Senin, 21 Maret 2016

BANGUNAN YANG KOKOH

BANGUNAN YANG KOKOH
Lukas 6:46-49
(Matius 7:24-27)

Rekan2 pemuda yang kekasih,
Mendirikan sebuah bangunan bukanlah pekerjaan yang mudah untuk dikerjakan. Di dalamnya dibutuhkan perhitungan yang sangat cermat agar bangunan yang dibangun memiliki kemampuan untuk dapat bertahan dari perubahan cuaca.
Mendirikan rumah menyatakan tentang iman seseorang. Iman itu harus didirikan atas batu, yakni Kristus (1 Korintus 3:10-15). Dalam hal ini dasar dari bangunan itu adalah Kristus. Namun kalau orang hanya mengetahui saja dan tidak mempraktekkan apa yang ia telah dengar dan ketahui, maka pada hakekatnya ia tidak mendirikan imannya di atas batu karang, melainkan di atas pasir.
Perumpamaan ini merupakan bagian khotbah terakhir di bukit dan perumpamaan yang sangat sederhana namun memiliki pengertian yang bagitu dalam untuk membangun keyakinan orang percaya. Dan perumpamaan ini memberikan dampak yang sangat besar di dalam membangun iman kita.
Saudara,
Gambaran yang dikatakan oleh Tuhan Yesus bukanlah gambaran yang aneh dan tidak dikenal; Sebaliknya gambaran yang dikatakan Tuhan Yesus adalah gambaran dari kenyataan sehari-hari, yang benar-benar bisa terjadi.
Di Palestina, setiap orang yang akan membangun rumah harus mempunyai perhitungan yang baik tentang keadaan tanahnya. Disana banyak tempat yang pada musim kemarau nampak bagus. Tempat-tempat seperti itu nampak menarik untuk mendirikan rumah tetapi pada musim hujan, tempat-tempat seperti itu bisa berubah menjadi tempat aliran air yang deras, sehingga rumah yang didirikan di atasnya mudah roboh.
Pada umumnya tempat-tempat seperti itu adalah tempat-tempat yang berpasir. Dan orang yang tanpa banyak pikir akan mudah terjebak, untuk akhirnya hanya akan mengalami kehancuran rumah. Sebaliknya orang yang memiliki perhitungan, akan berusaha menggali cukup dalam sampai pada lapisan tanah yang kuat, berbatu, untuk kemudian mendirikan bangunannya.
Dari disini kita melihat bahwa kekuatan kita terletak pada fondasi dimana kita dibangun. Orang yang kuat adalah orang yang tetap berdiri dengan kokoh walaupun ada masalah. Persoalan hidup akan semakin bertambah, bagaimana kita menghadapinya? Apakah kita bertahan atau rubuh/ lari dari persoalan yang sedang kita hadapi?  
Rekan-rekan pemuda yang kekasih,
Dalam perumpamaan ini Tuhan Yesus menggambarkan sikap dua orang yang sedang membangun rumahnya. Penekanan dari kebenaran firman Tuhan disini adalah terletak pada ketaatannya melakukan firman. Kita melihat saudara, gambaran kedua orang yang sedang membangun ini memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya ialah mereka sama-sama mau membangun rumah dan perbedaannya terletak dari cara atau prinsip yang mereka pakai untuk membangun, yang pastinya menghasilkan kualitas yang berbeda.
Karena itu rekan-rekan pemuda yang saya kasihi, melalui perumpamaan ini kita malam ini, kita akan belajar 2 hal mengenai sikap-prinsip.

1.    MENDENGAR DAN TIDAK MELAKUKAN - FONDASINYA RAPUH (46, 49)
Kaum muda yang kekasih,
Dalam kehidupan kita, ternyata ada orang-orang yang berseru-seru kepada Tuhan tetapi sebetulnya ia bukanlah seseorang yang taat. Tuhan Yesus menegor dan mengecam orang-orang demikian. Sebab mereka mendengar pengajaran Tuhan Yesus tetapi tidak melakukannya. Mengapa mereka tidak mau melakukannya? Karena mereka adalah anak-anak gampangan yang tidak mau berjuang dan bekerja keras alias pemalas (Amsal 6).
Gambaran ini diumpamakan Tuhan Yesus sebagai seseorang yang membangun rumahnya di atas pasir? Karena mereka tidak mau bekerja keras, mereka mau yang gampangan saja, ia mau rumah itu cepat jadi, jadi ia hanya berpikir pendek. Membangun di atas pasir juga bisa berarti bahwa dalam kehidupannya orang ini hanya berkata-kata manis kepada Kristus, tetapi tidak mematuhi kehendakNya.
Padahal Tuhan yang adalah penguasa tunggal atas hidup manusia sangat tidak menyukai prinsip hidup yang seperti ini. Perhatikan apa yang dikatakan Tuhan Yesus, dikatakan: “Mengapa kamu berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan padahal kamu tidak melakukan apa yang kukatakan” (Lukas 6:46; band Matius 7:21).
Dalam Matius 7:21 kalimat ini diawali dengan kata “bukan”, “Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.”
Dari sini kita pahami, bahwa sikap yang diungkapkan dalam kalimat ini bukan tujuan akhir Tuhan. Itu bukan kehendak Tuhan. Sebaliknya yang Tuhan kehendaki adalah kita sanggup untuk mendengar setiap Firman Tuhan yang disampaikan dan kita pun sanggup melakukannya dengan baik. Yang utama dari setiap hal yang kita dengarkan dari Firman Tuhan adalah kesanggupan untuk mempraktekkan dalam hidup sehari-hari.
Kaum muda yang kekasih,
Seseorang yang hanya mau mendengar tetapi tidak melakukan adalah orang yang “bodoh” alias pemalas (band. Matius 7:26). Di dalam Lukas, kata “bodoh” tidak dicantumkan. Mungkin Lukas memiliki alasan tersendiri untuk tidak memakai kata ini. Tetapi bagi Matius, fakta bagi mereka yang mendirikan rumah di atas pasir adalah orang-orang yang bodoh. Sehingga saat musim hujan turun dan angin kencang bertiup, maka rumah orang didirikan di atas pasir akan rubuh dan kerusakannya tidak dapat diprediksi lagi.
Lagi pula, orang yang mendirikan rumahnya di atas pasir adalah orang yang tidak mempunyai prinsip hidup yang benar. Mereka sebenarnya bukanlah orang-orang yang kuat tetapi seorang yang lemah. Kelemahannya dapat kita lihat dari cara pandangnya yang sempit. Sebab mereka tidak memiliki rencana jangka panjang yang baik.  Setiap keputusan dalam kehidupannya adalah pandangan-pandangan jangka pendek dan sekedarnya. Sepertinya hidup yang ia jalani ia biarkan mengalir begitu saja.
Tetapi tahukah saudara, ikan yang hidup disungai sejatinya akan terus bergerak melawan arus seiring dengan derasnya air yang mengalir. Sebaliknya jika ia membiarkan dirinya ikut hanyut dalam derasnya air sungai, bisa dipastikan ikan itu sedang sakit atau sudah mati.
Memang, terkadang kita membutuhkan pertimbangan jangka pendek untuk memutuskan perkara yang mendesak. Tetapi untuk mengambil satu pertimbangan yang penting, tidak bisa kita hanya mengandalkan rencana jangka pendek. Sebab rencana jangka pendek hanya akan memberikan solusi sesaat.
Hasilnya jika ia diperhadapkan dengan persoalan hidup yang cukup rumit, ia akan lari dari masalah dan tidak mau menghadapinya. Begitu pula ketika kita tidak membangun iman dengan benar dan kuat, saat tantangan datang, masalah tiba-tiba muncul, bisa dipastikan iman kita akan mudah rubuh. Sebab kita tidak punya kekuatan rohani yang menopang kehidupan kita.
Karena itu saudara-saudara,
Firman Tuhan berkata dalam Yakobus 1:2, 3: “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.”
Saudara orang yang tidak memiliki iman yang kuat, ia tidak akan mengerti dengan benar bahwa ujian-ujian iman yang sedang ia hadapi akan membawanya setingkat lebih tinggi dari imannya yang semula.
Seharusnya segala sesuatu yang terjadi didalam hidup kita merupakan kesempatan yang baik untuk mengasah kerohanian kita, mengasah iman kita. Tetapi bagi orang yang membangun imannya di atas pasir: tantangan, pergumulan terjadi dianggapnya sebagai sebuah ancaman bagi dirinya, karenanya tidak heran jika ia akan lari dari masalah.
Karena apa? Karena mereka tidak memiliki fondasi yang kuat. Edwin Louis Cole berkata: Membangun hidup rohani di atas pasir tidaklah mungkin. Sebab tidak akan ada tempat untuk dapat tahan berdiri apabila saat-saat sulit datang. Kualitas hidup akan teruji pada saat menghadapai tantangan. Dan disitulah kelihatan karakter orang yang sesungguhnya.
Karena itu saudara,
Setiap kita diperintahan Tuhan untuk membangun hubungan yang intim dengan Tuhan serta membangun kerohanian kita/ keyakinan kita di atas fondasi yang benar.
Demikian juga dengan kata Banjir” disini bukanlah berbicara soal penghakiman yang terakhir, tetapi lebih kepada ujian-ujian kehidupan yang datang kepada setiap orang yang mengaku diri seorang Kristen.
Dalam hal ini firman Tuhan berkata: Tidak setiap orang yang bersaksi bahwa ia mengenal Tuhan telah mengalami keselamatan yang sesungguhnya. Mereka mungkin aktif dalam gereja dan dalam organisasi keagamaan lainnya, tetapi jika mereka tidak diselamatkan dengan iman, mereka tidak memiliki dasar untuk kehidupan mereka. Sehingga saat kesulitan datang, bukannya memuliakan Tuhan, yang terjadi justru mereka menjadi kecewa akan hidup dan meninggalkan imannya.

2.   MENDENGAR DAN MELAKUKAN - FONDASINYA KUAT (47-48)
Rekan-rekan pemuda yang kekasih,
Tuhan Yesus memberikan hikmat Allah kepada manusia dalam perumpamaan tentang membangun rumah diatas batu. Sebuah bangunan akan ditopang oleh fondasi yang menjadi dasar pembangunannya, bukan oleh bangunan di atasnya. Demikianlah orang yang membangun rumahnya di atas batu adalah orang-orang yang bijaksana alias orang yang kuat/ kerja keras. Sebab hikmat Allah dicurahkan bagi mereka. ketika mereka mendengar pengajaran Tuhan Yesus mereka kemudian melakukannya dengan tekun di dalam kehidupan mereka.
Orang yang memiliki prinsip yang benar, ia tidak hanya memikirkan masa sekarang tetapi masa yang akan datang. Ia akan memiliki visi yang kuat. Sebuah planning yang matang. Itu artinya kehidupan yang dibangunnya tidak dibangun secara asal-asalan.
Perhatikan cara kerja orang ini dalam membangun rumah rohaninya: pertama tanah itu digali dalam-dalam. Disini berbicara soal  pengajaran yang kuat yang terus menerus digali, dihidupi, kemudian meletakkan batu ditanah yang telah digali. Ini bicara tentang imannya di dalam Tuhan Yesus Kristus. Batu inilah yang akan menjadi fondasi dimana berdirinya rumah tersebut. Batu itu bukan sembarang batu, tetapi batu itu adalah batu besar/ batu karang yang sangat teguh.
Siapakah batu karang yang teguh itu? Dialah Tuhan Yesus. Itulah fondasi iman yang benar dan kokoh. Pekerjaan dasar adalah bagian yang tersembunyi, tetapi bagian itu juga yang paling penting. Perbedaan orang yang membangun ini adalah dasar yang tidak kelihatan. Kata Tuhan diterjemahkan dengan “Kyrios” yang berarti atasan yang berkuasa atasnya. Jadi orang yang mempunyai atasan/ tuan Kyrios haruslah hidup sesuai dengan kehendak Allah.
Lagi pula tidak ada orang yang dapat sungguh-sungguh memanggil Yesus Kristus “Tuhan”, kecuali dengan pimpinan Roh Kudus dari Allah (1 Korintus 12:3; Roma 8:16). Jika Kristus ada di dalam hati kita, maka mulut kita harus menyaksikan Dia kepada orang lain (Roma 10:9-10). Jika kita “berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia” (Kolose 2:7), maka buah-buah kita akan baik dan rumah kita akan berdiri teguh pada saat badai menerpa.
Saat ini banyak orang yang mendirikan pengharapannya di atas pasir. Dan hal itu adalah hal yang sangat keliru. Semua dasar, selain Kristus, adalah seperti pasir. Hanya Kristus dasar sejati untuk mendirikan rumah dengan baik (1 Korintus 3:11) dan batu karang yang sempurna dimana dibangun kehidupan kita dengan aman (1 Krintus 10:4).
Perhatikan pada ayat 48, rumah yang dibangun di atas dasar yang kokoh dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan karena fondasinya sudah kokoh dibuat.
Dalam masa pencobaan dan aniaya mereka akan beridiri utuh. Ketika orang lain meninggalkan kesetiaan mereka seperti benih yang jatuh di tanah berbatu, mereka akan berdiri dengan teguh dalam Tuhan.
Hati mereka akan tetap penuh dengan penghiburan, damai sejahtera, pengharapan, dan sukacita ditengah-tengah kesukaran yang hebat. Badai dan banjir penderitaan tidak mengejutkan mereka sebab kaki mereka terpancang di atas batu, batu yang lebih tinggi daripada badai dan banjir.
Keselamatan kekal mereka terjamin. Mereka aman di tengah maut dan peghukuman. Orang percaya yang taat dipelihara dalam kekuatan Kristus, melalui iman menuju kematian dan tidak akan pernah binasa.
Firman Tuhan dalam Amsal 10:25 berkata: “Bila taufan melanda, lenyaplah orang fasik, tetapi orang benar adalah alas yang abadi”. Artinya saudara, jika pengetahuan tidak dilakukan dalam perbuatan, maka itu akan menjadi sebuah kesia-siaan. Sama seperti sebuah teori yang tidak pernah dipraktekkan, hanya akan menghasilkan kemungkinan-kemungkinan.
Karena itu tepatlah jika Yakobus menekankan kedua-duanya penting untuk dipahami. Dalam Yakobus 1:22 berkata: “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.”
Disini kita melihat apabila hal mendengar dan hal melakukan menjadi satu di dalam hidup kita, barulah kita seperti orang yang mendirikan rumah di atas batu.
Karena itu saudara, 
Marilah kita membangun iman kita di atas batu karang yang kokoh dan kuat yaitu Yesus Kristus. Segala sesuatu yang dirancang Allah, akan diselesaikannya. Segala sesuatu yang dijanjikan Allah, akan dipenuhinya. Segala sesuatu yang dilakukannya untuk Allah akan dipeliharanya. Satu lagi perlu saudara ingat: “Ibadah tiap hari yang kita lakukan kepada Allah dengan penuh disiplin, akan mendasari keputusan-keputusan kita pada hari itu.” Kiranya Tuhan Yesus memberkati! Amin.

1 komentar:

  1. Terimakasih atas renungan yang indah. kiranya dengan membaca renungan ini semua pembaca dapat semakin mengerti, memahami firman kebenaran yang dinyatakan dan yang dikehendaki Tuhan atas diri kita semua. sekali lagi terimakasih....maju terus dalam pelayanan semoga Tuhan meyertai memberi kekuatan dan sukacita.

    BalasHapus