Kamis, 27 Agustus 2015

ORANG BENAR DALAM PEMELIHARAAN TUHAN

ORANG BENAR DALAM PEMELIHARAAN TUHAN
Mazmur 73:1-28

Bapak/ Ibu yang kekasih,
Kita sering mendengar orang berkata: Rumput tetangga selalu kelihatan lebih hijau. Saudara, peribahasa ini kelihatannya singkat tetapi memiliki makna yang dalam. Peribahasa ini selalu dilontarkan saat kita mulai merasa tidak puas dengan apa yang sudah kita miliki. Saat kita mulai merasa iri hati melihat kondisi orang lain yang lebih mujur. Juga sebagai ungkapan saat kita mulai tidak lagi nyaman dengan segala sesuatu yang melekat dalam diri kita.
Pertanyaannya, mengapa perasaan iri hati, tidak puas, tidak nyaman seringkali muncul dari dalam diri kita? Mungkin jawabannya adalah karena sifat alami manusia yang selalu ingin lebih dibandingkan orang lain. Tetapi jawaban yang sesungguhnya adalah karena kuasa dosa yang sudah merasuk dalam kehidupan manausia, sehingga manusia tidak pernah merasa puas diri dengan apa yang telah Tuhan karuniakan kepadanya.
Sidang jemaat yang kekasih dalam Tuhan
Hal yang sama pun sempat dirasakan oleh Pemazmur Asaf ketika ia melihat kehidupan orang-orang Fasik yang ada disekitarnya. Dia mengatakan bahwa hampir saja dia mengakui peribahasa diatas ada benarnya! Dimana memang rumput tetangga selalu lebih subur dibandingkan dengan rumput di rumahnya sendiri!. Dikatakan dalam ayat 2: “Tetapi aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir.”  Dalam terjemahan lain dikatakan: Tetapi aku sudah bimbang, kepercayaanku hampir saja hilang,
Saudara, kita melihat suatu pergumulan hidup yang cukup berat yang dirasakan oleh pemazmur. Bukan saja ketika ia melihat kenyataan hidup yang dia rasakan sulit untuk dimengerti. Tetapi juga saat ia melihat kehidupan orang Fasik yang jauh lebih makmur dari dirinya. Bahkan sempat terbersit dalam pikirannya bahwa Tuhan rasanya sedang bertindak tidak adil terhadapnya.
Bagaimana tidak! Dalam ayat 3-5 kita melihat bagaimana pemazmur menjelaskan kehidupan yang dirasakan orang-orang Fasik jauh lebih beruntung:
-        Kehidupan orang Fasik nampak lebih mujur dari kehidupan orang benar (ayat 3).
-        Mereka nampak senantiasa dalam kesehatan yang prima (ayat 4).
-        Rasanya tidak ada kamus kesusahan dalam kehidupan orang Fasik, apalagi terkena tulah (ayat 5).
Dengan kata lain saudara, orang yang notabene tidak taat melakukan firmanNya, yang berbuat dosa semaunya, yang tidak pernah takut melakukan tindakan yang bertentangan dengan firman Tuhan, bahkan mereka menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan justru nasibnya sangat baik.
Mereka bisa makan enak di rumah makan manapun dengan uang yang mereka dapat dengan cara yang tidak halal. Mereka bisa beli pakaian baru, mobil mewah, maupun rumah yang kokoh karena mereka punya uang yang didapat dengan hasil korupsi. Mereka kerja sedikit, dengan tidak mencucurkan keringat, namun hasil yang didapat sangat banyak. Justru nampaknya hidup mereka tidak pernah susah.
Sebab itu pemazmur cemburu! Ini jelas-jelas kehidupan yang tidak adil baginya. Saudara bisa kita bayangkan, kita yang mati-matian kerja secara jujur, kita berusaha menghemat sedemikian rupa agar apa yang kita dapat cukup untuk memenuhi kehidupan kita. Kita berusaha hidup benar sesuai dengan firman Tuhan. Mungkin teman-teman kita juga hanya sedikit dibandingkan mereka yang tidak beriman, toh kita masih disalah mengerti dan dianggap sok suci.
Kita berusaha selalu berani mengatakan kebenaran dan menegor saat teman kita berbuat dosa, eh kita malah dibenci dan dikucilkan. Kita berusaha mendapatkan harta dengan cara yang jujur, nyatanya untuk menikmati hasilnya pun sangat lama kita dapatkan. Ibaratnya kita mati-matian hidup untuk Tuhan, justru malah lebih susah! Bagaimana Pemazmur tidak akan menjadi putus asa jika melihat kenyataan yang demikian? Bahkan dia mengatakan hampir saja terpeleset dan tergelincir dalam dosa, ketika ia melihat kenyataan dari sudut pandangnya.
Belum lagi saat melihat kemakmuran mereka yang tidak takut Tuhan, justru menjadikan mereka lebih sombong. Mereka menyindir kehidupan anak-anak Tuhan, mengata-ngatainya dengan jahat, bahkan mereka berani menantang Tuhan yang menjadi pemelihara orang pilihanNya, dengan berkata: “Bagaimana Allah tahu hal itu, adakah pengetahuan pada Yang Mahatinggi?” (Ayat 11).
Kalau kita melihat saudara, bisa dipastikan bahwa pemazmur sedang dalam kondisi depresi rohani berat sehingga kenyataan hidup yang demikian membuatnya jadi tawar hati dan cemburu kepada orang-orang fasik yang makmur kaya, gemuk dan sehat-sehat padahal mereka menghujat Allah. Sedangkan dia yang menjaga hidupnya dalam kekudusan dan takut akan Allah malah menderita dan sengsara.
Saudara bukankah hal yang wajar jika pemazmur cemburu dengan kenyataan yang memilukan seperti itu. Tidakkah salah jika ia mengatakan “sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah” (ayat 13). Karena kenyataannya sepanjang hari dia selalu yang lebih menderita. Sepertinya dunia ini sudah terbalik.
Namun saudara, disatu sisi, untuk mengakui hal diatas, pemazmur masih punya rasa malu terhadap anak cucunya. Mungkin ia akan dianggap sebagai seorang pengkhianat yang telah menghujat Tuhan. Tetapi disisi yang lain, ia sendiri tidak mengerti mengapa Tuhan mengijinkan nasib anak-anakNya lebih sulit untuk dijalani. Mengapa? Mengapa saudara?
Bapak/ ibu yang kekasih,
Memang tidak mudah menjalani hidup seperti yang Tuhan mau. Terlebih ketika kita hidup ditengah-tengah orang-orang yang tidak mengenal Tuhan. Rasa-rasanya kita ingin berontak kepada Tuhan, dan berkata kepada Tuhan, bukan itu yang saya mau!
Bukankah pergumulan semacam ini juga seringkali dialami oleh banyak orang percaya? Namun tahukah saudara, bahwa Allah menjanjikan suatu berkat kepada mereka yang mampu bertahan dalam penderitaan, seperti yang dijanjikanNya dalam Yakobus 1:12: "Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia."
Nyatanya saudara, Tuhan tidak pernah membiarkan kita bergumul sendirian. Kenyataannya, tidak ada yang sia-sia jika kita hidup benar di hadapan Tuhan, karena "Mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar" (Mazmur 34:16a)Sebab pada saatnya nanti, orang-orang fasik akan menuai apa yang telah mereka perbuat. Dan orang-orang benar akan melihat kesudahan orang-orang fasik yang akan menerima penghukuman (ayat 18-20).
Saudara, Tuhan memang sengaja mengijinkan kita masuk dalam penderitaan dan bersusah payah untuk mendapatkan sedikit rejeki dan kesenangan, karena Dia ingin supaya kita dapat semakin kuat baik secara iman maupun pengenalan kita akan Dia.
Menjadi orang Kristen adalah berani pikul salib, dan salah satu aplikasi tindakannya adalah kita siap hidup jujur namun menderita untuk meneladani Tuhan. Tuhan mengasihi saudara dan saya. Oleh karena itu Dia mendewasakan kita dengan tekanan hidup dan keadaan yang tidak menyenangkan. Tuhan ingin kita menjadi orang Kristen yang kokoh, bukan orang Kristen yang manja dan rapuh. Karena itu saudara, apapun masalah dan tekanan hidup yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup kita saat ini, jangan pernah menjadikan kita kehilangan iman dan pengharapan kepadaNya.
Karena itu,
Pemazmur pun terperanjat ketika Tuhan membentangkan jawaban atas kegalauan hatinya. Dalam ayat 18-20 kita dapat menyimpulkan bahwa masalah hidup yang sesungguhnya bukan hanya soal kesenangan di dunia, tetapi kesenangan di akhirat.
Jadi untuk apa kita banyak memiliki segala sesuatu di dunia ini jika semua yang kita miliki tidak diberkati Tuhan? Bukankah lebih baik, kita tetap bersyukur dengan segala kondisi yang Tuhan ijinkan kita alami, tetapi kita tetap dijamin sampai kehidupan di akhirat nanti.
Bapak/ ibu yang kekasih,
Kemujuran orang fasik dan penderitaan orang saleh memang selalu menjadi persoalan bagi orang-orang beriman. Dengan dalih kita ini masih hidup di dunia, seharusnya kita setidaknya dapat mengejar apa yang bisa kita nikmati sekarang. Masalah akhirat nanti kita bicarakan kalo sudah mati?
Permisi tanya saudara? Bisakah kalo seseorang yang sudah mati memikirkan sesuatu? Saya rasa, jangankan memikirkan akhirat, memikirkan mau beli peti yang mana saja tidak mungkin ia bisa memilih, betul?
Untuk itu mari kita berpikir yang panjang, karena pikiran yang panjang adalah pikiran yang bijaksana. Dalam hal inilah, Pemazmur dibukakan mata rohaninya untuk kembali melihat kasih Allah dalam hidupnya.
-        Ia sadar atas kebodohan yang dilakukannya (ayat 21-22).
-        Ia sadar bahwa dalam segala keadaan Tuhan tetap bersama dengan dia, walaupun kelihatannya tidak masuk akal (ayat 23a).
-        Ia yakin sepenuhnya bahwa Tuhan akan mengangkat dia dan memberikan kemuliaan bagi dirinya (ayat 23b).
-        Ia sadar bahwa dia terbatas dalam memahami kedaulatan Allah tetapi dia mau tetap taat beribadah kepada Allah (ayat 21-24).
-        Ia sadar bahwa tujuan hidupnya adalah merindukan Allah, baik di bumi dan di surga bukan soal materialisme atau hedonisme (ayat 25).
-        Ia sadar bahwa kesakitan dan kematian tidak bisa memisahkan diri-Nya dengan Allah selama dia tetap setia dan taat (ayat 26).
-        Ia sadar bahwa dekat kepada Allah adalah kesukaannya dan perlindungannya adalah Allah supaya dia dapat menjadi saksi Allah (Ayat 28).
Sidang jemaat kekasih,
Tuhan diakui baik oleh Pemazmur bukan karena dia telah dibebaskan dari penderitaannya, bukan pula karena telah dianugerahi harta dunia, melainkan karena anugerah keakraban hidup dengan Allah dan perlindungan yang dapat dialaminya. Pengalaman dekat dengan Allah inilah yang memungkinkan pemazmur mengakui keadilan Allah yang sesungguhnya (ayat 27-28). Karena itu ia berani menyimpulkan satu hal bahwa: “Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya” (ayat 1).
Dengan demikian Bapak/ ibu yang kekasih,
Biarlah Mazmur ini menjadi peringatan buat kita untuk tidak bertindak buru-buru mengambil kesimpulan bahwa Tuhan tidak baik atau tidak adil. Tetapi biarlah kita semakin bijak dalam menilai kehidupan ini dan tetap memegang janji Tuhan. Bahwasanya Orang benar selalu ada dalam pemeliharaan Tuhan.
Sebab semua yang ada dalam dunia ini adalah milik Tuhan. Semua yang terjadi dalam kehidupan ini pun terjadi atas seijin Tuhan. Untuk itu jangan ragu akan janji Tuhan dan jangan keliru dalam memahami Allah.
Apa pun keadaannya, biarlah kita senantiasa menjaga hubungan kita dengan Tuhan. Saat kita makin melekat pada Tuhan bukan berarti keadaan kita langsung berubah seketika, tetapi justru kita sendiri yang akan diubahkan oleh Tuhan. Kita akan diangkat masuk ke dalam kemuliaanNya. Oleh karena itu jangan pernah iri hati kepada keberhasilan orang-orang di luar Tuhan. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar