Selasa, 10 Mei 2016

MAU MINTA APA?

MAU MINTA APA?
1 Raja 3:2-15
(2 Tawarikh 1:1-13)


Kaum muda yang saya kasihi dalam Tuhan,
Ada tiga orang bersahabat terjebak disebuah pulau yang terpencil. Mereka terdampar akibat perahu mereka yang rusak dihempas ombak lautan. Suatu hari ketika mereka berjalan-jalan menyusuri tepian pantai, mereka menemukan sebuah benda yang mirip lampu aladin. Karena penasaran, mereka pun menyeka kotoran yang menempel di badan lampu kuno tersebut dengan menggosok-gosoknya. Dan tiba-tiba busss… sesuatu keluar dari dalam lampu kuno itu. Ternyata dia seorang jin. Kemudian jin itu berkata: “kalian bisa meminta 3 hal sesuai dengan keinginan kalian.” Karena mereka 3 bersahabat, maka peluangnya setiap orang hanya bisa mengucapkan satu permintaannya.
Orang yang pertama berkata: “Jin, pulangkan aku ke rumah orangtuaku, sebab mereka menjanjikan aku sebuah perusahaan, namun karena aku pergi rekreasi bersama 2 sahabatku dan terjebak disini, pastilah seminggu ini orangtuaku sudah gelisah mencariku!” Tidak berselang lama, hilanglah orang pertama.
Lalu orang yang kedua berkata: “Jin, pulangkan aku ke rumah orang tuaku, sebenarnya aku sudah dijodohkan sama orangtuaku, tapi karena aku menolak dan memilih untuk pergi bersama 2 sahabatku, ternyata justru terdampar di pulau ini. Jadi daripada aku disini merana, lebih baik aku pulang.” Kemudian orangkedua pun tiba-tiba hilang,
Tiba giliran orang ketiga. Ia tampak begitu murung, ia sedih karena dia tidak tahu lagi harus berbuat apa. Ia adalah anak sebatang kara. Sudah lama orangtuanya meninggal dunia. Rumah pun dia tidak punya. Satu-satunya yang dia punya hanya kedua sahabatnya. Maka dalam kesedihannya dia berkata: “jin, aku kesepian, tidak mungkin aku bisa hidup seorang diri, bisakah kamu kembalikan teman-temanku kepadaku” Maka seketika itu juga kedua temannya kembali didekatnya dalam wajah yang menyimpan perasaan masing-masing.
Rekan-rekan Pemuda,
Jika pada saat ini Tuhan hadir di hadapan Saudara dan berkata, “Mintalah apa saja yang kamu inginkan, maka Aku akan memberikannya kepadamu!” Kira-kira apakah yang akan kamu minta kepadaNya? Umumnya orang akan meminta kesehatan, berkat (baca: harta), dan perlindungan. Tapi, pernahkah kalian, memikirkan untuk apa kesehatan, berkat, dan perlindungan yang kamu minta itu? Apa yang akan kamu lakukan dengannya?
Saudara, di awal pemerintahan Salomo sebagai Raja Israel, bangsa Israel biasa mempersembahkan kurban kepada Allah di bukit-bukit atau dataran tinggi, kadang-kadang di tempat bekas penyembahan berhala bangsa Kanaan, karenanya di zaman itu belum ada Bait Allah yang didirikan. Masalahnya saudara, Tuhan tidak pernah mengghendaki penyembahan yang demikian.
Tetapi, ditengah-tengah kondisi bangsa Israel yang demikian, muncul sosok Raja baru. Itulah Salomo dan Salomo bertekad untuk menjalani ketetapan-ketetapan yang diajarkan ayahnya yaitu Daud dengan iman dan kasih kepada Allah; hanya ia masih mempersembahkan korban sembelihan dan ukupan di bukit-bukit pengorbanan (1 Raja 3:3). Karena itulah Tuhan Allah menyertai Salomo dan menjadikan kekuasaannya luar biasa besarnya (2 Tawarikh 1:1).
Suatu hari Salomo pergi ke bukit Gibeon untuk mempersembahkan korban. Bukit itu adalah bukit pengorbanan yang paling besar dan Salomo mempersembahkan seribu korban bakaran bagi Tuhan (1 Raja 3:4). Saudara mungkin ini korban persembahan yang paling besar yang pernah diadakan di Israel. Lagipula ia memberi perintah kepada seluruh Israel, kepada kepala-kepala pasukan seribu dan pasukan seratus, kepada para hakim dan kepada semua pemimpin di seluruh Israel, yakni para kepala keluarga (2 Tawarikh 1:2). Bersama-sama dengan mereka, Salomo pergi ke bukit Gibeon, sebuah kemah Petemuan Allah yang dulu pernah dibuat oleh Musa, hamba Tuhan itu, ketika mereka masih di padang Gurun (2 Tawarikh 1:4).
Malam itu Tuhan menampakkan diri kepada Salomo dalam sebuah mimpi. Saudara, dimasa itu mimpi seringkali dipakai Tuhan untuk menyatakan maksud Tuhan kepada umat yang dikasihiNya. Satu misal kepada Abimelekh (Kejadian 1:1), Kepada Yusuf (Kejadian 37:5), kepada Gideon (Hakim 7:15) dll. Hal ini juga terjadi hingga pada masa Perjanjian Baru. Misalnya kepada Yusuf (Matius 1:20), kepada orang Majus (Matius 2:12), kepada isteri Pilatus (Matius 27:19). Namun sejak saat itu, Tuhan sangat jarang memakai mimpi untuk menyatakan maksudNya. Pada masa sekarang mimpi selalu dianggapnya sebagai bunga tidur.
Mengapa? Karena sekarang Tuhan tidak lagi berbicara secara verbal kepada manusia. Saat ini, Tuhan hanya berbicara melalui firmanNya yang dituliskan di dalam Alkitab. Jadi saudara, kalau ada orang yang berkata: “tadi malam Tuhan berbicara kepada saya dalam mimpi…” atau seorang hamba Tuhan berkata: “Tuhan berbisik kepada saya tadi malam…” jangan percaya itu! Itu sesat! Sebab Tuhan tidak lagi berbicara kepada umatNya melalui bahasa verbal.
Tetapi lain ceritanya dengan yang difirmankan Tuhan kepada Salomo. Tuhan memang masih berbicara secara verbal kepada umat pilihanNya. Karenanya dikatakan pada malam itu di Gibeon, Tuhan Allah mendatangi Salomo dalam mimpi dan berkata, “Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu.” (1 Raja 3:5; 2 Tawarikh 1:7).
Kita melihat saudara, ketika Raja Salomo mendapat kesempatan yang baik untuk meminta apa saja yang ia inginkan, hati Salomo lantas tidak segera menjadi tamak. Salomo tidak mencari kepuasan diri, ia tidak mencari kemuliaan diri seperti umur panjang, kekayaan, terlebih lagi nyawa para musuhnya. Karena itu, ia lebih memilih meminta hikmat daripada semua hal yang lain dalam hidupnya (1 Raja 3:11).
Atau Salomo juga tidak meminta kenyamanan atau kemudahan, tetapi ia meminta hikmat sebagai bekal agar ia dapat melakukan tugasnya dengan baik. Karena itu Salomo berkata:
1.    Jabatan yang diperolehnya sekarang adalah kasih karunia Tuhan (1 Raja 3:6-7; 2 Taw 1:8).
2.  Kiranya Tuhan meneguhkan janji yang sudah diirarkannya kepada Daud, ayahnya (1 Raja 3:8; 2 Taw 1:9).
3.  Berikanlah hikmat dan pengertian untuk memimpin bangsa yang sangat besar itu (2 Taw 1:10). Sebuah hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat yang besar (1 Raja 3:9).
Saudara, permohonan Salomo dalam mimpi mencerminkan suatu permohonan yang lahir dari hatinya yang terdalam. Dengan menyadari bahwa dalam mimpi merupakan suatu ekspresi ketidaksadaran seseorang, sehingga isi mimpi merupakan cermin dari keutamaan moral yang dimiliki oleh kepribadian seseorang. Dan dalam mimpinya itu Salomo meminta hikmat kepada Tuhan.
Saudara, hikmat, adalah hati yang bijaksana dan penyelidikan yang lebih tajam, yang melihat dan menimbang segala sesuatu dari sudut pandang Allah dan firmanNya adalah salah satu harta terbesar dalam kehidupan ini (Amsal 3:15). Karena itu bagi Salomo mendapatkan kebijaksanaan untuk memutuskan suatu perkara dengan benar dan adil adalah lebih berharga daripada hal yang lainnya.
Dalam hal ini kita menjumpai ada tiga kata yang saling berkaitan, yaitu “pengertian” (biyn), “memutuskan” (shama`), dan “hukum” (mishpat). Arti kata “biyn” adalah: membedakan, memahami, dan mempertim-bangkan (digunakan di Mazmur 139:2, Daniel 9:2; 10:1). Dalam bentuk yang pasif, kata “biyn” berarti: menjadi cerdas, cerdas, bijaksana, memiliki pemahaman. Jadi saudara, Salomo memohon agar Allah mengaruniakan kepadanya suatu kecerdasan untuk memahami suatu perkara. Lalu kata “shama” berarti: mendengar, dan mendengar dengan perhatian atau sikap tertarik. Kata yang juga juga digunakan di dalam Kejadian 18:10, Yesaya 6:9, Kejadian 3:10, 24:52, dan Keluaran 2:15.
Dengan demikian Allah mengaruniakan kepada Salomo suatu kemampuan untuk mendengar secara utuh dan mendalam untuk dioleh secara lebih cerdas, sehingga mampu bertindak bijaksana dalam menegakkan pemerintahannya secara adil dan benar sesuai dengan ketentuan Tuhan. Itulah “mishpat” yang lebih dikaitkan dengan hukum-hukum Allah.
Mengapa Salomo meminta hikmat bijaksana? Karena ia membutuhkannya untuk menjalankan tanggung jawab yang Tuhan percayakan kepadanya. Tuhan telah memilihnya untuk menggantikan ayahnya memerintah atas Israel, meskipun waktu itu usianya masih muda dan belum tahu apa-apa tentang seluk-beluk pemerintahan. Ia meminta hikmat bijaksana agar ia dapat memerintah rakyatnya dengan baik dan adil sesuai dengan apa yang dimaksudkan Tuhan bagi dirinya.
Karena itu dari sudut pandang Allah, permohonan Salomo tersebut adalah “baik di mata-Nya” (1 Raja 3:10). Pilihan Salomo adalah pilihan yang sangat tepat karena itu Allah sendiri memandang permintaan itu sebagai sesuatu yang baik. Allah mengabulkan, bahkan Allah memberi Salomo hal-hal penting yang dimintanya dan menambahkan dengan hal-hal lain yang tidak dimintanya. Allah berkata, "Dan juga apa yang tidak kau minta Aku berikan kepadamu, baik kekayaan maupun kemuliaan, sehingga sepanjang umurmu takkan ada seorang pun seperti engkau di antara raja-raja" (1 Raja 3:13).
Dari sini kita melihat bahwa Allah memang peduli kepada umat yang mengasihiNya, dan Ia senantiasa menyediakan berkat-berkatNya jauh melebihi dari apa yang diminta manusia.
Namun masalahnya saudara, karunia hikmat dari Allah tidak menjamin bahwa Salomo akan senantiasa bertekun dalam kesalehan. Hal ini memberikan pengertian kepada kita bahwa kebutuhan hikmat harus disertai dengan kehidupan yang tetap berpaut kepada Allah. Kita tidak bisa meminta hikmat kepada Tuhan lalu dalam kehidupan sehari-hari kita tidak mencerminkan apa yang menjadi kehendak Tuhan. Hikmat adalah karunia terbesar yang berasal dari Tuhan, dan hikmat itu hanya diberikan Tuhan kepada orang-orang yang mau berpaut kepada kehendakNya.
Karena alasan inilah Allah menekankan bahwa Dia akan memperpanjang umur Salomo "Jika engkau hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dan tetap mengikuti segala ketetapan dan perintah-Ku, sama seperti ayahmu Daud, maka Aku akan memperpanjang umurmu" (1 Raja 3:14). Karena itu Allah memperingatkan Salomo untuk berhati-hati dalam hidup supaya sepanjang hidupnya ia dapat menurut jalan-jalanNya dan menaati semua perintahNya.
Hari ini, Allah memberikan berbagai karunia yang baik kepada anak-anakNya. Kalau Allah berkenan memberikan Salomo apa saja yang dimintanya, yaitu hikmat, Allah yang sama pun ingin memberikan hikmat ini kepada setiap orang yang percaya kepadaNya. Dan hikmat itu dapat diterimanya melalui doa (2 Tawarikh 1:7).
Saudara,
Allah berkenan ketika orang percaya dengan sungguh-sungguh mencari dan memohon hikmat rohani dan hati yang paham. Demikianlah firman Tuhan berkata dalam Yakobus 1:5, “Apabila diantara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, - yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit -, maka hal itu akan diberikan kepadanya”.
Kaum muda yang kekasih dalam Tuhan,
Selama ini mungkin kita selalu meminta kesehatan, berkat, dan perlindungan dalam doa-doa kita kepada Tuhan, itu tidaklah salah, namun ketahuilah hidup tanpa hikmat dari Tuhan, kita akan selalunya merasa kurang, selalunya merasa terancam, selalunya hidup di dalam kekhawatiran. Maka hikmat Tuhanlah yang paling kita butuhkan. Dengan hikmat dari Tuhan itu, kita akan mampu untuk bersyukur atas apa yang kita miliki. Kita juga akan mampu untuk melihat penyertaan Tuhan dalam hidup kita setiap hari. Dengan demikian, kita tidak akan lagi merasa khawatir akan hari esok. Kita juga tidak akan khawatir untuk memasuki tahun yang baru sebab kita tahu bahwa Tuhan senantiasa menyertai kita. Jadi senantiasa berdoalah dan renungkanlah firman Tuhan, maka hikmatNya akan selalu menyertai kita.
Hari ini saudara, jika Allah datang kepadamu dan berkata: "Kamu boleh meminta apa saja, maka Aku akan mengabulkannya." Kira-kira apakah jawabanmu saudara? Apa yang akan kamu minta hari ini? Ingatlah, Salomo menginginkan kasih karunia dan kebijaksanaan dan kuasa untuk setiap situasi yang timbul dalam kerajaan. Ia tidak meminta apa-apa untuk dirinya sendiri kecuali kebijaksanaan untuk memerintah umat Allah secara bijaksana. Dan lihatlah, Allah berkenan pada permintaan Salomo itu.
Bagaimana dengan kita? Marilah kita meminta kepada Tuhan apa yang terbaik bagiNya, supaya ketika apa yang kita doakan sesuai dengan kehendakNya, maka itu akan ditambahkannya kepadamu.
Sebagai ayat terakhir dari perenungan ini, mari kita membaca Matius 7:7-8, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapatl ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang menetok, baginya pintu dibukakan.”
Artinya adalah, Allah tidak pernah menolak doa kita. Dan Allah juga tidak akan pernah mempermainkan doa-doa kita. Ia akan selalu menjawab doa kita, tetapi jawabanNya itu akan Ia berikan menurut caraNya sendiri. Dan cara Allah adalah cara yang penuh kebijaksanaan dan kasih. Jadi saudara rahasia doa kita terletak dari apa yang dikehendaki Tuhan bukan pada apa yang ingin kita nikmati. Lagi pula Tuhan menghendaki kita untuk senantiasa berdoa dengan tiada putusnya, sambal terus berharap kepadaNya. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar