Kamis, 26 Maret 2015

MATI UNTUK LEBIH BERBUAH

MATI UNTUK LEBIH BERBUAH
Yohanes 12:20-26

Sidang jemaat yang kekasih,
Malam ini sengaja saya mengajak kita untuk membaca satu perikop yang cukup unik khususnya juga sangat tepat dibawakan menjelang peringatan minggu-minggu sengsara Tuhan Yesus. Yaitu soal pemberitaan Tuhan Yesus mengenai kematianNya.
Dikatakan unik saudara, karena dalam perikop ini kita mendapati satu percakapan yang tidak biasanya kita temui dikalangan para murid. Orang-orang yang hadir dalam percakapan pada perikop ini, salah satunya adalah orang-orang Yunani.
Saudara, patut kita ketahui bahwa tema penting dari kitab Yohanes adalah bahwa Yesus adalah Juruselamat dunia. Tuhan Yesus bukan hanya Penebus Israel. Sebagaimana yang dituliskan oleh Yohanes dalam Yohanes 1:29, bahwa Tuhan Yesus adalah Anak Domba Allah yang menghapus dosa-dosa dunia.
Karena itu perikop yang kita baca hari ini, lebih menjelaskan bahwa berita Injil, karya dan pengajaran Tuhan Yesus, ternyata sudah didengar oleh orang-orang non-Yahudi, khususnya kepada orang-orang Yunani.
Ayat 20 menjelaskan: “Diantara mereka yang berangkat untuk beribadah pada hari raya itu, terdapat beberapa orang Yunani.”
Saudara siapakah yang dimaksud dengan orang-orang Yunani? Kalau kita memperhatikan pada teks asli saudara, yang dimaksud dengan “orang-orang Yunani”/ “Ellénés” adalah mereka yang secara etnik bukan orang Yahudi. Tetapi mereka sudah biasa datang dan menyembah pada perayaan Paskah. Mereka bukan pendatang yang ingin tahu atau penyelidik yang datang satu kali. Kedatangan mereka sangat jelas dicatat adalah untuk menemui Tuhan Yesus.
Saudara, secara tidak langsung ini menjadi satu kontrak mengenai keinginan orang-orang Yahudi dan orang-orang yang bukan Yahudi dalam hal menemui Tuhan Yesus. Orang-orang Yahudi seringkali datang kepada Tuhan Yesus karena mereka ingin melihat tanda (Matius 12:38; 1 Korintus 1;22), tetapi orang-orang Yunani ini datang kepada Tuhan Yesus justru karena mereka ingin bertemu dengan Tuhan Yesus.
Lagi pula, saudara, orang-orang yang bukan Yahudi ini datang dalam rangka mengikuti perayaan paskah. Dari sini kita melihat saudara, tentunya yang dimaksud dengan orang-orang Yunani ini adalah adalah orang-orang yang juga takut akan Tuhan,” namun belum menjadi percaya di dalam Yesus. Karena itulah mereka datang ingin menemui Tuhan Yesus.
Nah saudara, saat orang-orang Yunani itu datang, mereka menemui Filipus. Mengapa Filipus? Memang kita tidak mendapatkan penjelaskan mengapa mereka mendatangi Filipus.
Bisa saja karena saat orang-orang ini datang di Bait Allah, wajah Filipuslah yang dilihat pertama kali oleh mereka. Namun rupanya saudara, Filipus adalah nama Yunani dan mereka mengira bahwa seorang dengan nama Yunani akan memperlakukan mereka dengan penuh simpati. Karena itu mereka datang kepada Filipus. Akan tetapi rupanya Filipus tidak mengetahui apa yang harus diperbuat, dengan cekatan ia pun membawa mereka kepada Andreas.
Bapak/ ibu yang kekasih,
Andreas yang lebih dikenal sebagai seorang yang suka membawa orang kepada Yesus (Yohanes 1:41, 12:22). Bisa jadi mereka berdua adalah rekan akrab karena sering disebut bersama-sama.
Andreas dan Filipus seringkali berperan seperti seseorang humas yang mengantarkan orang kepada Yesus. Mereka memiliki keterampilan yang lebih dalam soal bergaul. Dalam Yohanes 6:1-15, tertulis bahwa Tuhan Yesus pernah meminta kedua murid ini, untuk bertanggung jawab memberi makan orang banyak.
Karenanya saat Filipus mendatangi Andreas, maka dengan segera keduanya membawa orang-orang Yunani itu berjumpa dengan Yesus.
Bapak/ ibu yang kekasih,
Kita tidak tahu apakah Tuhan Yesus sempat bercakap-cakap khusus dengan orang-orang Yunani ini atau tidak. Tetapi Alkitab hanya mencatat, saat Tuhan Yesus bertemu dengan mereka, Tuhan Yésus berkata: telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan” (ay. 23).
Sejenak perkataan Tuhan Yesus dengan dimuliakan dimengerti berbeda oleh para pendengarNya saat itu. Mereka menganggap perkataan ini merujuk pada kemenangan Yesus saat para penjajah bertekuk lutut di hadapanNya. Mereka lebih memahami pengertian ini dalam arah politis. Sebab jika Ia mengatakan hal itu, maka para pendengar seharusnya merasa lebih lega karena sebentar lagi raja mereka akan menyatakan kemenangannya.
Namun sebenarnya apa yang diucapkan oleh Tuhan Yesus tentang “dimuliakan” lebih berbicara tentang kematianNya. Dan Tuhan Yesus jauh melihat kedepan melampaui salib yaitu kepada kemuliaan yang akan datang setelah kematian.
Karena itu Tuhan Yesus menjelaskan secara lebih rinci dengan sebuah perumpamaan soal benih. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji sajal; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah” (ayat 24).
Saudara, Tuhan Yésus meng-gunakan gambaran tentang sebuah benih adalah untuk menjelaskan kebenaran rohani yang penting, bahwa tidak ada kemuliaan tanpa penderitaan, tidak ada hidup yang berbuah tanpa kematian, tidak ada kemenangan tanpa penyerahan.
Pastinya ada satu keindahan jikalau benih itu “mati” dan memenuhi tujuannya. Seandainya sebuah benih dapat berbicara, benih itu pasti akan mengeluh karena ditaruh di tanah yang belap dan dingin. Namun, satu-satunya cara supaya benih itu dapat mencapai tujuannya adalah dengan cara ditanam.
Saudara, ini merupakan hal yang sangat lazim kita ketahui dalam dunia pertanian bukan, bahwa dari satu biji benih yang ditanam akan menghasilkan banyak buah saat ia menjadi tumbuh besar. Sebab biji tidak akan efektif dan berguna jika tetap disimpan saja seperti apa adanya. Hanya saat ia dilemparkan di tanah yang dingin, ditanam dalam sebuah tanah, maka kelamaan ia akan bertumbuh dan berbuah.
Demikian pula kenyataan yang terjadi di dalam pribadi Tuhan Yesus. Satu-satunya jalan yang dipakai Allah agar karya Tuhan Yesus sempurna adalah Tuhan Yesus harus mati dan dikuburkan, akan tetapi kematian-Nya tidak akan pernah menjadi sia-sia. Sebaliknya dengan kematian dan kebangkitanNya, Ia akan menghasilkan banyak buah. Karena itu bagi Tuhan Yesus kematian adalah peristiwa Dia untuk dimuliakan.
Kemudian Tuhan Yesus berkata: “Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal” (ayat 25).
Sidang jemaat yang dikasihi Tuhan,
Tuhan Yesus mengatakan bahwa hanya dengan mengorbankan hidup, orang akan mendapatkan hidup itu. Sebaliknya orang yang mencintai hidupnya seringkali didorong oleh dua macam tujuan, yaitu oleh nafsu mementingkan diri sendiri dan oleh keinginan untuk rasa aman.
Dari sini kita mendapatkan satu pemahaman bahwa orang yang mencintai nyawanya akan menjaga supaya ia tidak kehilangan nyawanya. Tetapi hukum ini ingin mengatakan kepada kita bahwa kalau ia melakukan hal itu ia justru akan kehilangan nyawanya, dalam arti ia tidak mendapatkan hidup yang kekal. Sebab orang yang mencintai nyawanya justru sedang menghancurkan nyawanya sendiri
Sebaliknya saudara dikatakan: barangsia tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Maksudnya adalah  kita harus rela menderita dan mati jika hal itu berguna bagi Tuhan.
Saudara, William Barclay menceritakan tentang seorang penginjil terkenal yang bernama Christmas Evans yang selalu aktif memberitakan Injil. Teman-temannya memintanya untuk mengurangi kegiatannya atau untuk lebih berhati-hati, tetapi ia menjawab: Adalah lebih baik terbakar habis dari pada berkarat sampai habis.
Dengan demikian saudara,
Jika hidup dianggap sebagai tujuan akhir, jika orang tidak mau berkorban, jika orang takut mati untuk Tuhan, jika orang mati-matian melindungi hidupnya, dan hidup itu menjadi berhala, maka hidup/ nyawa itu akan sendirian saja. Artinya ia tidak akan pernah mendapatkan kehidupan yang kekal.
Sebaliknya jika seseorang mau berkorban untuk Tuhan, dan bahkan mau mati, maka hidup itu tidak akan sendirian, tetapi ia akan berbuah banyak.
Dari sini kita memahami bahwa membenci hidup sendiri menunjukkan sikap yang menilai hal-hal sorgawi lebih penting daripada hal-hal yang ada di dunia. Karena itu orang yang mengikut Yesus, seharusnya tidak lagi mementingkan kesenangan pribadinya, atau filsafat, kesuksesan, nilai-nilai dirinya dari dunia. Sebab apa yang kini telah mereka miliki di dalam Kristus jauh lebih indah dari semua kesenangan dunia.
Saudara, pernyataan ini sama dengan apa yang dirasakan oleh Paulus, ketika ia menuliskan Filipi  3:7 Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.
Karena itu, Tuhan Yesus menyambung pembahasan ini dengan berbicara soal pelayanNya/ pengikutNya. Soal murid-muridNya.
Di ayat ke-26, Tuhan Yesus berkata; Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan dimana Aku berada, disitu pun pelayanKu akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.
Bapak/ ibu yang kekasih,
Beriman kepada Yesus Kristus berarti komitmen pribadi untuk mengikuti Dia, memelihara dan menaati semua ajaranNya serta berada dimana Dia ada. Mengikut Kristus juga sama artinya kita harus berani menyangkal diri dan memikul salib bagi kristus.
Namun sekalipun mengikut Kristus mencakup banyak hal, seperti belajar Firman Tuhan, berdoa, mentaati Tuhan, dsb, tetapi dalam ay 26 ini yang paling ditekankan adalah soal kerelaan untuk menderita bagi Kristus. Yang artinya setiap pelayan Tuhan yang mau mengikut Kristus, dengan sadar ia harus siap menanggung penderitaan bagi Kristus. Sebab orang-orang yang demikian akan dihormati oleh Bapa.
Sidang jemaat yang kekasih dalam Tuhan, menjelang minggu-minggu sengsara yang akan kita peringati sebentar lagi. Marilah kita kembali untuk mengingat pengorbanan Tuhan bagi kita. Ia yang “walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Filipi 2:6-8).
Tuhan Yesus telah membuktikan kasihNya yang luar biasa bagi kita. Ia rela mati untuk menghasilkan buah yang banyak bagi pekerjaan Tuhan. Pertanyaannya bagi kita, maukah kita hidup bagi Kristus? Siapkah kita menjadi kepanjangan tangan Tuhan di tengah-tengah dunia ini, supaya melalui kehidupan kita ada banyak orang yang diselamatkan Tuhan. Amin.

1 komentar: