Selasa, 18 Agustus 2015

MENYATAKAN KASIH YANG TULUS

MENYATAKAN KASIH YANG TULUS
Yohanes 12:1-8
(Matius 26:1-6; Markus 14:3-9)


Rekan-rekan Remaja yang saya kasihi,
Pada suatu hari seorang gadis mengirimkan sebuah foto dirinya pada pacarnya. Di balik foto tersebut, sang gadis mencantumkan kata-kata cinta, "Dari Whitney yang mencintai dan akan selalu mencintaimu selamanya. Nb: Kalau kita putus, jangan lupa kembaliin fotonya padaku yah, soalnya aku hanya punya satu."
Saudara ironis memang, dalam kalimat pertama kita melihat suatu janji setia, tetapi dalam kalimat kedua justru merupakan kebalikannya, dimana ia meminta kembali barang yang telah ia berikan, seakan-akan ia tidak mau rugi. Kisah ini ingin menggambarkan kepada kita suatu kasih yang tidak tulus. Saya yakin, tidak ada diantara kita yang mau berkawan atau berpacaran dengan seseorang yang seperti itu.
Tapi saudara, sadar atau tidak sadar seringkali dalam kehidupan ini, kita pun seringkali bertindak "lain di mulut, lain pula di hati". Dimana dari luar nampak manis, sementara dalam hati menyimpan kekesalan. Seperti seorang yang sedang memakai sebuah topeng.
Kalau kita mau jujur, hidup kekristenan kita pun bisa terjebak dalam topeng kerohanian. Dimana supaya dapat terlihat lebih rohani, segala sesuatu dalam pelayanan dimulai dalam doa, tapi ketika berbicara masalah program dan pengambilan keputusan, seringkali yang terjadi justru kurang bijak dalam memutuskan atau bahkan bertentangan dengan prinsip-prinsip Alkitab. Mengapa bisa terjadi? Karena pelayanannya hanya sebuah topeng!
Banyak orang juga datang dan aktif ke gereja, sehingga orang mengang-gapnya sebagai seseorang yang sangat rohani, tetapi siapa yang bisa menduga jika ia ternyata memiliki motivasi lain selain untuk Tuhan. Ini juga terjadi karena topeng.
Saudara,
Dalam perikop yang kita baca tadi, kita diperhadapkan dengan dua pribadi yang sama-sama melayani Tuhan Yesus tetapi memiliki kasih yang berbeda. Yang satu melayani dengan tulus tetapi yang lain melayani karena sebuah topeng.
Kisah ini dilatar belakangi peristiwa kebangkitan Lazarus oleh Tuhan Yesus. Dan sejak itu, Tuhan Yesus semakin menjadi pusat perhatian orang banyak. Banyak orang mulai melihat kemuliaan di dalam diri Tuhan Yesus dengan mujizatNya yang luar biasa, sehingga hal itu menimbulkan rencana jahat dari Imam Besar dan para pemuka agama Yahudi untuk melenyapkan Tuhan Yesus. Dalam Yohanes 11:53, dikatakan: Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia.
Saudara,
Jika kita berpatokan dari Yohanes 11:54, maka Tuhan Yesus dan murid-muridNya tengah melakukan perjalanan dari Efraim ke Betania. Jarak Efraim ke Betania kurang lebih 10 Km. Sementara Betania terletak di balik Bukit Zaitun dekat Yerusalem (Markus 11:1; Yohanes 11:18), dan jarak Betania ke Yerusalem sendiri kurang lebih 3 Km.
Jadi Tuhan Yesus memang berniat untuk singgah di Betania guna memenuhi undangan perjamuan untukNya sebelum Dia ke Yerusalem. Tentunya hal ini terjadi di rumah Simon si Kusta, yang kemungkinannya memiliki hubungan dengan Martha, Maria dan Lazarus yang pernah dibangkitkan oleh Tuhan. Jadi, 6 hari menjelang Paskah inilah Tuhan Yesus berada di Betania di rumah Simon.
Yohanes 12:2, 3 “Di situ didakan perjamuan untuk Dia dan Martha melayani... Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu.
Saudaraku
Dalam tradisi saat itu, Perjamuan makan hanya dihadiri oleh kaum laki-laki. Mereka duduk dan berkumpul dalam sebuah perjamuan, sementara para wanita melayani. Karenanya Marta sibuk melayani dengan menyiapkan hidangan bagi perjamuan di malam itu. Sementara Maria memandang hari itu sebagai kesempatan bagi dia untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan Yesus, yang diwujudkan dengan jalan mengurapi Yesus.
Rekan-rekan yang saya kasihi,
Mari kita melihat lebih seksama bagaimana tokoh-tokoh ini menyatakan kasihnya kepada Tuhan Yesus:

Martha
Sekalipun dalam cerita ini maupun dalam Lukas 10:38-42, Marta selalu digambarkan sebagai tokoh yang inferior/ lebih rendah dari Maria, tetapi apa yang ia lakukan di sini tetap merupakan sesuatu yang baik, yang patut untuk ditiru! Berbeda dengan peristiwa dalam Lukas 10:38-42, yang memang diadakan di rumahnya (Lukas 10:38), perjamuan kali ini tidak diadakan di rumahnya, tetapi toh ia tidak bersikap sebagai tamu yang minta dilayani, sebaliknya ia melayani, sebagaimana layaknya kaum wanita pada umumnya!
Saudara,
Hari ini Gereja membutuhkan orang-orang kristen yang mau melayani, bukan yang hanya duduk-duduk dan berpangku tangan! Jadi kalau saudara bukan orang yang aktif melayani Tuhan, sadarilah bahwa saudara hidup dalam dosa pasif!

Maria
Dijelaskan bahwa Maria mengambil setengah kati minyak Narwastu murni yang mahal harganya. Dengan farfum ini, Maria meminyaki kaki Tuhan Yesus dan menyekanya dengan rambutnya. Berat minyak ini disebutkan setengah kati, suatu ukuran yang memiliki berat + 61/4 ons, atau + 312,5 gram. Yang jelas, ini merupakan jumlah yang sangat banyak untuk suatu pengurapan
Pada zaman Yesus, minyak narwastu biasanya ditempatkan dalam buli-buli berdiameter 10 -12 cm dan tinggi buli-bulinya sekitar 8-10 cm. Mulut buli-bulinya cukup kecil karena biasanya dipakai sedikit saja dan sudah semerbak baunya. Pada zaman itu minyak narwastu adalah wewangian yang mahal dan biasanya di import dari India.
Dalam Yohanes 12:3 disebutkan bahwa Maria meminyaki kaki Yesus dan menyeka dengan rambutnya. Sedangkan dalam Markus 14:3 dan Matius 26:7 mencatat bahwa minyak tersebut dituang di kepala Yesus. Saudara ini bukan suatu kontradiksi, sebab pengurapan memang dilakukan di atas kepala, tetapi karena jumlah yang dituangkan begitu banyak menyebabkan tumpah hingga ke kaki Tuhan Yesus.
Perlu diingat bahwa pada masa itu, perjamuan tidak diadakan dengan duduk di kursi (seperti yang biasanya dilukiskan dalam lukisan/gambar para seniman Eropa), tetapi dalam posisi duduk melantai dan setengah berbaring dengan posisi kaki ditekuk ke belakang. Dengan posisi ini, bisa dipastikan Maria akan dengan mudah dapat menggapai Yesus dari belakang.
Setelah meminyaki kaki Yesus, selanjutnya disebutkan Maria menyeka kaki Yesus dengan rambutnya! Saudara, kejadian ini adalah kejadian yang tidak lazim, sebab Hal ini bukanlah kejadian yang biasa di Palestina tidak ada wanita terhormat yang mengurai rambutnya dimuka umum. Jika ada yang mengurai rambut itu berarti suatu pertanda dari wanita yang tercela moralnya.
 Jadi jika Maria melakukan hal yang demikian, itu berarti bahwa Maria rela untuk melepaskan seluruh rasa gensinya hanya untuk diterima disisi Tuhan. Tindakan melepas penutup rambut di depan umum seperti yang Maria lakukan dan menyeka kaki Yesus dengan rambutnya adalah suatu tindakan kasih dan luar biasa yang tidak lazim dilakukan antara sesama manusia, wanita ke pria, bahkan hamba terhadap tuannya.
Saudara, Maria merendahkan dirinya sedemikian rupa, karena ia tahu siapa Tuhan Yesus sebenarnya, dan ketidak-layakan dirinya menerima Yesus hadir ditempatnya. Ia tahu bahwa kuasa membangkitkan orang mati tidak ada pada manusia, bahkan nabi sekalipun. Kuasa itu hanya ada pada Allah semata seperti yang Yesus lakukan terhadap Lazarus saudaranya. Lagi pula Maria tidak melihat cara lain yang pantas untuk bersyukur dan menyatakan kasihnya terhadap Yesus selain daripada meminyaki kepala dan kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya yang adalah mahkotanya (bandingkan 1 Korintus 11:15 tentang rambut wanita).
Selebihnya, Maria juga bukan hanya menyaksikan kuasa Yesus, tetapi dengan ketekunannya mendengarkan ajaran Yesus ia beroleh pengertian dan hikmat besar akan siapa Mesias dan Juruselamat itu. (Bandingkan Lukas 10:38-42).
Dari sini kita melihat bahwa Maria telah memberikan yang terbaik dari yang ia miliki. Sesuatu yang selalu memperhitungkan harga bukanlah Cinta sejati. Cinta yang sejati selalu memberikan semua miliknya dan yang terbaik.
Karena itu suatu pemberian tidak pernah betul-betul merupakan suatu pemberian kalau kita dapat mengusahakannya dengan mudah; suatu pemberian betul-betul adalah suatu pemberian kalau ada pengorbanan dibalik pemberian itu, dan kalau kita memberikan jauh lebih banyak dari kemampuan kita).
Kalau saudara adalah seorang cewek dan seorang cowok mengatakan bahwa ia mencintai saudara tetapi selalu pelit dan penuh perhitungan demi saudara, apakah saudara percaya cintanya? Analoginya, kalau dalam memberi untuk Tuhan saudara selalu pelit dan penuh perhitungan, apakah itu menunjukkan bahwa saudara mencintai Tuhan? Ingat bahwa tidak mencintai Tuhan adalah pelanggaran terhadap hukum yang terutama (Matius 22:37).
Seandainya kalian punya anak, dan anak kalian meminta sesuatu yang baik, tetapi saudara tidak mampu membelikannya untuk dia, apakah saudara menyesal mengapa saudara tidak lebih kaya supaya bisa membelikannya? Kalau ya, itulah cinta! Sekarang dalam hubungan dengan Tuhan, pernahkah saudara menyesal mengapa tidak lebih kaya supaya bisa memberi lebih banyak? Atau justru berpikir sebaliknya, kalau bisa kita memberi yang terkecil dari yang kita miliki.
Nyatanya, Maria melakukan tindakan kasihnya dengan rendah hati. Sikap kerendah-hatiannya nampak saat ia menyeka kaki Yesus dengan rambutnya! Maria memberi banyak tetapi ia tetap memberi dengan rendah hati.

Yudas Iskariot
Namun jauh berbeda dengan sikap Yudas Iskariot dan orang-orang yang duduk diantara Tuhan Yesus. Dikatakan dalam Yohanes 12:4-6 Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata: "Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?" Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya.
Peristiwa meminyaki kaki Yesus dan menyeka dengan rambut tersebut, tentu saja peristiwa yang tidak lazim dilakukan di Palestina, dan pastinya akan menimbulkan berbagai reaksi dari banyak orang. Mengingat bahwa wanita hanya hadir sebagai pelayan dan tidak ikut makan bersama, maka pada saat perjamuan itu tentulah semua mata laki-laki tertuju kepada Maria yang tengah bersimpuh. Yang pasti ada berbagai rasa tentu timbul: “Ada yang terperangah dan malu karena terkejut melihat Maria melepas dan mengurai rambutnya, tetapi ada juga yang iri.
Saudara, Yudas dengan kaku mempersoalkan tindakan itu dan menganggapnya sebagai suatu pemborosan belaka. Tetapi ini adaah keluhan Yudas yang muncul dari itikadnya yang kurang baik.
Yang menjadi titik persoalannya bukanlah soal minyak yang seharusnya bisa dijual dan uang hasil penjualannya dapat dibagikan kepada orang-orang miskin. Tetapi yang menjadi persoalannya adalah pada tindakan Maria yang mengurapi Tuhan Yesus dengan minyak Narwastu.
Saudara,
Jika dilihat dari harganya, jelas minyak Narwastu ini memiliki nilai yang sangat mahal. Nilainya setara dengan 300 dinar atau sama dengan nilai upah buruh setahun. Pastinya dengan jumlah uang tersebut sangat relevan jika dibagikan kepada orang-orang miskin.
Hanya permasalahannya adalah perkataan Yudas tidak muncul dari hatinya yang murni. Ia berkata layaknya memakai topeng kerendahhatian. Hal ini dapat dilihat dari pengamatan Yohanes bahwa: Yudas seorang pencuri, yang sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya (Yohanes 12:6).
Dengan demikian, pernyataan Yudas ini bukan hanya memper-tontonkan kebodohannya atau sikap aslinya sebagai bendahara yang tidak jujur, tetapi Yudas juga sudah menghina Yesus dengan mencemooh perilaku Maria. Sungguh suatu hal yang bisa saja kita lakukan bila kita tidak berhati-hati dengan ucapan dan tindakan kita - Bukankah Yudas sebaiknya bertanya kepada Maria mengapa ia melakukan hal seperti itu? - Bukankah seperti Yudas kita biasanya langsung mencela tindakan seseorang tanpa terlebih-dahulu bertanya dan memahami apa maksud tindakan orang tersebut?
Dengan kata lain, Yudas Iskariot sendiri tidak melakukan tindakan kasih untuk Tuhan, tetapi ia mengkritik orang yang melakukan tindakan kasih (ay 4-5)! Saudara, dalam gereja ada banyak tukang kritik seperti ini, padahal dirinya sendiri tidak melakukan/ memberi apa-apa untuk Tuhan! Kalau saudara adalah orang seperti itu, bertobatlah sebelum saudara menjadi seperti Yudas!
Yang berikutnya, Yudas menilai tinggi harga minyak wangi itu (ay 5 - 300 dinar). Tetapi celakanya, ia menilai rendah Gurunya sendiri (Matius 26:15 – dengan 30 keping perak, ini harga seorang budak - Keluaran 21:32!). Keterlaluan bukan!
Bisa jadi, kalau saudara menganggap suatu persembahan untuk Yesus itu terlalu besar, itu pasti berarti bahwa saudara menilai rendah Tuhan Yesusnya sendiri!
Namun, dari bagian ini ada beberapa hal bisa kita lihat lebih dalam dimana respon Yudas pastinya berbeda dengan rasul-rasul yang lain. Rasul-rasul yang lain, sekalipun kritikannya salah, tetapi bisa jadi motivasinya benar, sedangkan Yudas, ia salah baik dalam kritikan maupun motivasinya! Yudas menggunakan amal sebagai topeng untuk ketamakan/ pencuriannya!
Dengan sikapnya ini menjelaskan kepada kita bahwa Yudas bukanlah orang kristen sejati (bdk. juga Yohanes 6:70; 13:10-11). Karena itu kebinasaan Yudas tidak menunjukkan bahwa ia kehilangan keselamatannya! Ia tidak pernah diselamatkan! Dari semua ini terlihat bahwa dari pada mengkritik Maria, seharusnya Yudas mengintrospeksi dirinya sendiri, karena sebetulnya kritikannya muncul dari kebejatannya sendiri (bdk. Matius 7:1-5).
Pada waktu usulan Yudas itu ternyata ditolak oleh Yesus (ay 7-8), menjadikan Yudas begitu marah, sehingga ia pergi menjual Yesus dengan 30 keping perak (Matius 26:14-16/ Markus 14:10-11). Di sini kita melihat bahaya dari dosa, yang makin lama makin membuat orangnya keras hati.
Yohanes 12:7 Maka kata Yesus: "Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. 12:8 Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu."
Hanya dengan kalimat-kalimat ini Tuhan Yesus sebenarnya ingin Meredam perasaan dan reaksi seluruh hadirin dan murid-muridNya.
Perkataan ini menusuk mereka sedemikian rupa sehingga tidak ada lagi catatan lain tentang peristiwa ini, yang menandakan bahwa semuanya langsung terbungkam. Ya, ... menusuk, karena perkataan ini adalah semacam peringatan bahwa perpisahan akan segera terjadi, ... perpisahan melalui kematian!
Dengan kalimat-kalimatNya, Tuhan Yesus bernubuat tentang saat kematianNya yang sudah dekat dan bagaimana seluruh pengajaranNya akan diberitakan ke seluruh dunia. Markus 14:9 dan Matius 26:13 sebagai bagian paralel dari bacaan ini, selanjutnya mencatat: "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil ini diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia."
Jadi apa yang Yesus ucapkan, - yang kalau kita lihat sepintas kelihatannya seperti membela Maria - sebenarnya adalah suatu nubuatan tentang saat kematianNya yang sudah mendekat. 
Yesus memahami apa yang dilakukan Maria berasal dari hati yang paling dalam. Bahkan apa yang diperbuat Maria, dicatat oleh murid-muridNya dalam Injil - yang kalau kita lihat sepintas kelihatannya sebagai upah Maria mengurapi Yesus - sebenarnya adalah supaya kita memahami apa yang Maria lakukan dan mengenal dengan baik siapa yang diminyaki kakinya itu - sebagaimana Maria mengenal siapa Yesus itu.

PENUTUP
Ada beberapa kesimpulan dan penerapan yang kita dapat pelajari dari bacaan kita pekan ini.
1.    Maria hanyalah seorang perempuan biasa, tetapi dalam kehidupannya yang mengenal Yesus sebagai Guru, ia dapat melihat sesuatu yang luar biasa dari pribadi Yesus. Karena tekun, Maria dapat menangkap ajaran Yesus dengan baik, bahkan secara istimewa Maria dan Marta serta Lazarus, dipilih Tuhan untuk menyatakan kuasaNya melalui AnakNya Yesus - dengan melihat kematian dan kebangkitan Lazarus.
Sikap Maria yang meminyaki kaki Yesus dengan minyak narwastu yang mahal dan mewah, dan menyekanya kaki Yesus dengan rambutnya, adalah perbuatan mengasihi dengan segenap hati, dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal budi. (Bandingkan Matius 22:37, Markus 12:30).
Bagaimana dengan kita? maukah kita seperti Maria yang merendahkan diri dihadapan Tuhan? Biarlah kita juga berespon sebagaimana Maria yang tahu bahwa “Tuhan terlebih dahulu mengasihi ia, maka harta terbaik-nya pun ia kuberikan kepada Tuhan, maka sebagai orang percaya kita juga patut memberikan persembahan yang terbaik kepada Tuhan, karena Ia telah lebih dahulu mengasihi kita. 

2.  Tuhan Yesus mengerti maksud Maria, sehingga Ia membiarkan Maria melakukan pernyataan kasihnya itu. Selanjutnya Yesus mengingatkan akan saat perpisahan denganNya. Hal yang dapat kita pelajari, bahwa perkataan Yesus merujuk pada Ulangan 15:11 tentang sikap terhadap orang miskin. Jadi seperti Maria yang mengerti dan memahami ajaran Yesus, maka kita sepatutnya memberlakukan orang miskin sebagaimana kita mengasihi diri kita sendiri. (Bandingkan Matius 22:39, Markus 12:31).
Bukankah Tuhan Yesus mengajarkan di Matius 25:40, “Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.

3.  Perkara Yudas Iskariot dan Maria adalah pelajaran beriman. Orang belum bisa dikatakan beriman kalau hanya berbuat baik, ia juga harus memiliki hati yang baik. Orang belum bisa dikatakan beriman kalau dia hanya memberi dengan tangannya, dia baru dikatakan beriman kalau dia juga bisa memberi hati dan bahkan seluruh hidupnya untuk Tuhan dan sesama.
Beriman adalah tanpa topeng. Beriman itu tulus dari dalam hati dan memancari keluar. Kalau manusia saja bisa merasakan ketulusan, apalagi Tuhan. Kalau manusia saja senang dengan kejujuran, apalagi Tuhan. Bukankah selama ini Tuhan tulus tanpa topeng mengasihi kita? Dia tidak pernah berpura-pura mengasihi kita. Karena itu, Dia juga layak mendapatkan seluruh isi hati kita. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar