Minggu, 14 Februari 2016

MENGAPA HARUS BERGEREJA?

MENGAPA HARUS BERGEREJA?
Ibrani 10:19-25;


Kaum muda yang kekasih di dalam Tuhan,
Saat kita berinteraksi dengan sahabat, jemaat mungkin kita pernah mendengar satu pertanyaan yang seperti judul di atas, “Mengapa kita harus ke gereja, bukankah Tuhan sendiri bilang untuk kita dapat diselamatkan hanya diperlukan hanya percaya saja?”
Kira-kira bagaimana menurut kalian? Apakah betul panggilan ke gereja merupakan suatu keharusan yang memberatkan kita? Saudara, ini adalah pertanyaan mendasar yang harus kita jawab oleh setiap orang-orang yang mengaku percaya kepada kristus!
Sama halnya ketika kita ditanya, mengapa kita harus percaya Kristus? Kira-kira, apa jawaban yang bias kita berikan?
Ya! Karena hanya di dalam Kristuslah ada keselamatan! Di dalam Kristuslah maka kita menerima kehidupan kekal. Maka kitapun percaya kepadaNya yang empunya keselamatan itu. Demikianlah firman Tuhan berkata dalam Yohanes 14:6, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku."
Untuk itu kembali kepada pertanyaan kita yang pertama, sekarang setelah kita percaya kepada Kristus, lalu untuk apa kita harus ke gereja? Bukankah kita bisa ibadah di rumah kita sendiri? Bukankah kita bisa membaca Alkitab sendiri?
Saudara...
Kelihatannya, pendapat di atas ada benarnya, bahwa kita bisa menghadap Tuhan di rumah kita sendiri, kita bisa bersaat teduh sendiri, kita merenungkan firman Tuhan sendiri, kita pun dapat memuji Tuhan sendiri. Akan tetapi, pertanyaannya: itukah yang Tuhan kehendaki? Apakah demikian teladan yang diberikan oleh jemaat Tuhan mula-mula?
Faktanya saudara, tidak semua bisa kita lakukan sendiri. Sebagai makhluk social kita butuh peran orang lain untuk mengisi kekurangan diri kita. Artinya tidak semuanya bisa kita lakukan seorang diri tanpa campur tangan orang lain?
Bisakah seorang tukang cukur mencukur rambutnya sendiri? Atau bisakah seorang dokter mengobati diri/ mengoperasi dirinya sendiri? Kenyataannya tidak, bukan!
Ada hal-hal tertentu, dimana kita membutuhkan kehadiran orang lain untuk memberikan semangat, dorongan, koreksi dan nasihat, demi pertumbuhan rohani kita.
Rekan-rekan pemuda yang kekasih,
Sekali lagi saya tekankan bahwa, masalah terbesar manusia, yaitu keselamatan dan kehidupan kekal. Dan masalah itu, kini telah dibukakan Yesus bagi kita yang percaya kepadaNya. Sehingga setiap orang yang percaya kepadaNya tidak lagi berada dibawah hukuman dosa, melainkan kita memperoleh keselamatanNya. Karena apa, karena Ia telah membukakan jalan yang baru dan yang membawa kita kepada kehidupan itu. (ayat 20).
Dengan demikian, sebenarnya tidak ada alasan yang tepat bagi kita untuk tidak pergi beribadah di gereja. Gereja memang dipersiapkan Allah sebagai suatu organisme yang utuh di dalam diriNya. Dimana Kristus sebagai kepala, dan kita (gereja) sebagai tubuhNya. Ini merupakan satu kesatuan yang utuh dalam kepercayaan iman Kristen. Kristuslah dasar gereja. Demikianlah Kristus menghendaki agar gereja dapat berdiri sebagai wadah yang diperuntukkan untuk membina, membangun dan saling mendorong satu sama lain di dalam kasih.
Dengan demikian, jika ada orang-orang yang tidak mau beribadah ke gereja, atau menganggap bahwa ibadah adalah satu hal yang sia-sia. atau mungkin ibadah dianggapnya sebagai sesuatu yang tidak memiliki pengaruh sama sekali, sehingga bisa datang dan bisa tidak datang, sebenarnya ia tidak mengerti hakekat kekristenan yang sesungguhnya.
Coba perhatikan kehidupan orang-orang Israel di dalam Zaman Perjanjian Lama. Seseorang yang ingin memper-sembahkan korban tidak akan berani untuk mencoba masuk ke dalam Kemah Suci atau Bait Allah. Bahkan seorang imam besar sekalipun hanya diijinkan masuk satu kali dalam setahun. Kalian tahu alasannya? Karena antara Allah dan umatNya terdapat tirai yang tebal, yang memisahkan tempat kudus dan tempat Mahakudus.
Akan tetapi kini, karena kematian Kristus, maka jurang pemisah itu kini tidak ada lagi. Allah senantiasa mengundang kita hadir dalam BaitNya yang kudus, karena Kristus. Sehingga bagi orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Kristus, ia akan menganggap satu kehormatan yang begitu besar apabila ia dapat pergi beribadah di rumah Tuhan.
Kaum muda yang saya kasihi,
Ibadah sangat berguna untuk mengubah hidup kita menjadi lebih baik dan membuat pertumbuhan rohani kita semakin dewasa. Hal ini tentu hanya dapat dicapai jika kita memahami hakekat sebenarnya dari ibadah itu.
Saudara, hakekat ibadah bukan terletak dari gambaran yang tampak secara lahiriah, dekorasi gedung yang mewah, MC yang menghidupkan, Pemusik yang menggugah semangat bernyanyi dll. Akan tetapi ibadah yang benar adalah ibadah yang didalamnya ada kuasa Allah yang dirasakan mampu mengubahkan kehidupan rohani kita.
Kita datang beribadah bukan supaya kita diayani. Akan tetapi sebaliknya kita datang beribadah adalah supaya kita bisa melayani Allah, kita menyembah Allah.
Untuk itu, kita mesti melihat nasihat Paulus yang menggambarkan hal ini sebagai salah satu fenomena menjelang hari-hari terakhir. "Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya." (2 Timotius 3:5).
Saudara Ini adalah golongan yang secara lahiriah melakukan ibadah, datang ke gereja, berdoa, menyanyi, namun semua itu dilakukan tanpa disertai kerinduan yang sungguh-sungguh, melainkan hanya sebatas aktivitas rutin semata. Makanya tidak heran jika mereka ini akan tetap hidup dalam keraguan dan gampang goyah ketika permasalahan menerpa mereka.
Dikatakan, mereka “hadir dalam ibadah, namun pada hakekatnya memungkiri kekuatannya.” Secara fisik mereka menjalankan kewajiban beribadah, tapi sebenarnya mereka tidak menangkap inti dari ibadah itu sendiri. Maka tidak akan ada apa-apa yang dialami dan diperoleh dari ibadah itu sendiri. Semua hanyalah akan sia-sia.
Rekan-rekan pemuda,
Ibadah yang benar seharusnya bisa membuat hidup kita diubahkan menjadi lebih baik dengan pertumbuhan iman yang pesat. Hakekat dari ibadah sesungguhnya adalah sebuah sarana bagi kita untuk mengalami perjumpaan dengan Tuhan, masuk dan diam dalam hadiratNya, bersekutu dan bergaul akrab dengan Tuhan.
Jika ini kita sadari penuh, maka kita tidak akan main-main lagi dalam ibadah kita. Ibadah yang benar akan menghasilkan sesuatu yang besar.
Kita bisa belajar dari kesungguhan hati jemaat mula-mula. Dimana "Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan." (Kisah Para Rasul 2:46-47). Lihatlah bagaimana Tuhan memberkati mereka dengan jiwa-jiwa baru, karena Allah menghargai kesungguhan hati mereka dalam beribadah.
Ibadah yang sejati akan menghasilkan perubahan budi, yang akan membuat pribadi kita menjadi baru, terus bertumbuh lebih baik lagi dengan mengetahui kehendak Allah, apa yang baik dan berkenan kepadaNya dan apa yang sempurna. (Roma 12:2).
Dalam hal inilah maka kita harus terus melatih diri kita untuk dapat beribadah dengan benar, karena itu akan sangat berguna baik untuk hidup di dunia maupun untuk hidup yang akan datang. (1 Timotius 4:7b-8).
Tuhan telah memberi keselamatan atas kita sebagai kasih karuniaNya yang begitu besar, oleh karena itu ia menginginkan kita untuk meninggalkan kefasikan dan kedagingan, nafsu-nafsu duniawi dan memilih hidup bijaksana dan taat beribadah.
Kalau begitu, apa yang mesti kita lakukan? Minimal melalui pembacaan kita malam ini kita menemukan 4 kebenaran penting:

1.  Marilah kita beribadahlah dengan sungguh-sungguh (ayat 22). Artinya:
Janganlah kita sampai lupa untuk berbakti kepada Tuhan. Sekali dua kali ketika kita pertama kali diingatkan, seharusnya itu mampu mengubahkan cara pandang kita.
Jangan lagi kita ogah-ogahan untuk pergi beribadah. Bagaimanapun tidak ada tawaran lain yang lebih berharga dibandingkan tawaran beribadah. Untuk itu, kita mesti mempersiapkan diri kita secara rohani agar saat kita bersekutu kita merasakan kuasa dan karya Tuhan bekerja di dalam diri kita.

2. Tetaplah Teguh berpegang pada pengakuan iman kita (ayat 23).
Janganlah kita sampai melepaskan diri dari apa yang sudah kita imani. Sebab apabila seorang percaya menaruh pengharapannya pada kristus dan bergantung pada kesetiaan Allah, orang itu tidak akan goyah.

3. Berusaha untuk saling mendorong dan saling memperhatikan (ayat 24).
Sebagai orang percaya kita mestinya sadar bahwa kekristenan bukanlah untuk kepentingan diri sendiri saja tetapi juga untuk orang lain. Untuk itu di dalam ibadah kita bisa saling mengingatkan, saling menegur dan saling menasihati. Sehingga keutuhan persekutuan tetap terjaga. Untuk itu, disinilah letak masalahnya, ketika kita melihat ada rekan-rekan kita yang telah lama undur dari persekutuan, seharusnya kita yang setia berusaha memberikan kekuatan bagi mereka yang telah lama undur. Sebab, kesetiaan untuk hadir dalam jemaat dapat mendorong orang lain untuk hadir dan merangsang mereka berbuat baik.

4. Kita harus lebih giat menjelang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua (ayat 25).
Pengenalan kita tentang Allah seharusnya memacu semangat kita untuk lebih dan lebih lagi untuk giat dalam beribadah. Zaman ini semakin lama semakin tua, dunia ini semakin lama semakin rusak keparahannya. Jangan sampai, ketika Tuhan Yesus datang, kita kedapatan sedang tidak setia beribadah. 
Untuk itu, agar kita tidak kecolongan waktu, teruslah kita giat beribadah menjelang hari Tuhan mendekat. Sama halnya 5 Gadis yang bijaksana, yang mempersiapkan 5 buli-buli minyak beserta 5 pelita yang dipegangnya.  Sehingga ketika tiba saatnya sang Mempelai datang, mereka pun dapat masuk bersama-sama ke ruang perjamuan dengan penuh sukacita (Matius 25:1). Amin.

0 komentar:

Posting Komentar