ada saat-saat dimana batas itu telah tercapai dan akhirnya kita hanya dapat menerima dan menaikan pujian bagi Allah.
Berkaitan dengan ini, ada tiga hal yang tidak bisa dipilih oleh manusia:
1.  Kelahiran:
Kelahiran kita di dunia ini bukanlah sebuah keinginan kita. Kita tidak bisa memilih, dalam keluarga seperti apa kita dilahirkan, kita tidak bisa memilih dimana kita dilahirkan, kita tidak bisa memilih lahir sebagai laki-laki atau perempuan, dari suku bangsa apa, dan dari orang tua yang bagaimana. Jadi kalau kita bisa lahir dalam keadaan yang sehat. Kita diberikan kekuatan untuk dapat bekerja dengan baik, itu adalah anugerahNya.

2. Keselamatan:
Keselamatan yang kita terima dari Allah bukanlah sebuah keinginan kita. Saudara, menjadi orang Kristen bukanlah sebuah pilihan. Tetapi adalah ketetapan Allah yang dinyatakanNya bagi kita. Allahlah yang memilih dan memanggil seseorang untuk diselamat-kan atau tidak. Jadi kalau kita sampai pada titik bisa percaya kepada Tuhan kita Yesus kristus, itu adalah anugerah yang luar biasa. Faktanya semua manusia adalah orang yang berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23). Dan “upah dosa adalah maut, tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus Tuhan kita” (Roma 6:23). Dengan demikian bukan kita yang memilih untuk percaya kepada Allah di dalam Yesus Kristus, tetapi itu adalah kasih karunia Allah yang dinyatakanNya bagi kita.

3. Kematian:
Tidak ada seorang pun yang tahu kapan hidupnya akan berakhir. Dalam hal ini, nats firman Tuhan berkata: “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!” (Ayub 1:21). Dengan kata lain, kehidupan yang kita jalani pun adalah anugerah Tuhan. Karena itu pergunakanlah kesempatan itu untuk hidup memuliakan dan menyenangkan hati Tuhan.
Sidang perkabungan yang saya kasihi,
Dalam kehidupan kita ada begitu banyak hal-hal yang tidak mungkin dapat kita selesaikan dengan hikmat dan kekuatan kita. Dengan demikian, kita hanya dapat berkata: “Aku tak dapat mengerti dengan akal budiku segala pikiran-pikiran Tuhan, tetapi dengan segenap hati aku percaya bahwa kasih Tuhanlah diatas segala-galanya. Dan kehendakNyalah yang jadi.”
Saat mendengar berita duka dari keluarga Saudara Andre, hati saya sempat tertegun sejenak. Ama yang kami kasihi hari ini telah berpulang ke rumah Bapa di Surga. Ia telah pergi sebab Allah yang Mahakuasa lebih mengasihi dia. Allah tidak ingin membiarkan Ama berlarut-larut dalam penderitaan yang dialaminya. Dihari-hari terakhir kita tahu, bagaimana Ama Elisabeth bergumul dengan kondisinya. Beberapa kali ia mengalami jatuh, hingga tubuhnya luka-luka. Saya juga mendengar Ama sempat tidak mau makan. Tubuhnya kurus. Hingga hari ini kita menyaksikan bagaimana kehendak Tuhan adalah lebih baik memanggil kembali Ama yang kekasih. Dari sinilah kita sadar, bahwa Allah yang Empunya hidup, pada akhirnya mengambil kembali apa yang menjadi milikiNya.
Sebagai manusia pastinya pihak keluarga merasa kehilangan. Sebagai anak, mantu, cucu atau keluarga besar serta sidang jemaat, pastinya tidak bisa membendung kesedihan yang mendalam. Tetapi percayalah inilah yang terbaik yang Tuhan kehendaki bagi Ama yang kekasih. Sekaligus menyadarkan kita bahwa manusia memiliki keterbatasan dalam kemampuannya di hadapan dan kekayaan Allah yang berdaulat.
Bapak/ ibu yang kekasih,
Biasanya dalam segala kejayaannya, kekuatan, kemampuan, dan kesuksesan yang dialami manusia, seringkali manusia melupakan Tuhan yang adalah sumber segala berkat. Justru disaat-saat seperti ini, kita kembali disadarkan bahwa manusia tidak ada apa-apanya dihadapan Tuhan yang Mahakuasa. Maka jalan yang terbaik bagi kita adalah kita mesti belajar untuk tunduk pada keputusan Allah.
Karena itu, bapak, ibu, sdr yang terkasih
Firman Tuhan mengajarkan kepada kita bahwa kejayaan, kekuatan dan kemampuan manusia bagaikan bunga rumput. Suatu kejayaan yang sifatnya fana, dan tidak bernilai kekal. Pagi hari ia berkembang indah, namun sore hari ia menjadi layu dan kering (Mazmur 103:15-18).
Dalam keterbatasan sebagai manusia inilah kita menyaksikan kekuasaan dan kehebatan Allah. Inilah yang hendak diungkapkan dalam bacaan kita hari ini: bahwa betapa kuasa, betapa hebat dan kayanya Tuhan. Hidup ini ada dan diciptakan karena Tuhan. Pada saat hidup ini hilang karena ketidaktaatan manusia, Allah memberi kehidupanNya melalui kematianNya supaya manusia dapat hidup. Inilah kehebatan kuasa Allah yang Ia berikan di dalam keterbatasan manusia.
Sidang perkabungan yang saya kasihi
Memang tidak ada seorang manusia pun yang mengerti pikiran Tuhan, sebab keputusanNya bersangkut-paut dengan kedaulatanNya. Manusia senantiasa memperhitungkan segala sesuatunya dalam ukuran pikiran dan akal manusia yang sangat terbatas. Itulah sebabnya dalam menghadapi peristiwa yang demikian, manusia biasanya mengeluh, manusia biasanya bersungut-sungut dan tenggelam dalam kesedihan yang berkepanjangan. Bahkan jika tidak disadarkan dengan cepat, manusia akan kehilangan akal sehatnya dan pada akhirnya menyalahkan Tuhan. Disinilah tipu muslihat Iblis bekerja, yaitu membinasakan iman manusia, supaya manusia dapat menghujat Allah dengan apa yang dialaminya.
Sidang perkabungan yang saya kasihi
Dengan kata lain, di titik pertama, Paulus menekankan akan kepenuhan Allah. Apa yang dimaksud dengan kepenuhan Allah? Kepenuhan Allah berarti Allah itu begitu penuh, limpah, dan kaya dengan segala macam anugerah-Nya bagi kita. Jika kita mencoba membayangkan makna penuh dan kaya, kita akan mendapatkan gambaran pengertian yang lebih melimpah. Kaya atau penuh bukan diukur secara materi, tetapi secara kualitas.
Ketika air minum di dalam gelas dikatakan telah penuh, berarti tidak ada satu inci pun di gelas tersebut yang bisa diisi air. Begitu juga dengan kepenuhan atau kekayaan Allah. Allah yang penuh berarti tidak ada satu inci pun yang kurang pada diri Allah.
Dengan kata lain, di dalam Dia ada kesempurnaan yang kepada-Nya kita menaruh iman dan pengharapan. KesempurnaanNya inilah yang diajar-kan Paulus berikutnya di dalam ayatnya yang ke 34, yaitu bahwa keputusan-keputusan-Nya tak terselidiki dan jalan-jalan-Nya tak terselami. Allah yang sempurna adalah Allah yang memiliki keputusan dan jalan yang sangat berbeda dari manusia
Dalam hal inilah, Firman Tuhan berkata dalam Yesaya 55:8: “rangcanganKu bukanlah rancangan-mu, dan jalanmu bukanlah jalanKu, demikianlah firman Tuhan.
Maksudnya adalah keputusan dan jalan Allah selalunya bersifat kekekalan, sedangkan keputusan dan jalan manusia selalu bersifat kesementaraan. Dalam konteks ini, Paulus ingin mengingatkan kita semua untuk melihat akan kesempurnaan Allah yang keputusan (penghakiman) dan jalan-Nya sangat luar biasa dan dahsyat, dan bukan melihat pada kehebatan diri tetapi pada kesempurnaan Allah. Ketika manusia melihat terus pada kesempurnaan Allah, pada saat itulah manusia semakin sadar kelemahan dirinya.
Kesadaran akan Allah yang begitu besar dan kita yang begitu kecil akan memberi dampak yang sangat besar di dalam hidup kita. Tetapi, di dalam pikiran dunia, hal ini terbalik: Dunia menganggap manusia itu begitu besar dan Allah itu kecil. “Aku” lah yang menentukan segala sesuatu di dalam hidup manusia. Bukankah ini merupakan sesuatu yang kontras. Perhatikanlah apa yang terjadi pada Nebukadnezar saat ia berkata dalam Daniel 3:15: “Dewa manakah yang mampu melepaskan kamu dari dalam tanganku” Tetapi Tuhan kemudian menyatakan kuasa-Nya dengan menyelamatkan Sadrakh, Mesakh dan Abednego.
Saudara,
Kita banyak mengerti tentang kebenaran ini tetapi tidak selalu konsisten dan tidak menjadi nyata dalam kehidupan kita bahwa Allah itu besar, yang mulia dan manusia harus bergantung dan taat kepada-Nya. Khususnya di dalam hidup kita muncul perasaan tidak puas akan apa yang terjadi di dalam hidup kita.
Ketika kita mulai mengeluh/ complain kepada Tuhan, kita seolah-olah lebih pintar daripada Tuhan. Ketika kita marah kepada Tuhan, maka dibalik itu kita menyalahkan Tuhan atas segala sesuatu yang kita alami. Seolah-olah jalan kita lebih bijaksana daripada jalan Tuhan. Tentu kita tidak secara terbuka menyatakannya, tetapi itulah yang ada dibalik pikiran kita.
Secara manusia mungkin kita mengharapkan Ama dapat sembuh ketika ia sakit, tetapi ternyata Tuhan punya rencana yang jauh lebih indah menurut keputusanNya. Secara manusia kita menilai Allah tidak memperhatikan, tidak mempedulikan bahkan tidak mendengar doa, tetapi sesungguhnya dalam kekuasaanNya bila sungguh kita hayati, maka kita akan menyaksikan kasihNya.  Hal yang ingin dikatakan di sini adalah bahwa kasih Tuhan juga nyata justru melalui penderitaan. Dalam saat-saat kritis seseorang biasanya begitu dekat dengan Tuhan. Ia meminta, memohon, bersekutu dengan Tuhan di dalam doa yang ia panjatkan dan bersama orang-orang yang mendoakannya.
Bapak, ibu, sdr.i yang saya kasihi
Penderitaan dan akhir hidup seseorang seringkali dipakai Tuhan untuk mengingatkan ia lebih mengasihi Tuhan dan mempersiapkan diri untuk menerima kematiannya. Justru melalui penderitaannya maka seseorang meninggal dalam penyerahan yang penuh. Inilah kasih Tuhan yang besar sebagai bukti bahwa Ia tidak menghendaki manusia binasa.
Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih
Karena itu, di tengah perasaan sedih, susah dan penuh keharuan sekalipun seharusnya pihak keluarga  dapat mengucap syukur untuk mama, oma yang sudah Tuhan karuniakan kepada keluarga, sehingga mama, oma  boleh bersekutu dan mengalami kasihNya selama ini.  Keluarga harus bersyukur sebab Tuhan yang memberi mama, oma yang tercinta, Ia jugalah yang mengambilnya. Dengan menerima keputusan Allah, manusia akan mengerti kehendakNya.
Dengan mengerti kehendakNya, manusia akan kuat dalam menghadapi cobaan dan kesusahan. Karena itu kita patut mengakui bahwa tidak ada manusia yang lebih mengerti hidup ini secara benar, selain daripada Allah sendiri. Karena itu paling tepat kalau keluarga belajar berserah, sebab bila Ia yang memimpin hidup kita, itulah yang terbaik. Bila manusia dapat menjalani hidup dan kehidupannya itu adalah semata-mata karena anugerah Tuhan. Manusia hanya akan mengerti arti hidup sesungguhnya bila ia mau mempersembahkan hidupnya bagi Dia yang menciptakan hidup ini.
Sidang perkabungan yang saya kasihi,
Sebagai makhluk yang lemah dan terbatas janganlah kita melupakan Tuhan, apapun tantangan yang kita hadapi. Justru melalui berbagai tantangan itulah kita dipanggil senantiasa bergantung kepada-Nya. Sebab siapakah di antara kita yang dapat hidup dan menjalani kehidupan ini tampa Tuhan? “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya.” (ay.36)
Dengan mengerti bahwa hidup ini berasal dari Dia dan karena Dia, maka manusia pun harus menjalani hidup ini bersama Dia. Kalau kita berjalan bersama Dia, apapun yang Dia lakukan bagi kita adalah baik adanya. Apapun yang Tuhan buat bagi kelurga saat ini baik adanya. Dalam kekuasaan dan kekayaanNya Ia juga yang akan menghibur, menguatkan dan memilihara hidup kita. Dalam kekuasaan dan kekayaanNya Dia sendiri akan menjadi pengganti mama, oma tercinta yang telah dipanggilNya. Dalam kekuasaan dan kekayaanNya, dalam karya kematian dan kebangkitanNya Ia juga yang akan membangkitkan kita dari kematian dan mempertemukan kita kembali dengan kekasih-kekasih hati kita tersebut dalam persekutuan dengan orang-orang percaya. Dalam persekutuan itu tidak ada lagi ratap tangis, penderitaan dan kematian selain kehidupan yang kekal.
Karena itu bagi keluarga yang sedang berdukacita saat ini, mari kita serahkan kekhawatiran, kesedihan, pergumulan dan seluruh hidup kepada Tuhan.
John Calvin di dalam bukunya yang terkenal Institutes of the Christian Religion mengajar bahwa manusia baru bisa menyadari akan naturnya yang lemah dan terbatas sampai dia membandingkan dirinya dengan Allah yang Mahakudus itu. Artinya, kesempurnaan dan kekudusan Allah mengakibatkan manusia sadar diri dan bertobat, serta kembali kepada-Nya. Bagaimana dengan kita? Apakah kesempurnaan dan kekudusan Allah menguduskan kita yang berdosa ini? Ataukah doktrin ini hanya menjadi doktrin yang memenuhi kepala kita sebagai bahan theologi saja? Biarlah kita ditegur dan diajar kembali tentang pentingnya kita sadar akan diri kita yang berdosa, lemah, dll, dan mengarahkan hati dan hidup kita kepada kesempurnaan dan kekudusan Allah yang mengakibatkan kita memiliki hidup yang berarti dan berkemenangan.
Hidup yang berarti adalah hidup yang menempatkan arti itu pada Sang Sumber Pengertian, yaitu Tuhan, di saat itulah kita menemukan arti hidup. Jangan pernah mencari arti hidup di dalam pengertian dunia yang berdosa, karena itu sia-sia adanya.
Kiranya firman Tuhan ini dapat menjadi berkat, penghiburan bagi keluarga yang berduka agar terus kuat menghadapi dan belajar tunduk akan keputusan Tuhan dan belajar untuk mengucap syukur sekalipun saya tahu bahwa keluarga kehilangan mama, oma yang dikasihi tetapi ketahuilah bahwa apa yang Tuhan buat saat ini adalah yang terbaik adanya. Amin

0 komentar:

Posting Komentar