Minggu, 26 April 2015

FIRMAN YANG MENGUBAH HIDUP

FIRMAN YANG MENGUBAH HIDUP
(Kisah Para Rasul 9:1-9)


Bpk, ibu. sdr.i yang terkasih
Tema kita sepanjang tahun ini adalah hidup berpusat pada firman Tuhan. Minggu yang lalu kita membahas soal Mengapa Kita Harus Taat dan hari ini kita akan membahas soal Firman Yang Mengubah Hidup.
Saudara,
Apakah kita pernah mendengar sebuah nama yaitu Yusuf Rony? Mungkin tidak semua kita yang mengenal nama ini. Dia ini adalah seorang lulusan pesantren dan dia sangat membenci orang Kristen. Bahkan pernah satu kali dia ini ingin membakar salah satu Sekolah Teologia yang ada di Malang, yaitu Sekolah Tinggi Teologi “I-3,” karena begitu bencinya dia kepada orang Kristen saudara.
Yang menjadi pertanyaan bagi dia saudara, mengapa banyak orang Kristen mau rela mati demi sebuah nama “Yesus”. Pastinya nama itu memiliki pengaruh yang luar biasa sehingga banyak orang Kristen mau menderita demi namaNya.
Akhirnya dengan rasa penasaran dia mencoba mempelajari Alkitab saudara dan disitulah dia menemukan bahwa hanya ada satu jalan keselamatan melalui  Tuhan Yesus. Singkat cerita saudara ketika firman itu dia renungkan siang dan malam, bahkan setiap kali ada waktu bagi dia untuk membaca firman Tuhan, mendorong dia untuk mengambil keputusan untuk mengikut Tuhan.
Saudara, kita percaya kuasa firman Tuhan, pada akhirnya sanggup mengubah hidupnya hingga dia mengalami pertobatan. Ditahun-tahun berikutnya saudara, dia dibentuk menjadi hamba Tuhan di sekolah yang akan dia bakar itu.
Kita melihat saudara, Allah bisa saja mengubahkan hati yang jahat, hati yang penuh dengan kebencian menjadi hati yang takut akan Tuhan. Hati Yusuf Rony telah diubah oleh Tuhan menjadi hati yang baru, bahkan Allah memakai dia menjadi hambaNya secara penuh waktu.
Tidak lama dari pembentukkannya di sekolah teologia, suatu saat Yusuf Rony ditahbiskan menjadi seorang Pendeta dan melayani Tuhan secara luar biasa. Tuhan memakai dia melayani dalam beberapa KKR hingga ke daerah Makassar. Saudara, pengalaman pertobatan Yusuf Rony menjadi titik tolak kesaksian Injil yang baik. Tidak ada kesaksian yang lebih baik dan lebih berdampak selain kesaksian pertobatan hidup seseorang kepada Tuhan.
Bpk, ibu, sdr.i yang terkasih
Ada sebuah syair lagu yang dikarang oleh Rufus H. McDaniel, di tahun 1914, terjemahannya berbunyi:
Perubahan ajaib terjadi padaku
Sejak
Yesus dihatiku
Ada t'rang dalam hati
dan harap penuh
Sejak
Yesus dihatiku
Reff:
Sejak Yesus dihatiku
Sejak
Yesus dihatiku
Hidupku berubah
Menjadi berarti
Sejak Yesus dihatiku
Syair ini sangat jelas memberitahu arti atau maknanya, bahwa perubahan ajaib itu terjadi karena Tuhan Yesus. Tanpa Tuhan, seseorang tidak akan mengalami perubahan ajaib dalam hidupnya.
Demikianlah juga yang terjadi dalam kehidupan Saulus. Ketika Kristus menyatakan diri kepadanya dan tinggal di dalam hatinya (Saulus), ada perubahan besar terjadi dalam hidupnya.
Dikatakan sebelum hati Saulus diubah oleh Tuhan, hatinya penuh dengan kebencian begitu banyak orang-orang kristen dia bunuh baik itu perempuan maupun laki-laki bahkan begitu kejamnya dia tega memenjarakan banyak orang Kristen.
Saulus dikenal sebagai tokoh yang sangat jahat pada waktu itu. Dan dia adalah pemimpin yang sering menganiaya orang Kristen. Meskipun Saulus mempunyai pengetahuan yang luar biasa namun sesungguhnya Saulus buta secara rohani. Saulus tidak memahami apa sebenarnya yang diajarkan oleh PL tentang Mesias seperti juga banyak orang sebangsanya.
Paulus menjadi pemimpin di antara orang Yahudi. Para pemimpin yang lebih tua mundur dan membiarkan kesempatan kepada Paulus menjadi pimpinan pasukan untuk menghancurkan kekristenan. Paulus sendiri menggambarkan tindakannya yang melawan kekristenan ini dengan berkata: Hal itu kulakukan juga di Yerusalem. Aku bukan saja telah memasukkan banyak orang kudus ke dalam penjara, setelah aku memperoleh kuasa dari imam-imam kepala, tetapi aku juga setuju, jika mereka dihukum mati. Dalam rumah-rumah ibadat aku sering menyiksa mereka dan memaksanya untuk menyangkal imannya dan dalam amarah yang meluap-luap aku mengejar mereka, bahkan sampai ke kota-kota asing" (Kisah 26:10-11).
Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih
Ketika dia mendengar bahwa di Damsyik ada satu perkampungan yang dihuni oleh banyak pengikut Kristus, hati dan pikiranya semakin jahat ingin segera kesana untuk melakukan pembasmian terhadap orang Kristen.
Saudara, Kota Damsyik sebenarnya dihuni oleh sejumlah besar penduduk Yahudi dan diperkirakan waktu itu ada sekitar tiga puluh sampai empat puluh sinagoge di kota itu.
Namun, semenjak berita kebangkitan Kristus tersebar disana, kota itu sudah ada orang-orang percaya yang menunjukkan betapa efektifnya gereja menyebarkan berita itu. Kemungkinannya beberapa dari orang percaya itu adalah mereka yang melarikan diri dari penganiayaan di Yerusalem.
Hal inilah yang membuat Saulus meminta wewenang untuk menyeret mereka kembali. Setelah menerima surat kuasa dari Imam besar maka diapun berangkat.
Karena ulah Saulus di Yerusalem, membuat namanya ditakuti di antara semua orang Kristen di Yerusalem. Dia telah berhasil memisahkan atau membungkam banyak orang Kristen di kota suci itu. Demikian pula, ketika berita tentang kedatangan Saulus telah sampai ke Damsyik pastinya membawa ketakutan tersendiri bagi orang-orang percaya disana.
Saudara, Kota Damsyik, kira-kira berjarak 240 km jauhnya dari Yerusalem. Dia memutuskan untuk pergi ke sana untuk melanjutkan penganiayaannya kepada orang-orang percaya ini. Dia telah diberi kekuasaan penuh dan membawa surat izin untuk memasuki kota dan menangkap semua orang Kristen di kota itu dan membawa mereka kembali dalam keadaan terbelenggu ke Yerusalem.
Akhirnya saudara, Saulus dan kawan-kawannya memulai perjalanan yang panjang menuju Damsyik. Perja-lanan ini membutuhkan waktu enam sampai tujuh hari dan selama perjalanan panjang ini memberi waktu yang cukup banyak untuk berpikir.
Mungkin ia mulai meragukan tindakannya. Mungkin dia berpikir, mengapa Stefanus berani mati dengan begitu tenangnya, sebab ketika eksekusi itu dijatuhkan, Saulus merupakan salah satu yang menyetujui pembunuhan Stefanus (Kis 8:1a). Saudara, Saulus pastinya tidak dapat melupakan doa Stefanus ketika Stefanus "menutup mata” dan berkata: Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku" (Kis 7:59).
Pikiran Saulus mengalami pertentangan. Hatinya mulai dipenuhi tanda tanya besar. Disatu sisi dia harus melakukan hal yang ia pandang benar, tetapi disisi yang lain, dia terganggu oleh pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawabnya. Oleh karena itu, ia pun pergi ke Damsyik.
Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih
Pertobatan Paulus terjadi ketika ia mendekati kota itu. Pada waktu tengah hari, tiba-tiba sebuah cahaya yang membutakan mata bersinar mengelilingi Paulus dan teman-temannya. Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah suatu suara berkata kepadanya, "Saulus, Saulus mengapa engkau menganiaya Aku?" Jawab Saulus: "Siapakah Engkau, Tuhan?" Kata-Nya: "Akulah Yesus yang kau aniaya itu (Kis 9:4-5).
 Saulus berharap dengan mengetahui identitas kuasa itu, ia dapat mengerti. Namun jawaban itu membuat dia tambah bingung, bahkan jawaban itu sekarang bagaikan ledakan yang lebih dahsyat daripada terang yang membutakan itu. Kini ia tahu bahwa apa yang dipikirkannya selama ini yaitu membela nama Tuhan ternyata justru merupakan penganiayaan terhadap Kristus.
Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih
Perjumpaan Paulus dengan Tuhan Yesus inilah yang merupakan titik balik dari pertobatan Paulus. Firman yang didengarnya kini telah mengubah hidupnya. Disinilah Paulus menemukan dirinya sebagai orang yang berdosa yang terhilang dan berada dalam bahaya penghukuman Allah.
Saulus berpikir bahwa selama ini dia sedang melayani Allah, pada hal kenyataannya ia justru menganiaya sang Mesias. Dan sejak perjumpaan itu Paulus menjadi pribadi yang baru karena ia percaya kepada Yesus Kristus.
Saulus berharap dengan mengetahui identitas kuasa itu, ia dapat mengerti. Namun jawaban itu membuat dia tambah bingung, bahkan jawaban itu sekarang bagaikan ledakan yang lebih dahsyat daripada terang yang membutakan itu.
Perjumpaan Paulus dengan Tuhan Yesus ditandai oleh kebutaan matanya sehingga beberapa anak buahnya harus menuntun dia dan membawanya ke Damsyik.
Selama tiga hari lamanya dia tidak dapat melihat dan tidak makan ataupun minum. Pengalaman ini mengubah Paulus sepenuhnya. Sekarang orang Farisi yang sombong ini berubah menjadi seorang yang kesakitan, gemetar, meraba-raba dan bergantung pada tangan orang lain yang menuntunnya sampai ia tiba di Damsyik.
Ia pergi ke rumah Ananias dan langsung masuk ke kamarnya. Di sana ia tinggal selama tiga hari tanpa makanan dan minuman. Selama tiga hari itu Paulus berdoa dan berpuasa. Seluruh hidupnya telah berubah setelah pertemuannya dengan Kristus. Sekarang dia harus membangun kembali kehidupannya yang baru di dalam Kristus.
Bpk, ibu, sdr.i yang terkasih
Pertobatan Paulus ini bukan berarti tanpa tantangan. Semenjak perjumpa-annya dengan Tuhan Yesus, kini bukan lagi Paulus yang menganiaya, tetapi Paulus yang mengasihi. Hanya masalahnya bagaimana ia bisa menyakinkan orang-orang Kristen yang ada di Damsyik. Bagaimana dia harus mempertanggung-jawabkan perbuatan-nya kepada Mahkamah Agama, jika pada akhirnya ia tidak lagi menganiaya orang Kristen, tetapi mengasihi mereka.
Saudara,
Kalau kita baca seterusnya sampai pasal 22 akibat Tuhan menampakkan diri kepada Paulus membuat hidup dan hatinya sungguh dipulihkan oleh Tuhan. Dengan pertobatan yang terjadi Paulus melayani Tuhan dengan hati yang baru yang dia miliki. Bahkan dengan perjumpaannya dengan Tuhan dalam perjalanan ke Damsyik dia berani bersaksi bahwa dia adalah murid Tuhan.
Dan ketika dia diperhadapkan kepada pengadilan untuk memper-tanggung jawabkan pemberitaannya, Paulus memulai pembelaannya dengan kesaksian tentang pertobatan pribadinya (Kisah 22:3-21). Paulus tidak memulai pembelaannya dengan ajaran  yang rumit, melainkan ia bertitik tolak dari pengalaman pribadinya dengan Tuhan.
Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih
Paulus berusaha menjelaskan tentang kasih karunia dan kedaulatan Allah yang telah merubah arah hidupnya (Kisah 22:6). Dari seorang penganiaya menjadi utusan Allah karena Allah dan ini bukanlah pilihan Paulus karena pada saat itu yang ada di pikiran Paulus ingin menangkap pengikut-pengikut Tuhan Yesus dan bawa ke Yerusalem tetapi Tuhan berkehendak lain.
Melalui kesaksian pertobatannya, Paulus berusaha meyakinkan bahwa Yesus adalah Allah yang berkuasa melaksanakan kehendak-Nya tanpa meminta pertimbangan manusia.
Bpk, ibu, sdr.i yang terkasih
Karena pertemuanya dengan Tuhan itu Paulus tidak malu bersaksi tentang pribadinya sebelum dia kenal Tuhan dan sesudah kenal Tuhan. Siapa dia? Bagaimana hidupnya dulu?
Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih
Namun seringkali kita orang Kristen takut atau malu bersaksi karena merasa tidak sanggup menjelaskan Injil dengan baik. Apalagi pengertian kita terhadap firman Tuhan masih terbatas.
Bpk, ibu, sdr.i
Yang terjadi itu bukanlah suatu alasan buat kita tetapi Tuhan bisa pakai kita untuk bawa jiwa jika dengan pengalaman pertobatan pribadi kita atau kelahiran baru, maka pengalaman tersebut dapat menjadi alat kesaksian bagi kemuliaan Tuhan. Sudahkah saudara memiliki pengalaman hidup yang diubahkan oleh Allah?
Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih
Seringkali kita memiliki dua pemikiran yang salah, bahwa: (1) seseorang yang sering berbuat kejahatan tidak mungkin bisa bertobat. (2) jika seseorang tidak mau bertobat, maka Tuhanpun tidak bisa membuatnya bertobat.
Saudara, pemikiran ini tentu saja tidak tepat, sebab pertobatan seseorang adalah anugerah Tuhan. Anugerahberarti suatu pemberian yang diberikan pada seseorang yang tidak layak untuk menerimanya, atau seseorang yang tidak berhak memiliki, atau mengambilnya.”
Dalam kasus Paulus, Tuhan secara melimpah menyatakan anugerah tersebut, sehingga Paulus yang sebelumnya berlimpah amarah, menjadi berlimpah anugerah. Ketika Paulus berkobar-kobar ingin menganiaya jemaat Tuhan, Tuhan justru menangkapnya dan menjadikannya murid-Nya. Ia pun rebah, ketika Tuhan menyatakan diri dan memanggilnya.
Bagi Paulus perubahan ini datang pada perjalanan ke Damsyik: "Allah berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam aku" (1 Korintus 9:1; 15:8). Paulus begitu terkesan bahwa ia merumuskan pengalamannya dengan suatu kutipan dari nyanyian "Hamba Tuhan": "Tuhan telah memanggil aku sejak dari kandungan, telah menyebut namaku sejak dari rahim ibuku" (Yesaya 49:1; Yeremia 1:5).
Pengalaman pada perjalanan ke Damsyik bagi Paulus betul-betul karya rahmat, tanpa jasa manusia. Tetapi bukan rahmat untuk dinikmati saja, melainkan untuk dibagikan dengan banyak orang lain. Seperti hamba Tuhan begitu juga Paulus merasa diri dipanggil untuk menjadi "terang bagi bangsa-bangsa, supaya keselamatan sampai ke ujung bumi" (Yesaya 49:6; lihat juga Kisah Para Rasul 9:15).
Bagaimanapun kerasnya hati Paulus, jika Tuhan beranugerah, ia tidak akan dapat menolaknya. Paulus pun tertunduk di bawah kaki Tuhan. Namun dalam peristiwa pertobatan Paulus, nampak bahwa Tuhan berdaulat atas hidup seseorang. Paulus memilih sendiri jalan hidupnya dengan menjadi penganiaya jemaat Tuhan, namun tujuan hidupnya ini berbalik 180 derajat, setelah Tuhan memanggilnya.
Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih
Setelah berjumpa dengan Yesus dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamatnya , Paulus tidak diam tapi dia  berpuasa dan berdoa memohon bimbingan dengan sikap penyerahan yang sepenuh hati kepada Allah. Iman yang menyelamatkan dan kelahiran baru sesudah itu selalu mengakibatkan orang percaya mencari persekutuan dengan Tuhan dan Juruselamatnya.
Bpk, ibu, sdr.i
Perjumpaannya Paulus dengan Tuhan ini benar-benar telah mengubah pikiran dan cara pandangnya. Ia kini sadar, bahwa dirinya bukan siapa-siapa. Ia adalah manusia lemah tak berdaya, yang dibuktikan dengan kebutaannya selama 3 hari. Karena itu, janganlah kita takut dalam memberitakan Injil, sebab Tuhan lebih berdaulat daripada manusia.
Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih        
Meskipun banyak tantangan, ancaman-ancaman di mana-mana tapi membuat semangatnya semakin berapi-api dalam beritakan injil bahkan melalui Paulus seluruh Yudea, Galilea dan Samaria hidup dalam damai, hidup di dalam takut akan Tuhan dan jumlahnya semakin bertambah besar.
Bpk, ibu, sdr.i yang terkasih
Ketika Tuhan mengubah hidup Paulus Paulus melayani dengan hati yang sungguh-sungguh baru di dalam Tuhan. Hati yang senantiasa mau menyenangkan Tuhan dan hati yang mau melayani Tuhan. Kalau kita coba renungkan dan membayangkan bagaimana kejamnya Paulus ini, tapi sekejam-kejamnya dia Tuhan sanggup untuk mengubahnya menjadi hati yang penuh lemah lembut. Mungkin bagi orang-orang yang ada di Damsyik pada saat itu mereka berpikir apa ini hanya mimpi, bagaimana mungkin orang ini di kenal sangat jahat tapi sekarang dia menjadi orang yang baik,dan penuh dengan kasih?
Saya pun secara pribadi ketika mempersiapkan khotbah ini dan merenungkannya mana mungkin hal ini bisa terjadi? Ya inilah pikiran manusia dan pendapat manusia yang seringkali ada dalam pikiran kita.
Bpk, ibu, sdr.i yang saya kasihi
Segala sesuatu tidak ada yang mustahil bagi Allah dan mustahil bagi kita. Hal inilah memperlihatkan kepada kita bahwa Tuhan ini sanggup dan berdaulat  melakukan apa saja yang sama sekali tidak ada dalam pikiran kita, dan kita mengganggap bahwa itu mustahil.
Bpk, ibu, sdr.i yang terkasih
Bagaimana dengan orang-orang yang sudah membakar gereja, menganiaya orang kristen apakah mereka tidak bisa di ubah oleh Tuhan menjadi alat dalam tanganNya? Apakah mereka tidak bisa memiliki hati yang baru di dalam melayani Tuhan?  Jawabannya hanya satu bisa. Karena Tuhan punya kuasa untuk melakukannya. Bagaimana dengan orang yang kita kenal dulunya anak Tuhan tapi karena ada masalah dalam hidupnya dia meninggalkan Tuhan,dia meninggalkan pelayanannya. Apakah dia tidak bisa berbalik lagi menjadi orang percaya? Bisa.
Bpk, ibu, sdr.i
Paulus bisa berubah mungkin banyak anak-anak Tuhan yang terus mendoakan dia dan akhirnya Pauluspun bertobat. Dia melayani Tuhan dengan hati yang baru,hati yang sudah diubahkan oleh Tuhan.
Pertanyaannya bagaimana dengan hati kita sekarang apakah melaui pengalaman pribadi kita dengan Tuhan   sudah membuat hati kita sungguh-sungguh baru di hadapan Tuhan? Ataukah hati kita sama sekali tidak ada perubahan.
Hati kita sudah tidak mau lagi melayani dengan  berkobar-kobar, hati kita sudah mulai malas melakukan pelayanan yang Tuhan percayakan, kita sudah mulai menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita dengan Tuhan dengan alasan-alasan yang kita buat sendiri.
Bpk, ibu, sdr.iku
Sejak Tuhan Yesus ada di dalam hati kita, dan sejak ia menyatakan diri-Nya kepada kita, pastilah kita mengalami perubahan. Pertanyaan, "Siapakah kita sebelum percaya kepada Tuhan Yesus? Dan siapakah kita setelah percaya kepada-Nya?" Namun, apakah kita juga memiliki beban yang mendalam untuk memberitakan Injil kepada orang lain yang belum percaya? Salah satu ciri orang yang sudah mengalami Kristus di dalam hidupnya adalah, ia rindu agar orang lain pun dapat mengenal dan percaya kepada Tuhan Yesus.
Kalau kita sudah diselamatkan oleh Tuhan, itu bukan karena kita sudah baik di hadapan Tuhan. Kalau hati kita di jadikan baru oleh Tuhan  itu semua karena anugerah Tuhan. Kalau hati kita yang dulunya penuh dengan kejahatan tetapi ketika kita percaya dan menjadikan Tuhan sebagai juruselamat kita biarlah hati kita menjadi baru dan terus baru di dalam Tuhan secara khusus dalam melayani Tuhan. Karena dengan hati yang baru itulah Tuhan akan pakai kita secara luar biasa. Amin

0 komentar:

Posting Komentar