Kamis, 30 April 2015

GAMBARAN ANUGERAH ALLAH

GAMBARAN ANUGERAH ALLAH
Yohanes 8:1-11

Bapak/ ibu yang kekasih,
Menurut bapak/ ibu, mujizat terbesar apakah yang Allah masih kerjakan sampai saat ini? Pertanyaan ini mungkin, bisa menimbulkan banyak jawaban yang berbeda-beda. Tetapi bagi saya, mujizat terbesar yang masih Allah kerjakan hingga saat ini adalah anugerah keselamatan yang dinyatakan bagi orang-orang berdosa.
Saudara kita tahu, bahwa keselamatan adalah karya besar Allah atas dunia yang telah Allah rencanakan sejak kekekalan, hingga saat ini akan digenapi sampai pada masa yang akan datang. Melalui anugerahNya, Allah terus bekerja hingga hari ini, untuk mencari dan menyelamatkan manusia berdosa yang sepatutnya dihukum.
Karena itu saudara, melalui perikop yang kita baca kali ini, saya ingin mengajak kita semua kembali melihat, betapa besar anugerah Allah yang telah dinyatakan bagi orang-orang berdosa seperti kita. Saya ingin agar kita semua dapat semakin mensyukuri dan menghargai anugerah Allah itu dengan hidup lebih bertanggung jawab.
Pertanyaanya saudara, bagaimana wujud anugerah Allah itu dinyatakan atas orang-orang berdosa? Dalam perikop ini, sedikitnya kita dapat melihat tiga wujud dari anugerah Allah itu:

1.  Anugerah Allah menyingkapkan Akan Dosa (ayat 6-9).
Saudaraku yang kekasih, mengapa menyingkapkan dosa adalah wujud dari anugerah Allah? Karena setiap manusia di dunia ini adalah orang-orang berdosa. Masalahnya adalah, rupanya tidak semua orang menyadarinya atau mau mengaku bahwa diri mereka adalah orang-orang berdosa. Padahal, dosa membawa manusia pada kebinasaan kekal dalam penghukuman murka Allah.
Oleh sebab itu kalau Allah masih berkenan berbicara untuk menying-kapkan dan menyadarkan dosa manusia, itu berarti sebuah anugerah. Karena manusia sendiri dalam kebutaan hatinya oleh dosa tidak mampu melakukannya.
Saudara, dalam perikop ini diceritakan bahwa ketika Tuhan Yesus sedang mengajar orang banyak di Bait Allah, tiba-tiba datanglah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menyela Dia. Mereka menghadapkan kepada Tuhan Yesus seorang wanita yang menurut pengakuan mereka, kedapatan sedang melakukan perzinahan.
Saudara, dalam Hukum Taurat memang dijelaskan bahwa orang yang kedapatan berbuat perzinahan, keduanya harus dihukum mati (Ulangan 22:23-24).
Dan kasus yang diangkat oleh orang-orang Farisi dan ahli Taurat bukanlah kasus yang terjadi pada wanita yang pekerjaannya sebagai PSK. Tetapi kisah ini terjadi pada seorang wanita yang telah bertunangan namun mereka kedapatan melakukan perzinahan sebelum mereka resmi menikah.
Yang janggal dari kasus ini saudara, orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat hanya membawa perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Lagi pula niat mereka bukanlah murni memperhadapkan sebuah kasus, kedatangan mereka semata-mata adalah untuk mencobai Tuhan Yesus, supaya melalui kasus yang dibuat ini, mereka dapat menyalahkan Tuhan. (Ayat 6).
Kita lihat saudara, kehadiran mereka saat membawa kasus ini, penuh dengan kejahatan. Mereka datang dalam kemarahan. Mereka juga datang dengan sikap yang tidak hormat, tidak lagi sebagaimana seorang murid yang meminta pertimbangan terhadap gurunya. Yang jelas, inilah jebakan yang dipakai oleh orang-orang Farisi dan ahli Taurat terhadap Tuhan Yesus.
Saudara, dalam Injil Yohanes kita bisa melihat sebenarnya sudah tiga kali orang-orang Yahudi berusaha mempertentangkan pelayanan Tuhan Yesus dengan pengajaran Musa:
-        Saat Tuhan Yesus menjelaskan kuasa pekerjaan yang dilakukanNya (Yohanes 5:39-47)
-        Saat Tuhan Yesus menjelaskan sumber mana sorgawi, yaitu Bapa sorgawi (Yohanes 6:32-40)
-        Saat Tuhan Yesus berbicara mengenai air sumber hidup (Yohanes 7:37-44).
Dan sekarang, mereka tampaknya mendapatkan kesempatan yang paling baik, yaitu saat mereka mempersoalkan tentang hukum perzinahan.
Jika Tuhan Yesus berkata, “Ya, bahwa perempuan itu harus dilempari batu!” berarti Tuhan tidak hanya kehilangan julukanNya sebagai “sahabat pemungut cukai dan orang berdosa”, Dan pasti orang-orang akan segera meninggalkan Dia dan tidak akan pernah menerima pemberitaanNya tentang pengampunan yang penuh belas kasih itu.
Akan tetapi jika Ia berkata: “Tidak, bahwa perempuan itu tidak boleh dilempari batu!” maka pastinya Tuhan Yesus akan dianggap telah melanggar Hukum Taurat dan dengan segera orang banyak akan menangkapNya.
Namun demikian saudara, hal yang menarik terlihat disini bagaimana sikap Tuhan Yesus menanggapi masalah ini. Tuhan Yesus sepertinya tidak terpancing untuk segera merespon kasus yang sedang terjadi di hadapanNya, melainkan Ia segera membungkuk dan menulis dengan jarinya ke tanah. Dia tidak melakukan satu pun dari kedua kemungkinan yang dipikirkan manusia, justru Dia mengalihkan tantangan itu terhadap orang-orang yang mau menjebakNya.
Bapak/ ibu yang kekasih,
Kita memang tidak mengetahui apa yang dituliskan Tuhan Yesus di atas tanah. Tetapi sikap Tuhan Yesus yang diam dan seolah tidak peduli itu, disangka mereka bahwa usaha untuk menjerat Yesus akan segera berhasil.
Namun saudara, jawaban Yesus pada akhirnya membungkamkan orang-orang munafik itu. Jawaban Yesus sama sekali bukan jawaban yang mereka harapkan. Jawaban Tuhan tidak membenarkan perbuatan perempuan itu dan sekaligus juga tidak menghina Hukum Allah.
Sebaliknya jawaban Tuhan Yesus menyatakan bahwa hukum Allah itu suci dan adil adanya. Dia berkata: “Barangsiapa diantara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” (ayat 7).
Disini kita melihat saudara, bahwa sepertinya Tuhan Yesus membiarkan soal itu dalam hati nurani mereka. Ia mengubah kaidah hukum menjadi kaidah moral. Perkataan Yesus menembus hati mereka begitu dalam dan menelanjangi segala perbuatan dosa mereka. Frase “tidak berdosa” disini memang bukan hanya berarti tidak melakukan perbuatan dosa seperti perempuan itu, melainkan tanpa dosa apapun bahkan tanpa keinginan untuk berbuat dosa.
Justru dengan perkataan itu Tuhan Yesus ingin menyadarkan bahwa tidak ada seorang pun yang tidak berdosa. Dan tidak ada satu orang pun yang layak untuk menghakimi. Hanya ada satu pribadi yang tidak berdosa, Dialah Anak Allah yang mahatinggi.
Saudara kita lihat, perkataan Tuhan Yesus pada akhirnya justru menegor esensi dari masalah setiap manusia. Perkataan Tuhan Yesus merupakan kemenangan yang telak, atas moralitas manusia yang telah rusak.
Awalnya mereka datang dalam perasaan yang menganggap diri benar dan berhak menjadi penegak hukum, tetapi sekarang bayangan dosa mereka menari-nari dipelupuk mata mereka sendiri. Dengan pernyataan ini, Tuhan Yesus ingin mengajarkan satu hal, bahwa seharusnya mereka malu, karena mereka pun adalah orang berdosa.
Dengan demikian layakkah mereka saling menghakimi? Layakkah mereka menyebut perempuan itu seorang berdosa dan berhak menghukum dia? Masih beranikah mereka melemparkan batu kepada perempuan itu?
Dalam keheningan siang itu, Tuhan Yesus menyaksikan suara hati manusia mulai berbicara. Seorang demi seorang dari mereka pun pergi meninggalkan Tuhan dan perempuan itu. Dikatakan: Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya” (ay 9).
Saudara, kepergian para pendakwa mulai dari yang paling tua hingga yang seterusnya mempertajam maksud dari cerita ini, bahwa semua manusia telah berdosa. Semua manusia telah kehilangan kemuliaan Allah. (Band. Roma 3:23). Semua manusia - tidak ada satu pun yang berhak untuk menghakimi sesamanya (Band. Matius 7:1).
Tuhan Yesus adalah Allah yang maha tahu. Ia sanggup melihat sampai ke dasar hati seseorang. Karenanya Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi di hadapanNya. MataNya yang suci itu sanggup meneropong jauh ke dasar hati dan menembus tembok pertahanan yang dibangun manusia.
Karenanya Tidak ada seorang pun manusia berdosa yang bertahan berdiri di hadapan Allah yang kudus. Oleh sebab itu, hanya orang yang bersih tangan dan hatinya yang boleh berdiri di hadapan Allah (Mazmur 24:3-4).
Saudara, untuk itulah Tuhan Yesus hadir. Dengan firmanNya, Ia menerangi hati manusia yang kelam pekat oleh dosa. Setiap kita yang hadir disini tidak terkecuali adalah orang-orang berdosa yang telah menerima anugerah Allah.
Allah memang tidak jemu-jemu berfirman untuk menyadarkan kita akan segala dosa-dosa kita. Namun sikap kita seringkali justru marah ketika firman itu menegur kita, kita menjadi sakit hati dan menolaknya, kita berlagak tidak mau tahu atas semua teguran yang dibuat Tuhan. Atau bahkan kita sepertinya telah pandai menutup rapat dosa kita dbalik segala kesalehan semu kita, namun dengan mudah membongkar dosa orang lain. Saudara, inilah hidup yang dikehendaki Tuhan?
Semakin lama kita mengiring Tuhan, semakin banyak firman Tuhan yang sudah kita terima. Seharusnya ini membuat kita makin peka dengan dosa, bukan semakin mengeraskan hati dan semakin kompromi.
Karena itu Bersyukurlah bila Allah masih mau menegur kita. Itu berarti anugerahNya masih berlaku bagi kita. Jangan kita marah dan mengeraskan hati, melainkan biarlah kita merendahkan diri untuk memohon pengampunanNya.

2.  Anugerah Allah Memberi Pengampunan (ayat 10-11).
Saudara, terlepas dari apakah motif ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi dalam mendakwa perempuan itu, entahkah dia dijebak atau diperalat, tetapi perempuan itu telah kedapan sedang berbuat zinah. Dia telah tertangkap dan tidak mungkin lolos dari tangan para pendakwa kejam itu. Saudara, dalam hukum Yahudi, perzinahan adalah kejahatan yang sangat serius. Dosa ini dapat disamakan dengan dosa penyembahan berhala dan membunuh, yaitu ketiga macam dosa terbesar yang dapat dikenal hukuman mati.
Saudara, kita bisa membayangkan apa yang dirasakan oleh perempuan yang malang itu. Rasa bingung, rasa malu, rasa kesal dan rasa takut bercampur menjadi satu. Ia memandang kesekelilingnya, semua orang mengacungkan tangan melawan dia. Tidak ada orang yang dapat membela dia. Tidak ada harapan dan jalan keluar bagi dia untuk menyelamatkan diri. Ia hanya bisa menerima nasibnya dengan pasrah tanpa daya.
Apalagi kini dia dihadapkan pada seorang yang mungkin asing baginya. Berbagai pertanyaan mungkin juga muncul dibenaknya, “siapakah Lelaki itu? Apa yang akan diperbuatNya atasku? Dapatkah Dia menolong aku atau apakah Dia justru lebih kejam dari mereka ini?” Namun perkataan yang diucapkan Tuhan Yesus kepada para penuduh itu, segera membuat dia tahu bahwa Lelaki asing itu tidak sama dengan penuduh yang lain. Perkataan-Nya begitu berwibawa, mampu membungkam mulut yang congkak yang sejak tadi berteriak-teriak mengolok-olok dia. Bahkan semua orang dengan diam-diam pergi dari hadapannya. Saudara, pada saat semua orang pergi, dan Yesus juga sedang membungkuk menulis di tanah, itulah kesempatan bagi dia untuk lari dan menyelamatkan diri. Tetapi hal itu tidak diperbuatnya.
Perempuan itu sadar dengan siapa dia sedang berhadapan. Lelaki itu lebih berkuasa dari para pendakwanya. Dan tetap dalam kepasrahannya dia berdiri di hadapan Yesus, menanti apa yang akan Yesus perbuat baginya.
Saudara, wanita itu layak dihukum mati dan Yesus yang tanpa dosa itu layak melemparkan batu yang pertama kalinya kepadanya. Tetapi yang Yesus berikan kepada perempuan itu bukanlah hukuman yang selayaknya ia terima, melainkan anugerah yang memberikan dia pengampunan atas dosa-dosanya.
Pengampunan yang diterimanya bukan hanya mengenai dosa perzinahan yang telah ia lakukan tetapi atas semua dosa yang telah dia perbuat. Pertanyaan yang muncul berikut adalah, “Semudah itukah, apakah itu berarti perempuan itu dibebaskan dari segala tuntutan dosanya? Apakah itu tidak berarti bahwa Tuhan melawan hukum Taurat?”
Saudara dalam pengampunanNya Tuhan bukan melawan hukum Taurat, tetapi yang dilawannya adalah dosa dan kejahatan. Ia mengampuni karena Ia membenci dosa dan tidak membiarkan manusia tinggal dalam dosa, melainkan melepaskannya dari belenggu dosa itu. Yesus berhak memberikan pengampunan itu karena Ia sendiri yang akan memikul hukuman yang seharusnya ditanggung perempuan itu.
Di atas kayu salib Kristus telah mengerjakan semuanya, Kristus telah mempertemukan keadilan Allah yang menuntut hukuman atas semua dosa manusia dengan kasih Allah yang mengampuni dan menyelamatkan manusia.
Inilah anugerah Allah yang tidak memberikan kepada manusia hukuman yang setimpal dengan perbuatannya, melainkan pengampunan atas segala dosa-dosanya.
Tahun 1982 di Lousiana, Amerika Serikat ada pengadilan yang manarik perhatian seluruh Negara. Seorang pria dijatuhi hukuman mati karena membunuh keluarganya. Saat ia duduk di kursi penantian, para pengacaranya berusaha keras untuk meminta pengampunan baginya. Mereka menggunakan berbagai cara untuk menyelamatkan nyawa klien mereka.
Ketika detik-detik hukuman mati, semua harapan nampaknya memudar. Tetapi secara tidak terduga, pada pukul 11.30, setengah jam sebelum dia dibawa ke ruang gas, pemerintah Lousiana mengeluarkan surat pengampunan. Para pengacaranya menyampaikan berita itu kepada klien mereka. Namun alangkah terkejutnya mereka ketika lelaki itu menolak pengampunan tersebut. Tepat tengah malam, pria itu diikat pada sebuah kursi di kamar has dan beberapa saat kemudian lelaki itu meninggal.
Pria itu menerima pengampunan, namun dia memilih untuk mati. Hal itu menimbulkan perdebatan hukum yang seru. Orang itu diampuni karena pemerintah menawarkan pengampunan atau dia diampuni karena dia menerima pengampunan itu. Akhirnya diputuskan bahwa pengampunan itu tidak berlaku kecuali diterima oleh orang yang bersangkutan.
Saudara, demikian juga Tuhan telah menawarkan anugerah pengampunanNya bagi kita meskipun seringkali kita menolaknya. Oleh karena itu kita harus rela menerima tawaran pengampunan itu.
Saudara, setiap dosa harus dipertanggung-jawabkan kepada Allah. Setiap dosa harus dihukum, besar atau kecil. Kita tidak mampu melepaskan diri dari hukuman Allah. Tidak ada gunanya kita melarikan diri dari hadapan Allah untuk menyembunyikan dosa. Yang terbaik adalah kita mengakui dosa-dosa dan menerima dengan iman anugerah Allah yang telah diberikan oleh Kristus.
Di dalam anugerahNya manusia mendapat pengampunan dan kelepasan dari segala tuntutan hukuman. Saat ini bila saudara sedang bergumul dengan dosa-dosa, yakinlah bahwa pengam-punan Allah tidak terbatas, sebesar apapun dosa yang telah kita lakukan, Allah sanggup mengampuninya. Firman Tuhan dalam Yesaya 1:8 berkata ”…Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi puti seperti salju…” dan “sejauh timur dari barat, demikianlah dijauhkanNya daripada kita pelanggaran kita” (Mazmur 103:12).

3.  Anugerah Allah Memberikan Hidup Yang Baru (ayat 11)
Saudara, dalam kisah ini kita menyaksikan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mendakwa perempuan itu dengan kejam. Mereka hanya memperalat perempuan itu dan tidak peduli terhadap nasibnya. Bagi mereka, wanita itu tidak ada harganya dan selayaknya dihukum mati. Sikap para pedakwa ini berbeda dengan sikap Tuhan Yesus.
Tuhan Yesus menunjukkan sikap keramahanNya dengan menyebut wanita itu secara hormat. Sebutan yang dipakai Tuhan Yesus disini sama dengan ketika Ia menyebut Maria, ibunya dalam Yohanes 19:26, yang dalam terjemahan aslinya mengatakan “hai ibu”. Berbeda dengan para pendakwa yang menghendaki kematian perempuan ini, Tuhan Yesus dengan penuh belas kasihanNya justru ingin menyelamatkan dia. Hal ini memberikan satu pengajaran kepada kita bahwa Tuhan Yesus tidak hanya melihat perkara ini dalam waktu saat itu, tetapi Tuhan Yesus memikirkan masa depan dari perempuan itu.
Natanya, perkataan Tuhan Yesus yang mengatakan “Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang” (ayat 11). Merupakan suatu anugerah yang besar bagi perempuan itu, sehingga ia dapat memulai lembaran hidup yang baru. Sikap Tuhan Yesus ini menunjukkan tujuanNya dalam menebus umat manusia (Yohanes 3:16). Dia tidak menghukum wanita tersebut sebagai orang yang tidak layak diampuni, tetapi menghadapinya dengan lembut dan kesabaran supaya menuntunnya kepada pertobatan.
Hal ini berarti bahwa pengampunan yang Tuhan Yesus berikan adalah sumber kesucian dan permulaan baru untuk hidup menurut segala firman Allah dan melawan dosa. Tuhan Yesus bukan hanya memberikan syarat-syarat hidup baru itu, hidup baru itu diberikanNya pula. Yohanes 1:17 “sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.”
Kisah perempuan zinah dalam Yohanes 8:1-11, adalah salah satu contoh kasih Yesus yang tiada batasnya. Jika kita kembali pada masa itu, pastinya sangat sulit bagi seseorang jika ia menentang hukum yang berlaku bagi para pendosa. Apalagi hukum terhadap perempuan yang kedapatan berzinah yakni harus dilempari batu hingga mati (bdn. Ulangan 22:23-24).
Namun hal ini bukanlah menjadi ukuran bahkan tak mampu menghilangkan kasih Tuhan yang tiada taranya. Yang jelas, peristiwa ini menjadi suatu pukulan keras bagi para ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Mereka disadarkan oleh Tuhan Yesus bahwa kehidupan seseorang sangat berharga dan Tuhan masih memberikan kesempatan bagi siapa saja selagi nafas masih berhembus.
Demikian pula, Tuhan Yesus memiliki perhatian yang mendalam tidak hanya mengenai apa yang telah terjadi pada seseorang, tetapi mengenai apa yang bisa terjadi selanjutnya dengan diri orang itu. Tuhan Yesus tidak hanya melihat masa lalu seseorang tetapi juga memperhatikan masa depannya. Tuhan Yesus memberikan harapan baru, bahkan bagi mereka yang telah dibuang, yang dianggap tidak berguna bagi orang lain. Tuhan Yesus menghargai setiap kehidupan. Dalam tanganNya hidup yang telah hancur luluh pun dapat diubah menjadi hidup yang baru 2 Korintus 5:17, “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.”
Saudara, dari sini kita dapat melihat bahwa anuegrah Allah tidak hanya menyingkapkan dan mengampuni dosa. Lebih dari itu Allah memberikan pemulihan hidup yang baru. Yang ditawarkan Tuhan Yesus kepada wanita ini adalah keselamatan dan jalan ke luar dari kehidupan berdosa.
Karena itu, kalau saat ini kita terbelenggu dalam masa lalu yang gelap, kita merasa hidup sudah hancur dan seolah tidak tertolong lagi, ingatlah bahwa anugerah Allah sanggup membaharui hidup ini. Manusia memang seringkali mengingat dan mengungkit-ungkit kegagalan di masa lalu, itulah trik Iblis untuk menghancurkan manusia. Tetapi berbeda dengan Allah, Allah justru merencanakan masa depan bagi kita.
Kematian Tuhan Yesus di atas kayu salib membuktikan bahwa Ia memiliki rencana untuk menyediakan masa depan bagi kita, yaitu hidup kekal yang penuh sukacita dan kemenangan bersama Yesus.
Saudara, dalam anugerah Allah kita mendapatkan anugerah hidup yang baru. Saudara, anugerah Allah masih bekerja dan terus bekerja sampai dengan hari ini. Allah masih mau berbicara untuk menyatakan dosa manusia, Allah masih membuka pintu pengampunanNya bagi setiap manusia yang membutuhkan dan juga masih berkuasa untuk mengubah kehidupan yang telah hancur karena dosa.
Hanya masalahnya, kita harus ingat bahwa akan ada saatnya anugerah Allah berakhir, semua kesempatan akan tertutup. Oleh sebab itu sekaranglah saatnya kita membuka hati untuk menerima dan mensyukuri Anugerah Allah itu. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar