Senin, 15 Februari 2016

MENGAPA KITA HARUS BERDOA, KALAU TUHAN MAHA TAHU?

MENGAPA KITA HARUS BERDOA, KALAU TUHAN MAHA TAHU?
Kejadian 18:16-33

Rekan-rekan pemuda yang kekasih,
Suatu kali saya mendapati satu buku yang berjudul “Pemburu Tuhan!,” karangan Tommy Tenney. Dalam buku ini dijelaskan bahwa “Seorang pemburu Tuhan adalah orang yang merindukan hadirat Tuhan sehingga ia memburu hal-hal yang mustahil dengan harapan bahwa sesuatu yang sulit ditangkap akhirnya dapat diperoleh.
Penulis mengumpamakan seorang anak yang memburu orang tuanya sehingga lengan ayah yang sangat kuat merangkul pemburunya. Pemburu menjadi mangsa; yang diburu menjadi penangkap. Kemudian dia mengutip sebuah ayat yang ditulis oleh Rasul Paulus "...melainkan aku mengejarnya kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya karena aku pun telah ditangkap" (Filipi 3:12).
Kemudian saya juga menemukan sebuah lagu yang dinyanyikan oleh Vania Larissa yang berjudul “Doa Mengubah Segala Sesuatu.” Dalam lagu ini dituliskan bahwa “Saat keadaan sekelilingku, ada di luar kemampuanku. Ku berdiam diri mencari Mu. Doa mengubah segala sesuatu. Saat kenyataan di depanku Mengecewakan perasaanku, kumenutup mata memandang Mu. Sbab doa mengubah segala sesuatu.”
Saudara, dua contoh diatas seolah-olah ingin mengatakan bahwa kehendak Tuhan bisa kita ubah berdasarkan kehendak kita. Namun, pertanyaannya, benarkah pernyataan ini? Apakah ini sesuai dengan pengajaran Alkitab?
Jika kita kaitkan dengan sifat Allah yang maha tahu, pertanyaan lain akan muncul. Kalau memang Tuhan kita itu Maha Tahu, apakah Tuhan tidak konsisten dengan keputusan-Nya saat Dia berinteraksi dengan Abraham? Kalau Tuhan Maha Tahu, untuk apakah kita harus berdoa lagi? Bukankah kehendakNya pasti akan terjadi dan bukan kehendak kita.
Rekan-rekan yang saya kasihi dalam Tuhan,
Berbicara soal doa, kita mengerti bahwa doa adalah sarana komunikasi yang Tuhan berikan kepada manusia. Manusia diciptakan Allah menurut gambar Allah, sehingga ia diberikan kemampuan untuk berhubungan dengan penciptanya. Dalam Alkitab banyak sekali kita dapatkan tokoh-tokoh yang menjalin relasi dengan Tuhan. Misalnya dalam Kitab Kejadian, nama Nuh, Abraham, Ishak dan Yakub, berulang kali disebutkan dimana mereka mendirikan mezbah dan mempersembahkan korban bakaran.
Juga Daud, Hana, Naomi dan Yeremia, mereka berkeluh-kesah dan meratap kepada Tuhan untuk bermacam-macam pergumulannya. Dengan kata lain saudara, di sinilah letak kepentingan doa dalam kehidupan umat-Nya.
Disisi yang lain, Tuhan memakai sarana spiritualitas ini untuk menyampaikan pesan-Nya kepada manusia. Seperti ketika manusia jatuh ke dalam dosa, Ia datang mencari untuk menghakimi dan memberikan jalan keluar bagi manusia. Hal inilah yang terjadi dengan kota Sodom dan Gomora yang penuh dosa dan kekejian, sehingga Ia mau berbicara kepada Abraham tentang maksud-Nya.
Pertanyaan kita, siapa yang berinisiatif dalam memulai pembicaraan? Ternyata memang bukan Abraham yang memulai mengajukan permintaan kepada Allah, melainkan Allahlah yang memberitahu rencanaNya kepada Abraham. Bagaimana Allah mengasihi dan memperlakukan Abraham, berdasarkan kedaulatan-Nya, termasuk menyatakan apa yang akan dilakukan-Nya atas Sodom dan Gomora.
Jadi di sini jelas kita dapatkan bahwa Tuhan sendirilah yang membuka diri untuk berkomunikasi dengan Abraham. Inisiatif ini muncul dari Tuhan yang rindu untuk menyampaikan apa yang menjadi isi hati dan rencana Tuhan atas keadaan kota yang terkenal jahatnya, yaitu Sodom.
Karena itu di dalam ayat 17 dijelaskan: “Berpikirlah Tuhan: “Apakah Aku akan menyembunyikan kepada Abraham apa yang hendak Kulakukan ini? Bukankah sesungguhnya Abraham akan menjadi bangsa yang besar serta berkuasa, dan oleh dia segala bangsa di atas bumi akan mendapat berkat?”
Saudaraku, kalau Abraham mendapatkan kemurahan untuk mengetahui kehendak dan rencana Allah, jelas ini merupakan kesempatan yang baik dan berharga yang ia dapatkan dari Allah. Sebab tidak semua orang bisa mengerti rencana Tuhan dengan baik. Didalamnya diperlukan kepekaan dan relasi yang mendalam dengan Tuhan. Dan itulah yang terjadi dengan Abraham.
Dan lagi, saat Tuhan menyatakan dalan pikiran-Nya (Kejadian 18:20-21), bukan karena Tuhan bingung atau tidak Maha Tahu sehingga harus turun memeriksa kebenaran doa orang-orang percaya. Karena Kata yang dipakai, untuk menyatakan “…Aku hendak mengetahui.”  (ayat 21) memiliki pengertian “mengetahui untuk membedakan.” Dengan demikian, frase ini bukan bermaksud menyatakan Tuhan tidak tahu dan hendak mencari tahu. Sebaliknya frase ini justru ingin menegaskan bahwa Tuhan adalah Allah yang Maha Tahu dan menyatakan rencana-Nya kepada Abraham dalam bahasa manusia yang sederhana. Sebab hanya Tuhanlah yang tahu membedakan keselamatan orang benar dan salah,
Rekan-rekan pemuda yang kekasih,
Tuhan Allah memang tidak sembarangan mendatangkan musibah dan malapetaka (lihat ayat 32). Setiap kejadian yang tidak baik bahkan yang kita tidak mengerti alasannya, ada maksud dan jalan Tuhan yang bijaksana.
Perhatikan bagaimana permohonan Abraham terakhir dikatakan: “Janganlah kiranya Tuhan murka, kalau aku berkata lagi sekali ini saja. Sekiranya sepuluh didapati di sana?” (ayat 32).
Membuktikan bahwa memang Abraham tidak tahu kondisi bangsa Sodom dan Gomora. Dan ternyata memang tidak ada 10 orang benar disana. Artinya permohonan Abraham tidak mengubah apapun terhadap kehendak Allah.
Lagi pula saat Abraham berinteraksi dengan Tuhan, ia bukan sedang tawar menawar sesuatu dengan Tuhan. Ini bukan suasana sedang bernegosiasi. Sebab menawar atau negosiasi, itu terjadi pada posisi yang sama. Sementara memohon adalah menaruh pengharapan pada yang berkuasa. Sikap inilah yang terjadi pada Abraham, sebab dia kenal betul siapa Allah yang sedang berbicara kepadanya.
Bagaimana Lot dan keluarganya yang semua berjumlah 4 orang? Apakah mereka selamat? Dalam kasus ini bisa dikatakan ya, dimana mereka lepas dari api Sodom, Gomora, tetapi istrinya menjadi tiang garam karena dihukum Allah.
Namun, penyelamatan Lot, tak ada kaitan langsung dengan permohonan Abraham. Dalam 2 Petrus 2:6-9, jelas dikatakan, Lot adalah orang benar, dengan pilihan hidup yang tidak benar. Lot terhisab sebagai orang benar karena ikut menerima janji Allah kepada Abraham. Lot adalah orang bersunat (Kejadian 17). Jadi jelas sekali alasan penyelamatan Lot.
Dengan demikian saudara, tidak ada alasan apa pun bagi Allah untuk mengubah rancangan-Nya ataupun memperbaharui rencana-Nya, karena semua itu dibentuk berdasarkan kebajikan yang sempurna dan hikmat yang tak bercacat dari Allah.
Dan disini Abraham belajar melalui komunikasi dengan Tuhan tentang keadilan dan kebenaran Tuhan dalam menghakimi dan menghukum manusia.
Di sinilah keindahan yang Abraham alami dan nikmati dengan mengerti kepekaan rohani, sekaligus tidak bermain-main dengan keadilan dan kebenaran Allah.
Karena itu saudaraku, marilah kita belajar seperti Abraham dalam doa-doa yang kita panjatkan. Doa bukan ditetapkan untuk memberi informasi kepada Allah, seolah-olah Ia tidak mengetahui apa pun, sebaliknya doa dinaikan adalah untuk menyatakan bahwa Dia benar-benar mengetahui segala keperluan kita. Demikianlah yang Tuhan Yesus jelaskan kepada kita dalam Matius 6:8 yang menyatakan, ”Karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.”
Yang berikutnya adalah doa bukan dimaksudkan untuk memberitahukan kepada Allah apa yang kita butuhkan, melainkan untuk menyatakan pengakuan atas kebutuhan kita kepada-Nya. Dalam hal ini, menyadarkan kita bahwa rencana Allah pastinya berbeda dengan rencana kita.
Masalahnya adalah, Tuhan tidak menciptakan manusia seperti robot yang hanya bisa berjalan sesuai dengan sistem yang telah dibuat. Tetapi Tuhan menciptakan manusia dengan dilengkapi perasaan dan akal pikiran. Dengan hal inilah Tuhan menghendaki terjadinya komunikasi antara Allah dan umat-Nya. Lagi pula komunikasi bukan laporan atau hanya diisi dengan permintaan-permintaan orang percaya. Komunikasi lebih kepada saling mengenal isi hati ketika bertukar informasi.
Hari ini banyak orang berdoa, tetapi jauh di dalam motivasi hatinya hanya meminta, memerintah, mengklaim, atau bahkan memaksa Tuhan mengubah haluan sesuai dengan kehendak pribadinya. Padahal komunikasi ditujukkan supaya kita mengerti isi hati Tuhan.
Saat ini, komunikasi Tuhan dengan kita diberikan melalui Alkitab dan perenungan Firman Tuhan dengan tujuan untuk menyatakan dan memperjelas isi hati Tuhan.
Dan melalui doa, kita belajar menyelaraskan apakah kehendak kita sudah sejalan dengan kehendak Tuhan ataukah kehendak kita justru telah melenceng jauh dari rencana dan kehendak Tuhan.
Dengan demikian, apakah kita masih perlu berdoa walaupun Tuhan sudah tahu bahkan tidak mengubah kehendak Tuhan? Jawabannya ialah, Ya! Tuhan memang menghendaki kita untuk berdoa terus menerus (Lukas 18:7-8; Roma 8:26; 12:12; Filipi 4:6; I Tesalonika 5:17; Yakobus 4:3; 5:16; dst).
Sekalipun dikaitkan dengan predestinasi Allah/ ketentuan Allah, doa bukanlah sesuatu yang sia-sia untuk dilakukan. Sebab memang doa bukan untuk mengubah hati dan kebijaksanaan Tuhan, tetapi mengubah hati dan perbuatan kita agar sesuai dengan rencana Tuhan. Jika doa kita bisa mengubah kehendak Allah, maka bisa dipastikan bukan Allah lagi yang maha kuasa (sovereign) melainkan kita. Kenyataannya hanya Allahlah yang Maha Tahu sebab Ia tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu.
Lagi pula Tuhan Yesus sendiri telah memberikan satu teladan yang baik dimana Ia sendiri senantiasa berdoa. Doa adalah sarana yang dipakai Allah untuk menggenapi kehendakNya dalam dunia ini. Doa juga adalah untuk kepentingan kita, supaya kita dikuatkan dalam hidup bagi Dia di tengah dunia yang berdosa ini.
Kita melihat dimana Tuhan Yesus pagi-pagi benar sudah bercakap dengan BapaNya untuk menghadapi harinya yang sibuk. Tuhan Yesus juga bergumul dalam doa di taman Getsemani sebelum menjalani misinya yang final ke kayu salib. 
Namun demikian, berdoa harus dengan cara yang benar dan tujuan yang benar. Yaitu menyelaraskan kehendakNya dalam kehidupan kita. Jadi marilah kita senantiasa hidup dalam doa karena inilah perintah Allah bagi kita. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar