Sabtu, 28 Mei 2016

KEBAIKAN TUHAN NYATA DALAM KEHIDUPAN ORANG YANG TAKUT AKAN DIA

KEBAIKAN TUHAN NYATA DALAM KEHIDUPAN ORANG YANG TAKUT AKAN DIA
Mazmur 31:20-25


Sidang jemaat yang kekasih,
Pada kesempatan kali ini, saya ingin mengajak kita untuk merenungkan kebaikan Tuhan yang nyata dalam kehidupan orang yang takut akan Tuhan, melalui pembacaan dalam Mazmur 31:20-25. Saudara, Mazmur ini adalah seruan Daud untuk senantiasa mengucap syukur dan mengasihi Tuhan. Namun pengucapan syukur ini bukan lahir tanpa didahului suatu pergumulan, sebab kalau kita perhatikan pada bagian awal dari Mazmur 31:1-19, Mazmur ini dilatar-belakangi oleh kondisi pemazmur yang pada waktu itu berada di dalam masa-masa yang sangat sulit dan tidak nyaman. Masih banyak orang yang mengejarnya dan menginginkan sesuatu darinya. Bahkan ada orang yang memasang jaring ingin menjebak dan menjatuhkannya.
Namun saudara, apa yang Daud lakukan? Bagaimana Daud bereaksi terhadap semua situasi yang sulit dan tidak nyaman itu? Kita melihat saudara, bagaimana Daud menyikapi persoalan hidupnya dengan sangat baik. Dimana Daud senantiasa mengucap syukur dan tetap melayani Tuhan. Sebab pemazmur yakin bahwa kehidupan yang sedang dijalani hanya ditentukan oleh Tuhan. Hidupnya bukan ditentukan oleh musuh-musuhnya. Hidupnya bukan ditentukan oleh masalahnya. Bukan pula ditentukan oleh penyakitnya. Tetapi Daud meyakini bahwa kehidupan yang sementara ia jalani itu ada di dalam tangan Tuhan. Tangan Tuhanlah yang menentukan kehidupannya. Karena itu sekalipun Daud berada dalam pergumulan dan kesusahan yang begitu hebat dalam hatinya, dia tetap bisa merasakan damai sejahtera, yang menguasai hidupnya.
Indikasi damai sejahtera yang ada di dalam hatinya adalah ketika dia bisa menunjukkan kepada kita suatu ajakan kepada setiap orang percaya untuk dapat hidup tetap mengasihi Tuhan. Karenanya tidak heran saudara, setelah Daud mengalami pengalaman hidup yang demikian ekstrim, ia benar-benar menyadari akan kuasa dan kasih setia Allah yang begitu melimpah. Hal inilah yang membawa dia untuk senantiasa percaya akan pertolongan Allah dalam kehidupannya.
Jadi rahasianya ada pada sikap takut akan Tuhan. karena itu pemazmur menyadari bahwa kebaikan Tuhan hanya disediakan bagi mereka yang takut akan Dia. Bahkan kebaikan itu tersimpannya secara melimpah. Dikatakan: “Alangkah limpahnya kebaikanMu yang telah Kau simpan bagi orang yang takut akan Engkau” (Ayat 20a)
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Takut akan Tuhan adalah unsur yang sangat penting dalam kehidupan orang percaya. Masalahnya takut yang bagaimana yang patut dimiliki oleh orang percaya? Faktanya, ada banyak di antara kita yang takut akan banyak hal, seperti takut akan hantu, takut akan ketinggian, takut kegelapan bahkan ada yang takut akan keramaian. Bagi orang yang tidak percaya, takut akan Tuhan adalah lebih mengarah kepada hal negative dimana mereka takut kepada penghakiman Allah dan kematian kekal, yang merupakan pemisahan untuk selama-lamanya dari Allah. Takut akan Tuhan bukanlah seperti itu.  Pengertian takut akan Tuhan menjadi jelas jika kita mengerti siapa dan seperti apa Tuhan yang kita sembah itu.
Secara Alkitabiah takut akan Tuhan berbicara tentang kekuatan, kebesaran, otoritas dan kekudusan Tuhan. Takut akan Tuhan di sini adalah wujud rasa takut dalam arti yang positif. Artinya kita menghormati Dia karena kebesaranNya, kekudusanNya, keadilanNya dan juga kebenaranNya. Tanpa rasa takut akan Tuhan yang seperti ini orang Kristen cenderung berpikir, berkata, dan berbuat sesuka hatinya sendiri. Rasa takut akan Tuhan yang seperti ini juga tidak didasari oleh karena takut mengalami hukuman atau takut masuk neraka, karena jika ini yang terjadi maka rasa takut semacam ini tidak didasarkan pada kasih kepada Tuhan.
Takut akan Tuhan adalah ketetapan hati dan pikiran orang percaya yang tidak mau mengecewakan Tuhan melalui pikiran, ucapan dan tindakannya sebagai ekspresi kasih kepadaNya. Dengan kata lain, takut akan Tuhan adalah dasar bagi kita untuk mengikuti jalanNya, melayani Dia dan terus mengasihi Dia. Jadi orang yang takut akan Tuhan akan berusaha untuk hidup seturut firmanNya, menjauhkan diri dari segala bentuk kejahatan (dosa) dengan kerelaan hatinya sendiri, bukan karena terpaksa atau karena dorongan dari orang lain.
Bapak/ ibu yang kekasih,
Dalam Pengkotbah 12:13 dikatakan:  "Akhir kata dari segala yang didengar ialah:  takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintahNya, karena ini adalah kewajiban setiap orang." Dengan kata lain saudara, sikap takut akan Allah merupakan hal yang dikehendaki Tuhan dan kewajiban dari setiap orang yang percaya kepada Tuhan.
Masalahnya, dalam kehidupan kita sebagai orang yang percaya kepada Allah, sejatinya tidak akan pernah lepas dari yang namanya pergumulan hidup. Hidup kita kadangkala seperti hidup seorang janda tinggal di Sarfat (band. 1 Raja 17:7-24). Hidup mereka sepertinya dalam masa paceklik, mereka hanya punya segenggam tepung dan sedikit minyak. Jadi dengan hal itu bisa dipastikan bahwa tepung itu hanya cukup sekali saja untuk dimasaknya hari itu. Setelahnya tidak ada lagi persediaan apa pun untuk dibuatnya esok hari. Karenanya ia menyadari kondisi ini dan ia pun berkata kepada Elia: “…setelah memakannya, maka kami akan mati” (Ayat 12).
Namun saudara, dalam situasi yang demikian Tuhan mengatakan sesuatu yang berbeda melalui Elia. Tuhan ingin mengajar janda ini untuk tidak bergantung pada apa yang dia miliki. Sebaliknya Tuhan mau menunjukkan bahwa cara Tuhan adalah cara yang terbaik dan tidak pernah terpikirkan oleh manusia. Elia berkata kepada perempuan ini untuk memberinya makan lebih dahulu. Dan kita pun tahu apa yang kemudian terjadi, janda ini mungkin sempat berpikir, apakah ia harus lari meninggalkan nabi Tuhan yang tidak tahu diri ini atau melakukan apa yang dia minta, mengolah tepung dan minyak itu untuk menjadi roti dan memakannya?
Saya percaya dalam situasi yang sulit pastinya akan membuat kita harus memilih apakah tetap setia, dan melayani Tuhan, atau lari dari kenyataan? Banyak orang percaya yang tidak menjadi sabaran dan akhirnya memilih untuk lari dari kenyataan, ia meninggalkan tekanan hidupnya dengan memilih sesuatu diluar kehendak Tuhan. Tetapi lihatlah apa yang terjadi ketika janda ini memilih untuk melayani Tuhan, memberikan makan kepada nabi Tuhan, apa yang kemudian Tuhan lakukan? Mereka bisa melewati masa paceklik dengan tepung dan minyak yang tidak pernah habis. Karena apa saudara? Karena Tuhan memelihara hidupnya dan ia mempercayakan hidupnya pada janji Tuhan. Mereka lebih memilih untuk takut akan Tuhan.
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Bersyukur dan melayani adalah dua sikap yang tidak terpisahkan. Bersyukur adalah pernyataan dari iman kita, sedangkan melayani adalah buktinya. Hanya dengan bersyukur dan tetap melayani Tuhan maka hati kita akan terpelihara. Dengan apakah kita bisa tetap memiliki hati seorang hamba jika kita tidak hidup di dalam melayani? Banyak orang Kristen yang berpikir bahwa masalahnya terlalu banyak, sehingga dia mau selesaikan persoalannya dulu, dia mau selesaikan pekerjaannya dulu, dan akhirnya meninggalkan pelayanan sementara. Dia pikir dengan sikap yang seperti itu masalahnya akan selesai. Saya justru melihat, banyak orang yang bersikap demikian, masalahnya semakin rumit saja. Jadi saudara, lari dari Tuhan itu bukan jalan keluar, tetapi dekat dengan Tuhan, bersyukur dan tetap melayani dengan apa saja yang bisa kita lakukan walaupun dalam situasi yang sangat sulit dengan hidup kita. Itulah cara yang Tuhan mau supaya kita dapat tetap tinggal di dalamnya. Jangan lari dari Tuhan.
Yang berikutnya dikatakan: “Alangkah limpahnya kebaikanMu …yang telah Kaulakukan bagi orang yang berlindung padaMu, dihadapan manusia!” (Ayat 20b). Ayat ini memberi pengertian bahwa berlindung kepada Tuhan seumpama seseorang mau berada di bawah pohon yang besar di saat ada sinar matahari yang menusuk. Berada di bawah pohon pada matahari panas sangat menyenangkan. Maunya kita, tidur terus di bawah pohon itu karena membuatnya menjadi adem – tenteram. Juga seumpama ada musuh yang mengejar-ngejar, lalu masuk dalam rumah besar dan kokoh sehingga musuh tidak lagi menyerang. Ibarat seorang yang mau dibunuh oleh seseorang dan seorang yang gagah perkasa meminta bantu kepadanya.
Hidup kita ini kadangkala juga seperti seorang wanita yang mengandung. Ada masa yang sangat sulit dimana sembilan bulan dia harus bertahan. Kalau dia putus asa dengan apa yang dialami, apa yang terjadi? Dia tidak bisa melihat anak itu. Karena itu dia harus bertahan tetap tinggal diam dalam masa sulitnya. Meyakini bahwa Tuhan sedang membentuk anak yang ada di dalam kandungannya. Hari demi hari, hingga bulan berganti bulan. Dia percaya bahwa apa yang dikerjakan oleh Tuhan merupakan sebuah rencana yang indah buatnya. Sampai dia melihat tanda-tanda pertumbuhan yang baik dari anak yang di dalam rahimnya, dan sampai tiba saatnya nanti, anak itu bisa lahir dan disambutnya dengan rasa yang bahagia.
Saya percaya saat ibu Renita menjalani masa kehamilan dan menantikan proses kelahiran putranya, pasti juga disertai dengan pergumulannya. Yang walaupun tiap-tiap anak memiliki ciri pergumulan yang berbeda. Namun kita bisa melihat, kalau saat ini anak itu kini telah lahir dan dalam kondisi yang sehat. Bukankah itu karya Tuhan yang luar biasa.
Bapak/ Ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Apa yang kita pikirkan sekarang dengan keadaan kita? Kalau sekarang kita sedang berada di dalam keadaan yang sulit, apa yang kita lakukan? Masihkah kita bisa bersyukur dan tetap melayani Tuhan? Asal kita ikhlas maka yang baik akan tiba untuk kita. Sebab Tuhan tidak akan pernah membiarkan kita selalu ada di dalam kesulitan dan penderitaan.
Mazmur 55:23 berkata: “Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkanNya orang benar itu goyah” Dari sini kita melihat bahwa Tuhan menjanjikan tidak untuk selama-lamanya kita berada dalam pergumulan. Ada waktunya Tuhan memberikan kelepasan dalam hidup kita. Tinggal bagaimanakah kita belajar untuk sabar menantikan tangan Tuhan bekerja dalam kehidupan kita.
Penguin adalah binatang yang sangat unik. Dia hanya bertelur hanya pada musim dingin. Telurnya hanya satu, tidak lebih daripada itu. Ketika sang betina sudah bertelur apa yang dia lakukan? Dia memberikan telurnya kepada si jantan yang lalu meletakkan telur itu di atas telapak kakinya dan kemudian menutupinya dengan bulunya. Lalu kemana sang betina?
Selama dua bulan lamanya sang betina bersama betina-betina lainnya pergi mencari dan mengumpulkan makanan untuk bayinya. Itu bukan waktu yang pendek, itu waktu yang sangat panjang. Selama itu si jantan berpuasa, mengerami telur itu dan dia terus mempertahankan telur itu tetap ada di atas telapak kakinya. Kalau kakinya bergerak sedikit, telur itu bisa menggelinding keluar. Dia bertahan dengan semua jantan yang lain meskipun ada angin badai yang begitu dingin. Mereka saling berdekatan, saling melindungi, dan luar biasa, tepat dua bulan kemudian telur itu menetas.
Tepat pada saat yang sama betina itu kembali dan bisa memberikan makanan kepada anaknya. Penguin jantan butuh dua bulan bertahan untuk menjaga telurnya, sementara sang betina pergi mencari makan. Situasi yang tidak mudah dan sulit. Sang betina pergi mencari makan ancamannya maut, ada singa laut dan hiu yang bisa memangsanya. Tetapi mereka bertahan demi sesuatu yang jelas mereka melakukan itu.
Terkadang hidup kita sudah sampai di ujung, tinggal selangkah lagi, namun karena kita kelelahan dan putus asa pada akhirnya kita pun berhenti, padahal yang Tuhan mau adalah, kita bertahan. Bertahan di dalam kehendak Tuhan, sambal kita hidupi kehidupan kita dengan kepercayaan penuh kepada Tuhan. Percayalah sebagaimana yang dirasakan oleh Pemazmur, kasih karunia Tuhan selalu cukup bagi kita.
Dialah tempat perlindungan kita. Suatu tempat yang aman dan nyaman. Tempat yang aman dan nyaman itu adalah tempat yang membuat kita merasa dikasihi dan disayangi. Tempat yang aman itu adalah tempat kita diperlakukan dengan baik dan dianggap berharga dan penting. Kita bisa saja merasa aman karena tidak ada yang melukai tubuh kita, tidak ada penyakit yang menggerogoti tubuh kita. Tidak ada orang yang mencuri harta milik kita. Namun demikian, jika ada yang melukai hati kita, menghina dan menginjak-injak harga diri kita pastilah kita merasa tidak aman dan nyaman. Jadi tubuh mungkin bisa aman tapi hati dan jiwa kita tidak aman. Apakah itu yang dinamakan Aman yang sejati?
Keamanan yang sejati seharusnya terpenuhinya kebutuhan lahir dan batin, jasmani dan rohani, material dan sosial. Jadi jika Tuhan adalah tempat perlindungan kita, maka kita dapat mempercayai Tuhan yang memberi jaminan akan terpenuhinya kebutuhan kita lahir dan batin, jasmani dan rohani, material dan sosial. Cara berlindung kepada Tuhan adalah mempercayai dan mengandalkan Tuhan dalam setiap keadaan.
Di dunia yang penuh bahaya ini, kita perlu menyadari bahwa keamanan dan perlindungan kita yang utama berada di tangan Allah. Daud teringat bagaimana ia suatu kali merasa seolah-olah terpisah dari pertolongan Tuhan. Namun ia belajar bahwa dalam situasi yang mengecewakan sekalipun, Allah akan melindungi mereka yang takut kepada-Nya "dalam naungan wajah-Nya;...Dia akan melindungi mereka dalam pondok" (Mazmur 31:21). Dari sini kita melihat bahwa meskipun pemazmur merasa terisolasi, namun ia percaya bahwa Tuhan mendengar dan akan bertindak atas namanya. ia tidak takut sebab dalam iman kepada Allah ia percaya bahwa Allah mampu melindunginya (22)
Kasih setia berarti adalah kasih yang tidak terputus, kasih yang selalu ada. Itulah kasih Allah kepada umatNya. Dalam keadaan yang sesak sekalipun Allah tidak pernah meninggalkan kita. Tuhan Yesus punya berbagai macam cara & memakai siapa saja untuk menolong kita, dan kita harus menyadari bahwa semua itu berasal dari Tuhan. Berusahalah tetap mengucap syukur dalam segala kondisi hidup.
 Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Allah selalu mengetahui di mana kita berada. Tak ada tempat di mana Dia tidak dapat melihat kebutuhan dan mendengar jeritan kita. Awalnya Daud pernah berpikir bahwa Allah sempat tidak menghiraukan keberadaannya. Dia seperti terbuang dari hadapan Tuhan. Namun ternyata prasangkanya keliru. Allah yang disembahnya tidak pernah meninggalkan dia. Karena itu dia berkata: "Tetapi sesungguhnya Engkau mendengarkan suara permohonanku, ketika aku berteriak kepadaMu minta tolong" (ayat 23).
Dari sini kita belajar, bahwa iman tidak hanya yakin akan masa depannya namun juga mengingat apa yang Allah pernah lakukan di masa lampau bagi kita. Terkadang dalam kehidupan kita, kita merasa Tuhan absen dari kehidupan kita. Seolah-olah Tuhan membiarkan umatNya mengalami penderitaan tanpa mengulurkan tanganNya untuk bertindak menolong. Namun prasangka dan praduga yang demikian adalah salah. Faktanya Tuhan tidak pernah absen dalam kehidupan kita, karena Ia Allah yang Mahahadir. Tetapi pertanyaannya mengapa sepertinya Tuhan absen? Karena Tuhan sedang menantikan kita berteriak minta tolong dalam kesesakan kita. Mengakui keterbatasan kita dan membutuhkan tangan Tuhan yang kuat. Saudara, Tuhan meminta supaya kita dapat memercayai kuasaNya yang bekerja di dalam kehidupan kita.
Kenyataannya, kita hidup dalam situasi yang diwarnai oleh berbagai ancaman yang mencemaskan dan menakutkan. Tetapi kita bisa tetap merasa aman dan nyaman, jika kita mempercayai dan mengandalkan Tuhan sebagai tempat berlindung.
Dengan demikian, orang yang dikasihiNya merujuk kepada umat Tuhan yang setia mencari pertolonganNya. Bukan yang hanya sekedar mencari. Atau mencari kalau ia sedang butuh saja. Sebaliknya Tuhan mengasihi orang-orang yang dengan tekun mencari wajahNya setiap waktu. Sama seperti seorang janda yang tidak putus-putusnya mendatangi hakim yang lalim dan mendapatkan haknya, demikianlah Tuhan menghendaki agar setiap orang yang dikasihiNya dapat dengan setia mencari wajahNya.
Sehingga melalui kejadian inilah pada akhirnya Daud dapat merasakan sukacita, merasakan kebahagian dan ucapan syukur, karena apa? Karena apa yang dipegangnya selama ini tidak pernah sia-sia. Itulah kehidupan yang takut akan Tuhan.
Sekarang pemazmur menutup ucapa syukurnya dengan suatu udangan kepada setiap orang yang mengalami kasih setia Tuhan untuk mengasihi Tuhan (Ayat 24-25).
"Kasihilah Tuhan, hai semua orang yang dikasihiNya! Tuhan menjaga orang-orang yang setiawan, tetapi orang-orang yang berbuat congkak diganjarya dengan tidak tangung-tanggung. Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, hai semua orang yang berharap kepada Tuhan." Saudara, kebenaran inilah kiranya juga menjadi peringatan untuk semua orang percaya, bagi saya dan bagi kita semua yang hadir disini. Dan biarlah kita dapat meresponi peringatan ini dengan serius. Kenapa harus ditanggapi atau diresponi dengan serius? Karena hidup sebagai orang percaya adalah hidup yang seharusnya hanya memiliki satu fokus yaitu berharap kepada Tuhan. Berharap kepada Tuhan itu bukan berarti perjalanan hidup kita sebagai orang bercaya akan berjalan mulus tanpa hambatan apapun, sebab dalam kebenaran ini kita juga sudah diingatkan pada kalimat sebelumnya bahwa,
Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, artinya hambatan masih tetap ada, persoalan masih tetap ada tetapi kita tahu benar kepada siapa kita berharap dan kita percaya. Di dalam berharap kepada Tuhan Fokus hidup orang percaya harus benar yaitu memiliki fokus hidup yang hanya ditujukan kepada Tuhan.
Orang percaya yang berharap kepada Tuhan dengan fokus hidup yang hanya ditujukan hanya kepada Tuhan, bukan berarti semata-mata hanya mengharapkan mujizat Tuhan dan berkat-berkat Tuhan yang bisa memenuhi setiap kebutuhan jasmani yang diperlukan, dalam hal ini makan minum dan segala kesenangan hidup. Tetapi fokus hidup sebagai orang percaya yang ditujukan kepada Tuhan adalah bagaimana kita bisa hidup hanya untuk melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan. Jadi arah hidup setiap orang percaya seharusnya sudah tidak lagi tertuju kepada hal-hal yang menyangkut kepentingan diri sendiri, tetapi yang harus di dipikirkan oleh setiap orang percaya atau orang kristen adalah setiap langkah hidup kita, baik itu tindakan, perbuatan, perkataan, sikap hati, pikiran dan perasaan kita, semuanya itu hanya untuk menyukakan Tuhan atau dengan kata lain hidup kita harus sesuai dengan selera Tuhan.
Ketika pengharapan setiap anak-anak Tuhan hanya diarahkan kepada Tuhan, maka apapun yang Tuhan mau, apapun yang Tuhan kehendaki, apapun yang menjadi selera Tuhan, haruslah kita turuti, dan hal ini tidak mudah, itulah sebabnya Firman Tuhan katakan kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu hai semua orang yang berharap kepada Tuhan. 
Saat ini, Tuhan tahu apa yang menjadi pergumulan kehidupan kita, namun belajar memercayai jalan Tuhan. dan bersyukurlah senantiasa. Karena itulah yang dikehendaki Tuhan bagi kita semua. Hari ini, keluarga Bapak Ridwan mengucap syukur kepada Tuhan. Bukan karena keluarga ini tidak pernah diperhadapkan dengan pergumulan. Justru dengan ungkapan syukur inilah, keluarga mau menyaksikan bahwa tangan Tuhan tidak pernah meninggalkan mereka. Kasih setia Tuhan adalah untuk selama-lamanya. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar