Senin, 02 Mei 2016

MENGERJAKAN KESELAMATAN KITA

MENGERJAKAN KESELAMATAN KITA
Filipi 2:12-18


Kaum muda yang Tuhan Yesus kasihi
Ketika Allah mengaruniakan keselamatan kepada kita, keselamatan itu belumlah utuh. Mungkin secara prinsip kita memang telah mendapatkan hak keselamatan itu. Secara hukum pun demikian. Namun dalam pelaksanaannya, keselamatan yang telah kita terima memerlukan pembuktian dari diri kita untuk tetap menjaganya sampai akhir.
Sebagai orang percaya yang telah diselamatkan oleh kasih karunia, kita harus mengerjakan keselamatan kita sampai pada akhir, jikalau kita lalai melakukan hal ini, kita akan kehilangan kasih karunia yang telah diberikan kepada kita.
Seperti halnya seseorang yang menerima sebuah mutiara dari seorang Raja. Ketika itu raja berkata: “hai hambaku, aku akan melakukan perjalanan jauh, jagalah mutiara ini sampai aku kembali, barulah setelah itu kamu berhak atas mutiara itu.”
Secara hukum, hamba itu memiliki hak atas mutiara yang diberikan seorang Raja, akan tetapi secara praktis, hak itu akan berlaku jika telah tiba waktunya, ketika Raja itu kembali.
Sebenarnya demikian pula dengan kehidupan kekristenan kita. Kita memang diberikan hak untuk memperoleh keselamatan Allah, namun Allah menuntut kita untuk mengerjakan keselamatan itu sampai sempurna.
Sebagaimana tema kita hari ini, saya mengajak kita untuk melihat 3 rahasia penting bagaimana kita mengerjakan keselamatan yang telah Tuhan beri bagi kita masing-masing:

1. MENJAGA KEKUDUSAN HIDUP (2:12; 14-15).
 “Tetaplah kerjakan keselamatanmu” (ayat 12). Kata kerja ini adalah istilah matematika yang digunakan untuk masalah yang dibawa kepada kesimpulan. Kata ini tidak berarti “tetaplah bekerja untuk memperoleh keselamatan.” Jadi kata ini mengandung pengertian mengerjakan sampai semuanya selesai. Sasaran yang diinginkan Allah bagi kita jelas, yaitu menjadi serupa dengan Kristus (Roma 8:29).
Ungkapan ini awalnya memang ditujukan kepada persoalan khusus yang ada di Gereja Filipi, dimana mereka memiliki ketaatan yang kuat terhadap hukum Allah.  Itulah yang menjadi sukacita Paulus atas mereka. Dan untuk itu pula Paulus terus mendorong jemaat Filipi untuk tetap berpegang pada pengharapan yang telah mereka terima.
Kasih karunia Allahlah yang memulai dan tanggapan iman yang diperlukan dari manusia yang bertobat jelas terlihat dalam Efesus 2:8-9. Karena itu orang percaya tidak bekerja untuk memperoleh keselamatan mereka, tetapi setelah mereka diselamatkan, mereka bekerjasama dengan Roh kudus untuk hidup dalam kedewasaan yang serupa dengan Kristus (Efesus 2:10, 14-17). Keselamatan semua berasal dari Allah dan sepenuhnya gratis diberikan, tetapi aspek keselamatan membutuhkan tanggapan iman yang aktif, dalam sebuah pertobatan yang bekelanjutan (Band. Matius 13:44-46).
Karena itu, Paulus sadar akan bahaya yang akan dihadapi oleh jemaat Filipi. Dimana mereka ada indikasi untuk taat hanya karena kewajiban lahiriah. Untuk itu Paulus memastikan bahwa ketaatan mereka bukanlah ketaatan yang sifatnya lahiriah, yaitu ketika para rohaniwan ada di dekat mereka. Akan tetapi Paulus menghendaki ketaatan itu muncul oleh karena kesadaran penuh mereka terhadap Allah yang hidup.
Kaitannya dengan kehidupan kita adalah, kita pun harus tetap menjalankan tugas pangilan kita untuk tetap mengerjakan keselamatan itu. Intinya dengan jalan menjaga kekudusan hidup di hadapan Tuhan. Ayat 14-15 kita lihat, Paulus berusaha membandingkan perbedaan antara kehidupan orang percaya dengan kehidupan orang-orang di dunia. Orang yang belum diselamatkan, senantiasa hidup dengan mengeluh dan selalu menyalahkan satu dengan yang lain. Akan tetapi sebagai orang Kristen, seharusnya tidaklah demikian, dalam menjalani iman kita, kita tetap menjaga kekudusan hidup, termasuk terhadap dosa bersungut-sungut terhadap Allah.
Bukan berarti kita harus menipu diri, dari kesulitan hidup yang kita alami. Akan tetapi Firman Tuhan mengajarkan kepada kita untuk tidak kuatir akan hidup ini, akan apa yang akan kita minum, akan apa yang kita pakai. Akan hidup kita.
Paulus tidak mengajarkan kepada kita agar kita menarik diri dari dunia ini dan pergi kesuatu tempat pengasingan yang rohani. Kita tetap dapat hidup sebagaimana biasa kita hidup. Tetapi dalam menjalani kehidupan itu, kita tetap memiliki perhatian penuh kepada apa yang Firman Allah katakana dalam diri kita.
Inilah jalan pertama untuk kita dapat mengerjakan keselamatan kita, yaitu kita berusaha tampil beda ditengah-tengah kehidupan orang yang belum percaya. Ada banyak persoalan dalam kehidupan ini, tetapi Allah akan menolong kita untuk “menyelesaikannya”. Kehidupan kita mempunyai potesi yang luar biasa, seperti sebuah pertambangan atau sebuah lading, dan Ia ingin menolong kita untuk memanfaatkan potensi itu.
Demikianlah seharusnya pernyataan kita di hadapan Tuhan, ketika orang-orang dunia, sibuk dengan urusan perut, banyak trik yang dipakai untuk memperoleh segala hal, tetapi anak-anak Tuhan tetap hidup sejalan dengan kehendak Tuhan. Menjaga kesucian hidup di hadapan Tuhan. Yang terpenting mengerjakannya dengan perasaan takut dan gentar. Ini merupakan sebuah ungkapan PL untuk rasa hormat dan kagum terhadap Allah (Band. Mazmur 2:11; 119:120). Dan ungkapan ini pun digunakan Paulus beberapa kali dalam tulisannya (mis. 1 Korintus 2:3; II Korintus 7:15; Efesus 6:5). Karena itu orang percaya perlu mengingat akan kekudusan Allah ini dalam sikap takut dan gentar terhadap Allah.

2. SADAR AKAN KARYA TUHAN DALAM DIRI KITA (2:13).
Prinsip kedua yang pakai Allah dalam kehidupan orang percaya adalah, Karya Allah yang dirancang demi kebaikan kita. “Karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya.”
Artinya adalah Allah tidak pernah memaksakan karyaNya bekerja dalam diri manusia, akan tetapi selalu bergantung dari kesetiaan dan kerjasama kita. Sehingga yang ditekankan Paulus adalah Allah harus bekerja di dalam kita lebih dahulu sebelum Ia dapat bekerja melalui kita. Dari sini kita melihat bahwa Allah terus-menerus bekerja mulai dari menyelamatkan orang, sampai kepada memimpin orang yang telah diselamatkan itu agar sesuai dengan kehendakNya.
Namun jika kita melihat kehidupan disekitar kita, banyak sekali orang Kristen yang taat kepada Allah hanya karena tekanan dari luar, bukan karena kuasa yang ada di dalam dirinya. Karena itu Paulus memperingatkan orang-orang Filipi bahwa bukan kehadirannya di tengah-tengah mereka yang penting, melainkan keinginan mereka untuk taat kepada Allah dan berkenan kepadaNya (1:27; 2:2).
Saudaraku, kita harus sadar bahwa kuasa yang bekerja dalam diri kita untuk taat kepada Allah adalah kuasa dari Roh Kudus. Karena Allahlah yang mengerjakan semua itu di dalam kita. Dan Roh Kudus yang sama pula yang memberi kuasa kepada Kristus ketika Ia melayani di dunia ini juga memberikan kuasa kepada kita sekarang.
Rekan-rekan pemuda
Paulus memberikan 3 contoh bagaimana kita dapat mengerjakan keselamatan kita dengan kuasa Allah: Firman Allah, doa dan penderitaan.
Kuasa Ilahi dicurahkan dalam kehidupan kita melalui firmanNya yang diilhamkan. Tetapi kita memiliki tanggung jawab untuk menghargai dan menerima firman itu. Hal ini berarti lebih daripada hanya sekedar mendengarkan atau bahkan membaca dan mempelajarinya. Akan tetapi kita harus menerapkan firman itu, agar kuasa Allah dapat dicurahkan dan bekerja dalam kehidupan kita.
Hal yang kedua sebagai alat untuk dapat mengerjakan keselamatan kita adalah doa. Kunci untuk kita dapat menerima kuasa Allah yang bekerja di dalam kita, selain mempelajari Firman Allah adalah kita harus berdoa. Sebab doa adalah alat kedua yang dipakai Allah untuk bekerja dalam kehidupan anak-anakNya.
Efesus 3:20 mengatakan: “Bagi Dialah yang dapat melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita.”
Artinya Paulus sadar bahwa Allah bertindak terkadang jauh melebihi dari apa yang kita minta dalam doa. Di dalam doa-doa kita inilah, Allah menyatakan kehendakNya atas kita. Dan apa yang Paulus tegaskan ini merupakan suatu kebenaran bahwa kehidupan perkembangan sejarah gereja pun membuktikan, bahwa peranan doa dalam kehidupan mereka sangat berarti dirasakan bagi mereka.
Hal yang ketiga yang dipakai Allah untuk mengerjakan keselamatan kita adalah penderitaan. Banyak orang salah dalam menilai penderitaan. Bagi orang yang tidak mengenal Tuhan, penderitaan bagaikan sebuah kutuk, yang diberikan Allah untuk menghancurkan. Sehingga banyak orang takut menghadapi penderitaan. Tetapi bagi orang percaya penderitaan justru dilihatnya sebagai bagian dalam melatih iman kita kepada Allah. Sebab itu firman Tuhan berkata dalam 2 Timotius 3:12, 14: “Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya…Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini.”
Karena itu justru di dalam penderitaan Roh Kudus bekerja dengan cara yang khusus di dalam kehidupan kita. Sehingga semua yang kita alami pada akhirnya akan membawa satu kemuliaan bagi Kristus.
Lagi pula saudara, firman Tuhan dalam Roma 8:28 mengingatkan kepada kita bahwa: “Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggl sesuai dengan rencana Allah.”
Kita melihat saudara, bagaimana Paulus sendiri telah mengalami kuasa Allah di dalam penjara Filipi ketika ia dipukuli dan dipasung di dalam penjara bawah tanah, ia dapat bernyanyi dan memuji Allah dalam penderitaannya. Dan pada akhirnya Tuhan melepaskannya dengan caraNya yang ajaib (Kisah Para Rasul 16:19-33).
Sama halnya dengan kejadian 23 misionaris dari Korea yang diculik oleh kaum Taliban dari Afganistan. Mungkin saat itu mereka mengalami penganiayaan yang tidak pernah mereka pikirkan, mungkin keluarga mereka juga tidak pernah memimpikan kejadian ini. Tetapi itulah harga yang harus dibayar bagi setiap anak-anak Tuhan. Akan tetapi penderitaan yang mereka alami adalah penderitaan yang mulia. Mereka mengalami penderitaan oleh karena Kristus. Sehingga sekalipun dalam kondisi yang demikian, penderitaan mereka tidak pernah melunturkan iman yang Tuhan anugerahkan atas mereka. Sekalipun harus ditanggung dengan kematian mereka.
Filipi 1:29 berkata: “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia.”
Firman Allah, doa dan penderitaan adalah 3 alat yang dipakai Allah dalam kehidupan kita, sebagai kuasa yang hidup di dalam diri kita. Untuk itu, ketika kita semakin mencintai Allah, kita akan membuktikannya dengan menyenangi FirmanNya, ketika kita merindukan hadiratNya kita akan membuktikan beapa kuatnya doa kita. Dan ketika kita mengatakan untuk tetap setia, kita membuktikannya dengan ikut menderita dengan Dia. Disinilah kita dinyatakan menjadi serupa dengan Kristus.

3. BERPEGANG TEGUH KEPADA ALLAH (2:16)
Kaum muda yang saya kasihi
Dikatakan dalam ayat 16 “Sambil berpegang teguh pada firman kehidupan, agar aku dapat bermegah pada hari Kristus, bahwa aku tidak percuma berlomba dan tidak percuma bersusah payah.”
Berpegang teguh berkaitan dengan orang percaya yang terus-menerus kepada Allah. Paulus berharap agar jemaat di Filipi dapat menunjukkan kesalehannya sampai akhir, itulah yang membuatnya dapat bermegah. Tetapi kemegahan Paulus, bukan didasari oleh kemampuannya dalam membawa jemaat Filipi untuk bertumbuh, sebab itu adalah kemegahan Tuhan. Tetapi kemegahan Paulus adalah bahwa yang dilakukannya di dalam Tuhan tidaklah menjadi sia-sia. Karena itu dikatakan: “aku tidak percuma berlomba dan tidak percuma bersusah payah.” 
Kaum muda yang saya kasihi,
Keteguhan iman kita kepada Allah senantiasa dibarengi dengan pahalaNya. Allah memberikan pahala kepada mereka yang telah setia kepadaNya. Dan sukacita Tuhan adalah janji yang akan menjadi bagian dari pahala itu. Untuk itu orang Kristen yang setia akan mendapati bahwa penderitaannya di dunia ini telah diubah menjadi kemuliaan di surga. Ia akan melihat bahwa pekerjaannya tidak sia-sia.
Sukacita ini adalah suatu kenyataan yang sudah ada pada saat ini. Dan sukacita yang kita alami ini dapat kita rasakan melalui pengorbanan dan pelayanan kita. Namun perlu kita sadari untuk mendapatkan rahasia besar ini, kita dituntut memiliki iman yang teguh. Iman yang menuntut kepercayaan bahwa janji-janji Allah itu benar dan akan digenapi dalam kehidupan kita sebagaimana janji-janji itu telah digenapi dalam kehidupan Paulus.
Saudara
Kehidupan kekristenan bukanlah satu hubungan yang bersifat kabur. Bukan pula hubunga yang tidak jelas. Seperti nyanyian yang berjudul “Teman Tapi Mesra”, sebenarnya kekristenan bukanlah demikian.
Kekristenan adalah hubungan yang bersifat pasti dan dalam antara Kristus dengan jemaatNya. Hubungan yang dijalin berdasarkan kesetiaan jemaat terhadap Tuhannya. Dan jemaat di Filipi membuktikannya dalam kehidupan mereka. 
Sekarang bagaimana dengan kita, bagaimana hubungan kita dengan Allah? Jikalau kita ingin agar kita memiliki hubungan yang tetap terjalin indah dengan Tuhan, rahasianya adalah tetap kerjakan keselamatan kita. Sebab di dalam semua yang telah Allah berikan kepada kita, Allah memberikan jaminan pengharapan yang tidak ternilai harganya. Pengharapan yang nantinya akan segera di genapi, yaitu ketika kita bertemu dengan Tuhan, muka dengan muka, di dalam KerajaanNya yang kekal. Amin.

1 komentar: