Sabtu, 07 Mei 2016

PENYEMBAH YANG SIA-SIA

PENYEMBAH YANG SIA-SIA
Yesaya 44:9-20


Bapak/ Ibu yang kekasih dalam Tuhan.
Berbicara tentang pemujaan, kata ini merupakan kata benda yang berarti cara atau perbuatan. Sedangkan penyembahan lebih diartikan sebagai puncak penghormatan dan pengagungan manusia kepada ilahnya. Bagi orang-orang kafir, menyembah oknum yang dianggap lebih tinggi atau suci adalah sesuatu yang sudah lazim. Mereka biasanya membentuk ilah-ilah dalam bentuk yang kasat mata. Dalam bentuk patung-patung tuangan, patung-patung pahatan, mezbah-mezbah penyembahan dan lain sebagainya. Karena itu umumnya berhala adalah berupa patung-patung yang menyerupai bentuk apa pun.
Faktanya saudara, patung yang terbuat dari kayu atau besi adalah benda-benda mati yang tidak memiliki kehidupan sedikit pun. Benda-benda tersebut tidak dapat menolong apalagi menyelamatkan. Jadi saudara, sangat menyedihkan apabila kita melihat ada anak Tuhan yang memperlakukan patung sebagai obyek penyembahan mereka, yang kepadanya ia meminta pertolongan atau jawaban doa yang dipanjatkan, padahal yang memahat dan membentuk patung itu adalah manusia juga.
Mengenai fakta ini firman Tuhan menegaskan dalam Mazmur 135:15-18, “mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata, mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat, mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengar, juga nafas tidak ada dalam mulutnya”. Berhala-berhala yang demikian, tidak akan pernah memuaskan atau memenuhi janji-janji mereka (Yesaya 44:9-20).
Bukankah demikian pula dengan kehidupan kita sebelum mengenal Allah? Kita diperbudak sehingga menyembah ilah-ilah dari kebudayaan kita yang pada hakekatnya bukan Allah (Galatia 4:8) yang berpegang teguh kepada berhala kesia-siaan dan meninggalkan kasih Allah demi sebuah patung yang tidak menguntungkan (Yunus 2:8). Mengapa saudara?
Karena semua ini terjadi akibat dari tipu muslihat Iblis yang berusaha menumpulkan pikiran manusia kemudian menjeratnya, sehingga dengan mudahnya kita diperhamba oleh dosa. Demikianlah saudara, firman Tuhan dalam Yohanes 8:34 berkata: “…setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa.” Saat ini pengaruh dunia kegelapan begitu merajalela sehingga banyak orang terjebak dalam penyembahan berhala. Maka sebagai umat Tuhan kita harus selalu berhati-hati dan waspada!
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Seorang teolog terkenal bernama William Barclay, menjelaskan bahwa: "penyembahan berhala bukanlah sebuah relik antik dari masa silam, melainkan ancaman nyata untuk masa sekarang" Sekarang ini saudara, malah ada bahaya yang lebih nyata dan cenderung lebih berbahaya daripada "memper-'Tuhan'kan berhala", yaitu: kecenderungan untuk "mem'berhala' kan Tuhan".
Dalam Mazmur 19:1 firman Tuhan berkata: “Langit menceritakan kemuliaan Allah dan cakrawala memberitakan pekerjaan tanganNya.” Tetapi ayat ini bukan berarti bahwa kita harus menyembah ciptaan untuk menunjukkan kita sedang memuliakan Tuhan.
Mengapa kita tidak boleh menyembah gambaran-gambaran yang ada di dunia ini? Karena pada dasarnya Tuhan Allah tidak mau diriNya dibatasi di dalam keterbatasan ciptaan. Diri Allah terlalu limpah, terlalu penuh dengan kemuliaan, bahkan terlalu besar untuk digambarkan dalam sebuah wujud, maka tidak ada satu makhluk pun di dunia ini yang bisa menyatakanNya secara lengkap.
Bapak/ Ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Tuhan Allah yang kita kenal di dalam Tuhan Yesus, sebenarnya sangat suka dengan yang namanya penyembahan. Namun tidak semua bentuk penyembahan yang dilakukan manusia dapat berkenan kepadaNya. Allah memang memerintahkan kita untuk melakukan penyembahan dengan cara yang benar. Ini bukan menyangkut tempat-tempat penyembahan tetapi lebih kepada natur dari penyembahan itu sendiri. Allah yang membuat perintah-perintah ini adalah Allah Tritunggal yang telah menyatakan diriNya dalam Yesus Kristus, AnakNya. Karena itu, satu-satunya penyembahan yang benar dan dapat diterima adalah penyembahan yang diarahkan kepadaNya. Jika penyembahan tidak diarahkan kepadaNya, itu bukan penyembahan yang benar, tidak peduli betapa sopan atau berkesannya bentuk ibadah itu.
Penyembahan kepada Allah adalah sebuah tanda dari iman yang menyelamatkan. Dalam hal inilah, Rasul Paulus berkata dalam surat Filipi: “Karena kitalah orang-orang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya kepada hal-hal lahiriah (Filipi 3:3). Ayat ini berbicara tentang tiga tanda dari iman, yaitu beribadah oleh Roh, bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya kepada hal-hal lahiriah. Dari sini kita pahami, bahwa kemegahan orang Kristen bukanlah terletak pada kehidupan lamanya yang sia-sia, tetapi kemegahannya hanyalah di dalam Kristus Yesus.
Lagi pula penyembahan yang dalam ekspresi yang paling lengkap adalah yang melibatkan seluruh umat Allah. Ketika kita berkumpul bersama sebagai umat Allah, bagian yang terpenting dalam penyembahan kita adalah membaca firmanNya dan mendengarkannya ketika dikhotbahkan atau diajarkan. Dengan cara ini, umat Allah melindungi diri dari menyembah allah yang mereka ciptakan menurut pikiran mereka sendiri.
Dari sini kita pahami saudara, bahwa Allah memang menginginkan dan memerintahkan penyembahan. Akan tetapi meskipun penyembahan adalah suatu tanda yang penting dan pokok dari umat Allah secara komunal, namun perlu kita ketahui bahwa tidak semua yang disebut sebagai penyembahan itu diperkenan olehNya. Hal inilah yang akan kita bahas dalam perenungan kita kali ini.
Bapak/ Ibu yang kekasih,
Pembahasan firman Tuhan minggu lalu dijabarkan dalam Keluaran 20:4-5, yang secara umum kita ketahui sebagai Hukum kedua dari sepuluh Hukum Allah. Perintah ini berbunyi: “Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya” (Keluaran 20:4-5).
Pembagian ini tidak sama dengan pembagian yang diakui dalam Gereja Katolik. Gereja Katolik menyebutkan bunyi hukum ini sebagai bagian dari hukum yang pertama. Jadi gereja katolik tidak memisahkan ayat 2-5 sebagai dua bagian yang terpisah dari Perintah Tuhan. Bagi gereja katolik, ayat 4-5 lebih dipandang sebagai ayat pelengkap dari ayat yang ke-3.
Namun dalam kekristenan pemisahan ini sangat jelas, dimaksudkan. Yang walaupun kedua perintah ini kedengarannya sama, tetapi esensinya jelas berbeda. Dalam perintah pertama, Allah memberitahu kita apa yang harus kita sembah. Kita harus menyembah Allah yang sejati dan yang hidup dan hanya kepadaNyalah kita berbakti. Perintah kedua lebih memberi tahu kita tentang bagaimana kita harus menyembah. Kita tidak boleh menggunakan patung atau berhala dalam menyembah Allah, ataupun melakukan hal-hal lain yang tidak diperkenankan olehNya di dalam penyembahan kita.
Karena itu saudara, kalau kita meneliti lebih dalam pada hukum kedua ini, sebenarnya, Musa melarang segala bentuk dan upacara penyembahan, dengan menggunakan istilah “menyembah” atau “melayani”. Yohanes Calvin menganggap kedua istilah ini mencakup tentang segala bentuk penghormatan. Dari sini kita mengerti saudara, bahwa kita pun harus berhati-hati terhadap rasa hormat/ kagum terhadap seorang hamba Tuhan sekalipun, tak peduli siapapun dia adanya. Sebab semua hamba Tuhan ada di bawah Firman Tuhan!
Akan tetapi sesungguhnya yang dimaksudkan dengan berhala lebih berarti mementingkan sesuatu lebih besar daripada mengutamakan Tuhan. Jadi bukan sekedar patung, tetapi sesuatu yang merintangi kita untuk datang pada Tuhan.
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Perintah kedua ini sama sekali tidak bermaksud mau menghancurkan atau mengharamkan seni rupa dengan segala hasil karyanya. Akan tetapi yang ditentang dengan sangat keras dalam hal ini yaitu, bila seseorang memberhalakannya. Yang terlarang adalah semua bentuk pemberhalaan baik "dengan" atau pun "tanpa" patung!
Dengan demikian, bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Walaupun saudara tidak memakai patung sebagai simbol untuk Allah, atau dirumah saudara tidak ada lagi ilah-ilah lain dalam bentuk yang kasat mata, namun sejatinya kita tetap harus berhati-hati agar kita tidak memegang keyakinan yang keliru tentang Allah.
Salah satu keyakinan yang keliru tentang Allah adalah tentang paham pluralisme agama. Paham ini mengajarkan bahwa ada kebenaran di dalam semua agama. Bahaya dari paham pluralisme ini antara lain adalah menyamaratakan semua agama serta menyingkirkan keunikan Kristus sebagai satu-satunya jalan untuk membangun relasi dengan Allah (Yohanes 14:6; Kisah Para Rasul 4:12). Saya pribadi tidak setuju dengan paham pluralisme yang seperti ini.
Yang berikutnya, bapak/ ibu yang kekasih,
Jangan terlampau cepat merasa aman dan bebas dari bahaya penyembahan berhala, hanya karena saudara tidak menyimpan satu patung pun di rumah saudara. Memang benar, titah Allah yang kedua itu "resmi"nya berbunyi, "Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun. (dan) jangan sujud menyembah kepadanya". Namun demikian, ingatlah, "dosa" ini tidak terutama berkenaan dengan "ada-tidak"nya benda-benda tertentu di luar kita. Tidak!
Penyembahan berhala adalah bahaya serius, yang bakal merasuk, menusuk dan menyusup ke dalam jiwa. Bayangkan saudara secarik kain yang terkena lumpur di luarnya, tak akan sulit untuk dibersihkan. Tapi bila secarik kain tersebut tersiram tinta, dan tinta itu telah meresap sampai ke pori-porinya, bisa dipastikan bahwa noda itu akan sulit untuk dihilangkan.
Karenanya saudara, tidak heran jika banyak orang begitu sulitnya melepaskan berhala mereka dan tunduk dalam pengajaran yang benar. Malahan yang terjadi adalah, mereka rela melakukan apa saja, bahkan mereka juga tidak segan-segan menyerahkan nyawa sebagai wujud pengabdian dan penyembahannya kepada ilahnya tersebut. Kondisi yang sama dapat kita lihat disekitar kita hingga sekarang. Dimana ada begitu banyak orang-orang yang belum mengenal Tuhan dan tetap melakukan pemujaan terhadap patung ataupun ilah dalam bentuk yang lain.
Pertanyaannya apakah kita hanya dapat berdiam diri dan tertawa dalam hati tentang kebodohan mereka? Kalau saudara sadar akan anugerah Allah yang menyelamatkan, pastinya saudara akan tergerak untuk pergi menginjili mereka yang sedang tersesat oleh dosa.
Lagi pula kalau kita melihat penjabaran dalam Yesaya ini, penyembahan berhala adalah sebuah ironi yang tidak masuk akal yang dilakukan oleh manusia. Gregory Beale, mengatakan dalam bukunya “setiap penyembahan berhala adalah bentuk ekspresi iman yang sangat korup” iman yang begitu rusak dinyatakannya dalam bentuk penyembahan berhala. Dalam hal apa iman itu rusak? Dalam hal bahwa sebenarnya dia tidak percaya bahwa dewa-dewa itu ada. Saudara membuat patung berhala tetapi tidak percaya dewa itu ada, karena itu Saudara menyembah patungnya. Atau saudara tidak tahu lagi dimana dewa ini sekarang tinggal, karenanya Saudara menyembah patungnya. Maka secara tidak langsung hal ini menyatakan sebuah ekspresi: “dewaku ada atau tidak, saya tidak tahu. Tapi karena saya tidak tahu saya sembah saja patungnya”. Maka penyembahan berhala akan selalu menjadi sesuatu yang tidak logis.
Mengapa saudara? Pada satu pihak, ini merupakan tindakan yang paling bodoh/ yang paling konyol yang bisa dilakukan oleh makhluk yang memiliki akal dan pikiran diseluruh alam semesta – itulah manusia! Namun pada pihak yang lain, kenyataan ini banyak sekali kita temui dalam kehidupan sehari-hari.
