Selasa, 04 Agustus 2015

KEBERDOSAAN MANUSIA DI HADAPAN ALLAH YANG KUDUS

KEBERDOSAAN MANUSIA DI HADAPAN ALLAH YANG KUDUS
Mazmur 51:1-21


Sidang jemaat yang kekasih dalam Tuhan,
Saat kita memperhatikan judul yang akan kita renungkan kali ini, rasa-rasanya ini kita diperhadapkan dengan suatu kontras yang sangat besar. Betapa tidak saudara, kita melihat satu perbandingan antara manusia yang berdosa dengan Allah yang kudus. Satu perbandingan antara langit dan bumi.
Faktanya saudara, adakah manusia yang tidak berdosa di dunia ini? Adakah hati nurani manusia mampu membawanya ke tingkat ketidak-berdosaannya? Tidak ada bukan! Jadi, jika tidak ada seorang manusia pun yang tidak berdosa di hadapan Allah. Bukankah seharusnya semua manusia sedang menuju kepada kebinasaan?
Semua manusia telah menjadi musuh Allah. Sebab dosa berarti segala sesuatu yang melanggar hukum Allah. Dan setiap pelanggaran adalah tindakan yang menentang hukum Allah. Yang sama artinya bahwa manusia berusaha memusuhi Allah.
Karena itu saudara, jika Allah menganugerahkan kepada kita suatu keselamatan hidup yang kekal di dalam pribadi Yesus Kristus, itu adalah pemberian yang tidak ternilai harganya. Dalam hal inilah Rasul Paulus menuliskan dalam 2 Korintus 5:18, “Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diriNya…”
Dari sini kita melihat saudara, bahwa dalam kasihNya yang besar, Allah selalu ingin membangun satu persekutuan yang intim dengan umat kesayanganNya. Karena itu jika Allah melihat umat kesayangannya melakukan suatu pelanggaran, tentunya ini merupakan suatu hal yang menyedihkan bagiNya.
Hal inilah yang terjadi dengan Daud saudara. Kalau kita perhatikan perjalanan hidup Daud, rasanya terlalu banyak kebaikan yang Allah perbuat bagi Daud. Bagaimana saat Allah mengurapi Daud menjadi seorang raja, padahal ia adalah si gembala kecil yang tidak masuk hitungan manusia. Bagaimana saat Allah menolong dan melepaskan Daud dari kekejaman Raja Saul yang berusaha membunuhnya, bahkan setelah kematian Saul seluruh harta dan isteri Saul menjadi miliknya. Allah juga telah memberikan kuasa kepada Daud atas seluruh kaum Israel dan Yehuda, bahkan kekuatan dan keamanan negeri ditambahkannya kepadanya. Dengan kata lain saudara, terlalu banyak kebaikan-kebaikan Allah yang dapat disebutkan dalam kehidupan Daud.
Tetapi apa yang terjadi, Daud sepertinya merasa diri tidak puas dengan semua yang telah diberikan Allah. Dia menghina dan melakukan apa yang jahat di mata Allah dengan melakukan perzinahan dengan Batsyeba. Dan bukan hanya itu saja saudara, ia juga merencanakan suatu pembunuhan licik terhadap Uria, suami Batsyeba. Saudara, inilah sifat dosa, ketika dosa ditutupi dengan dosa, akibatnya dosa itu semakin merusak citra diri manusia.
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Kalau kita mau jujur, bukankah seringkali kita juga melakukan apa yang tidak berkenan kepada Tuhan? Bukankah kita pun masih sering jatuh ke dalam dosa? Pertanyaannya bagi kita saudara, apakah kita merasa bersalah ketika kita telah melakukan sesuatu yang melanggar perintah Tuhan? Atau sadarkah kita bahwa dosa yang kita lakukan sebenarnya adalah pemberontakan kepada Tuhan?
Karena itu saudara, agar kita dapat terlepas dari ikatan dosa yang mematikan, penting bagi kita untuk mengakuinya di hadapan Tuhan. Inti pengakuan dosa adalah pertobatan dan penyesalan atas semua hal yang telah dilakukan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Sebab Pengakuan dosa yang jujur di hadapan Allah mendatangkan pemulihan dari Allah. Kebenaran inilah yang ingin diajarkan dalam Mazmur 51 ini.
Karena itu bapak ibu yang kekasih, Hari ini kita belajar, bagaimana langkah untuk menerima pemulihan dari dosa:

I. Diperlukan pengakuan akan dosa dan permohonan ampun (ayat 3-5 & 9)
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Mazmur 51 ini merupakan Mazmur pengakuan dosa yang paling terkenal dari 7 Mazmur tentang pengakuan dosa yang ada (25, 32, 34, 38, 51, 79, 106). Mazmur ini merupakan mazmur pengakuan dosa Daud. Saudara, Daud bukan hanya telah melakukan perzinahan, tetapi juga merancang pembunuhan bagi Uria, suami Batsyeba untuk menutupi dosanya. Saudara, saat Daud merencanakan niat jahatnya, ia bukan dalam kondisi yang terdesak. Tetapi ia tengah berada dalam keadaan memiliki segala-galanya. Ia berada di dalam istana yang kuat, aman, dan tidak ada musuh dari bangsa mana pun yang mampu melawannya.
Akan tetapi, musuh terbesar yang justru melemahkan Daud adalah dosa. Dosa mampu menyusup dan menemubus sampai ke dalam jiwa Daud hingga membutakan mata hatinya. Dosa lebih cerdik dan licik dari mata-mata musuh. Ia jauh lebih jahat dan kejam dari siapa pun juga. Karenanya setiap orang yang terpikat untuk melakukan dosa, ia akan tergoda untuk melalukan dosa yang lainnya. Saudara, kondisi ini jika tidak segera disadari dan diwaspadai, maka pastinya dosa akan membawa kita kepada maut.
Bapak/ ibu yang kekasih
Dalam Yakobus 1:14-15 dijelaskan “Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.”
Bukankah itu juga yang dialami Daud, ia “diseret dan dipikat olehnya?” Daya Tarik dosa begitu kuatnya sehingga Daud pun mengakui bahwa ia senantiasa bergumul dengan dosanya (Mazmur 51:5b).
Saudara, dalam 2 Samuel 12:1-7 kita dapat menemukan latar belakang dari Mazmur ini, bahwa ketika nabi Natan datang kepada raja Daud, ia tidak langsung menegur Daud. Natan menggunakan kisah orang kaya dan orang miskin. Orang kaya ini merampas satu-satunya anak domba yang dimiliki oleh si miskin. Kisah yang menggam-barkan ketidakadilan ini membuat Daud sangat marah! Secara spontan ia mengatakan bahwa orang kaya ini harus dihukum mati. Orang kaya ini juga harus mengganti anak domba itu empat kali lipat!
Pada saat itulah nabi Natan mengatakan: “Engkaulah orang itu!”  Nabi Natan seakan “membongkar” dosa Daud yang selama ini berusaha ia tutupi. Lalu apa respons Daud? Apakah ia berusaha membela diri? Tidak saudara!
Daud tidak mempersalahkan Batsyeba atau beragumen dengan nabi Natan mengenai situasi dan kondisi yang membuatnya tergoda. Daud juga tidak berdalih dengan menjelaskan ketidak-sadarannya ketika melakukan perbuatan dosa. Justru yang dilakukan Daud adalah, ia berulang-ulang kali mengakui bahwa itu semua adalah pelanggaranku, kesalahanku, dosaku.
Bagaimana dengan kita saudara? Apakah kita juga berani mengakui dengan jujur segala kesalahan yang telah kita lakukan? Ataukah kita berdalih mencari-cari celah agar kita merasa dibenarkan? Atau menganggap dosa yang kita lakukan sebagai sesuatu yang biasa dan pura-pura melupakannya? Ingatlah saudara, dosa yang tidak diselesaikan akan menjadi beban yang berkepanjangan. Demikianlah yang difirmakan Tuhan dalam Mazmur 38:5, “Sebab kesalahanku telah menimpa kepalaku; semuanya seperti beban berat yang menjadi terlalu berat bagiku.” Menarik saudara, jika kita bandingkan dalam terjemahan sehari-hari yang mengatakan: “tenggelam dalam banjir.” Apa artinya saudara? Artinya adalah seseorang yang tengah tenggelam dalam banjir kemungkinannya hanya satu yaitu maut akan segera menjemputnya.
Nyatanya saudara, dosa yang tidak pernah diselesaikan akan memberi dampak hilangnya sukacita dan damai sejahtera dalam hidup kita. Karena itu pengakuan dosa akan membuka kembali pintu anugerah Tuhan yang sudah tertutup oleh dosa. Tangan Tuhan yang menanti dan mengharapkan kita kembali sedang terbuka di hadapan kita. Karena itu, marilah kita datang ke dalam pelukan tangan kasih-Nya. Sebab Tuhan berjanji akan mengampuni dan menyertai kita serta menanggung akibat dosa kita. Dia juga akan akan menghamparkan jalan hidup yang baru setelah penyucian kita. Dengan kata lain, ada harapan yang lebih mulia dan menyenangkan Tuhan di dalam pengakuan dosa daripada terus menyembunyikan dan menumpuk dosa yang melahirkan dosa.

2. Diperlukan kesadaran bahwa dosa selalu berurusan dengan Tuhan (ayat 6).
Sidang jemaat yang kekasih,
Saat Daud sadar akan dosanya kepada Tuhan ia berkata: “Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa” (ayat 6). Dari kesadaran inilah yang akhirnya menuntun Daud pada pengakuan dosa yang jujur di hadapan Tuhan. Daud datang dengan jiwa yang hancur, hati yang patah dan remuk seperti yang digambarkan di ayat 19, “Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.” Hal ini menggambarkan suatu kondisi dukacita atau kesedihan yang mendalam karena telah berdosa serta rasa gentar seseorang yang berdosa karena ia menyadari akan kehadiran Allah yang kudus.
Daud merasakan penderitaan yang begitu mendalam ketika ia berusaha menutup-nutupi dosanya. Semakin ia berusaha lari, batin dan rohnya terasa semakin tertekan. Ia merasakan tangan Allah meremukkan tulang-tulangnya, wajah Allah yang penuh murka terus-menerus menatap dosanya. Dan ia pun merasa dibuang dari hadapan Allah.
Itulah penderitaan orang berdosa ketika terpisah dari Allah dan persekutuan dengan Roh Kudus. Daud sangat menyadari keseriusan dosa yang akan membawa dirinya kepada kegelapan dan kebinasaan kekal. Itulah sebabnya ia berdoa, “Jangan membuang aku dari hadapanMu, dan janganlah mengambil rohMu yang kudus dari padaku!” (Mazmur 51:13).
Pengakuan dosa ini dimulai dengan pernyataan yang jujur mengenai kesadaran pribadi tentang dosa. Perhatikan ayat 5: “Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku” Saudara, kedua kalimat ini mau menyatakan suatu kesadaran terus-menerus akan keberdosaannya bukan sekedar suatu kesadaran yang muncul kadang-kadang atau sekali-sekali saja. Pusat dari pengakuan dosa ini ada di ayat 6a “Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa”
Dalam konsep orang Israel, dosa yang dilakukan kepada sesama manusia dipercaya sebagai dosa yang menentang Allah. Pelanggaran terhadap perintah-perintah Allah ini dimaknai sebagai dosa yang menentang pribadi Allah. Jadi, melakukan dosa berarti melakukan sesuatu yang buruk, tidak menyenangkan, bahkan jahat di mata Tuhan!  
Kesadaran akan betapa seriusnya dosa ini membuat Daud sungguh-sungguh memohon pengampunan Allah. Hanya Allah yang bisa menghapus, membasuh, dan mentahirkan manusia dari dosa! Oleh karena itu, Daud sungguh-sungguh memohon supaya Allah menyucikan dia dari dosa-dosanya.   
Saudara-saudara dalam Yesaya 1:18 dikatakan bahwa “Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.” Selain itu, 1 Yohanes 1:9 juga mencatat “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan”
Bagian firman Tuhan ini menujukkan bahwa ada jaminan pengampunan dosa dari Allah ketika kita datang mengaku dosa di hadapan Allah. Jaminan pengampunan dosa ini menjadi suatu hal yang pasti karena pengorbanan Kristus yang sempurna di kayu salib. Pengorbanan Kristus yang sempurna telah meredakan murka Allah atas manusia berdosa. Pengorbanan Kristus telah membuka pintu pengampunan Allah bagi manusia berdosa.

Aplikasi
Saudara, dalam perjalanan kita mengikut Tuhan, bukankah kita juga masih sering jatuh bangun dalam dosa? Saya tidak tahu, apa yang menjadi pergumulan kita.  Mungkin ada yang bergumul dengan dosa kekuatiran, ketakutan, kecemasan, kemalasan, atau kemarahan. Mungkin ada yang bergumul dengan dosa iri hati, kesombongan atau kemurnian hati dalam pelayanan. 
Bahkan mungkin ada diantara kita yang bergumul dengan pikiran-pikiran negatif terhadap orang lain atau pikiran yang kotor yang muncul dalam khayalan kita. Saudara, mungkin dosa ini tidak diketahui oleh orang-orang di sekitar kita. Namun, satu hal yang pasti Tuhan tahu akan hal itu. Dosa kita adalah sesuatu yang jahat dan menjijikkan di hadapan Tuhan yang maha kudus. Dosa kita adalah suatu penghinaan kepada pribadi Tuhan!
Kesadaran akan dosa yang menjijikan ini seharusnya membuat kita datang merendahkan diri di hadapan Tuhan, mengakui dosa-dosa kita dengan jujur, dan memohon pengampunan Allah. Biarlah kita boleh datang dengan hati yang hancur dan penyesalan yang mendalam, dan kita berkata kepada Tuhan: “Tuhan, terhadap Engkau, terhadap Engkau saja aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kau anggap jahat. Kasihanilah aku yang berdosa ini”
Ingatlah saudara, bahwa dosa selalu membawa kecemasan dan kegelisahan dalam hidup kita. Namun, pengakuan yang jujur di hadapan Allah membawa kelegaan dan kebebasan. Pengakuan dosa ini menjadi langkah awal bagi kita untuk dipulihkan oleh Allah.

3. Mintalah satu pemulihan dari Allah (ayat 10).
Sidang jemaat yang kekasih,
Daud memohon supaya Allah, Sang Pencipta itu dapat merestorasi kembali hidupnya.  Daud rindu dimana Allah dapat kembali memulihkan hidupnya. Karena itu ia berkata dalam ayat 10 “Biarlah aku mendengar kegirangan dan sukacita, biarlah tulang yang Kauremukkan bersorak-sorak kembali!. Pada ayat 10, kita bisa melihat bahwa proses pemulihan ini dimulai dengan suatu permohonan supaya ia bisa mendengarkan sukacita dan kegirangan, juga supaya tulang yang telah Allah remukan dapat bersorak-sorai kembali.
Ungkapan “tulang yang Kau remukan” menggambarkan penderitaan atau kesukaran serta kegelisahan secara mental dan spiritual yang disebabkan oleh rasa bersalah karena dosa yang telah dilakukan. Nyatanya saudara, Daud sungguh-sungguh merindukan supaya ia bisa kembali merasakan sukacita dalam bersekutu dengan Allah.
Saudara, mari kita memperhatikan ayat 12-13: Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!  Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!”
Pada ayat 12, Daud memohon supaya Allah menjadikan hatinya tahir dan memperbaharui batinnya dengan roh yang teguh. Kata “jadikanlah” dalam ay 12a memakai kata Ibrani בָּרָא (bara’) dimana kata kerja ini hanya dipakai jika Allah sebagai Subjek.  Kata bara’ ini mengacu pada tindakan Allah yang menciptakan dan menjadikan sesuatu yang baru. Kata ini juga dipakai untuk menekankan suatu permohonan transformasi hidup yang hanya bisa dilakukan oleh kuasa Allah.
Jadi, dalam hal ini saudara hanya Allah yang bisa memperbaharui hati manusia. Hati di sini menggambarkan pusat dari emosi, kehendak, dan hidup seseorang. Hati yang telah menyimpang dari jalan Tuhan harus diperbaharui supaya bisa kembali melangkah di jalan yang benar.  Ayat 13 dilanjutkan dengan permohonan supaya Allah tidak membuang Daud dari hadirat-Nya dan mengambil Roh Kudus dari padanya.
Dalam konsep PL, Roh Kudus hanya diberikan kepada orang-orang yang mempunyai jabatan khusus, misalnya hakim-hakim, raja, atau nabi. Hal ini menunjukkan bahwa Roh Kudus yang akan memampukan orang tersebut untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu. Roh Kudus tidak tinggal menetap dalam diri seseorang sebagaimana konsep Roh Kudus yang diam dalam diri orang percaya di PB. Jadi, ketika Roh Kudus mening-galkan seseorang maka itu berarti bahwa ia telah kehilangan perkenanan Allah. Karena itu, Daud sungguh-sungguh memohon supaya Allah sudi mengampuni dan memulihkan dirinya sehingga ia bisa terus merasakan hadirat Allah dan ia bisa kembali berjalan di jalan kebenaran.

4. Menjadikan pelajaran berharga bagi orang lain (ayat 15).
Setelah Daud mengalami pemulihan dari Allah, ia berkomitmen untuk memuji Allah karena segala perbuatan-Nya. Daud juga berjanji untuk mengajar para pemberontak tentang “jalan” Allah. Jalan Allah di sini mengacu pada perintah atau hukum Allah yang menjadi pedoman hidup umat Tuhan. Pengajaran ini juga meliputi tentang kemurahan Allah, pengampunan, dan pemulihan Allah. 
Daud ingin supaya pengalamannya mengalami pengampunan Allah dan pemulihan dari Allah juga kelak akan menjadi pelajaran bagi orang lain yang pernah jatuh ke dalam dosa. Dengan demikian, orang-orang berdosa ini bisa mengalami pengampunan dan pemulihan sehingga mereka bisa kembali ke jalan Allah.  
Bapak/ ibu yang kekasih
Dalam Kisah Para Rasul 13:22, ketika Paulus berkhotbah di Antiokhia di Pisidia, Paulus berkata: “Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku.”
Kita mungkin bertanya, bagaimana mungkin Daud yang pernah jatuh ke dalam dosa disebut sebagai seorang yang berkenan kepada Tuhan? Benar saudara! Daud bukanlah manusia yang sempurna sama seperti kita. Namun dia mempunyai hati yang lentur, lembut dan mau dinasihati ketika ditegur oleh Tuhan. Ia datang merendahkan diri di hadapan Tuhan untuk mengakui dosa-dosanya. Ia memohon pengampunan dan pemulihan dari Allah. Karena itu, hidup Daud kembali berpaut pada Tuhan. Itulah sebabnya Daud tetap disebut sebagai orang yang berkenan di hati Tuhan. 

Aplikasi
Saudara, kita bersyukur bahwa Roh Kudus yang ada di dalam diri kita tidak keluar masuk dari hidup kita ketika kita berdosa. Justru Roh Kudus inilah yang akan mengingatkan kita ketika kita melakukan sesuatu yang kurang tepat. Roh kudus akan menyatakan kesalahan kita melalui hati nurani kita yang mengalami kesegelisahan saat melakukan dosa. Dapat juga melalui teguran orang-orang di sekitar kita, melalui peristiwa yang kita alami, atau justru melalui firman Tuhan yang kita baca atau renungkan.
Pertanyaannya adalah apakah kebenaran itu menjadi cermin yang mengoreksi segala ketidakberesan dalam hidup kita? Ataukah semua hal itu cuma menambah wawasan kita tanpa menyentuh hati kita? Mari kita berdoa supaya kita diberikan hati yang rela dikoreksi oleh Tuhan melalui berbagai sarana yang Ia pakai untuk menegur kita. 
Jangan sampai kita memiliki hati yang bebal sehingga kita menjadi kebal dan mengabaikan teguran Tuhan! Jangan sampai hati nurani kita menjadi dingin dan beku sehingga kita tidak bisa lagi mendengarkan suara Tuhan.  Mari kita memohon supaya Tuhan memperbaharui hati kita setiap hari sehingga kita bisa hidup dalam kebenaran.
Supaya apa yang kita lakukan adalah sesuatu yang diperkenan oleh Tuhan dan yang menyenangkan hati-Nya. Saudara, ingatlah bahwa dosa yang masih kita sembunyikan dan yang belum kita akui di hadapan Tuhan hanya akan membawa kegelisahan bahkan rasa frustasi yang mendalam di hidup kita. Hanya setelah kita mengakui di hadapan Tuhan kita akan akan merasa lega dan kembali merasakan sukacita yang sejati. Hanya setelah kita mengaku barulah kita bisa meminta Tuhan memperbaharui hati kita sehingga kita sungguh bersukacita berjalan kembali di jalan Tuhan.

Penutup
Sidang jemaat yang kekasih,
Kita perlu menyadari bahwa sebagai anak-anak Tuhan kita tidak kebal terhadap dosa. Dalam proses pengudusan yang terus berlangsung seumur hidup, kita masih bisa jatuh ke dalam dosa.  Kita masih bisa melakukan apa yang jahat di mata Tuhan. Karena itu ingatlah ini baik-baik, bahwa setiap dosa yang kita lakukan merupakan pemberontakan kita kepada Tuhan. Fakta inilah yang harus selalu kita sadari dan waspadai.
Pertanyaannya bagi kita, apakah kita sungguh-sungguh sadar bahwa segala dosa kita akan mendatangkan kebinasaan dan penderitaan kekal yang sangat mengerikan bagi kita? Sudahkah kita sungguh-sungguh menyesali dan meratapi dosa-dosa kita di hadapan Tuhan? Saat kita jatuh dalam dosa, apakah kita sungguh-sungguh merindukan pengalaman yang sangat indah bersama Tuhan dapat kembali terjadi dalam kehidupan kita? Jika semua pertanyaan diatas jawabannya adalah Ya!
Maka, saat kita jatuh ke dalam dosa, marilah kita datang dengan hati yang hancur dan berduka di hadapan Tuhan serta mengakuinya dengan jujur. Marilah kita memohon pengampunan Tuhan.  Tuhan yang penuh rahmat dan belas kasihan itu akan mengampuni dan menyucikan kita dari segala dosa kita. Marilah kita memohon supaya Tuhan memperbaharui hati dan pikiran kita sehingga kita bisa kembali menikmati sukacita dalam berelasi dengan Tuhan.
Sekalipun rasa bersalah atas dosa-dosa yang telah kita lakukan sangat sulit untuk dihilangkan, tetapi apakah kita mempunyai iman yang teguh bahwa Allah telah menyediakan jalan pendamaian bagi kita melalui darah Yesus Kristus?
Hanya dengan hati yang terus menerus diperbaharui dan dimurnikan oleh Tuhan kita bisa hidup di jalan Tuhan dan tidak menyimpang dalam dosa. Biarlah apa yang tercatat dalam Mazmur 119:11 menjadi doa kita: “Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau.”
Kalaupun kita terpeleset atau jatuh ke dalam dosa, kita harus ingat bahwa tangan Tuhan selalu terbuka untuk memberikan pengampunan dan pemulihan bagi kita. Dengan demikian kita dapat hidup sebagai anak-anak Tuhan bahkan hamba-hamba Tuhan yang memper-kenan Tuhan. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar