Kamis, 27 Agustus 2015

ORANG BENAR DALAM PEMELIHARAAN TUHAN

ORANG BENAR DALAM PEMELIHARAAN TUHAN
Mazmur 73:1-28

Bapak/ Ibu yang kekasih,
Kita sering mendengar orang berkata: Rumput tetangga selalu kelihatan lebih hijau. Saudara, peribahasa ini kelihatannya singkat tetapi memiliki makna yang dalam. Peribahasa ini selalu dilontarkan saat kita mulai merasa tidak puas dengan apa yang sudah kita miliki. Saat kita mulai merasa iri hati melihat kondisi orang lain yang lebih mujur. Juga sebagai ungkapan saat kita mulai tidak lagi nyaman dengan segala sesuatu yang melekat dalam diri kita.
Pertanyaannya, mengapa perasaan iri hati, tidak puas, tidak nyaman seringkali muncul dari dalam diri kita? Mungkin jawabannya adalah karena sifat alami manusia yang selalu ingin lebih dibandingkan orang lain. Tetapi jawaban yang sesungguhnya adalah karena kuasa dosa yang sudah merasuk dalam kehidupan manausia, sehingga manusia tidak pernah merasa puas diri dengan apa yang telah Tuhan karuniakan kepadanya.
Sidang jemaat yang kekasih dalam Tuhan
Hal yang sama pun sempat dirasakan oleh Pemazmur Asaf ketika ia melihat kehidupan orang-orang Fasik yang ada disekitarnya. Dia mengatakan bahwa hampir saja dia mengakui peribahasa diatas ada benarnya! Dimana memang rumput tetangga selalu lebih subur dibandingkan dengan rumput di rumahnya sendiri!. Dikatakan dalam ayat 2: “Tetapi aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir.”  Dalam terjemahan lain dikatakan: Tetapi aku sudah bimbang, kepercayaanku hampir saja hilang,
Saudara, kita melihat suatu pergumulan hidup yang cukup berat yang dirasakan oleh pemazmur. Bukan saja ketika ia melihat kenyataan hidup yang dia rasakan sulit untuk dimengerti. Tetapi juga saat ia melihat kehidupan orang Fasik yang jauh lebih makmur dari dirinya. Bahkan sempat terbersit dalam pikirannya bahwa Tuhan rasanya sedang bertindak tidak adil terhadapnya.
Bagaimana tidak! Dalam ayat 3-5 kita melihat bagaimana pemazmur menjelaskan kehidupan yang dirasakan orang-orang Fasik jauh lebih beruntung:
-        Kehidupan orang Fasik nampak lebih mujur dari kehidupan orang benar (ayat 3).
-        Mereka nampak senantiasa dalam kesehatan yang prima (ayat 4).
-        Rasanya tidak ada kamus kesusahan dalam kehidupan orang Fasik, apalagi terkena tulah (ayat 5).
Dengan kata lain saudara, orang yang notabene tidak taat melakukan firmanNya, yang berbuat dosa semaunya, yang tidak pernah takut melakukan tindakan yang bertentangan dengan firman Tuhan, bahkan mereka menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan justru nasibnya sangat baik.
Mereka bisa makan enak di rumah makan manapun dengan uang yang mereka dapat dengan cara yang tidak halal. Mereka bisa beli pakaian baru, mobil mewah, maupun rumah yang kokoh karena mereka punya uang yang didapat dengan hasil korupsi. Mereka kerja sedikit, dengan tidak mencucurkan keringat, namun hasil yang didapat sangat banyak. Justru nampaknya hidup mereka tidak pernah susah.
Sebab itu pemazmur cemburu! Ini jelas-jelas kehidupan yang tidak adil baginya. Saudara bisa kita bayangkan, kita yang mati-matian kerja secara jujur, kita berusaha menghemat sedemikian rupa agar apa yang kita dapat cukup untuk memenuhi kehidupan kita. Kita berusaha hidup benar sesuai dengan firman Tuhan. Mungkin teman-teman kita juga hanya sedikit dibandingkan mereka yang tidak beriman, toh kita masih disalah mengerti dan dianggap sok suci.
Kita berusaha selalu berani mengatakan kebenaran dan menegor saat teman kita berbuat dosa, eh kita malah dibenci dan dikucilkan. Kita berusaha mendapatkan harta dengan cara yang jujur, nyatanya untuk menikmati hasilnya pun sangat lama kita dapatkan. Ibaratnya kita mati-matian hidup untuk Tuhan, justru malah lebih susah! Bagaimana Pemazmur tidak akan menjadi putus asa jika melihat kenyataan yang demikian? Bahkan dia mengatakan hampir saja terpeleset dan tergelincir dalam dosa, ketika ia melihat kenyataan dari sudut pandangnya.
Belum lagi saat melihat kemakmuran mereka yang tidak takut Tuhan, justru menjadikan mereka lebih sombong. Mereka menyindir kehidupan anak-anak Tuhan, mengata-ngatainya dengan jahat, bahkan mereka berani menantang Tuhan yang menjadi pemelihara orang pilihanNya, dengan berkata: “Bagaimana Allah tahu hal itu, adakah pengetahuan pada Yang Mahatinggi?” (Ayat 11).
Kalau kita melihat saudara, bisa dipastikan bahwa pemazmur sedang dalam kondisi depresi rohani berat sehingga kenyataan hidup yang demikian membuatnya jadi tawar hati dan cemburu kepada orang-orang fasik yang makmur kaya, gemuk dan sehat-sehat padahal mereka menghujat Allah. Sedangkan dia yang menjaga hidupnya dalam kekudusan dan takut akan Allah malah menderita dan sengsara.
Saudara bukankah hal yang wajar jika pemazmur cemburu dengan kenyataan yang memilukan seperti itu. Tidakkah salah jika ia mengatakan “sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah” (ayat 13). Karena kenyataannya sepanjang hari dia selalu yang lebih menderita. Sepertinya dunia ini sudah terbalik.
Namun saudara, disatu sisi, untuk mengakui hal diatas, pemazmur masih punya rasa malu terhadap anak cucunya. Mungkin ia akan dianggap sebagai seorang pengkhianat yang telah menghujat Tuhan. Tetapi disisi yang lain, ia sendiri tidak mengerti mengapa Tuhan mengijinkan nasib anak-anakNya lebih sulit untuk dijalani. Mengapa? Mengapa saudara?
Bapak/ ibu yang kekasih,
Memang tidak mudah menjalani hidup seperti yang Tuhan mau. Terlebih ketika kita hidup ditengah-tengah orang-orang yang tidak mengenal Tuhan. Rasa-rasanya kita ingin berontak kepada Tuhan, dan berkata kepada Tuhan, bukan itu yang saya mau!
Bukankah pergumulan semacam ini juga seringkali dialami oleh banyak orang percaya? Namun tahukah saudara, bahwa Allah menjanjikan suatu berkat kepada mereka yang mampu bertahan dalam penderitaan, seperti yang dijanjikanNya dalam Yakobus 1:12: "Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia."
Nyatanya saudara, Tuhan tidak pernah membiarkan kita bergumul sendirian. Kenyataannya, tidak ada yang sia-sia jika kita hidup benar di hadapan Tuhan, karena "Mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar" (Mazmur 34:16a)Sebab pada saatnya nanti, orang-orang fasik akan menuai apa yang telah mereka perbuat. Dan orang-orang benar akan melihat kesudahan orang-orang fasik yang akan menerima penghukuman (ayat 18-20).
Saudara, Tuhan memang sengaja mengijinkan kita masuk dalam penderitaan dan bersusah payah untuk mendapatkan sedikit rejeki dan kesenangan, karena Dia ingin supaya kita dapat semakin kuat baik secara iman maupun pengenalan kita akan Dia.
Menjadi orang Kristen adalah berani pikul salib, dan salah satu aplikasi tindakannya adalah kita siap hidup jujur namun menderita untuk meneladani Tuhan. Tuhan mengasihi saudara dan saya. Oleh karena itu Dia mendewasakan kita dengan tekanan hidup dan keadaan yang tidak menyenangkan. Tuhan ingin kita menjadi orang Kristen yang kokoh, bukan orang Kristen yang manja dan rapuh. Karena itu saudara, apapun masalah dan tekanan hidup yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup kita saat ini, jangan pernah menjadikan kita kehilangan iman dan pengharapan kepadaNya.
Karena itu,
Pemazmur pun terperanjat ketika Tuhan membentangkan jawaban atas kegalauan hatinya. Dalam ayat 18-20 kita dapat menyimpulkan bahwa masalah hidup yang sesungguhnya bukan hanya soal kesenangan di dunia, tetapi kesenangan di akhirat.
Jadi untuk apa kita banyak memiliki segala sesuatu di dunia ini jika semua yang kita miliki tidak diberkati Tuhan? Bukankah lebih baik, kita tetap bersyukur dengan segala kondisi yang Tuhan ijinkan kita alami, tetapi kita tetap dijamin sampai kehidupan di akhirat nanti.
Bapak/ ibu yang kekasih,
Kemujuran orang fasik dan penderitaan orang saleh memang selalu menjadi persoalan bagi orang-orang beriman. Dengan dalih kita ini masih hidup di dunia, seharusnya kita setidaknya dapat mengejar apa yang bisa kita nikmati sekarang. Masalah akhirat nanti kita bicarakan kalo sudah mati?
Permisi tanya saudara? Bisakah kalo seseorang yang sudah mati memikirkan sesuatu? Saya rasa, jangankan memikirkan akhirat, memikirkan mau beli peti yang mana saja tidak mungkin ia bisa memilih, betul?
Untuk itu mari kita berpikir yang panjang, karena pikiran yang panjang adalah pikiran yang bijaksana. Dalam hal inilah, Pemazmur dibukakan mata rohaninya untuk kembali melihat kasih Allah dalam hidupnya.
-        Ia sadar atas kebodohan yang dilakukannya (ayat 21-22).
-        Ia sadar bahwa dalam segala keadaan Tuhan tetap bersama dengan dia, walaupun kelihatannya tidak masuk akal (ayat 23a).
-        Ia yakin sepenuhnya bahwa Tuhan akan mengangkat dia dan memberikan kemuliaan bagi dirinya (ayat 23b).
-        Ia sadar bahwa dia terbatas dalam memahami kedaulatan Allah tetapi dia mau tetap taat beribadah kepada Allah (ayat 21-24).
-        Ia sadar bahwa tujuan hidupnya adalah merindukan Allah, baik di bumi dan di surga bukan soal materialisme atau hedonisme (ayat 25).
-        Ia sadar bahwa kesakitan dan kematian tidak bisa memisahkan diri-Nya dengan Allah selama dia tetap setia dan taat (ayat 26).
-        Ia sadar bahwa dekat kepada Allah adalah kesukaannya dan perlindungannya adalah Allah supaya dia dapat menjadi saksi Allah (Ayat 28).
Sidang jemaat kekasih,
Tuhan diakui baik oleh Pemazmur bukan karena dia telah dibebaskan dari penderitaannya, bukan pula karena telah dianugerahi harta dunia, melainkan karena anugerah keakraban hidup dengan Allah dan perlindungan yang dapat dialaminya. Pengalaman dekat dengan Allah inilah yang memungkinkan pemazmur mengakui keadilan Allah yang sesungguhnya (ayat 27-28). Karena itu ia berani menyimpulkan satu hal bahwa: “Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya” (ayat 1).
Dengan demikian Bapak/ ibu yang kekasih,
Biarlah Mazmur ini menjadi peringatan buat kita untuk tidak bertindak buru-buru mengambil kesimpulan bahwa Tuhan tidak baik atau tidak adil. Tetapi biarlah kita semakin bijak dalam menilai kehidupan ini dan tetap memegang janji Tuhan. Bahwasanya Orang benar selalu ada dalam pemeliharaan Tuhan.
Sebab semua yang ada dalam dunia ini adalah milik Tuhan. Semua yang terjadi dalam kehidupan ini pun terjadi atas seijin Tuhan. Untuk itu jangan ragu akan janji Tuhan dan jangan keliru dalam memahami Allah.
Apa pun keadaannya, biarlah kita senantiasa menjaga hubungan kita dengan Tuhan. Saat kita makin melekat pada Tuhan bukan berarti keadaan kita langsung berubah seketika, tetapi justru kita sendiri yang akan diubahkan oleh Tuhan. Kita akan diangkat masuk ke dalam kemuliaanNya. Oleh karena itu jangan pernah iri hati kepada keberhasilan orang-orang di luar Tuhan. Amin.

Selasa, 18 Agustus 2015

MENERAPKAN IMAN DALAM PELAYANAN

MENERAPKAN IMAN DALAM PELAYANAN
Lukas 8:1-3

Ibu-ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Melayani bagi kaum perempuan di zaman ini tentulah bukanlah sesuatu yang tabu untuk dilakukan. Tetapi jika kita melihat ke belakang bagaimana Alkitab memberikan kesaksian tentang pelayanan seorang perempuan, hanya sedikit informasi yang kita dapatkan.
Terlebih lagi dalam budaya patriakal yang dianut orang Yahudi, dimana peran seorang laki-laki lebih diutamakan, kita menemukan sangat jarang nama wanita yang disebutkan dalam Alkitab. Jadi saudara, jika ada wanita yang sampai disebutkan dalam Alkitab, itu berarti bahwa wanita tersebut adalah wanita yang spesial. Dan pastinya ada maksud khusus mengapa wanita yang khusus ini dicatat dalam Alkitab.
Kaum ibu yang kekasih,
Dalam Lukas 8:1-3 yang kita baca ini dijelaskan bahwa “tidak lama sesudah itu...” (ayat 1). Ungkapan, ini memberikan kepada kita satu informasi bahwa peristiwa-peristiwa selanjutnya yang dibicarakan dalam ayat 2-3 berhubungan erat dengan ayat-ayat sebelumnya. Dan ayat sebelum perikop ini dituliskan adalah ayat-ayat yang mengisahkan tentang seorang wanita yang membasuh kaki Tuhan Yesus dengan air matanya. Pertanyaan bagi kita mungkinkah bahwa ia adalah salah seorang dari kelompok tersebut yang menyertai Tuhan kita? Kita akan lihat jawabannya nanti.
Yang jelas saudara, semenjak pelayanan Tuhan Yesus itu, Ia mengajak murid-muridNya untuk berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah (ayat 1). Saudara inilah komitmen Tuhan Yesus terhadap pelayanan yang dipercayakan kepadaNya. Hal ini nampak dari Lukas 4:43 yang mengatakan: “Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku di utus.
Komitmen yang tinggi ini didorong oleh satu kerinduan bahwa setiap orang yang percaya akan namaNya, percaya akan kuasaNya, percaya akan diriNya akan diselamatkan. Inilah kasih yang tulus yang berusaha menjangkau banyak orang dengan memberitakan Injil Kerajaan Allah.
Saudara kita bisa melihat bahwa dalam perjalanan pelayananNya, Tuhan Yesus mengajak kedua belas murid-muridNya untuk berkeliling dari kota ke kota dan desa ke desa dalam pelayananNya, mereka juga disertai oleh beberapa orang wanita yang pernah mengalami mukjizat kesembuhan.
Dalam hal ini menjadi pelajaran berharga bagi kita bahwa yang mendasar dari setiap pelayanan adalah mendapatkan pengajaran akan firman Tuhan. Sebab iman timbul dari penerimaan akan firman Tuhan dalam hati yang memahami. Yang kedua adalah iman itu harus mengalami pertumbuhan yang signifikan dengan menyerahkan hidup bagi Tuhan.
Jadi saudara dalam hal ini, Tuhan Yesus tidak melayani seorang diri, melainkan Ia melayani dalam sebuah tim. Secara jelas bahwa Tuhan Yesus memilih dua belas orang murid untuk menjadi anggota tim yang tetap. Dan Dia juga mengizinkan para wanita kaya untuk menyokong dana bagi pelayanan-Nya (8:2-3).
Dengan kata lain saudara, Tuhan Yesus tidak merasa malu untuk hidup dari keranjang orang lain, sementara Ia menyediakan makanan rohani untuk jiwa-jiwa dari semua orang. Sebab sumber berkat yang sesungguhnya adalah Dia sendiri.
Lagi pula hal ini lumrah bagi guru Yahudi untuk menerima pemberian dari orang-orang yang berterima kasih, dan perempuan-perempuan ini tentunya telah memperoleh banyak berkat dari pelayanan Tuhan Yesus. Para pemimpin gereja Perjanjian Baru juga disokong dengan pemberian dari teman-temannya (2 Timotius 1:16-18) dan dari gereja (Filipi 4:15-17), yang walaupun demikian, Paulus sendiri memiliki pertimbangan khusus untuk menyokong dirinya sendiri dengan pekerjaannya (2 Tesalonika 3:6-10).
Saudara, para wanita yang melayani Tuhan Yesus ini pastinya tidak hanya mendukung Tuhan Yesus tetapi mereka mendukung seluruh tim pelayanan yang ada. Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk membenarkan diri bahwa kita hanya mau mendukung pelayanan hamba Tuhan secara pribadi sementara hamba Tuhan itu ada dalam sebuah tim. Yang benar adalah ketika kita ingin mendukung sebuah pelayanan dukunglah untuk sebuah tim.
Yang berikutnya saudara,
Ketika kita membaca kitab Lukas, rasa-rasanya Lukas adalah seorang pria yang memberikan perhatian yang lebih besar pada wanita dalam catatannya daripada penulis-penulis Perjanjian Baru lainnya. Demikian pula dengan Tuhan Yesus. Sepanjang kehidupan dan pelayanan Tuhan Yesus, Ia pun mengasihi dan menjunjung tinggil para wanita. Karenanya saudara, jika Tuhan Yesus mengijinkan para wanita terlibat dalam pelayanan, hal ini disebabkan karena Ia melihat komitmen dan kesetiaan mereka kepada Tuhan. Karenanya Tuhan Yesus memberi nilai pada pelayanan-pelayanan mereka sebagai suatu kemitraan dalam mengabarkan Injil.
Ibu-ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Bukan tanpa alasan jika Tuhan Yesus tidak memakai kaum wanita dalam pelayanan dengan cara-cara yang sama yang Ia gunakan terhadap pria. Ia tidak memilih 6 pria dan 6 wanita sebagai rasul-rasul; tetapi Ia hanya memilih 12 pria. Ia tidak mengutus 35 pria dan 35 wanita dari kota ke kota untuk mendahului pelayanannya (Lukas 10:1.); tetapi Ia mengutus 70 pria. Dengan kata lain saudara, dalam konteks itu Tuhan Yesus tidak mengutus kaum wanita untuk berkhotbah kepada orang-orang. Tuhan Yesus tidak memakai kaum wanita dalam pelayanan-pelayanan yang menyebabkan mereka mengajar atau memiliki otoritas di atas kaum pria. Sebaliknya, Tuhan Yesus menerima pelayanan wanita sesuai dengan kemampuan mereka melayani. Tuhan menghargai kaum wanita untuk melayani secara praktis dalam kehidupan mereka. Dan praktek bahwa Tuhan kita didukung oleh para wanita memberikan pemahaman kepada kita bahwa dukungan secara material terhadap pekerjaan Tuhan juga merupakan hal yang penting untuk diperhatikan.
Ibu-ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Jangan pernah merasa minder kalau ibu-ibu tidak memiliki kecakapan untuk mengajar. Ibu-ibu masih dapat melayani Tuhan dengan cara yang berbeda yang tentunya memiliki nilai yang sama di mata Tuhan.
Yang jelas saudara, para wanita ini adalah orang-orang yang telah diselamatkan, dan tampaknya mereka juga diberkati dengan kekayaan. Tapi lihatlah bahwa mereka tidak menjadi lupa diri dengan kekayaan mereka, mereka bukan termasuk kategori kacang yang lupa kulit. Mereka melayani bersama-sama dengan Tuhan Yesus, dan mempergunakan kekayaan mereka untuk melayani dan memberkati sesama.
Jadi saya yakin betul bahwa mereka sadar bahwa sumber berkat yang sesungguhnya adalah dari Tuhan, dan ketika mereka tidak segan-segan mempergunakan harta kekayaan mereka untuk memberkati orang lain, karena mereka sadar betul, Tuhan telah memberkati mereka agar dapat menjadi berkat bagi sesamanya.
Ibu-ibu siapa yang dipakai Tuhan dalam kisah ini?

Maria Magdalena
Maria Magdalena adalah seorang perempuan dari desa Magdala, yang darinya pernah disembuhkan dari tujuh roh jahat/ setan (Band. Markus 16:9). Namun ada yang menafsirkan bahwa Maria Magdalena ini dulunya adalah seorang pelacur. Ada juga yang menganggap bahwa Maria Magdalena adalah perempuan berdosa yang mengurapi Yesus dalam Lukas 7:36-50. Memang saudara, perikop yang kita baca ini, didahului oleh kisah Maria Magdalena yang mengurapi Tuhan Yesus (Lukas 7:36-50). Tetapi tidak ada bukti yang kuat yang mendasarkan bahwa Maria yang dimaksudkan dalam ayat ini sama dengan perempuan yang diceritakan dalam Lukas 7:36-50.
Yang jelas adalah Maria Magdalena memiliki latar belakang kehidupan yang kelam dan menakutkan sebelum bertemu dengan Tuhan Yesus. Sebab Maria Magdalena adalah seorang perempuan yang pernah dilepaskan oleh Yesus dari tujuh setan (ay 2 band. Markus 16:9). Ia dengan setia mengikut Tuhan Yesus, sampai pada penyaliban (Yohanes 19:25) dan kebangkitan Kristus (Yohanes 20:1-18).
Saudara mungkin kita tidak pernah mengalami hal dibebaskan dari 7 setan seperti Maria Magdalena, tetapi kalau saudara betul-betul adalah orang kristen yang sejati, maka kebenarannya bahwa saudara sudah dibebaskan dari api neraka yang seharusnya kita terima. Itu justru membuktikan kepada kita bahwa sebenarnya kehidupan kita jauh lebih mengerikan daripada kehidupan Maria Magdalena. Kalau Maria Magdalena mampu menyatakan kesetiaannya dalam melayani Tuhan, bukankah juga seharusnya mempunyai kesetiaan seperti Maria?

Yohana
Perempuan yang kedua bernama Yohana. Ia adalah  istri Khuza, bendahara Raja Herodes. Sebagai seorang istri pengurus dari rumah tangga Herodes, pastinya Yohana memiliki kedudukan yang lebih terhormat daripada wanita-wanita pada umumnya.
Kita tidak pernah mendapatkan informasi mengenai pertobatan, yang jelas sekarang ia bersama Maria Magdalena turut dalam pelayanan Tuhan Yesus. Dan nama Yohana muncul sekali lagi dalam Lukas 24:10, yaitu setelah kebangkitan Yesus.

Susana & Perempuan lainnya.
Yang terakhir disebutkan nama Susana dan perempuan lain. Sekali lagi kita tidak mengetahui latar belakang mereka. Tetapi bukan berarti Tuhan tidak menghargai kehidupan mereka. Peran mereka sama berharganya dimata Tuhan. Buktinya para wanita yang berbeda latar belakangnya ini bisa bersatu dalam mengikut Yesus. Para wanita ini melayani rombongan Yesus dengan kekayaan mereka. Di dalam ayat 3, dituliskan mengenai keterlibatan mereka disana, yaitu: "Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka." (Lukas 8:3).
Pertanyaannya bagi kita, apa yang mendorong mereka melayani Tuhan? Jawababnnya adalah: Kasih Tuhan dalam hidup mereka. Hal ini terbukti dari latar belakang yang disebutkan dalam ayat 2, seperti disembuhkan dari penyakit dan dibebaskan oleh roh-roh jahat.  Mereka pun bertekad mempersembahkan hidupnya bagi Tuhan sebagai perwujudan syukur.
Ibu-ibu yang kekasih,
Ketika seseorang menyadari kasih dan anugerah Tuhan dalam kehidupannya, seseorang akan terdorong untuk melayani Tuhan dengan sepenuh hati dan dengan roh yang menyala-nyala. Bahkan perempuan-perempuan itu rela berkorban materi untuk mendukung pekerjaan Tuhan, rindu menjadi saluran berkat bagi orang lain.  Mereka berkorban bukan supaya dipuji dan terkenal, tapi karena sungguh-sungguh mengasihi Tuhan.
Apakah saudara yakin bahwa diri saudara sudah diselamatkan, bukan oleh perbuatan baik saudara, tetapi karena hanya karena kasih karunia yang saudara terima melalui iman? Kalau ya, apakah hal itu membangkitkan kasih dan syukur dalam diri saudara kepada Tuhan? Dan apakah kasih dan syukur itu mewujudkan diri dalam pelayanan/ persembahan harta benda kepada Tuhan.
Lukas ingin memberikan kepada kita satu pelajaran bahwa para wanita ini bukan semata-mata “ikut”, mereka adalah donatur-donatur aktif bagi pelayanan pekabaran Injil.
Secara manusia, pelayanan ini pastinya akan menghadapi banyak kendala tanpa dukungan mereka. Dimana rombongan harus makan, yang kita tahu mereka bisa membelinya dengan uang yang disediakan oleh para wanita ini. Dengan demikian, para wanita memainkan sebuah peranan penting dalam pelayanan Tuhan Yesus.
Bagaimana dengan kita saudara?
Tidakkah kita juga dengan penuh semangat rindu untuk melayani Tuhan sepanjang kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita? Tidakkah kita rindu menyatakan syukur kita untuk memperlancar pekerjaan Tuhan dalam gereja kita? Jika jawabannya adalah “iya” marilah kita berdoa kiranya Tuhan memberikan kita kesetiaan dalam melakukannya, sebagai wujud dari iman kita kepada Tuhan. Amin.

MENYATAKAN KASIH YANG TULUS

MENYATAKAN KASIH YANG TULUS
Yohanes 12:1-8
(Matius 26:1-6; Markus 14:3-9)


Rekan-rekan Remaja yang saya kasihi,
Pada suatu hari seorang gadis mengirimkan sebuah foto dirinya pada pacarnya. Di balik foto tersebut, sang gadis mencantumkan kata-kata cinta, "Dari Whitney yang mencintai dan akan selalu mencintaimu selamanya. Nb: Kalau kita putus, jangan lupa kembaliin fotonya padaku yah, soalnya aku hanya punya satu."
Saudara ironis memang, dalam kalimat pertama kita melihat suatu janji setia, tetapi dalam kalimat kedua justru merupakan kebalikannya, dimana ia meminta kembali barang yang telah ia berikan, seakan-akan ia tidak mau rugi. Kisah ini ingin menggambarkan kepada kita suatu kasih yang tidak tulus. Saya yakin, tidak ada diantara kita yang mau berkawan atau berpacaran dengan seseorang yang seperti itu.
Tapi saudara, sadar atau tidak sadar seringkali dalam kehidupan ini, kita pun seringkali bertindak "lain di mulut, lain pula di hati". Dimana dari luar nampak manis, sementara dalam hati menyimpan kekesalan. Seperti seorang yang sedang memakai sebuah topeng.
Kalau kita mau jujur, hidup kekristenan kita pun bisa terjebak dalam topeng kerohanian. Dimana supaya dapat terlihat lebih rohani, segala sesuatu dalam pelayanan dimulai dalam doa, tapi ketika berbicara masalah program dan pengambilan keputusan, seringkali yang terjadi justru kurang bijak dalam memutuskan atau bahkan bertentangan dengan prinsip-prinsip Alkitab. Mengapa bisa terjadi? Karena pelayanannya hanya sebuah topeng!
Banyak orang juga datang dan aktif ke gereja, sehingga orang mengang-gapnya sebagai seseorang yang sangat rohani, tetapi siapa yang bisa menduga jika ia ternyata memiliki motivasi lain selain untuk Tuhan. Ini juga terjadi karena topeng.
Saudara,
Dalam perikop yang kita baca tadi, kita diperhadapkan dengan dua pribadi yang sama-sama melayani Tuhan Yesus tetapi memiliki kasih yang berbeda. Yang satu melayani dengan tulus tetapi yang lain melayani karena sebuah topeng.
Kisah ini dilatar belakangi peristiwa kebangkitan Lazarus oleh Tuhan Yesus. Dan sejak itu, Tuhan Yesus semakin menjadi pusat perhatian orang banyak. Banyak orang mulai melihat kemuliaan di dalam diri Tuhan Yesus dengan mujizatNya yang luar biasa, sehingga hal itu menimbulkan rencana jahat dari Imam Besar dan para pemuka agama Yahudi untuk melenyapkan Tuhan Yesus. Dalam Yohanes 11:53, dikatakan: Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia.
Saudara,
Jika kita berpatokan dari Yohanes 11:54, maka Tuhan Yesus dan murid-muridNya tengah melakukan perjalanan dari Efraim ke Betania. Jarak Efraim ke Betania kurang lebih 10 Km. Sementara Betania terletak di balik Bukit Zaitun dekat Yerusalem (Markus 11:1; Yohanes 11:18), dan jarak Betania ke Yerusalem sendiri kurang lebih 3 Km.
Jadi Tuhan Yesus memang berniat untuk singgah di Betania guna memenuhi undangan perjamuan untukNya sebelum Dia ke Yerusalem. Tentunya hal ini terjadi di rumah Simon si Kusta, yang kemungkinannya memiliki hubungan dengan Martha, Maria dan Lazarus yang pernah dibangkitkan oleh Tuhan. Jadi, 6 hari menjelang Paskah inilah Tuhan Yesus berada di Betania di rumah Simon.
Yohanes 12:2, 3 “Di situ didakan perjamuan untuk Dia dan Martha melayani... Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu.
Saudaraku
Dalam tradisi saat itu, Perjamuan makan hanya dihadiri oleh kaum laki-laki. Mereka duduk dan berkumpul dalam sebuah perjamuan, sementara para wanita melayani. Karenanya Marta sibuk melayani dengan menyiapkan hidangan bagi perjamuan di malam itu. Sementara Maria memandang hari itu sebagai kesempatan bagi dia untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan Yesus, yang diwujudkan dengan jalan mengurapi Yesus.
Rekan-rekan yang saya kasihi,
Mari kita melihat lebih seksama bagaimana tokoh-tokoh ini menyatakan kasihnya kepada Tuhan Yesus:

Martha
Sekalipun dalam cerita ini maupun dalam Lukas 10:38-42, Marta selalu digambarkan sebagai tokoh yang inferior/ lebih rendah dari Maria, tetapi apa yang ia lakukan di sini tetap merupakan sesuatu yang baik, yang patut untuk ditiru! Berbeda dengan peristiwa dalam Lukas 10:38-42, yang memang diadakan di rumahnya (Lukas 10:38), perjamuan kali ini tidak diadakan di rumahnya, tetapi toh ia tidak bersikap sebagai tamu yang minta dilayani, sebaliknya ia melayani, sebagaimana layaknya kaum wanita pada umumnya!
Saudara,
Hari ini Gereja membutuhkan orang-orang kristen yang mau melayani, bukan yang hanya duduk-duduk dan berpangku tangan! Jadi kalau saudara bukan orang yang aktif melayani Tuhan, sadarilah bahwa saudara hidup dalam dosa pasif!

Maria
Dijelaskan bahwa Maria mengambil setengah kati minyak Narwastu murni yang mahal harganya. Dengan farfum ini, Maria meminyaki kaki Tuhan Yesus dan menyekanya dengan rambutnya. Berat minyak ini disebutkan setengah kati, suatu ukuran yang memiliki berat + 61/4 ons, atau + 312,5 gram. Yang jelas, ini merupakan jumlah yang sangat banyak untuk suatu pengurapan
Pada zaman Yesus, minyak narwastu biasanya ditempatkan dalam buli-buli berdiameter 10 -12 cm dan tinggi buli-bulinya sekitar 8-10 cm. Mulut buli-bulinya cukup kecil karena biasanya dipakai sedikit saja dan sudah semerbak baunya. Pada zaman itu minyak narwastu adalah wewangian yang mahal dan biasanya di import dari India.
Dalam Yohanes 12:3 disebutkan bahwa Maria meminyaki kaki Yesus dan menyeka dengan rambutnya. Sedangkan dalam Markus 14:3 dan Matius 26:7 mencatat bahwa minyak tersebut dituang di kepala Yesus. Saudara ini bukan suatu kontradiksi, sebab pengurapan memang dilakukan di atas kepala, tetapi karena jumlah yang dituangkan begitu banyak menyebabkan tumpah hingga ke kaki Tuhan Yesus.
Perlu diingat bahwa pada masa itu, perjamuan tidak diadakan dengan duduk di kursi (seperti yang biasanya dilukiskan dalam lukisan/gambar para seniman Eropa), tetapi dalam posisi duduk melantai dan setengah berbaring dengan posisi kaki ditekuk ke belakang. Dengan posisi ini, bisa dipastikan Maria akan dengan mudah dapat menggapai Yesus dari belakang.
Setelah meminyaki kaki Yesus, selanjutnya disebutkan Maria menyeka kaki Yesus dengan rambutnya! Saudara, kejadian ini adalah kejadian yang tidak lazim, sebab Hal ini bukanlah kejadian yang biasa di Palestina tidak ada wanita terhormat yang mengurai rambutnya dimuka umum. Jika ada yang mengurai rambut itu berarti suatu pertanda dari wanita yang tercela moralnya.
 Jadi jika Maria melakukan hal yang demikian, itu berarti bahwa Maria rela untuk melepaskan seluruh rasa gensinya hanya untuk diterima disisi Tuhan. Tindakan melepas penutup rambut di depan umum seperti yang Maria lakukan dan menyeka kaki Yesus dengan rambutnya adalah suatu tindakan kasih dan luar biasa yang tidak lazim dilakukan antara sesama manusia, wanita ke pria, bahkan hamba terhadap tuannya.
Saudara, Maria merendahkan dirinya sedemikian rupa, karena ia tahu siapa Tuhan Yesus sebenarnya, dan ketidak-layakan dirinya menerima Yesus hadir ditempatnya. Ia tahu bahwa kuasa membangkitkan orang mati tidak ada pada manusia, bahkan nabi sekalipun. Kuasa itu hanya ada pada Allah semata seperti yang Yesus lakukan terhadap Lazarus saudaranya. Lagi pula Maria tidak melihat cara lain yang pantas untuk bersyukur dan menyatakan kasihnya terhadap Yesus selain daripada meminyaki kepala dan kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya yang adalah mahkotanya (bandingkan 1 Korintus 11:15 tentang rambut wanita).
Selebihnya, Maria juga bukan hanya menyaksikan kuasa Yesus, tetapi dengan ketekunannya mendengarkan ajaran Yesus ia beroleh pengertian dan hikmat besar akan siapa Mesias dan Juruselamat itu. (Bandingkan Lukas 10:38-42).
Dari sini kita melihat bahwa Maria telah memberikan yang terbaik dari yang ia miliki. Sesuatu yang selalu memperhitungkan harga bukanlah Cinta sejati. Cinta yang sejati selalu memberikan semua miliknya dan yang terbaik.
Karena itu suatu pemberian tidak pernah betul-betul merupakan suatu pemberian kalau kita dapat mengusahakannya dengan mudah; suatu pemberian betul-betul adalah suatu pemberian kalau ada pengorbanan dibalik pemberian itu, dan kalau kita memberikan jauh lebih banyak dari kemampuan kita).
Kalau saudara adalah seorang cewek dan seorang cowok mengatakan bahwa ia mencintai saudara tetapi selalu pelit dan penuh perhitungan demi saudara, apakah saudara percaya cintanya? Analoginya, kalau dalam memberi untuk Tuhan saudara selalu pelit dan penuh perhitungan, apakah itu menunjukkan bahwa saudara mencintai Tuhan? Ingat bahwa tidak mencintai Tuhan adalah pelanggaran terhadap hukum yang terutama (Matius 22:37).
Seandainya kalian punya anak, dan anak kalian meminta sesuatu yang baik, tetapi saudara tidak mampu membelikannya untuk dia, apakah saudara menyesal mengapa saudara tidak lebih kaya supaya bisa membelikannya? Kalau ya, itulah cinta! Sekarang dalam hubungan dengan Tuhan, pernahkah saudara menyesal mengapa tidak lebih kaya supaya bisa memberi lebih banyak? Atau justru berpikir sebaliknya, kalau bisa kita memberi yang terkecil dari yang kita miliki.
Nyatanya, Maria melakukan tindakan kasihnya dengan rendah hati. Sikap kerendah-hatiannya nampak saat ia menyeka kaki Yesus dengan rambutnya! Maria memberi banyak tetapi ia tetap memberi dengan rendah hati.

Yudas Iskariot
Namun jauh berbeda dengan sikap Yudas Iskariot dan orang-orang yang duduk diantara Tuhan Yesus. Dikatakan dalam Yohanes 12:4-6 Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata: "Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?" Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya.
Peristiwa meminyaki kaki Yesus dan menyeka dengan rambut tersebut, tentu saja peristiwa yang tidak lazim dilakukan di Palestina, dan pastinya akan menimbulkan berbagai reaksi dari banyak orang. Mengingat bahwa wanita hanya hadir sebagai pelayan dan tidak ikut makan bersama, maka pada saat perjamuan itu tentulah semua mata laki-laki tertuju kepada Maria yang tengah bersimpuh. Yang pasti ada berbagai rasa tentu timbul: “Ada yang terperangah dan malu karena terkejut melihat Maria melepas dan mengurai rambutnya, tetapi ada juga yang iri.
Saudara, Yudas dengan kaku mempersoalkan tindakan itu dan menganggapnya sebagai suatu pemborosan belaka. Tetapi ini adaah keluhan Yudas yang muncul dari itikadnya yang kurang baik.
Yang menjadi titik persoalannya bukanlah soal minyak yang seharusnya bisa dijual dan uang hasil penjualannya dapat dibagikan kepada orang-orang miskin. Tetapi yang menjadi persoalannya adalah pada tindakan Maria yang mengurapi Tuhan Yesus dengan minyak Narwastu.
Saudara,
Jika dilihat dari harganya, jelas minyak Narwastu ini memiliki nilai yang sangat mahal. Nilainya setara dengan 300 dinar atau sama dengan nilai upah buruh setahun. Pastinya dengan jumlah uang tersebut sangat relevan jika dibagikan kepada orang-orang miskin.
Hanya permasalahannya adalah perkataan Yudas tidak muncul dari hatinya yang murni. Ia berkata layaknya memakai topeng kerendahhatian. Hal ini dapat dilihat dari pengamatan Yohanes bahwa: Yudas seorang pencuri, yang sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya (Yohanes 12:6).
Dengan demikian, pernyataan Yudas ini bukan hanya memper-tontonkan kebodohannya atau sikap aslinya sebagai bendahara yang tidak jujur, tetapi Yudas juga sudah menghina Yesus dengan mencemooh perilaku Maria. Sungguh suatu hal yang bisa saja kita lakukan bila kita tidak berhati-hati dengan ucapan dan tindakan kita - Bukankah Yudas sebaiknya bertanya kepada Maria mengapa ia melakukan hal seperti itu? - Bukankah seperti Yudas kita biasanya langsung mencela tindakan seseorang tanpa terlebih-dahulu bertanya dan memahami apa maksud tindakan orang tersebut?
Dengan kata lain, Yudas Iskariot sendiri tidak melakukan tindakan kasih untuk Tuhan, tetapi ia mengkritik orang yang melakukan tindakan kasih (ay 4-5)! Saudara, dalam gereja ada banyak tukang kritik seperti ini, padahal dirinya sendiri tidak melakukan/ memberi apa-apa untuk Tuhan! Kalau saudara adalah orang seperti itu, bertobatlah sebelum saudara menjadi seperti Yudas!
Yang berikutnya, Yudas menilai tinggi harga minyak wangi itu (ay 5 - 300 dinar). Tetapi celakanya, ia menilai rendah Gurunya sendiri (Matius 26:15 – dengan 30 keping perak, ini harga seorang budak - Keluaran 21:32!). Keterlaluan bukan!
Bisa jadi, kalau saudara menganggap suatu persembahan untuk Yesus itu terlalu besar, itu pasti berarti bahwa saudara menilai rendah Tuhan Yesusnya sendiri!
Namun, dari bagian ini ada beberapa hal bisa kita lihat lebih dalam dimana respon Yudas pastinya berbeda dengan rasul-rasul yang lain. Rasul-rasul yang lain, sekalipun kritikannya salah, tetapi bisa jadi motivasinya benar, sedangkan Yudas, ia salah baik dalam kritikan maupun motivasinya! Yudas menggunakan amal sebagai topeng untuk ketamakan/ pencuriannya!
Dengan sikapnya ini menjelaskan kepada kita bahwa Yudas bukanlah orang kristen sejati (bdk. juga Yohanes 6:70; 13:10-11). Karena itu kebinasaan Yudas tidak menunjukkan bahwa ia kehilangan keselamatannya! Ia tidak pernah diselamatkan! Dari semua ini terlihat bahwa dari pada mengkritik Maria, seharusnya Yudas mengintrospeksi dirinya sendiri, karena sebetulnya kritikannya muncul dari kebejatannya sendiri (bdk. Matius 7:1-5).
Pada waktu usulan Yudas itu ternyata ditolak oleh Yesus (ay 7-8), menjadikan Yudas begitu marah, sehingga ia pergi menjual Yesus dengan 30 keping perak (Matius 26:14-16/ Markus 14:10-11). Di sini kita melihat bahaya dari dosa, yang makin lama makin membuat orangnya keras hati.
Yohanes 12:7 Maka kata Yesus: "Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. 12:8 Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu."
Hanya dengan kalimat-kalimat ini Tuhan Yesus sebenarnya ingin Meredam perasaan dan reaksi seluruh hadirin dan murid-muridNya.
Perkataan ini menusuk mereka sedemikian rupa sehingga tidak ada lagi catatan lain tentang peristiwa ini, yang menandakan bahwa semuanya langsung terbungkam. Ya, ... menusuk, karena perkataan ini adalah semacam peringatan bahwa perpisahan akan segera terjadi, ... perpisahan melalui kematian!
Dengan kalimat-kalimatNya, Tuhan Yesus bernubuat tentang saat kematianNya yang sudah dekat dan bagaimana seluruh pengajaranNya akan diberitakan ke seluruh dunia. Markus 14:9 dan Matius 26:13 sebagai bagian paralel dari bacaan ini, selanjutnya mencatat: "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil ini diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia."
Jadi apa yang Yesus ucapkan, - yang kalau kita lihat sepintas kelihatannya seperti membela Maria - sebenarnya adalah suatu nubuatan tentang saat kematianNya yang sudah mendekat. 
Yesus memahami apa yang dilakukan Maria berasal dari hati yang paling dalam. Bahkan apa yang diperbuat Maria, dicatat oleh murid-muridNya dalam Injil - yang kalau kita lihat sepintas kelihatannya sebagai upah Maria mengurapi Yesus - sebenarnya adalah supaya kita memahami apa yang Maria lakukan dan mengenal dengan baik siapa yang diminyaki kakinya itu - sebagaimana Maria mengenal siapa Yesus itu.

PENUTUP
Ada beberapa kesimpulan dan penerapan yang kita dapat pelajari dari bacaan kita pekan ini.
1.    Maria hanyalah seorang perempuan biasa, tetapi dalam kehidupannya yang mengenal Yesus sebagai Guru, ia dapat melihat sesuatu yang luar biasa dari pribadi Yesus. Karena tekun, Maria dapat menangkap ajaran Yesus dengan baik, bahkan secara istimewa Maria dan Marta serta Lazarus, dipilih Tuhan untuk menyatakan kuasaNya melalui AnakNya Yesus - dengan melihat kematian dan kebangkitan Lazarus.
Sikap Maria yang meminyaki kaki Yesus dengan minyak narwastu yang mahal dan mewah, dan menyekanya kaki Yesus dengan rambutnya, adalah perbuatan mengasihi dengan segenap hati, dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal budi. (Bandingkan Matius 22:37, Markus 12:30).
Bagaimana dengan kita? maukah kita seperti Maria yang merendahkan diri dihadapan Tuhan? Biarlah kita juga berespon sebagaimana Maria yang tahu bahwa “Tuhan terlebih dahulu mengasihi ia, maka harta terbaik-nya pun ia kuberikan kepada Tuhan, maka sebagai orang percaya kita juga patut memberikan persembahan yang terbaik kepada Tuhan, karena Ia telah lebih dahulu mengasihi kita. 

2.  Tuhan Yesus mengerti maksud Maria, sehingga Ia membiarkan Maria melakukan pernyataan kasihnya itu. Selanjutnya Yesus mengingatkan akan saat perpisahan denganNya. Hal yang dapat kita pelajari, bahwa perkataan Yesus merujuk pada Ulangan 15:11 tentang sikap terhadap orang miskin. Jadi seperti Maria yang mengerti dan memahami ajaran Yesus, maka kita sepatutnya memberlakukan orang miskin sebagaimana kita mengasihi diri kita sendiri. (Bandingkan Matius 22:39, Markus 12:31).
Bukankah Tuhan Yesus mengajarkan di Matius 25:40, “Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.

3.  Perkara Yudas Iskariot dan Maria adalah pelajaran beriman. Orang belum bisa dikatakan beriman kalau hanya berbuat baik, ia juga harus memiliki hati yang baik. Orang belum bisa dikatakan beriman kalau dia hanya memberi dengan tangannya, dia baru dikatakan beriman kalau dia juga bisa memberi hati dan bahkan seluruh hidupnya untuk Tuhan dan sesama.
Beriman adalah tanpa topeng. Beriman itu tulus dari dalam hati dan memancari keluar. Kalau manusia saja bisa merasakan ketulusan, apalagi Tuhan. Kalau manusia saja senang dengan kejujuran, apalagi Tuhan. Bukankah selama ini Tuhan tulus tanpa topeng mengasihi kita? Dia tidak pernah berpura-pura mengasihi kita. Karena itu, Dia juga layak mendapatkan seluruh isi hati kita. Amin.