Kamis, 11 Desember 2014

KETIKA NATAL HARUS DIRAYAKAN

Ketika Natal Harus Dirayakan
Yesaya 8:23; 9:1-6;
Yohanes 18:33-37


Sidang jemaat yang kekasih,
Sepertinya sudah menjadi sebuah tradisi bagi seluruh masyarakat di dunia, bahwa bulan Desember dirayakan sebagai bulan Natal. Karena itu bukan hanya orang-orang Kristen saja yang ramai memeriahkan bulan ini saudara, tetapi juga instansi-instansi perkantoran, mall-mall, juga tempat-tempat hiburan, sepertinya tidak mau ketinggalan untuk menyambut datangnya bulan ini. Walaupun dalam arah yang berbeda.
Demikian pula dengan kita bukan? Masing-masing kita mungkin sudah ada yang mulai mempersiapkan dekorasi-dekorasi natal yang menghiasi ruangan rumah, atau mengecat rumah dengan nuansa yang baru, atau mungkin diantara kita sudah ada yang memiliki rencana untuk berlibur ke suatu tempat guna merayakan natal bersama dengan keluarga.
Jemaat yang kekasih dalam Tuhan,
Memang tidak salah kalau kita mempersiapkan natal dengan berbagai ornamen-ornamen yang dapat menghiasi ruangan rumah kita. Namun pertanyaannya, apa makna natal yang sesungguhnya bagi kita? Apakah kita hanya mengingat kemeriahan pesta natal dan pada akhirnya lewat begitu saja karena berjalannya waktu?
Jika kita mengingat kembali peristiwa kelahiran Yesus 2000 tahun yang lalu. Saudara, kelahiran Yesus ke dalam dunia, merupakan awal dari kemanusiaanNya. Pribadi yang Ilahi itu kini menjadi manusia di dalam Yesus Kristus. Dan ini bukan tanpa maksud, bahwa Firman yang menjadi manusia dan diam diantara kita. Sebaliknya merupakan penjabaran misi Allah bagi manusia, bahwa Ia datang untuk menyelamatkan yang terhilang.
Saudara, dalam Yesaya 9 yang tadi kita baca, dijelaskan bahwa pada waktu itu bangsa Yehuda dan Israel Utara sedang berada di ambang kehancuran. Mereka ada dalam penaklukan raja Asyur sebagai akibat dari dosa mereka sendiri. Karena itu mereka hidup dalam kegelapan yang besar di negeri kekelaman.
Alkitab sering memakai kata “kegelapan” untuk melambangan kejahatan, dosa, hukuman, kesukaran, ketidakpastian dan kematian. Dalam hal ini, bangsa Yehuda dan Israel Utara digambarkan seolah-olah sudah mati dalam dosa-dosa perzinahan dan ketahyulan seperti yang dilukiskan dalam ps 8:19-23.
Sebaliknya, Akitab juga memakai kata terang sebagai perlambang dari kehidupan kekal, keselamatan, pengampunan, sukacita, kebenaran dan segala sesuatu yang baik. Inilah yang dijanjikan Tuhan kepada bangsa kesayanganNya, yang dinyatakanNya dalam ps 8:23, “Tetapi tidak selamanya akan ada kesuraman untuk negeri yang terhimpir itu.
Saudara, kata tetapi dalam ayat ini merupakan penjelasan kontras mengenai keadaan bangsa Yehuda sebagaimana yang telah dijelaskan dalam ps 8:19-22 di atas. Kata tetapi juga mengandung pengertian adanya sebuah legitimasi Allah yang akan menjamin kelangsungan hidup bangsa Yehuda ke depan. Dan jaminan ini ditegaskan Allah dalam firmanNya di dalam ps 9:1-6 ini.
Bapak ibu yang kekasih,
Dikatakan: Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar” (ayat 1). Kata Terang dalam ayat ini adalah janji keselamatan yang sempurna dari Allah, yang kita tahu pada akhirnya digenapi melalui pribadi Yesus Kristus. Sebab seluruh umat manusia telah berdosa dan berada di bawah kuasa dosa, dan keadaan yang demikian itu saudara, hanya akan membawa kita kepada kematian dan penghukuman kekal Allah. Tetapi keselamatan sejati telah diberikan kepada kita di dalam Yesus. Lebih merupakan tindakan konkrit Allah dalam menyelamatkan umat kesayanganNya. 
Dalam diri Yesus, Allah telah melenyapkan kegelapan dan meng-gantikannya dengan terang yang ajaib. Karena itu saudara, di dalam kehidupan Tuhan Yesus, Tuhan Yesus pernah menegaskan bahwa Dia adalah Terang dunia. Ia pernah berkata, "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.” (Yohanes 8:12).
Ini merupakan satu jaminan Allah mengenai keselamatan umat pilihanNya.   Di satu sisi hal ini juga menjadi bukti bahwa tidak ada seorang pun yang dapat menghasilkan keselamatan bagi dirinya sendiri. Dosa yang merasuk kehidupan manusia, telah merusak seluruh tatanan yang telah didesain Allah sebelumnya. Dosa itu tidak akan pernah membawa manusia kepada suatu kebenaran sekalipun manusia bisa memiliki hati nurani yang baik.
Sama artinya ketika kita terperosok jatuh ke dalam lubang sumur yang sangat dalam, kita tidak akan bisa keluar dari sumur itu kalau tidak ada yang menolong. Demikianlah kondisi manusia di hadapan Tuhan.
Karena itu Rasul Paulus menjelaskan dalam Roma 3:23 “karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”. Ini berarti bahwa dosa merupakan pelanggaran norma Allah yang sangat fatal, sebab efeknya dapat mengakibatkan hubungan kita dengan Allah menjadi terputus, dan semua manusia kehilangan kemuliaan Allah.
Saudara, fakta bahwa semua orang telah berbuat dosa, membuktikan kepada kita bahwa tidak ada seorangpun yang mampu untuk mencari Allah yang benar dan mampu menyelamatkan dirinya sendiri.
Satu-satunya jalan untuk dapat memulihkan hubungan yang terputus itu adalah, Allah sendirilah yang harus turun tangan memperbaiki hubungan yang telah terputus.
Artinya saudara kita butuh uluran tangan Allah. Dan tangan itu sebenarnya telah terjulur sejak 2000 tahun yang lalu, Tangan yang menawarkan anugerah keselamatan bagi orang-orang yang mau percaya kepadaNya, termasuk bagi kita semua.
Karena itu saudara-saudara yang kekasih,
Kita mestinya patut bersyukur kepada Allah, jika kita telah menjadi percaya dan menjadi anak-anak Allah, sebab kelahiranNya merupakan bukti kasihNya yang besar. Kelahiran Yesus semata-mata ditujukan untuk menyelamatkan kita yang berdosa.
Inilah kebenaran sejati yang Allah singkapkan kepada kita yang percaya kepadaNya. Yesus lahir sebagai Raja yang telah menebus kita dari kuasa dosa. Yang walaupun bagi mereka yang hidup dalam keegoisan, dalam pemikiran yang skeptic (penuh keragu-raguan) kebenaran ini sulit untuk dimengerti dengan nalar.
Saudara, saat Tuhan Yesus diperhadapkan kepada Pontius Pilatus, hal yang sama pula ditanyakan Pilatus kepada Tuhan Yesus, Jadi Engkau adalah raja?
Pertanyaan Pilatus ini, diucapkannya dengan nada keheranan sekaligus juga penghinaan. Tampaknya Pilatus mendengar dari orang-orang Yahudi bahwa Yesus menganggap diriNya raja orang Yahudi, merupakan suatu tuduhan yang terkait erat dengan pemberontakan, karena bagi Pilatus hanya Kaisarlah raja orang Yahudi.
Namun, yang menarik bagi kita, pertanyaan Pilatus tidak dijawab langsung oleh Tuhan Yesus. Sebaliknya pertanyaan itu dijawab Tuhan Tesus dengan sebuah pertanyaan. Apakah engkau katakan hal itu dari harimu sendiri, atau adakah orang lain yang mengatakannya kepadamu tentang Aku?” (Yoh 18:34)
Saudara, apa sebenarnya yang dipertanyakan Tuhan kita? “Raja seperti apa yang ada di benak Anda? Seorang raja Romawi atau raja Yahudi? Raja politis atau raja rohani?” Kenyataannya saudara, Tuhan Yesus tidak menghindari isu tersebut, Ia justru memaksa Pilatus untuk menjelaskan permasalahan tersebut bagi dirinya sendiri. Dalam hal ini, sebenarnya bukan Tuhan Yesus yang sedang diadili, melainkan Pilatus sendiri.
Jika Pilatus mengatakan hal itu dari hatinya sendiri, maka tujuan Tuhan Yesus, yaitu melayani Pilatus, akan jauh lebih mudah karena Pilatus lebih siap mendengarkan kebenaran. Sebaliknya jika dia hanya mendengar itu dari orang lain, maka jelas Pilatus sulit dilayani, karena dia sudah dibingungkan oleh kebencian para pemimpin agama Yahudi, dan tidak memiliki kerinduan dalam hatinya sendiri untuk mengerti kebenaran atau mengenal Allah.
Karena itu, dalam kebingungannya Pilatus kemudian menegaskan kembali pertanyaan pertamanya: Jadi Engkau adalah raja?
Kemudian Yesus menjawab: Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran, setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suaraKu.” (Yohanes 18:37).
Saudara dalam hal ini Tuhan Yesus berusaha menjelaskan tentang siapa Dia dan seperti apa KerajaanNya. Pilatus mungkin tidak memahami arti dari kata-kata yang mendalam itu, tetapi bagi kita saat ini, kita dapat menangkap beberapa hal yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus. Bahwa Ia “lahir”, menunjukkan kemanusiaan-Nya; Ia datang ke dalam dunia”, menunjukkan ketuhananNya. Kenya-taan bahwa Tuhan Yesus “datang ke dalam dunia” menyiratkan bahwa Ia sudah ada sebelum kelahiranNya di Betlehem; dan itu adalah kebenaran yang penting dan di ulang-ulang dalam InjilNya (1:9-10; 3:17, 19;9:39; 10:36; 12:46; 16;28; 17;18).
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Yesus mengatakan kepada kita mengapa Ia datang ke dalam dunia. Dia datang untuk menyaksikan kebenaran, Ia datang untuk menyatakan kepada manusia kebenaran tentang Allah, kebenaran mengenai manusia sendiri, dan kebenaran mengenai hidup. KerajaanNya adalah kerajaan kebenaran dan Dia benar-benar layak dinobatkan sebagai raja seluruh ciptaan Allah. Inilah misi Tuhan Yesus yang hakiki tentang kebenaran dan mengarahkan orang kepadanya.
Karena itu, Tuhan Yesus bukan hanya memberi tahu Pilatus tentang asalNya, Ia juga menjelaskan tentang pelayananNya: untuk memberi kesaksian tentang kebenaran. KerajaanNya adalah kerajaan kebenaran yang rohani; dan Ia menenangkan orang-orang untuk kerajaanNya bukan dengan paksaan, melainkan dengan menyadarkan dan meyakinkan mereka. Ia berbicara tentang kebenaran firman Tuhan, dan semua orang yang adalah umatNya akan menanggapi panggilanNya (8:47 dan 10:27).
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Bagi kita kelahiran Tuhan Yesus adalah bukti bahwa kunci kerajaan Sorga ada di tanganNya. Misi Tuhan Yesus yang utama adalah mencari manusia yang berdosa, memberinya keselamatam, menunjukan jalan ke sorga, dan membawanya bersama Dia.
Lalu yang menjadi pertanyaannya adalah: akankah kita menyambut natal dengan hati yang biasa-biasa saja, sehingga natal berlalu seperti hari-hari biasa yang seringkali kita lalui?
Atau, “ketika natal harus kita rayakan, apa yang perlu kita persiapkan?”
Saudara, malam ini, saya mengajak kita untuk merenungkan kasih Allah yang besar itu. Jangan biarkan gemerlapnya suasana natal, pada akhirnya mengaburkan pesan utama Allah pada kita. Jangan biarkan hingar- bingar pesta natal, pada akhirnya mengalihkan perhatian kita pada tujuan utama Tuhan.
Sebaliknya, kiranya apa yang telah Allah nyatakan sebagai kebenaran yang sejati kepada kita, senantiasa mengingatkan kita untuk terus meresponinya dengan benar dalam kehidupan kita. Amin

Jumat, 14 November 2014

KEBIMBANGAN

KEBIMBANGAN
Matius 14:22-33


Bapak/ Ibu yang kekasih,
Seorang aktor laga Hong Kong pernah bercerita dalam sebuah wawancara: “Bahwa dalam melakukan berbagai adegan berbahaya diperlukan kepercayaan diri yang tinggi untuk melakukannya. Misalnya dalam adegan melompat di gedung tinggi, jika ragu-ragu, maka lompatan bisa tidak maksimal dan akan sangat riskan.”
Ia punya pengalaman pribadi mengenai hal itu. Dalam latihan ia berhasil melakukannya dengan baik, namun ketika shooting dimulai, ia dihinggapi keraguan yang padahal hanya sekelebat saja. Hasilnya? Ia pun mengalami kecelakaan. Tetapi untung saja nyawanya selamat.
Bapak/ Ibu/ saudara yang saya kasihi,
Dalam hidup ini, tentunya ada banyak hal yang dapat membuat kita merasa takut dan cemas. Apalagi dalam iklim di Indonesia ini, kita tidak dapat memprediksi rasa aman yang sesungguhnya. Masalah politik dan kemelutnya seperti menjadi bumbu kehidupan kita setiap hari.
Saudara,
Memang, keraguan atau kebimbangan, seringkali menyusup masuk dalam momen-momen penting di dalam kehidupan kita. Jika kita tidak waspada, hati kita bisa dengan mudah dipenuhi oleh berbagai keraguan yang akan membuat performa atau produktivitas kita menurun.
Jika demikian, tentunya kita harus menyingkapi masalah ini sejak awal, sebelum kebimbangan menguasai diri kita dan membuat kita menjadi lemah.
Sidang Jemaat yang kekasih,
Melalui perikop yang kita baca malam ini, tentunya kita bisa berkaca dari peristiwa yang di alami oleh Petrus dan murid-murid Yesus lainnya. Peristiwa pemberian makan kepada lima ribu orang merupakan mujizat yang spektakuler yang mendahului cerita ini.
Dikatakan: “Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-muridNya naik ke perahu dan mendahuluiNya ke seberang, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang.” (ayat 22)
Bapak/ Ibu yang kekasih,
Apa maksud Tuhan Yesus menyuruh murid-muridNya mendahului Dia ke seberang, yaitu ke Genesaret - sementara Ia berdoa di bukit? Apakah Tuhan Yesus tahu bahwa badai akan datang di danau Galilea itu? Saudara, Tentu Yesus tahu segala-galanya. Yesus pun tahu jikalau malam itu di Danau Galilea akan terjadi badai. Untuk itu Ia mengutus murid-muridNya pergi mendahului, karena dalam rencanaNya yang besar, inilah jalan yang terbaik bagi murid-muridNya yang sedang bertumbuh iman.
Selepas Tuhan Yesus membuat mujizat dengan roti dan ikan. Tuhan Yesus tahu bahwa situasi politik saat itu sedang memuncak. Orang-orang banyak yang sedang terkesan itu terus menerus mengikuti Dia untuk mendesakNya menjadi raja dunia. Disatu sisi, Yesus juga mengerti bahwa konsep para murid-murid tentang Kerajaan Sorga belum sepenuhnya terbentuk. Untuk itu Ia tidak ingin melibatkan murid-murid dalam hal ini, tetapi Ia lebih memilih menyingkirkan murid-muridNya ke seberang danau.
Dalam Yohanes 6:15 dapat kita lihat “Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.”
Sidang jemaat yang terkasih,
Tidak semua orang datang kepada Yesus dengan motivasi yang benar. Namun kebanyakan mereka hanya datang karena ingin mendapatkan mujizat dan berkat jasmani dari Tuhan.
Disinilah kita melihat hikmat Tuhan dalam menyelesaikan masalah yang terjadi. Semua ditata, semua direncanakan dengan sangat rapi dan membawa kebaikan.
Bapak/ Ibu yang kekasih,
Dari jumlah dua belas orang murid, empat orang adalah nelayan-nelayan. Mereka sudah terbiasa hidup dan bekerja di air danau Galilea. Karena itulah mata pencaharian mereka sebelumnya. Tetapi bagi kedelapan murid yang lainnya yang bukan nelayan, berlayar pada malam hari pasti menjadi suatu tantangan yang berat.
Tetapi karena Tuhan Yesus memerintahkan untuk mendahuluiNya ke seberang, murid-murid itu pun menaatinya. Mereka mendayung perahu perahu mereka hingga ketengah Danau. Dikatakan, malam itu bukanlah malam seperti biasanya. Cuaca yang dingin disertai gelombang yang besar menjadi tantangan mereka di depan. Tetapi mereka terus mendayung, hingga sampai kejauhan 3 mil.
Rupanya, saudara-saudara,
Hati merekapun diliputi kecemasan. Tuhan Yesus yang mereka nantikan itu tidak juga kunjung datang. Bisa saja mereka berpikir bahwa Tuhan Yesus sengaja memasukkan mereka ke dalam bahaya. Dengan pikiran ini, bisa saja menjadikan mereka bertambah panik! Belum lagi gelapnya malam dan letihnya badan membuat mereka kehilangan konsentrasi.
Sidang Jemaat yang kekasih,
Dalam dituasi yang demikian, kira-kira hal itu terjadi kira-kira pada jam 3 malam, akhirnya Yesus datang menemui murid-murid dengan cara berjalan di atas air. Sebenarnya ini adalah waktu yang tepat, karena disaat murid-murid tengah kesulitan karena gelombang yang menyerang mereka, Tuhan Yesus datang untuk memberikan jalan keluar.
Tetapi kondisi murid-murid saat itu tengah panik, ditambah dengan konsentrasi mereka yang mulai memudar, membawa respon yang salah ketika mereka melihat kehadiran Yesus.
Kurang jelas siapakah dari antara murid-murid yang pertama kali melihat Yesus. Namun dari teriakan yang muncul pada saat malam yang gelap itu, pastilah membuat seluruh murid semakin bertambah panik. Sehingga dengan spontan mereka berteriak, “Hantu... itu hantu!” Saudara, kita lihat betapa dangkalnya iman murid-murid bukan? Pengalaman mereka melihat mujizat Tuhan tidak juga menyadarkan mereka akan Keilahian Yesus. Sehingga wajar jika ketika mereka melihat samar-samar ada seseorang yang mendekati perahu mereka dengan berjalan di atas air, mereka kira itu sebuah hantu.
Akan tetapi melihat hal demikian, Yesus pun kemudian menenangkan mereka, dengan berkata: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” (ayat 27)
Saudara,
Petrus masih meragukan keaslian Tuhan Yesus, menawarkan diri untuk turut berjalan di atas air. "Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air." (ay 28). Yesus memanggilnya, dan Petrus pun mengalami peristiwa yang ajaib dengan berjalan di atas air. Ia terus berjalan di atas air sampai menghampiri Yesus. (ay 29). Antara Iman dan logika, sepertinya sedang berperang di kepala Petrus saat itu. Hingga ketika terpaan tiupan angin laut yang dirasakannya, Iman Petruspun kalah dengan logikanya sehingga Ia berteriak, Tuhan, tolonglah aku!” (ayat 30).
Saudara,
Kita melihat, saat imannya memudar, dan ia pun mulai tenggelam. Seketika itu pula Petrus lalu berteriak minta tolong pada Yesus. Dan Yesus pun kemudian menegurnya. "Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?" (Matius 14:31). Petrus kemudian diselamatkan, dan mereka menaiki kapal. Seketika itu pula angin pun reda. (ay 32).
Sidang jemaat yang kekasih,
Ini kesaksian hidup Petrus dan para murid Yesus yang tidak asing lagi bagi kita. Lihatlah bahwa apa yang dialami Petrus pada mulanya luar biasa. Petrus sudah mengalami keajaiban dengan berjalan di atas air adalah sebuah pengalaman yang tidak pernah dirasakan murid-murid Yesus yang lain. Tapi ketika rasa bimbang mulai timbul disertai rasa takut, maka ia pun mulai tenggelam. Ini jelas merupakan sebuah gambaran bagaimana kebimbangan bisa menghancurkan kehidupan kita.
Seperti Petrus, kita pun bisa mengalami perkara-perkara besar dan ajaib dalam hidup kita, ketika kita taat sepenuhnya pada Tuhan. Tapi lihatlah ketika kita mulai mengandalkan perasaan yang seringkali bias dan dipenuhi kebimbangan, maka kita pun akan tenggelam.
Saudara,
Iblis raja tipu muslihat sangat suka memanfaatkan kebimbangan manusia untuk masuk dan menghancurkan diri kita dari dalam. Iblis akan selalu berusaha menghabisi iman kita dengan cara menyerang kita lewat kebimbangan demi kebimbangan. Kebim-bangan akan membuat kita ragu-ragu dalam melangkah, Kebimbangan dan bisa menimbulkan ketidak-percayaan kepada Tuhan. Dan ketidakpercayaan ini akan mengarah pada ketidaktaatan, yang pada akhirnya kita pun akan tenggelam sia-sia.
Untuk itu, kisah ini adalah pesan penting bagi kita agar tidak mengandalkan diri kita sendiri saja. Jangan sok tahu, begitu kira-kira pesan Injil.
Think simple, think wise, listen to God and follow Him. Itu adalah intisari hidup di dalam Tuhan. Apa yang dialami Petrus sering kita alami juga dalam kehidupan kita. Banyak orang yang mungkin sudah mengalami berbagai pengalaman ajaib bersama Tuhan, mengalami kuasa dan mukjizatNya yang luar biasa, namun kemudian ketika kebimbangan mulai merasuki hati dan pikiran kita, maka kita pun mulai kehilangan seluruh berkat dan janji-janjiNya.
Untuk itu saudara-saudara,
Agar kita tidak menjadi bimbang, penting bagi kita untuk mengetahui apa yang menjadi rencana Tuhan dalam hidup kita, apa yang Dia kehendaki, dimana Dia akan ada bersama kita karena kita berjalan sesuai rencanaNya.
Dalam perjalanan hidup kita secara logika manusia bisa penuh dengan ketidak-pastian, tapi ingatlah bahwa hidup yang terbaik bukanlah tergantung pada pendapat kita atau manusia, tapi sepenuhnya tergantung pada Tuhan.
Yakobus mengingatkan kita untuk meminta dalam iman. "Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin" (Yakobus 1:6).
Bapak/ ibu yang kekasih,
Jika kita ingin bertumbuh dengan baik, Jangan bimbang, karena dengan kebimbangan kita tidaklah akan mendapatkan apa-apa, tapi percayalah sepenuhnya pada Tuhan, karena bagi diriNya tidak ada satu pun yang mustahil.
Yesus pernah berkata "Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu." (Markus 11:24). Jadi dengan demikian, percaya, itu timbul dari iman. Dari mana iman timbul? "Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17).
Untuk itu Bapak/ ibu yang kekasih,
Angin kehidupan memang sering datang dari arah yang berlawanan. Ada saatnya ketika kita harus melawannya, dan hidup menjadi suatu pergumulan berat dengan diri sendiri, dengan lingkungan kita, dengan pencobaan kita, dengan dukacita kita, dengan keputusan kita.
Namun pada saat demikian sebenarnya tidak seorangpun harus bergumul sendirian karena Yesus datang untuk menolongnya melewati badai kehidupan, dengan tangan yang terentang untuk menyelamatkan, dan dengan suaraNya yang tenang dan jelas menghibur hati kita supaya kita jangan takut.
Malam ini, jikalau Bapak/ ibu saudara, hidup dalam kebimbangan. Jika ada diantara kita yang tengah bergumul dengan kehidupan yang sepertinya tidak ada kepastian. Percayalah ada Tuhan Yesus yang siap menolong. Dia tahu segala hal yang belum terjadi dan yang akan terjadi. Karena Dialah Allah yang sejati. Hanya yang Ia tunggu adalah respon kita untuk meminta pertolongan kepadaNya. Ia menunggu teriakan kita yang berseru kepadaNya dengan iman, maka Ia pun akan bertindak menolong kita. Amin.

Jumat, 07 November 2014

MENGIMANI DAN MENGAMINI

MENGIMANI DAN MENGAMINI
Markus 11:20-26


Bapak/ Ibu yang kekasih,
Pada Minggu Palem, Tuhan Yesus mengalami perjalanan yang sangat dramatis; Ketika itu Ia memasuki kota Yerusalem, Ia mendapatkan sambutan yang luar biasa. Teriakan orang-orang banyak berkata, Hosana!, Hosana!, Diberkatilah Kerajaan yang datang” (11:9), Menjadikan Yesus menerima kemuliaanNya. Dan setelah itu, dikatakan bahwa Tuhan Yesus pun bermalam selama tiga hari di sana.
Pada keesokan harinya, pada waktu Tuhan Yesus ingin makan buah ara, Dia sangat kecewa melihat pohon ara yang tidak berbuah. Kemudian Dia mengutuk pohon ara itu. Hingga pada hari berikutnya, menjelang hari Minggu Suci sebelum Paskah, Tuhan Yesus bersama murid-muridNya pun kembali melewati pohon yang dikutuk kemarin. Rupanya kini mereka menemukan bahwa pohon ara itu ternyata sudah kering sampai ke akar-akarnya (ay. 20). Saudara, ini adalah mujizat Allah yang terkesan merusak, dan tidak menjadi teladan. Akan tetapi sebenarnya ada dua alasan yang penting di balik peristiwa itu.
Yang Pertama, ini hanyalah sebuah perumpamaan yang diajarkan Tuhan secara langsung. Pohon ara ini melambangkan bangsa Israel yang sudah dirawat baik oleh pemilik kebun, tetapi mereka tidak dapat berbuah secara rohani, yang akhirnya ia pun harus hancur secara rohani karena menolak Mesias.
Yang kedua, Tuhan Yesus memberi pelajaran berharga kepada para murid untuk selalu beriman dalam menghadapi hari-hari di depan mereka. Bapak/ Ibu yang kekasih, Beriman dan percaya pada Allah, secara khusus dapat dikaitkan dengan doa-doa kita.

Bapak/ Ibu yang kekasih,
Doa adalah hal yang mutlak untuk kehidupan kekristenan yang berhasil. Untuk itu jangan pernah kita meragukan adanya kuasa Allah yang dilepaskan ketika kita berdoa kepadaNya: yaitu Kuasa untuk mengikat dan melepaskan, untuk melarang dan mengizinkan. Karena itu, menjadi tanggung jawab terbesar bagi orang percaya untuk berdoa dengan tidak jemu-jemu.
Akan tetapi, kenyataannya ada doa yang tidak dijawab atau belum terjawab, kadangkala menimbulkan tekanan dari luar yang menyudutkan si pendoa, Satu misal: mungkin karena imannya yang lemah, doanya tidak disertai dengan usaha, karena banyaknya dosa yang dilakukan, atau bahkan mungkin karena dia mendapat hukuman Tuhan, dsb.
Bagi si pendoa itu sendiri terkadang bisa memunculkan pandangan negative tentang Allah. Misalnya, ia merasa bahwa Tuhan tidak peduli kepadanya, Tuhan tidak lagi mengasihinya, Tuhan acuh tak acuh kepadanya, dll. Yang jelas saudara, hal ini tentunya akan semakin menambah beban secara psikis dan spiritual bagi dirinya. Ujung-ujungnya, relasi dia dengan Tuhan pun menjadi semakin renggang.
Kalau begitu dimana salahnya saudara? Bagaimana doa yang benar itu harus dipanjatkan? Bapak/ ibu yang kekasih, jadi disini kita harus mengerti bagaimana kita bersikap yang benar tentang doa-doa yang selama ini kita panjatkan.
Akankah kita seperti Petrus yang kemudian kembali teringat pada apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus seperti tercantum dalam Markus 11:12-14. Dimana Tuhan Yesus mengajarkan bahwa percaya kepada Allah, iman yang teguh dan tidak bimbang, memiliki peranan besar dalam terpenuhinya sebuah permintaan; tidak hanya membuat pohon ara itu menjadi kering saudara, doa yang beriman itu bisa memindahkan gunung dan mencampakkannya ke laut.
Bapak/ ibu yang kekasih,
Iman atau kepercayaan kepada Allah itu harusnya nyata dalam sikap prilaku kita dalam berdoa. Kepercayaan ini mengandung makna kepasrahan, bahwa apapun yang terjadi pada diri seseorang menyangkut doa atau permintaannya adalah jawaban Tuhan. Bahwa orang yang berdoa menyerahkan sepernuhnya apa yang dimintanya kepada Tuhan. Sebagai konsekuen-sinya, orang tersebut memahami bahwa Tuhan menjawab doanya, apa saja yang dialaminya; apakah sesuai dengan keinginannya atau tidak. Karena itu jawaban doa adalah otoritas Tuhan kita.
Semakin kita berjalan dengan Tuhan, seharusnya pengenalan kita akan Tuhan semakin bertambah. Demikian pula dengan pengertian kita mengenai doa dan kehidupan doa kita; sehingga kita bisa bertumbuh dari iman ke iman, dari kemuliaan kepada kemuliaan, dan melihat kemenangan demi kemenangan yang terjadi dalam kehidupan kita.
Kalau begitu bagaimana seharusnya kita berdoa?

1. Percaya dan meminta kepada Allah Bapa sorgawi di dalam nama Yesus. (Markus 11:22).
Dikatakan, Yesus menjawab mereka: “Percayalah kepada Allah.”
Nah rupanya bapak/ ibu, untuk kita dapat berdoa dengan benar, kita dituntut pertama-tama untuk percaya. Kita beriman kepada Tuhan, sebab Iman kepada Allah adalah kekuatan dalam setiap tantangan kehidupan. Waktu kita mengalami kebimbangan, kecewa, marah, kemiskinan, sakit, dan kematian, kesepian, yang terpenting adalah percayalah pada-Nya!
Dalam hal inilah, Tuhan Yesus memakai ayat ini untuk menjelaskan bagaimana seharusnya iman mereka, tapi yang harus diingat adalah, semua itu ada dalam kedaulatan Tuhan. Seperti pohon ara, gunung-gunungpun mewakili tantangan dalam kehidupan kita. Dengan iman, maka kita dapat melihat jauh keluar dari apa yang ada dalam pikiran manusia.
Setelah itu, barulah kita aktivasikan dengan sikap doa. Kita percaya Allah pasti sanggup melakukan segala perkara, kepadaNyalah kita datang dan meminta permohonan. Tetapi yang terpenting mintalah dalam nama Tuhan Yesus.
Saudara dalam Yohanes 16:23-24, menjelaskan kepada kita bagaimana kita meminta kepada Tuhan. Tuhan Yesus berkata bahwa apapun yang kita minta kepada Allah Bapa di dalam nama Tuhan Yesus, akan diberikan-Nya kepada kita. Kita meminta di dalam nama Yesus karena di dalam nama Yesus ada otoritas, yaitu hak untuk memakai kuasa.
Untuk itu, bapak/ ibu yang kekasih,
Berdoa secara efektif perlu dilandaskan pada iman kepada Allah, bukan kepada obyek doa kita. Pada saat kita mulai terfokus kepada Allah yang menjadi penyembahan kita, barulah kita datang meminta permohonan didalam Tuhan Yesus.

2. Percayalah bahwa kita sudah menerima apa yang kita minta dan doakan (Markus 11:24)
Tuhan Yesus berkata: “Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan terjadi baginya.”
Saat kita meminta kepada Tuhan, kita percaya bahwa doa kita sudah didengar dan dijawab Tuhan. Mengapa? Karena kita meminta sesuai dengan firman Tuhan, yang adalah “ya” dan “amin.” Tuhan pasti selalu menggenapi janji-Nya, ketika Ia berkata kepada anak-anakNya. Jadi ketika kita meminta berdasarkan firman Tuhan, seharusnya kita percaya bahwa apapun yang kita minta pasti Tuhan dengar dan siapkan, maka kita akan menerima apa yang kita percayai.
Rahasianya terletak dari keteguhan hati kita. Coba kita bayangkan, seumpama Allah adalah orang tua kita dan kita adalah anak-anaknya. Pada saat kita melihat ada anak kita datang meminta sesuatu kepada kita. Sianak percaya bahwa kita adalah orang tua yang bijaksana. Lalu sebagai orang tua kita melihat bahwa permohonannya itu memang sesuai dengan kebutuhannya dan kita memang bisa mengusaha-kannya. Apakah kita sebagai orang tua akan menunggu waktu yang lama untuk berbuat sesuatu? Tentu tidak bukan! Tetapi sianak juga harus tetap yakin bahwa orang tuanya pasti akan mengusahakannya.
Bapak/ Ibu yang kekasih.
Contoh lain terdapat dalam cerita Abraham dalam Kejadian 15:1-21. Ketika Tuhan menjanjikan sebuah negeri dan sebuah keturunan yang akan bermukim di negeri itu. Mula-mula Abraham tidak percaya. Kemudian ia percaya. Dalam ayat 6 tertulis: “Lalu percayalah Abram kepada Tuhan …” Apa yang terjadi pada waktu dan setelah Abraham mulai percaya? Abraham tidak mengajukan syarat. Ia pun tidak menyodorkan usul tandingan. Yang diperbuatnya adalah menerima baik apa yang dijanjikan Tuhan. Yang diperbuatnya adalah menyediakan diri dan membiarkan diri dipakai oleh Tuhan sebagai “kendaraan” Tuhan menjalankan rencana-Nya. Lebih jelas lagi, yang diperbuat Abraham adalah membiarkan Tuhan bekerja melalui dirinya. Itulah reaksi Abraham ketika ia percaya kepada Tuhan.
Bersikap menyediakan diri atau membiarkan Tuhan bekerja dalam dirinya bukan berarti bahwa Abraham hanya berpangku tangan dan menunggu secara pasif. Justru sebaliknya, Abraham (demikian juga Yakub) melakukan tindakan-tindakan secara aktif. Dalam Kejadian 12, Abraham berkemas dan bermigrasi. Dalam Kejadian 15, Abraham menyiapkan hewan kurban persembahan. Dalam Kejadian 22, dicatat: “pagi-pagi bangunlah Abraham”, “memasang pelana keledainya”, “memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak”, “membelah kayu” lalu “berangkatlah ia” dan “pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya” (ayat 3). Perhatikan deretan enam kata kerja aktif dalam satu ayat itu.
Itulah yang diperbuat Abraham ketika ia percaya. Ia bereaksi positif. Ia melakukan tindak lanjut. Ia bukan mengumbar janji, melainkan ia membiarkan Tuhan melaksanakan janji-Nya. Ia bukan berkata-kata, melainkan ia membiarkan kata-kata Tuhan tetap utuh dan terwujud.
Akan tetapi, itu belum berarti bahwa doa kita telah selesai. Sebuah sikap percaya perlu ditindak-lanjuti. Jika kita berdoa agar nama Tuhan dikuduskan, kerajaan-Nya datang dan kehendak-Nya terjadi, maka sikap percaya itu perlu kita tindak lanjuti.
Jadi, beriman itu bukan hanya duduk menunduk, melainkan bersikap hidup tunduk pada kehendak Tuhan di seantero jalan hidup kita. Itulah arti mengimani dan mengamini sesuatu di hadapan Tuhan, yaitu menyikapi sesuatu dengan teguh dan mewujudkan dengan tindak lanjut yang nyata.
Dalam hal inilah, Tuhan Yesus mendorong murid-murid-Nya untuk memiliki iman yang meyakini bahwa Allah juga mendengarkan mereka. Iman yang bergantung kepada Allah yang Maha kuasa dapat menggapai segala sesuatu yang tidak mungkin bagi manusia melalui doa. Dan orang percaya dapat memperoleh apa yang dimintanya dalam doa asal sesuai dengan kehendak Tuhan dan yang terpenting bawalah segala permohonan kita dalam nama Tuhan Yesus.

3. Datanglah dengan kebersihan hati (Markus 11:25-26).
Jemaat Tuhan yang kekasih,
Untuk sebuah doa kita menjadi efektif syarat yang terakhir adalah, kita mesti datang dengan kebersihan hati. Ciri kebersihan hati itu sendiri salah satunya adalah mau mengampuni kesalahan orang lain. Masih ingatkah kita dengan doa yang sangat populer yang diajarkan Tuhan kita? Didalam doa itu Tuhan Yesus mengajarkan: “Dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.” (Matius 6:12).
Rupanya, sama halnya dengan konteks kita disini, Yesus memperingatkan para murid-Nya, apabila kita tidak mempunyai hati yang mau mengampuni, maka itu akan merusak iman dan menghancurkan kehidupan doa kita. Kurangnya iman bukanlah satu-satunya hambatan bagi keefektifan doa. Kurangnya pengampunan kepada sesama juga dapat menghambat kuasa doa. Kadang-kadang hati yang sulit mengampuni bisa lebih keras dari gunung manapun. Di sini kita belajar bahwa sebuah disiplin iman seperti doa sama pentingnya dengan hubungan baik terhadap sesama (band. Roma 12:18)
Untuk itu, hati yang penuh kebencian, kemarahan, kekecewaan, kepahitan, dendam akankah membuat kita dapat focus dalam berdoa? Tentu tidak bukan? Karena itu doa dalam kondisi hati yang belum beres, tidak bisa mengekspresikan pujian penyembahan kepada Tuhan dengan sepenuh hati. Tuhan mengingatkan kita, sebelum kita berdoa, usahakanlah bersihkan diri dari emosi-emosi tersebut dan ampuni sesama kita agar Tuhan juga mengampuni kita.

Dengan demikian bapak/ Ibu yang kekasih,
Tidak ada yang lebih indah dalam kehidupan kita ketika kita belajar untuk mengerti apa yang Tuhan kehendaki dalam hidup kita. Tuhan tahu apa yang menjadi pergumulan kita, disisi lain Tuhan juga tahu apa yang terjadi dihati kita. Untuk itu Ia mau selalu mengajar dan mendidik kita. Agar pengalaman hidup bersama Tuhan memampukan kita untuk semakin mengerti kehendak Tuhan. Dan komunikasi kita denganNya pun menjadi semakin lebih baik. Tuhan Yesus memberkati.

Selasa, 04 November 2014

MENGERTI TUJUAN HIDUP

MENGERTI TUJUAN HIDUP
Efesus 1:3-14

Sidang jemaat yang kekasih,
Pernahkah Anda berpikir bahwa kehidupan ini seperti sebuah perjalanan yang mengalir biasa-biasa saja? Dimulai dari kanak-kanak kemudian tumbuh menjadi dewasa, kita masuk dunia sekolah, kemudian kita kuliah, kita bekerja, setelah bekerja kita menikah, lalu mempunyai anak-anak, setelah itu kita menjadi tua, menjadi kakek-nenek dan pada akhirnya kita meninggal.
Apakah arti hidup ini saudara? Melihat kenyataan ini, tidak bisa dipungkiri bahwa banyak sekali orang berpikir seperti ini: Bahwa hidup sepertinya terasa sangat simpel dan tidak menarik”. Kita berusaha ini dan itu dan pada akhirnya kita meninggalkan semuanya. Hidup seperti sebuah siklus yang dimulai dari lahir dan diakhiri dengan sebuah kematian.
Pertanyaannya saudara, apakah hidup kita hanya sebatas itu saja? Apakah arti hidupmu?  Apakah tujuan hidup kita?
Coba kita berpikir ulang saudara, dan kita melihat dari kacamata Tuhan, bagaimanakah Tuhan memandang kehidupan kita? Mengapa Tuhan menciptakan kita dan menempatkannya di dalam dunia? Apa tujuannya? Bagaimana kita dapat mengerti apa yang direncanakan Tuhan dalam hidup kita?
Saudaraku yang dikasihi Tuhan,
Setuju atau tidak, sebenarnya Tuhan sedang menuntut kita kembali memiliki hidup yang menurut maksud dan tujuan Allah. Namun ini baru bisa terjadi jika kita sudah kembali kepada Kristus. Dari sinilah rencana dan maksud itu baru bisa mencapai kepenuhannya. Sebab sebelum kita sampai kepada tujuannya, kita harus mengerti maksud dari Allah Pencipta kita bahwa setiap orang harus tahu di mana bagiannya.
Artinya bapak ibu yang kekasih,
Jika saudara ditetapkan jadi petani. Jadilah petani Kristen yang baik, menjadi pengusaha Kristen yang baik, dokter Kristen yang baik, intelektual Kristen yang baik. Artinya, kita harus mengerti dimana posisi kita masing-masing dalam dunia profesi kita. Bahwa sebenarnya itu semua bukan atas dasar kemauan kita sendiri, tapi rencana Tuhan yang membentuknya demikian. Bukan untuk kesenangan diri kita saudara, melainkan demi rencana Allah dalam hidup kita agar kerajaan Allah itu digenapi.
Sebab jika kita tidak kembali kepada maksud Allah, maka semua yang kita kerjakan akan menjadi sia-sia. Kita seperti sedang menimbun kehancuran yang kita kejar selama bertahun-tahun, dan mendapati kehidupan yang tanpa arti.
Bapak/ ibu yang dikasihi Tuhan,
Sebagai orang yang telah mengenal Kristus, seharusnya kita patut memuji nama Allah, oleh karena di dalam Kristus kita menerima segala berkat-berkat rohani di sorga. Saudara ini adalah sebuah rahasia besar. Namun rahasia itu telah disingkapkan Allah kepada setiap orang yang menaruh percaya kepada Kristus. Dan rahasia besar ini baru bisa dimengerti apabila orang tersebut menyatakan diri menerima dan menjadikan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya.
Disebut sebagai berkat-berkat rohani saudara, karena untuk membedakan dari pemberian-pemberian yang lain dari Allah. Misalnya, kekayaan, jabatan, kesembuhan, kesehatan, panjang umur, pengetahuan, hal-hal ini diberikan Allah kepada orang percaya maupun yang tidak percaya. Bahkan matahari diterbitkan dan hujan diturunkanNya pun kepada orang yang jahat dan orang yang baik, kepada orang yang benar dan kepada orang yang tidak benar (Matius 5:45).
Tetapi berkat-berkat rohani yang disebut dalam ayat-ayat ini hanya disediakan Allah kepada orang-orang yang telah percaya kepada Kristus. Berkat rohani itu disebut di dalam sorga, untuk menyatakan bahwa ragam berkat ini semata-mata hanya karunia dari sorga, tidak ada yang berasal dari dunia, tidak ada sedikitpun usaha dari manusia untuk memper-olehnya dan tidak ada suatu keunggulan dari seseorang sehingga ia berhak menerima berkat rohani ini.
Karena itu yang patut kita mengerti bahwa sumber berkat itu tidak lain adalah dari Allah Bapa kita. Bukan dari setan, dan bukan pula manusia, yang sekalipun Allah sering menggunakan manusia sebagai saluran berkat-Nya. Tetapi dalam hal ini, firman Tuhan menegaskan, bahwa Allah Bapalah yang menyingkapkan rahasia besar ini di dalam Tuhan kita Yesus Kristus.
Saudaraku setidaknya ada 7 rahasia yang dinyatakan Allah Bapa sebagai berkat-berkat rohani yang dilimpah-kanNya kepada orang percaya, yaitu:
1.    Allah telah memilih kita supaya kudus, dan tak bercacat dan itu dikerjakan sebelum dunia dijadikan (ayat 4).
2.  Allah telah menentukan kita dari semula menjadi anak-anakNya, sesuai dengan kerelaanNya (ayat 5).
3.  Orang-orang percaya beroleh penebusan, yaitu pengampunan akan dosa, berdasarkan kasih karuniaNya (ayat 7).
4.  Menerima penyataan rahasia Allah sesuai kehendakNya (ayat 9).
5.  Hidup kita menjadi puji-pujian bagi kemuliaanNya (ayat 12)
6.  Mendengarkan firman kebenaran, yaitu Injil keselamatan (ayat 13).
7.   Dimeteraikan dengan Roh Kudus sampai kita memperoleh keseluruh-annya (ayat 13-14).
Dari sini kita pahami satu hal saudara, bahwa menjadi Kristen bukanlah sebuah pilihan dari setiap orang. Agama Kristen bukanlah suatu pilihan seperti kebanyakan agama-agama lain. Artinya menjadi Kristen bukan karena kemauan pribadi seseorang. Bukan pula berdasarkan pilihan seseorang. Tetapi kekristenan adalah penyataan Allah yang berlaku pada setiap orang yang dikehendakiNya. Allahlah yang memilih saudara dan saya supaya mengalami kasih karuniaNya yang menjadi latar belakang pemilihan itu. Dan pemilihan itu sekaligus menunjukkan bahwa kita memiliki hidup yang berbeda dengan anak-anak dunia (Yohanes 15:19).
Karena itu bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Kehadiran kita di dalam dunia ini bukan sekedar memenuhi angka statistic tetapi sungguh-sungguh merupakan bagian dari rencana Allah yang agung. Dan inilah yang patut kita syukuri dalam kehidupan kita, bahwa bukan karena kekuatan kita, kita ada. Bukan karena hikmat yang ada pada kita, kita memperoleh kekayaan. Tetapi semuanya semata-mata hanya karena kasih karunia Allah.
Yang menarik disini saudara, bahwa pilihan itu dikerjakan Allah jauh sebelum kita dilahirkan, jauh sebelum kita mengerti tentang kekristenan, dimana Allah telah menetapkan kita menjadi milik kepunyaanNya. Dan menjadikan kita anak-anakNya.
Saudaraku, tidak ada hal yang lebih indah dalam kehidupan kita, ketika kita yang terlantar, kita yang seharusnya menjadi musuh Allah. Namun di dalam Kristus, kita diangkat, kita diadopsi menjadi anak-anak Allah.
Hal ini memperlihatkan kepada kita saudara, betapa berharganya kita dalam pemandangan Allah. Kita adalah orang-orang yang dikasihi oleh Allah bukan karena kita layak dan patut menerimanya tetapi semata-mata atas kerelaanNya yang memilih kita (Band. Yesaya 43:4).
Justru melalui karya penebusan Yesus Kristus itulah, pada akhirnya kita memperoleh jalan pada pengampunan akan dosa. Sebab sebelum kita percaya kepada Tuhan Yesus, kita adalah hamba dosa. Kita hidup terikat oleh dosa dan buah dosa itu merusak seluruh aspek kehidupan kita. Namun, kemudian Kristus hadir dan menebus kita dari cara hidup yang sia-sia yang kita warisi dari nenek moyang kita. Bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, tetapi Kristus menebus kita dengan darahNya yang mahal (1 Petrus 1:18-19). Dan karena Kristus, maka Allah menganggap kita berharga di mataNya.
Sidang jemaat yang dikasihi Tuhan,
Kolose 2:13 mengatakan bahwa Tuhan Yesus telah mengampuni segala dosa dan pelanggaran kita. Dikatakan “segala dosa” hal itu menyangkut dosa-dosa kita di masa lampau, dosa kita yang sekarang dan dosa yang akan datang... semuanya sudah diampuni oleh Tuhan Yesus. Dan pengampunanNya cukup untuk setiap orang yang percaya kepadaNya.
Hal ini menegaskan bukan supaya kita menganggap enteng dosa, sebaliknya supaya kita tidak dengan sengaja kembali berbuat dosa. Namun apabila kita jatuh karena dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus yang adil (Band. 1 Yohanes 2:1).
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Kesadaran bahwa Kristus telah mengampuni segala dosa kita, membawa kita kepada satu kehidupan yang merdeka dari dosa. Kita tidak lagi terikat oleh dosa, kita dibebaskan dari perasaan tertuduh karena dosa, dan kita mendapatkan rasa aman untuk menjalani kehidupan yang baru di dalam Kristus. Hanya Allah, menuntut kita untuk tidak mempergunakan kemerdekataan itu untuk hidup di dalam dosa.
Bapak ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Kenyataan ini menjawab pernya-taan dalam ayat ke-4 bahwa Allah memilih kita supaya kita hidup kudus dan tak bercacat di hadapanNya. Saudara, inilah bukti bahwa keselamatan itu tidak tergantung dari usaha manusia, tetapi tergantung sepenuhnya pada karya Allah di dalam Yesus Kristus Tuhan kita.
Dan inilah harapan yang kita miliki di dalam Kristus, yaitu supaya kita semua beroleh bagian yang telah ditetapkan Allah sebelumnya. Dan melalui kebenaran firmanNya di dalam Injil, memberikan kepada kita kekuatan dan penghiburan sebab untuk itulah firman Tuhan ini dituliskan.
Lagi pula karya keselamatan itu saudara, dijamin sepenuhnya oleh satu pribadi yaitu Roh Kudus. Jadi saudara, saat kita percaya kepada Tuhan Yesus, kita dimateraikan oleh Roh Kudus yang menjadi jaminan bahwa keselamatan yang Tuhan janjikan kepada kita adalah sesuatu yang pasti akan menjadi milik kita. Meterai dalam lingkungan perdagangan, diibaratkan sebagai satu tanda jadi atas persetujuan pembelian.
Jadi Roh Kuduslah yang membe-rikan kepada kita kekuatan dan kuasa dalam hidup dan pelayanan kita. Orang yang telah menerima Roh Kudus telah memegang jaminan sebelum sampai memperoleh seluruhnya.
Dalam hal ini kita melihat, bahwa peranan Roh Kudus sangat penting bagi kehidupan orang percaya. Dikatakan dalam Yohanes 16:8-11, “Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsyafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepadaKu; akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum”.
Dari sini kita mendapatkan satu pemahaman saudara, bahwa tanpa Roh Kudus bekerja terhadap orang-orang pilihanNya, orang tersebut tidak akan mungkin sadar dengan dosanya. Karena itu meterai Roh Kudus adalah bukti nyata bahwa Tuhan memberikan jaminan penuh kepada anak-anakNya.

Refleksi:
Sidang jemaat yang dikasihi Tuhan,
Pertanyaannya bagi kita saudara, apakah saudara sudah ada di dalam Kristus? Kalau belum, inilah saatnya bagi saudara untuk mengambil keputusan menerima dan mengundang Dia masuk dalam hati dan hidup saudara.
Renungkanlah kehidupan kita hari ini, apakah kita sudah menikmati kekayaan rohani yang ada di dalam Kristus? Apakah kita masih dihantui oleh perasaan-perasaan takut? Apakah kita masih dihantui oleh perasaan-perasaan bersalah karena dosa yang telah kita lakukan? Apakah ada dosa yang masih mengikat kita dan sulit untuk kita tinggalkan? Ataukah kita masih bingung dengan tujuan hidup kita?
Saudaraku, marilah kita mengerti karya Tuhan yang luar biasa itu dalam kehidupan kita. Bahwa bukan tanpa tujuan Allah menciptakan kita. Bukan tanpa dasar kita percaya kepada Yesus Kristus dan menjadi orang-orang Kristen. Tetapi semuanya itu dinyatakan Allah supaya kita semakin mengasihi dan memuji Allah dalam kehidupan kita. Dan kita dimampukan untuk memaknai hidup dengan cara yang tepat. Inilah alasan kita mengapa kita perlu memuliakan Allah dalam kehidupan kita sebagai tujuan dari hidup kita.
Dengan demikian saudara, kehadiran kita di dalam Dia, memberi penegasan bahwa di luar Dia kita tidak berdaya dan hampa. Di luar Dia, kita tidak mampu mewujudkan kehadiran kita yang bermakna. Sehingga wajar apabila kebanyakan orang merasakan hidupnya begitu hambar dan seperti sebuah rutinitas. Sebaliknya, orang-orang yang berada di dalam Kristus. Ia akan semakin hari semakin mempertanggung-jawabkan hidupnya dengan baik di hadapan Tuhan.
Dengan pemahaman yang demikian, maka kehadiran kita semua sebagai orang percaya patutlah diwarnai dengan ucapan syukur sebab Allah menempatkan kita dengan rencana besar dan disertai dengan kuasa otoritas Allah. Rencana besar itu adalah kegenapan segala sesuatu (ayat 10) dan memberitakan rencana besar itu kepada sesama kita.
Kiranya melalui kebenaran firman Tuhan ini, kita semakin mengerti untuk apa kita hidup dan kemana arah tujuan kita. Tuhan Yesus memberkati kita sekalian. Amin.

Rabu, 29 Oktober 2014

MENGUCAP SYUKUR

MENGUCAP SYUKUR
Efesus 5:20


Bapak/ibu yang dikasihi oleh Tuhan
Sebagai orang beriman kita seringkali diingatkan untuk selalu mengucap syukur dalam segala keadaan. Akan tetapi yang menjadi pertanyaan penting bagi kita adalah apakah ucapan syukur itu?
Saudara, mengucap syukur bukan sekadar kata-kata yang keluar dari mulut kita, bahwa kita mau mengucap syukur. Akan tetapi ungkapan syukur yang dinaikan seharusnya merupakan hasil dari kehidupan yang tinggal di dalam Kristus, dan sebagai buah dari kehidupan anak-anak Tuhan. Sebab kalau kita teliti lebih lanjut, sebenarnya ayat ini dituliskan sebagai bagian dari penjelasan Rasul Paulus mengenai karakteristik kehidupan anak-anak terang.
Dimana Jemaat di Efesus dituntut untuk mengucap syukur dalam segala keadaan dikarenakan ini merupakan suatu gaya hidup yang didasarkan pada karya keselamatan dan hidup baru di dalam Kristus. Itulah sebabnya, dalam segala hal, orang percaya harus dapat mengucap syukur, karena keselamatan dalam Kristus Yesus yang telah berlaku dalam hidupnya, lebih besar daripada persoalan hidup yang mereka hadapi!
Ucapan syukur sekaligus juga menjadi tanda bagi orang Kristen, bahwa mereka percaya pada kasih setia Tuhan yang tidak pernah meninggalkan mereka, sekalipun mereka menghadapi berbagai kesulitan.
Saudara, mari kita perhatikan kalimat dari Firman Tuhan ini secara seksama: Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita.
Saya melihat ada tiga point penting yang harus kita mengerti dengan benar bagaimana seharusnya kita mengucap syukur.

1.  Ucapkanlah syukur senan-tiasa dalam segala sesuatu”.
Kata “se­nantiasa” yang ditulis dalam bentuk tenses present active participle = present continous active-Inggris) mengandung arti sesuatu yang dilakukan secara te­rus-menerus sepanjang kehidupan kita. Itulah yang dinamakan (habit/ kebiasaan) yang seharusnya menjadi ciri khas baru ketika kita hidup di dalam Kristus.
Karena itu saudara, dari sini kita tahu bah­­­­wa se­be­nar­nya dalam kehidupan yang kita jalani ini, kita harus pe­nuh dengan ucapan syukur. Namun kita patut jujur bahwa secara fak­ta hidup kita rupanya ti­­daklah demikian bukan? Banyak orang tidak dapat hi­dup seperti apa yang Alkitab katakan, mereka hidup pe­­nuh de­ngan stress akibat tekanan kesulitan dan pen­de­­ritaan yang sangat berat dan semakin ha­­ri semakin bertambah, bertambah dan bertambah. Demikian pula yang dialami oleh orang Kristen tanpa kecuali.
Saudaraku yang kekasih
Fanny Crosby menulis lebih dari 8.000 lagu rohani. Meskipun buta sejak usia 6 minggu, ia tidak mempersalahkan Tuhan atas hal itu. Suatu kali seorang hamba Tuhan berkata kepadanya, “Sayang sekali ya, Sang Pencipta tidak memberi Anda penglihatan, padahal Dia memberikan banyak sekali karunia lain pada Anda.” Fanny menjawab, “Tahukah Anda, seandainya pada saat lahir saya bisa mengajukan permohonan, saya akan meminta agar dilahirkan buta?” Hamba Tuhan itu terkejut. “Mengapa?” tanyanya. “Karena bila saya naik ke surga nanti, wajah pertama yang akan saya lihat adalah wajah Sang Juru Selamat!” Sungguh sebuah hati yang berlimpah dengan rasa syukur.
Bagaimana dengan ucapan syukur dalam hidup kita? Mengucap syukur atas segala sesuatu berarti lebih dari sekadar ungkapan sukacita, ucapan syukur kita menjadi ungkapan iman bahwa di dalam segala keadaan Allah senantiasa bekerja, berkarya, dan memberikan yang terbaik kepada kita.

2. Ucapkanlah syukur dalam nama Tuhan Yesus Kristus.
Ini merupakan kenyataan yang seringkali kita lupakan. Banyak orang mengucap puji syukur oleh karena merasa mampu melakukan hal ini dan hal itu. mampu melewati masalah ini dan masalah itu, yang seakan-akan ia mau mengatakan bahwa semuanya itu adalah hasil usahanya sendiri. Semuanya itu adalah jerih payahnya sendiri. Jika bukan karena aku mungkin hasilnya tidak begini!
Saudara, sebagai orang Kristen tidaklah demikian, konsep mengucap syukur kita. Orang Kristen dituntut untuk mengucap syukur semata-mata demi nama Tuhan Yesus Kristus. Yang artinya kekuatan utama untuk kita bisa melewati segala rintangan dan persoalan dalam hidup adalah campur tangan Tuhan kita Yesus Kristus.
Dialah Tuhan yang memampukan kita melihat tangan kemurahan Allah yang merajut kehidupan kita. Dan bahwa orang yang senantiasa mensyukuri kebaikan Tuhan atas hidupnya akan menemukan banyak cara untuk hidup yang lebih baik.
Saudaraku,
Suatu hasil penelitian mengatakan bahwa bersyukur dapat meningkatkan kesehatan fisik dan emosional. Memiliki gaya hidup penuh rasa syukur dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan suplai darah ke hati kita. Jika kita melakukan hal ini dengan rutin, maka dapat meningkatkan kewaspadaan kita, antusiasme, energi dan juga meningkatkan kualitas tidur kita. Mereka yang menggambarkan dirinya sebagai orang yang penuh rasa syukur cenderung jarang stres dan depresi.
Sebagai orang beriman, kita bersyukur karena Tuhan baik kepada kita. Tuhan senantiasa hadir dalam perjalanan hidup kita. Tuhan selalu peduli terhadap hidup kita. Karena itu, sikap bersyukur berarti kita menyerahkan hidup kepada penyelenggaraan Tuhan yang Maha pengasih dan penyayang. Dalam hal ini, Yesus Kristus Tuhan kita.

3. Ucapan syukur kita tujukan kepada Allah dan Bapa kita.
Bapak/ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Raja Daud dalam doanya pernah berkata: Aku hendak bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan, Allahku, dengan segenap hatiku, dan memuliakan nama-Mu untuk selama-lamanya; sebab kasih setia-Mu besar atas aku, dan Engkau telah melepaskan nyawaku dari dunia orang mati yang paling bawah” (Mazmur 86:12-13).
Sebagaimana pemazmur ingin katakan bahwa tujuan ucapan syukur kita tidak lain adalah untuk memuji nama Allah dan Bapa kita.
Demikian pula, yang diajarkan Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus dan kepada kita yang hidup saat ini. Bahwa hanya Allahlah yang patut menerima ucapan syukur kita. Hanya Bapa kitalah yang layak menerima pujian dan ucapan syukur kita. Karena berkat pertolongan Dialah, maka kita dapat hidup dan menjalani kehidupan kita hingga saat ini.
Saudara hari ini, KW Debora merayakan HUT yang ke-29. Saya percaya ada banyak liku-liku yang sudah pernah dihadapi dan dilewati sepanjang tahun-tahun yang lalu. Dan hari ini, kita ada semata-mata karena karya Tuhan yang masih memberikan kepada kita kesempatan untuk memuji Dia.
Seperti kata firman Tuhan dalam Roma 11:36 “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!”
Mari kita berusaha memiliki hati yang penuh syukur kepada Tuhan. Dengan demikian, hidup kita menjadi pujian bagi Tuhan. Tuhan memberkati. Amin