Keironisan itu tergambar dalam Yesaya 44:12-15 yang berkata demikian: “Tukang besi membuatnya dalam bara api dan menempanya dengan palu, ia mengerjakannya dengan segala tenaga yang ada ditangannya. Bahkan ia menahan lapar sehingga habislah tenaganya, dan ia tidak minum air sehingga ia letih lesu” (ayat 12). Atau seperti seorang tukang kayu yang menebang pohon. Kemudian kayu yang diambinya dibuat sebuah patung yang menyerupai laki-laki dan ditempatkannya di dalam sebuah kuil. Atau ia menebang pohon-pohon, lalu kayunya dipakai menjadi kayu bakar untuk memanaskan diri juga membakar roti. Tetapi tukang kayu itu juga membuat sebagian kayu tersebut membuatnya menjadi allah lalu menyembah padanya; ia mengerjakannya menjadi patung lalu sujud kepadanya (13-15).
Saudara, tentunya Yesaya mengerti bahwa penyembah berhala bukan sekadar menyembah patung. Mereka yang menyembah berhala menganggap diri mereka menyembah allah yang diwakili oleh patung tersebut.
Dan tidak mengherankan, kita melihat bahwa berhala mempunyai kelemahan seperti manusia, yang perlu untuk merenung, menyelesaikan urusannya, bepergian, ataupun tidur karena kelelahan (bnd. 1 Raja 18:27), yang mempunyai kekuasaan terbatas, dan dapat dibujuk atau dimanipulasi.
Akibat bagi mereka yang menyembah berhala adalah mereka menjadi seperti berhala yang mereka sembah, yaitu kesia-siaan. Tidak ada faedahnya sama sekali. Malahan mereka telah mejadi buta dan bodoh, sehingga mereka akan mendapat malu (9).
Mereka menjadi lupa atas semua persiapan yang begitu melelahkannya karena orang yang seperti itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak mengerti apa-apa, sebab mata hati mereka telah tertutup sehingga mereka tidak melihat kebenaran apalagi memahaminya (18).
Lagi pula saudara, orang yang demikian tidak akan mempertimbangkan apakah perbuatan mereka adalah kekejian bagi Tuhan? sebab mereka tidak memiliki pengetahuan yang cukup (19) malahan, mereka telah "disesatkan oleh hatinya yang tertipu," dan "ia tidak dapat menyelamatkan jiwanya" (20). Inilah buah dosa, yang membawa manusia pada akhirnya membenarkan hal yang salah dan menyalahkan hal yang benar.
Bapak/ ibu yang kekasih,
Menukar Allah dengan berhala merupakan kebodohan ganda. Allah adalah pencipta manusia, sehingga Ia pantas untuk disembah, sedangkan berhala adalah allah yang dicipta oleh manusia yang jelas tidak masuk akal kalau ditempatkan untuk disembah. Karena itu jangan pernah mengurung kebesaran Tuhan dalam bentuk yang menyerupai apapun untuk disembah. Allah terlalu besar untuk digambarkan. Upaya manusia untuk menggambarkan kebesaran Allah melalui media yang dibuatnya jelas adalah tindakan penyembahan berhala.
Umat Katolik berusaha membenarkan diri dengan mengatakan: yang dilarang dalam perintah Tuhan disini adalah patung berhala yang disembahnya sebagai Tuhan, bukannya semua jenis patung/ gambar. Patung/ gambar yang ada di gereja Katolik, hanya merupakan alat saja yang membantu mengarahkan kita pada Tuhan, sama seperti alat musik yang mengantar kita untuk menyembah Tuhan. Jadi manakah yang benar?
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Perintah kedua ini bukan larangan bagi orang Israel untuk membuat patung, tetapi yang dilarang Allah adalah jangan membuat patung lalu mengatakan “ini allah,” melalui hal inilah aku dapat menyembahnya. Dengan demikian pemahaman gereja Katolik tidaklah tepat.
Inilah kesalahan yang pernah terjadi dalam Keluaran 32, dimana Harun melihat Musa yang tengah pergi ke gunung Allah tidak kunjung datang, lagipula Harun menjadi panik oleh desakan bangsa Israel yang telah lama ditinggalkan. Karena itu ia berpikir “Musa sudah berumur 80 tahun, ia naik ke gunung tidak ada yang boleh ikut, hanya Yosua, masalahnya Yosua pun hanya diijinkan separuh jalan. Jadi Musa yang pergi sampai tempat paling tinggi, dan orang Israel menunggu.”
Waktu mereka tunggu Musa berhari-hari lamanya tidak kembali, maka mereka sudah mengasumsikan kejadian yang paling buruk, sepertinya Musa sudah mati. Dalam kekalutan yang tidak jelas inilah, Harun mendapat ide sesat “kalau begitu kumpulkan semua anting-anting emas, kumpulkan semua barang-barang perhiasanmu” lalu mereka kumpulkan itu semua, mereka membuat anak lembu emas. Tepatnya Harun yang membuat. Harun membuat anak lembu emas, lalu ditegakkan, dan Harun mengatakan “inilah Yehovah, inilah yang membebaskan kita keluar dari Mesir” (Keluaran 32:4). Dari sini kita melihat mereka tidak membuat patung berhala yang lain, mereka justru membuat patung berhalanya Tuhan. Jadi perintah kedua melarang kita untuk membuat patung yang menggambarkan Tuhan, bukan patung menggambarkan dewa lain.
Dengan demikian adalah ironi bahwa manusia menyembah apa yang telah diciptanya. Lebih ironi lagi ialah ketika manusia menukar Allah yang menciptakannya dengan para berhala yang dibuat manusia. Akibatnya ialah kesia-siaan dan kebinasaan.
Bagian firman Tuhan ini adalah teguran Tuhan terhadap para pembuat dan pemuja berhala. Penyembahan berhala adalah hal yang dibenci Tuhan, yang umumnya kita lihat terjadi dalam kehidupan bangsa-bangsa sekitar Israel. Celakanya, seringkali bangsa Israel mengikuti tingkah-laku mereka, yang pada akhirnya mendukakan hati Tuhan. Mungkinkah Tuhan yang hidup disamakan dengan berhala-berhala yang mati itu? Dan sebaliknya? Karena itu tepatlah jika Yesaya menyamakan para penyembah berhala dengan orang-orang yang bodoh.
Bapak/ Ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Kita tidak bisa mengatakan “saya ingin menyembah Tuhan, karena disini sudah ada gambar atau patungnya maka saya menyembah gambarnya, atau patungnya” ini sama sekali salah. Inilah yang mau diajarkan di dalam perintah kedua, dimana engkau tidak boleh menghormati Tuhan dan menyatakan penghormatan itu dengan menyembah gambarNya. Kita tidak boleh menyembah gambaran tentang Tuhan, Kita juga tidak boleh menghina gambaran tentang Tuhan. Maka Tuhan mau nyatakan “Aku benar-benar ada, jangan sekali-kali membuat patung yang menyerupai bentuk apapun lalu sujud menyembah kepadanya”, jangan sembah gambar apa pun yang menyatakan itu adalah Tuhan.
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Tidak ada pernah tercatat dalam sejarah bahwa kuasa yang dari atas turun ke bawah untuk mengumpulkan bagi dirinya suatu umat. Bapak/ ibu bisa membandingkannya dengan mitologi apa pun, tidak ada yang seperti ini, tidak ada yang menyatakan bahwa suatu bangsa yang nyata, benar-benar ada dalam sejarah, benar-benar dibebaskan dan benar-benar mengalami pembebasan keluar dari suatu perbudakan di tengah-tengah bangsa lain, selain daripada Tuhan Allah yang telah menyatakan perbuatannya kepada bangsa Israel. Maka penyataan diri Tuhan kepada bangsa Israel inilah yang membuat semuanya menjadi berbeda.
Tuhan menyatakan Diri kepada orang Isreal sehingga mereka dapat percaya kepada Tuhan yang sejati. Maka orang yang menyembah Allah yang sejati tidak pernah bisa disamakan dengan penyembah-penyembah berhala. Penyembah berhala membentuk dewanya sendiri menurut apa yang dipikirkannya, dan mengatakan “ini dewaku”. Tetapi Tuhan Allah menyatakan Diri, dan menentukan penyembahan yang harus dilakukan bangsa pilihanNya.
Itulah sebabnya bangsa Israel tidak boleh membuat gambarNya, karena kehadiran Tuhan bukanlah sebuah proyeksi pikiran bangsa Israel. Melainkan Allah yang menyatakan diri kepada Musa, Kepada Abraham, kepada Ishak dan kepada Yakub. Dan yang hari ini, kita mengenalNya di dalam pribadi Tuhan kita Yesus Kristus.
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Saat ini peradaban manusia semakin maju dan teknologi pun makin canggih, namun kepercayaan kepada dunia mistis masih saja dipegang oleh cukup banyak orang. Buktinya masih banyak orang yang mendatangi tempat-tempat keramat untuk meminta berkat. Saat ini masih saja anak-anak Tuhan menyembah berhala: datang ke kuburan, gunung, patung atau tempat-tempat yang dianggap keramat untuk melakukan pemujaan, penyembahan dan meminta kekayaan. Juga khususnya warga keturunan Tionghoa, banyak yang masih terikat dengan tradisi cum beng, dimana mereka pergi berziarah ke kubur, membakar kemenyan dan bersembahyang disana? Untuk apa? Selain daripada semua adalah kesia-sia belaka.
Saat ini, mungkin kita tidak sedang menyembah berhala sebagaimana bangsa-bangsa di sekitar Israel pada waktu itu. Atau seperti orang-orang yang belum mengenal Tuhan yang membuat patung-patung penyembahan dan menyimpannya di rumah. Tetapi wujud penyembahan berhala bisa jadi adalah sesuatu yang tidak kasat mata. Pada hidup yang tertuju kepada harta atau hal-hal lain, misalnya pada uang, perusahaan, kekayaan dan kepopuleran, yang menjadi fokus dan sandaran hidup kita, yang menggantikan Tuhan. Sadarilah semua bentuk penyembahan yang demikian adalah kesia-siaan.
Penyembahan berhala lebih banyak menyangkut cara berpikir, cara menafsir, dan cara bersikap, yang bersumber jauh di "ruang kendali" yang ada dalam diri manusia. Dengan istilah yang lebih canggih, hal itu menyangkut "paradigma" kita.
Berita dalam Yesaya ini ingin mengajarkan satu hal kepada kita bahwa pada dasarnya Tuhan tidak menyangkal adanya kuasa yang dianggap orang sebagai allah. Namun dengan sikap Allah yang tegas, Allah memperkenalkan diriNya dengan mengatakan bahwa Ialah satu-satunya Tuhan dan Juruselamat mereka, memberikan satu pemahaman bahwa tidak ada Allah lain yang dapat ditempatkan sejajar dengan Allah pencipta langit dan bumi. Allah melarang kita menyembah allah lain selain Allah. Dia memperingatkan kita agar hanya menyembahNya dengan cara-cara yang telah difirmankanNya kepada kita.
Berpegang teguh pada kebenaran berarti kita harus mengenal kebenaran itu. Dan bagaimana kita dapat mengenal kebenaran kalau kita tidak bersekutu dengan Tuhan? Karena apa yang menurut dunia itu benar, belum tentu benar menurut Alkitab.
Kiranya Tuhan selalu memberikan kepada kita kepekaan rohani dan ingatan yang tajam, agar jangan sampai kita jatuh dalam penyembahan berhala, yaitu menggantikan Tuhan dengan hal lainnya sebagai yang segala-galanya dalam hidup kita.
Perintah kedua ini ingin mengajarkan kepada kita bagaimana melakukan penyembahan dengan benar. Yaitu kita harus menyembah Allah sesuai dengan perintahNya bagi kita untuk menyembahNya. Segala sesuatu yang dimunculkan, diciptakan atau diimajinasikan oleh manusia telah merusak penghormatan dan penyembahan yang sebenarnya kepada Allah.
Bagaimana dengan kita saudara, sudahkah kita menyembah Allah dengan cara yang benar? Ataukah selama ini kita memiliki konsep yang salah dalam penyembahan? Sekarang, apa yang menyebabkan Saudara sering sekali tidak beribadah kepada Tuhan, baik pada hari minggu untuk pergi ke gereja atau saat teduh pribadi? Apa yang menjadi berhala kita sehingga kita tidak datang untuk menyembah Tuhan? mungkin kesibukan mengurus rumah tangga, pekerjaan yang menumpuk, pasangan kita, uang atau apapun bisa menjadi berhala kita.
Saidaraku yang kekasih,
Jangan biarkan kita menjadi penyembah yang sia-sia dalam kehidupan kita. Sebaliknya biarlah kita dapat menyembah Allah dengan sikap yang benar. Sebab Allah telah memperingatkan kepada kita Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran" (Yohanes 4:23-24). Kiranya sebagai umat pilihan Allah, kita dapat sungguh-sungguh menyatakan penyembahan kita yang berkenan kepadaNya. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar