Selasa, 07 April 2015

KEKUATAN DOA GETSEMANI

KEKUATAN DOA GETSEMANI
Matius 26:36-46


Sidang jemaat yang kekasih,
Di dalam kehidupan kita, seringkali kita diperhadapkan dengan yang namanya pergumulan. Saya yakin, tidak ada satupun manusia di dunia ini yang tidak pernah tidak mengalami pergumulan. Semuanya pasti pernah mengalami pergumulan walaupun itu berbeda-beda dalam kadar dan tingkat pergumulannya. Mungkin yang satu diperhadapkan dengan pergumulan yang ringan, tetapi yang lain ia diijinkan Tuhan masuk dalam pergumulan yang berat.
Demikian pun yang terjadi pada Yesus saudara. Dalam perjalanan pelayanan Yesus di bumi, ia pun pernah mengalami yang namanya pergumulan yang sangat berat. Namun pergumulan yang dialamiNya bukanlah mengarah kepada diriNya sendiri, melainkan pergumulan yang seharusnya menjadi tanggungan umat manusia, tetapi itu semua dibebankan kepadaNya.
Saudara, pernahkah kita terpikir bahwa penebusan manusia karena dosa menuntut suatu harga yang harus dibayar? Yesus datang untuk mengerjakan  penebusan Allah agar umat manusia dapat bebas dari hukuman yang harus ditanggung karena berdosa. Ia harus mati, seperti domba Paskah yang harus mengorbankan darah-Nya untuk melepaskan umat Allah dari kematian. Demikian pula Yesus sudah siap untuk menjalani kematian dengan penumpahan darahNya yang kudus. Karena Ia taat pada Bapa yang menghendakiNya. Dan karyaNya yang besar itu harus Ia mulai dengan pergumulanNya di taman Getsemani.
Sidang jemaat yang kekasih,
Getsemani (bahasa Aramnya adalah gat semen = yang artinya “perasan minyak). Getsemani sebenarnya adalah nama sebuah bukit, yang di dalamnya terdapat sebuah taman yang dipenuhi dengan pohon-pohon zaitun. Letaknya ada di timur Yerusalem, seberang lembah Kidron dekat Bukit Zaitun (Mat. 26:30). Taman ini memiliki luas kira-kira 50m2, dan dikelilingi oleh tembok yang mengitarinya.
Dalam ayat 36 yang tadi kita baca, kita menemukan bahwa Getsemani bukanlah tempat yang asing bagi Yesus, karena Yesus sudah terbiasa dan mengenal kondisi dan situasi di taman itu. Hal ini membuktikan bahwa relasi antara Yesus dengan pemilik taman sepertinya sudah sangat erat, karena bukan pada jam-jam biasa Yesus berkunjung ke taman, tetapi pada tengah malam, ketika hari masih dalam keadaan sangat gelap.
Saudara, hanya orang-orang yang sudah dikenal baiklah, yang diijinkan masuk pada pagi hari yang gelap. Orang asing pasti tidak dapat diijinkan masuk pada jam-jam tersebut.
Dalam Lukas 22:39, menambahkan kata-kata sebagaimana biasa, yang menunjukkan bahwa Yesus memang pergi kesana bukan untuk bersembunyi/ melarikan diri. Tetapi Ia pergi ke tempat yang sudah biasa Ia datangi bersama murid-muridNya, dan karena itu tidak heran jika dikemudian waktu Yudas tahu dimana ia bisa mendapatkan Tuhan Yesus dan menyerahkannya kepada imam-imam (Yohanes 18:1-2).
Seperti namanya Getsemani, taman ini di penuhi dengan pohon-pohon zaitun, yang memungkinkan ketika malam hari tiba, suasana yang rindang membuat tempat itu menjadi lebih sejuk. Ditambah lagi tempat ini jauh dari keramaian kota, sehingga Yesus menyenangi untuk berada disana.
Saudara, Di Yerusalem sendiri tidak ada taman. Kota itu sudah terlalu padat oleh penduduk. Karenanya Tuhan Yesus lebih memilih Getsemani sebagai tempat terbaik untuk mengasingkan diri berdoa di sana.
Namun siapa yang sangka saudara, kalau malam itu menjadi malam yang terakhir bagi Dia. Dalam kesunyian malam, dan dinginnya angin taman, Yesus membawa serta Petrus, Yakobus dan Yohanes dengan harapan mereka dapat turut mendukung Yesus dalam doa. Dan malam itu dikatakan bahwa, hati Yesus nampak sangat sedih. Ia berkata kepada ketiga muridNya, bahwa hatinya sedih, sepertinya Ia mau mati saja saat itu.
Jemaatku, Yesus sedih itu sebenarnya bukan sesuatu yang mengherankan bagi kita. Bayangkan saudara, kondisi Yesus saat itu, Ia sedang dikhianati oleh Yudas Iskariot, Ia akan ditinggal oleh murid-muridNya, Ia akan disangkal oleh Petrus yang Ia kasihi, Ia akan ditolak oleh orang-orang Yahudi, dan yang lebih menyedihkan hatiNya bahwa Ia akan terpisah dari Allah. Tetapi kesedihan yang demikian bukan dosa, saudara.
Demikian pula dengan tekanan yang dialami Yesus bukanlah tekanan yang biasa, sehingga Injil mencatat bahwa Yesus berdoa saat itu sebanyak 3X dalam doaNya yang sama. Yaitu doa yang menyatakan bahwa suatu hal yang besar telah terjadi pada malam terakhir dalam hidup Yesus.
Bapak/ Ibu Saudara yang saya kasihi.
Injil Lukas menggambarkan bahwa kesedihan Yesus membawa tekanan yang cukup hebat digambarkan sebagai suatu keringat yang keluar bercampur darah.
Dalam Lukas 22:44 menjelaskan: "Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah."
Saudara, Lukas yang memiliki latar belakang sebagai seorang dokter, menjelaskan kepada kita satu kondisi yang memungkinkan terjadi pada seseorang yang mengalami tekanan yang begitu hebat, sehingga keringat dingin bercampur dengan tekanan pembuluh darah menyebabkan kelenjar-kelenjar keringat menjadi pecah. Dan itulah yang dialami oleh Yesus pada malam itu.
Dr. Frederick Zugibe (Kepala Penguji Medis dari Rockland County, New York) menjelaskan bahwa kondisi ini luas diketahui, dan telah banyak kasus seperti ini. Istilah klinisnya adalah "hemato-hidrosis." Yaitu suatu kondisi "Sekitar kelenjar keringat, ada banyak pembuluh darah berbentuk seperti jaring." Di bawah tekanan yang besar pembuluh-pembuluh tersebut menyusut. Kemudian saat kegelisahan berlalu "pembuluh darah mengembang sampai mencapai ambang pecah. Darah mengalir masuk ke kelenjar keringat." Sementara kelenjar keringat menghasilkan banyak keringat, darah terdorong ke permukaan kulit – sehingga keluar sebagai tetesan darah.
Sidang jemaat yang kekasih,
Apa yang menjadi sumber dari tekanan dan kegelisahan begitu besar yang dialami Yesus? Yang jelas, Ia bukan takut kepada kematian atau penderitaan yang akan dialamiNya, melainkan Ia takut pada murka Allah yang akan menimpaNya pada saat Ia menanggung hukuman umat manusia.
Saudara, Yesus bisa takut melihat murka Allah itu, sebenarnya menun­jukkan kepada kita secara jelas betapa hebatnya dan mengerikannya murka Allah atas dosa-dosa kita itu! Karena itu:
-         Bagi saudara yang belum betul-betul percaya kepada Yesus, sadarilah bahwa saudara akan ditimpa oleh murka Allah yang mengerikan itu! Karena itu, cepatlah datang dan percaya kepada Yesus sebagai Juru­selamat/ Penebus saudara, supaya saudara terhindar dari murka Allah itu.
-         Bagi saudara yang mempunyai suami/ istri/ orang tua/ anak/ saudara/ teman yang belum percaya kepada Yesus, sadarilah bahwa orang-orang yang saudara kasihi itu akan ditimpa oleh murka Allah yang mengerikan itu! Karena itu doakanlah mereka dengan tekun dan sunggguh-sungguh, dan beritakanlah Injil kepada mereka, supaya mereka bisa bertobat dan terhindar dari murka Allah itu!
-         Dan bagi saudara yang seringkali bermain-main dengan dosa, meremeh-kan dosa dan sebagainya, maka sadarilah bahwa murka Allah terhadap dosa adalah sesuatu yang luar biasa! Karena itu, berhentilah berbuat dosa!
Sidang jemaat yang kekasih,
Sebagai Anak Allah, Yesus pasti telah mengetahui secara rinci semua yang akan terjadi padaNya. Dia tahu bahwa secara jasmani Ia akan mengalami salah satu bentuk hukuman mati yang paling mengerikan sekaligus yang paling hina dari yang pernah ada. TubuhNya adalah manusia, dan Ia dapat merasakan semuanya itu setidaknya dalam taraf yang sama dengan kita.
Tetapi yang paling membebani Yesus adalah pengetahuan bahwa Ia akan menderita oleh trauma mengerikan akibat dari menanggung semua dosa kita di atas diriNya – dosa saya dan dosa saudara. Ia tahu bahwa di bawah beban dosa, Allah Bapa akan meninggalkan-Nya dan dengan demikian Ia akan mengalami suatu wujud neraka untuk para orang berdosa.
Begitu pula dengan kuasa yang dimiliki Yesus, seharusnya Ia dapat dengan mudah menghindari semuanya ini, atau bisa saja Ia menghilang begitu saja. Ia dapat saja membawa turun sepasukan besar para malaikat untuk melindungi Dia. Ia dapat saja membuat kulitnya menjadi kebal. Atau paling tidak, Ia dapat saja membius rasa sakit-Nya supaya Ia tidak merasakan efek sakit sedikitpun.
Tetapi Ia justru memilih untuk tidak melakukan hal-hal seperti ini. Ia justru dengan rela hati memilih untuk secara nyata "tertikam oleh karena pemberontakan kita" dan "diremukkan oleh karena kejahatan kita" sehingga Ia dapat benar-benar melunasi dosa-dosa kita dan menderita kematian sebagai manusia.
Yesus memang menjalani kehendak Bapa dengan harus mati akibat dosa-dosa manusia. Namun bukan di taman Getsemani Yesus harus mati, melainkan Ia mati di kayu salib. Karena itu yang Yesus tahu, bahwa Ia harus terus maju dengan satu keyakinan, bahwa kemuliaan kelak yang akan Ia peroleh. 
Sidang jemaat yang terkasih
Pelajaran apa yang dapat kita ambil dari pergumulan Yesus di taman Getsemani? Hari ini kita akan merenungkan 2 hal sebagai prinsip rohani yang dapat menjadi teladan dalam hidup kita:

1.  Dalam Kondisi Apapun Kita Harus Membangun Relasi Kita Dengan Bapa. (ayat 39, 42).
Sidang jemaat yang kekasih,
Ditaman Getsemani inilah Yesus selalu berdoa, kepada Bapa-Nya. Biasanya Ia berdoa seorang diri saja, Biasanya Ia berdoa secara pribadi. Dan dalam doa pribadi tidak ada kata-kata yang dapat diketahui oleh orang lain. Tetapi malam itu, Yesus tahu adalah malam yang sangat berbeda. Karenanya Yesus tidak pergi seorang diri untuk berdoa. Tetapi Ia pergi membawa murid-murid-Nya, khususnya Petrus, Yohanes dan Yakobus. Dengan satu harapan, dalam kecemasan yang Ia rasakan, kehadiran para murid akan cukup meredakan kecemasan-Nya.
Karenanya di ayat 38, Yesus menceritakan perasaanNya kepada murid-muridNya dan Ia membutuhkan dukungan dari murid-muridNya.
Mengapa Yesus menginginkan dukungan dari manusia? Tidakkah cukup dengan Ia hanya berdoa kepada Bapa? Saudara didalam kemanusiaan Yesus, jelas Ia membutuhkan dukungan disaat-saat yang demikian.
Ia membutuhkan kehadiran mereka untuk bersama Dia. Karenanya Ia berkata: Tinggallah disini dan  berjaga-jagalah dengan Aku” (ayat 38). Ia juga membutuhkan dukungan doa dari murid-muridNya, dengan demikian Ia semakin kuat untuk membangun relasiNya dengan Bapa. Sehingga dari sini kita melihat, bahwa Ia bukannya bersandar kepada manusia, tetapi tetap kepada Tuhan.
Saudara, kalau ada orang yang menceritakan kesedihan/ penderitaannya kepada saudara, sebenarnya bukanlah menjadi tujuan akhir dari penyelesaian masalahnya. Ia meminta saudara untuk turut mendukung beban pergumulan itu dan bersama-sama membangun iman yang kuat kepada Bapa.
Karena itu jangan bersikap acuh tak acuh, atau membuatnya sebagai bahan guyonan, apalagi membuatnya sebagai gossip! Sebab ini akan membuat orang menjadi kapok untuk sharing kepada saudara! Sebaliknya yang harus saudara lakukan adalah mendoakan orang itu!
Paling tidak dengan mendengarkan beban pergumulan orang yang curhat kepada kita, setidaknya kita telah mengurangi bebannya beberapa persen. Apalagi kita turut mendoakan pergumu-lannya, itu akan jauh lebih efektif untuk ia dapat bangkit dari pergumulannya.
Sidang jemaat yang saya muliakan.
Dalam hal ini, Tuhan Yesus memberikan teladan yang indah untuk kita lakukan. Kita mungkin dapat berbagi kepada saudara-saudara kita ketika kita dalam pergumulan, tetapi bukan sebagai ajang gossip, sebaliknya biarlah saat itu menjadi moment untuk kita meneguhkan sesama kita untuk lebih kuat menjalin relasi dengan Tuhan.
Dalam hal ini, pergumulan hidup memang tidak dapat dielakkan. Masalah memang tidak dapat diduga kapan akan datang, menimpa kita. Tetapi satu hal yang tidak boleh kita lupakan adalah, membawa Tuhan dalam pergumulan hidup kita. Karena dari Dialah segala pertolongan dan jalan keluar, agar kita mampu menghadapi masalah kita.
Jemaat Tuhan…
Bagaimana dengan kita sekalian? Akankah kitapun terus menerus membangun relasi dengan Allah kita, dalam segala kondisi, seperti yang Yesus lakukan? Jikalau kita ingin menang menghadapi pergumulan, bawalah Tuhan dalam pergumulan kita, dan Ia akan menyiapkan jalan keluar yang terbaik bagi kita.

2. Dalam Doa, Mintalah Agar Kehendak Tuhanlah Yang Jadi. (ayat 39, 42).
Sidang jemaat yang kekasih,
Dalam penyerahan penuh kepada Bapa, Yesus tidak meminta agar kehendakNyalah yang jadi. Dalam kemanusiaanNya, Yesus memang sempat memikirkan untuk lari dari kenyataan, sehingga Ia berkata: Ya, Bapa-Ku jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku,” (ayat 39). Ia memikirkan mungkin ada cara lain yang bisa Ia dapatkan sebagai peluang kedua. Akan tetapi Yesus sadar, sebagai utusan Allah, Ia tidak boleh menghindar dari kenyataan. Sebab Ia tahu, Ia diutus bukan untuk mati ditaman Getsemani, tetapi Ia di utus untuk mati di atas kayu Salib.
Inilah yang membedakan Yesus dengan para murid dalam menghadapi cawan kehendak Allah. Ia memiliki pilihan untuk menolak cawan pahit tersebut, tetapi menyerahkan pilihan itu pada kehendak Bapa. Yesus memilih untuk taat dan menundukkan diri pada rencana Bapa. Bukan pilhan yang mudah dan bukan juga pilihan tanpa pergumulan, karena kehendak Bapa adalah Yesus menderita dan mati untuk menebus dosa manusia.
Sementara para murid tertidur bukan hanya karena rasa ngantuk yang tak tertahankan tetapi juga karena mereka tidak menyelami pergumulan Guru mereka.
Saudara…
Penderitaan yang akan Yesus alami tidak hanya menyangkut Dia sendiri. Tetapi, penderitaanNya selaku Hamba Tuhan, mempunyai kekuatan khusus untuk mendamaikan dan menyelamatkan manusia yang berdosa.
Di taman Getsemani, merupakan saat-saat Tuhan Yesus penuh pergumulan, Ia harus membuang jauh-jauh "kedagingan-Nya". Sehingga tiga kali berturut-turut Yesus berdoa pada malam itu dalam doa yang sama. Dengan peluh yang membasahi sekujur tubuhNya, Yesus datang pada Bapa. Dia mengatakan "Ya Bapaku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki" (Matius 26:39).
Hal ini membuktikan bahwa penderitaan tidak dapat dielakkan lagi, Namun, Yesus bersedia menjalaniNya, karena kecintaanNya pada Bapa dan kepada manusia yang percaya padaNya.
Doa Yesus mengungkapkan satu rahasia keberhasilan doa. Bahwa bukan doa yang penuh dengan keegoisan yang Yesus ajarkan, tetapi doa yang penuh penyerahan diri. Bukan doa yang memimpin kehendak Bapa, tetapi doa yang dipimpin oleh kehendak Bapa.
Doa yang penuh kerendahan hati dan penyerahan total pada otoritas Allah, adalah doa yang berkenan di hadapan Allah. Dan doaNya itu didengarkan Allah Bapa karenanya Bapa menguatkan Dia untuk meminum cawan murka yang sudah ditetapkan.
Dalam hal inilah Ibrani 5:7 berkata: “Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.”
Sidang jemaat yang kekasih,
Tindakan Yesus ini adalah teladan dari apa yang harus dilakukan orang percaya ketika menderita kesusahan atau kesedihan yang besar yaitu:
Hampirilah Allah dalam doa
Akuilah di dalam hati bahwa Allah adalah Bapamu yang disorga yang sanggup memperhatikan saudara.
Percayalah kepada Allah dan serahkanlah dirimu kepada kehendak-Nya, bukan kehendak kita yang jadi. 
Dari sini kita memahami, bahwa sebenarnya Tuhan mau melihat seberapa dalam kita berusaha mengenal Tuhan kita, seberapa besar kita mengandalkan Tuhan dalam pergumulan kita. Kemenangan Yesus dalam menghadapi pergumulan berat, menjadikan dasar dimampukannya orang-orang percaya yang mengandalkan Allah dalam pergumulannya. Namun satu hal yang harus kita yakini adalah kita akan mengalami kekuatan Allah di tengah-tengah ketegangan pergumulan kita, justru ketika kita datang kepadaNya.
Sama seperti kemenangan Yesus menghadapi pergumulan yang hebat di taman Getsemani, terkadang pergumulan itu justru kita perlukan untuk menjadikan kita pribadi yang sesuai dengan maksud Allah. Kiranya damai sejahtera dari Allah melingkupi kita sekalian. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar