Sabtu, 27 Februari 2016

FIRMAN TUHAN LEBIH TAJAM DARIPADA PEDANG

FIRMAN TUHAN LEBIH TAJAM DARIPADA PEDANG
Ibrani 4:12-13

Sidang jemaat yang kekasih dalam Tuhan,
Masih dalam tema bulanan Mengapa Firman Tuhan Itu Penting, dalam minggu terakhir ini, kita akan membahas satu tema yang mengatakan bahwa: Firman Tuhan Lebih Tajam Daripada Pedang.”
Namun sebelum kita mengupas lebih lanjut tentang tema kita, saya mengajak kita untuk lebih dahulu melihat latar belakang dari penulisan perikop ini. Saudara, perikop ini berbicara tentang hari penghakiman, dimana apabila saat perhentian segala sesuatu telah tiba, Tuhan menghendaki supaya jangan ada seorang pun jatuh karena mengikuti contoh ketidaktaatan itu juga” (Ibrani 4:11).
Karena itu yang hendak ditekankan dalam surat Ibrani ini saudara, ialah bahwa orang-orang percaya yang sejati memiliki keselamatan yang kekal sebab mereka memercayakan diri mereka kepada seorang Juruselamat yang hidup, yang terus-menerus membela mereka. Akan tetapi, keyakinan itu tidak berarti bahwa mereka dapat bebas untuk berbuat dosa selama mereka masih hidup dalam dunia.
Maksudnya adalah kehidupan yang kita jalani, sejatinya harus diwarnai oleh sikap kehati-hatian. Jangan sampai pada akhirnya kita dibelokkan dari firman dan tidak lagi memercayai firman Allah. Karena hanya apabila firman itu dikaitkan dengan iman”, barulah firman itu dapat melaksanakan tujuannya.
Dengan demikian bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Sebenarnya tidak ada seorang pun yang dapat mengabaikan firman Allah, sebab firman Allah telah datang kepada manusia dan berada dalam kehidupan keseharian kita.
Sidang jemaatku yang kekasih dalam Tuhan,
Kita mungkin akan mengerti sedikit tentang hal-hal yang bisa ditimbulkan dari suatu perkataan. Bahwa kata-kata bukan hanya sebuah suara yang keluar dengan arti tertentu. Kata-kata adalah suatu kekuatan yang terus bergerak dan bertindak. Umpamanya jika ada seorang pemimpin mengucapkan sesuatu, maka ucapannya itu akan membahana dan membangkitkan orang untuk melakukan suatu reaksi yang seolah-olah membakar hati untuk segera melakukannya.
Sejarah manusia membuktikan bahwa pernyataan-pernyataan dari tokoh-tokoh besar akan menghasilkan tindakan yang membangun atau merusak bangsa-bangsa. Berkali-kali terjadi dalam sejarah, bahwa kata-kata yang diucapkan oleh seorang pemimpin atau ahli pikir telah menyebabkan terjadinya beberapa peristiwa besar dalam kehidupan manusia.
Saudaraku yang kekasih,
Jika kata-kata manusia saja dapat menyebabkan itu semua, terlebih lagi dengan firman Tuhan. Kita bisa kembali mengingat bagaimana Tuhan Allah menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya hanya dengan berfirman. Juga di dalam Alkitab kita dapat melihat bagaimana Firman Allah menuntun dan memelihara umat kesayanganNya disepanjang sejarah. Firman Allah merupakan sesuatu yang hidup untuk semua orang disepanjang masa.
Hal-hal lain mungkin dapat berlalu dan lenyap begitu saja. Hal-hal lain mungkin akan memperoleh perhatian akademis atau dianggap penting sebagai sebuah barang antik. Tetapi firman Allah bukanlah barang antik yang akan habis oleh waktu. Tetapi sebaliknya firman Allah merupakan sesuatu yang bersifat kekal. Karena itulah rasul Yohanes menuliskan firman yang berkata: “Pada mulanya adalah firman: Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan” (Yohanes 1:1-2).
Karena itu bapak/ ibu yang kekasih,
Kalau firman Allah itu kekal, maka bisakah kita mengabaikan Firman Allah? Tentu tidak bukan? Justru firman Tuhan adalah sesuatu yang sangat penting untuk mendapatkan perhatian dalam hidup manusia. Firman itu tetap menawarkan sesuatu yang harus diterima atau ditolak oleh manusia. Tentu saja Allah menggunakan firman itu untuk menyanggupkan kita melihat dosa dan ketidakpercayaan yang ada di dalam hati kita sendiri.
Firman Tuhan menyingkapkan hati kita, dan kemudian jika kita mempercayai Allah, firman itu menyanggupkan hati kita untuk menaati Allah dan menuntut janji-janjiNya. Itulah sebabnya seorang percaya harus rajin mendengarkan dan memerhatikan firman Allah.
Dalam firman itu, kita melihat Allah dan kita juga mengetahui bagaimana Allah melihat kita. Kita melihat diri kita sebagaimana adanya. Pengalaman itu menyanggupkan kita untuk bersikap jujur dengan Allah, memercayai kehendakNya dan menaati Dia.
Masalahnya adalah, bagaimana kita dapat memahami kebenaran firman itu sehingga kita dapat hidup dipimpin oleh firman. Ini yang seharusnya kita gumuli dalam keseharian kita saat kita membaca dan merenungkan firman Tuhan.
Saudara, kita tidak bisa menafsirkan firman Tuhan menurut maunya kita. Atau kita membaca hal-hal yang menguntungkan bagi kita, sementara disisi yang lain kita mengabaikan firman yang lain. Justru yang terpenting untuk kita sadari saat kita membaca firman Tuhan adalah, apa yang Tuhan kehendaki untuk kita pahami dan lakukan, sehingga kita tidak terjebak untuk menafsirkan firman Tuhan berdasarkan keinginan kita.
Untuk mencapai hal itu, maka kita harus kembali kepada tujuan Allah dalam memberikan firman itu sendiri, yaitu supaya kita dapat hidup berkenan kepadaNya.
Sidang jemaat yang kekasih dalam Tuhan,
Dalam hubungannya dengan kebenaran firman Tuhan ini, kita perlu mengetahui dua hal penting bagaimana kita dapat hidup berkenan kepadaNya, sambil kita menantikan waktu perhentian itu tiba:

1.  Firman Allah hidup dan kuat.
Bapak/ ibu yang kekasih, dikatakan “sebab Firman Allah hidup dan kuat” (Ibrani 4:12). Saya percaya seluruh bagian Alkitab menceritakan akan hal itu. Bahkan pemazmur sendiri berkata: “FirmanMu pelita bagi kakiku, dan terang bagi jalanku” (Mazmur 119:105). Artinya tanpa firmanMu aku tidak bisa melangkah di hidupku. Tanpa firmanMu hidupku bukanlah hidup yang berkenan kepadaNya.
Dalam hal inilah firman Tuhan memiliki kekuatan yang memberikan kehidupan. Seperti yang terjadi pada Filipus saat seorang malaikat mendorongnya menemui seorang sida-sida dari Etiopia yang sedang mempelajari kitab suci. Firman Allah itu mendorong Filipus untuk menginjili sida-sida itu dan pada akhirnya ia menjadi percaya (Kisah Para Rasul 8:26-40). Juga terhadap Saulus dalam perjalanannya ke Damsyik. Saat dia merencanakan suatu perbuatan yang akan menyusahkan orang-orang Kristen di Damsyik, Allah datang dan berbicara secara pribadi dengannya hingga ia menjadi pribadi yang diubahkan (Kisah Para Rasul 9).
Atau seperti yang dialami oleh orang-orang di Berea yang menyelidiki Kitab Suci setiap hari, dengan satu maksud “untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.” Sehingga dikatakan bahwa “banyak diantara mereka yang menjadi percaya; juga tidak sedikit diantara perempuan-perempuan terkemuka dan laki-laki Yunani” (Kisah para Rasul 17:11-12).
Dari contoh-contoh diatas kita memahami, kalau kita menyadari dengan penuh apa yang diajarkan oleh Alkitab maka firman Allah itu sudah menunjukkan betapa Dia kuat dan menjadi hidup. Semua ritme kehidupan manusia menjadi tepat karena firman.
Mari kita lihat bagaimana PL bisa sejajar dengan PB. Karena firman hidup, maka semua yang ada di PL menjadi genap di dalam PB. Semua yang dinyatakan di dalam PL maupun dalam PB nyata dalam kehidupan sekarang. Semua itu saudara tidak mungkin terjadi karena kebetulan. Rasanya terlalu banyak kebetulan-kebetulan yang terjadi jika PL dapat sejajar dengan PB. Saya sendiri percaya bahwa semua yang terjadi sebenarnya telah diatur berdasarkan firmanNya. Disitulah kita melihat bagaimana keunggulan firman itu.
Inilah yang menjadi sesuatu yang penting dalam kehidupan orang percaya, sehingga setiap orang bisa menjalani kehidupan berdasarkan pimpinan anugerah Allah. Mereka bisa kuat karena belas kasihan Allah. Firman itulah yang menguatkan. Gambaran ini menunjukkan kepada kita satu kekuatan yang luar biasa, yang tidak bisa dilawan. Satu kebenaran yang begitu kuatnya, itulah firman Tuhan.
Tetapi ingat saudara, pada Firman yang dikatakan oleh Alkitab, bahwa Firman yang kita dengar seharusnya dapat dibuktikan dari bagian lain, firman yang kita baca seharusnya dapat diperkuat oleh bagian lain, yang dilegalitas oleh bagian lain. Itulah yang dimaksud firman menafsir firman.
Jadi persoalannya bukan karena kata pendeta si A, bukan pula karena kata hamba Tuhan si B sehingga kita menuruti firman Tuhan. Tetapi apa yang diajarkan oleh firman Allah kepada kita. Kalau masalah klaim mengklaim firman Tuhan, siapa saja bisa ngomong bukan? Tetapi pertanyaannya apakah klaim itu bisa dibuktikan oleh kebenaran firman Tuhan yang lain atau tidak. Jangan-jangan hal itu telah dipelintir sehingga seolah-olah hal itu menjadi suatu kebenaran. Faktanya tidak sedikit hamba-hamba Tuhan yang seolah-olah memberitakan firman Tuhan, tetapi sebenarnya sedang memperbodoh banyak jemaat.
Karena itu ingatlah saudara! Firman Tuhan sendiri mengajarkan kepada kita: “Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik” (1 Tesalonika 5:21). Dengan kata lain, Allah menuntut kita untuk dapat menyaring setiap informasi yang kita terima berdasarkan kebenaran firman Tuhan. Sehingga firman Tuhan menjadi bagian yang solid dalam kehidupan orang percaya. Dan orang percaya harus berjalan disana untuk puji hormat nama Tuhan.
Setiap orang percaya harus menggumuli seluruh bagian itu sehingga nama Tuhanlah yang ditinggikan, nama Tuhanlah yang dimuliakan. Dan biarlah itu hidup di dalam hidup kita, ada dalam batin kita, mewarnai kehidupan kita, sehingga kehidupan kita berkenan kepada Allah. Bersandarlah pada firman, maka firman Tuhan akan sungguh-sungguh menghidupkanmu. Bersandarlah pada firman karena firman itu akan menguatkanmu. Sehingga disanalah kita hidup, dan disana kita bertahan, disana kita hidup dan dipimpin oleh kebenaran firman itu.
Mengenali akan firman, seharusnya menjadi kerinduan setiap kita. Bagaimana caranya, yaitu dengan membaca dan merenungkan dan dengan mengerti firman itu dan melakukan ketetapan-ketetapan firman Tuhan itu. Alangkah indahnya, dan luar biasanya jika jemaat sekalian dapat hidup di dalam firman. Pastinya kita akan mengerti apa yang menjadi pergumulan kehidupan orang percaya, di dalam melewati realitas hidup yang tak mudah. Karena itu tidak ada alasan bagi orang percaya untuk kalah dan menyerah terhadap persoalan hidup sepanjang dia bersandar kepada kebenaran firman Tuhan, karena firman Tuhan yang hidup dan kuat itu akan menguatkan setiap langkah hidup orang percaya.
Semoga kita ada disana, kalau memang kita cinta firman Allah, kalau memang kita mengenal firman itu, kalau memang kita hidup sesuai dengan firman itu. Jadi saudara firman Tuhan adalah firman Tuhan yang hidup dan kuat.
Sungguh betapa dahsyat dan hebat Firman Tuhan itu dan kuasa Firman ini sangat luar biasa. Tidak ada kuasa lain di dunia ini yang dapat menandingi-Nya. Roh Iblis mana yang dapat menghidupkan tulang-tulang yang sudah kering? Suatu demonstrasi kekuatan dan kedahsyatan Roh Allah telah dinyatakan melalui perintah-Nya kepada Yehezkiel, seperti ada tertulis: "Lalu firman-Nya kepadaku: "Bernubuatlah mengenai tulang-tulang ini dan katakanlah kepadanya: Hai tulang-tulang yang kering, dengarlah firman Tuhan! Beginilah firman Tuhan Allah kepada tulang-tulang ini: Aku memberi nafas hidup di dalammu, supaya kamu hidup kembali. Aku akan memberi urat-urat padamu dan menumbuhkan dagingpadamu, aku akan menutupi kamu dengan kulit dan memberi kamu nafas hidup, supaya kamu hidup kembali. Dan kamu mengetahui bahwa Akulah TUHAN." (Yehezkiel 37:4-6).
Jadi bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Selama masih ada waktu bagi mereka yang menganggap remeh Firman Tuhan, bertobatlah! Sebab, tidak ada penyesalan yang bisa dilakukan didepan, Penyesalan selalunya terjadi sesudah segala sesuatunya terjadi. Jangan sampai kita menangis dalam kekekalan, dalam murka Tuhan yang menyala-nyala, tetapi menangislah karena firman Tuhan telah menegormu dan mengajakmu untuk kembali kepada jalan kebenaranNya.

2. Firman Allah lebih tajam dari pedang bermata dua mana pun.
Sidang jemaat yang kekasih dalam Tuhan,
Tahukah bapak/ ibu bahwa di dunia ini ada suatu pisau yang sangat tajam, yang ditemukan oleh seseorang yang bernama Bladesmith Hoffman. Ia membuat pisau super tajam yang pernah ada dan diberi nama The Nesmuk. Pisau ini terbuat dari baja carbon, perak strelling, dengan pegangan yang berbalutkan delapan berlian. Saudara pisau ini dipasaran dijual dengan harga 31.000 EURO, atau setara dengan $43.118 atau kalau dikurskan ke dalam rupiah, maka nilainya menjadi Rp. 603.652.000. Rasanya cukup untuk menutupi kekurangan pembangunan pastori kita.
Nah kalau di kolong langit ini ada pedang tajam, dikatakan bahwa pedang Allah lebih tajam. Karena itu ketika dikatakan bahwa: “Firman Allah… lebih tajam daripada pedang bermata dua mana pun” (Ibrani 4:12). Hal ini mau mengatakan bahwa pedang Allah mampu mampu memotong dengan sangat tajam, yang menusuk dengan dalamnya dan tidak ada yang bisa menahannya.
Bisa kita dibayangkan saudara, kalau suatu pedang bermata dua, jika ia ditusukkan maka ia akan membongkar sesuatu. Memang benar bahwa Firman Allah itu menguatkan seseorang, firman Allah itu mampu menghidupkan. Tetapi disisi yang lain, firman Tuhan juga mampu mengoreksi seluruh kehidupan manusia, membongkar seluruh kemunafikan, membongkar seluruh kesalahan di dalam diri. Hal ini penting untuk kita pahami.
Jadi orang yang cinta firman pastinya akan rela untuk dibongkar oleh firman Tuhan. Sehingga seluruh kehidupannya menjadi kembali benar dan seturut dengan titah Tuhan. Masalahnya adalah ada orang-orang yang munafik yang tidak rela dibaharui oleh firman Tuhan, karena sebenarnya ia tidak pernah hidup sejalan dengan firman Tuhan dan tidak pernah menjadi kekuatannya, sehingga ia gelisah kalau dikoreksi. Ia tersinggung kalau ia tertegur. Ujung-ujungnya ia menjadi tidak suka dengan hamba Tuhan yang menyampaikan kebenaran firman Tuhan.
Atau ada orang yang berusaha menyembunyikan diri, sehingga ia memanipulasi hidup, pura-pura hidup benar padahal bertentangan dengan hati nuraninya. Nah ini pun tetap tertelanjangi sebab firman itu akan menghukummu, waktunya akan tiba. Jadi sebelum kita berhadapan dengan firman hidup di hadapan tahta pengadilanNya kelak - pada waktu Tuhan Yesus datang - marilah kita mengoreksi diri apakah hidup kita sudah benar, hidup sesuai dengan kehendakNya.
Dengan demikian, kalau dikatakan bahwa firman Tuhan itu membedah bagian-bagian dari kehidupan kita, maka segala sesuatu akan terbuka di hadapan Tuhan, sehingga tidak ada satu bagian pun yang dapat disembunyikan lagi. Semuanya menjadi terang benderang, maka siapa kita, bagaimana kita hidup, semuanya tidak akan lagi tersembunyi di hadapan Allah yang Mahakudus. Kita tidak bisa lari dari penghakiman Allah.
Firman Tuhan bagaikan cermin yang dapat memperlihatkan noda-noda pada wajah seseorang, demikian juga Firman Tuhan sanggup mengung-kapkan segala dosa yang terpendam dalam lubuk hati manusia.
Ketajaman Firman Allah itu membinasakan, dimana Ia memiliki kekuatan untuk memisahkan. Ia memotong berkeping-keping apa yang harus dipotong berkeping-keping. Dan ia membawa kepada kehidupan dalam kuasa yang menghidupkan apa yang harus dibawa kepada kehidupan.
Firman Allah menembus kita sampai ke dalam pikiran-pikiran kita, dalam hidup kita dengan menebang apa yang harus ditebang dan memotong apa yang harus dipotong, seperti Agag yang dipotong-potong oleh Samuel di hadapan Tuhan di Gilgal (1 Samuel 15:33). Dalam hal ini, Firman Allah mempunyai daya tembus. Firman itu menembus begitu dalam sehingga menghasilkan perbedaan antara jiwa dan roh.
Mengenai perbedaan ‘jiwa dan roh’ sebenarnya ungkapan ini diambil dari konteks budaya Yunani waktu itu yang mengenal pembedaan antara tubuh, jiwa dan roh (trikotomis). Dalam Bahasa Yunani kata “jiwa” memakai kata “psukhe”, jiwa adalah dasar hidup. Semua yang hidup pastinya mempunyai jiwa. Itulah hidup badaniah.
Dalam Bahasa Yunani kata “roh” memakai kata “pneuma”. Ini adalah sesuatu yang memberi sifat khas kepada manusia. Dengan roh itulah manusia berpikir, menalar, dan memandang Allah yang ada di seberang sana.
Namun, saudaraku
Pada dasarnya Allah melihat manusia itu utuh, dalam satu kesatuan dan tidak dibedakan antara tubuh (soma), jiwa (psukhe) dan roh (pneuma) tetapi untuk menjelaskan sesuatu kadang pembedaan semacam itu memang diperlukan. Kadang orang memahami jiwa sebagai bagian dari proses berpikir kita, sedangkan roh adalah bagian dari manusia yang memampukan dirinya untuk berkomunikasi dengan alam yang berdimensi ilahi (Yohanes 4:24).
Jadi jika dikatakan bahwa firman Tuhan mampu memisahkan jiwa dari roh kita, seperti sumsum dari sendi-sendi. Kita tahu sendi adalah potongan-potongan tulang, dan di dalam tulang-tulang ini ada sumsum. Sumsum ini tersembunyi di dalam tulang, tetapi sama sekali berbeda dengan tulang. Tulang itu seperti jiwa, dan roh itu seperti sumsum. Roh itu tersembunyi di dalam jiwa, namun jiwa itu dapat dipisahkan dari roh.
Satu ayat yang sangat penting dalam Perjanjian Baru adalah 1 Tesalonika 5:23, yang mengatakan: “Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna tanpa cacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.”
Dengan kata lain, penulis seolah-olah mau mengatakan: “Baik segi emosional maupun segi intelektual hidupmu harus diserahkan untuk diselidiki dengan teliti oleh Allah.”
Jadi justru karena ‘jiwa dan roh’ itu sulit dibedakan, sama seperti kehidupan kita, kadang-kadang antara ‘kebaikan’ dan ‘kejahatan’ juga menyatu dan sulit untuk kita lihat bedanya. Tetapi, Firman Tuhan mampu membedakannya dan bahkan menyadarkan kita untuk meneliti lebih dalam sehingga kita dapat membedakan “manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Roma 12:2)
Jadi intinya adalah bahwa Firman Allah telah datang kepada manusia dan merupakan sesuatu sedemikian rupa sehingga tidak dapat diabaikan. Firman itu menerangi hidup kita dan tidak ada yang tersembunyi. Ia mengingatkan kita, menegur kita dan membimbing kita. Firman itu sanggup memisahkan yang baik dari yang jahat, bahkan hal-hal yang kita anggap tak terpisahkan seperti ‘sumsum dan tulang’ atau ‘jiwa dan roh’.
Namun, apapun itu, sejujurnya saya sendiri mengalami kesulitan jika harus menarik garis yang tegas antara ‘jiwa dan roh’. Sebab bukan ini yang sebenarnya ingin ditekankan oleh penulis Ibrani, tetapi penekanannya justru pada kuasa Firman yang luar biasa. Sehingga hal yang sesulit apapun untuk dipisahkan, firman Tuhan sanggup memisahkannya.
Dengan pemahaman ini penulis Ibrani seolah-olah ingin mengatakan bahwa Firman Allah menguji kehidupan duniawi manusia dan keberadaan rohaninya. Ia mengatakan bahwa Firman Allah menyelidiki keinginan dan kehendak manusia dengan teliti. Keinginan adalah segi emosional dari manusia, dan kehendak adalah segi intelektualnya.
Nah, dalam hal ini, amat diharapkan respon setiap orang percaya untuk selalu bertobat, mengaku dosa dan membaharui dirinya setiap hari. Jangan ada dosa yang disembunyikan karena semua itu terbuka di hadapan Tuhan, yang digambarkan seperti orang yang telanjang. Orang yang merespon karya Firman dengan pembaharuan dirinya ‘tidak akan ditinggalkan’ (diselamatkan) tetapi orang yang mengeraskan hatinya, tidak mau bertobat, masih menyembunyikan dosa, maka penulis surat Ibrani mengingatkan agar ia dapat segera membaharui dirinya sebelum segala sesuatunya terlambat. Sebab tanpa pembaharuan dan pertobatan, sangat mungkin ia akan menjadi kelompok ‘yang ketinggalan’ (ayat 1).
Dengan demikian bapak/ ibu yang kekasih,
Kalau kita membaca Firman Tuhan yang tajam itu, yang menelanjangi kita itu, yang memisahkan kebaikan dan kejahatan kita itu, dan Firman itu berbicara kepada kita, segeralah meresponnya dengan pertobatan dan pembaharuan diri.
Ini menjadi sesuatu yang penting bagi kita. Sebab firman itu akan membongkar seluruh kehidupan kita sehingga tidak ada lagi yang tersembunyi. Karena itu jika kita berpikir kita bisa memanipulasi firman Tuhan untuk kepentingan diri, atau kita berlaku cuek terhadap kebenaran firman Tuhan, masih bisakah kita selamat? Mungkin kita masih merasa dapat kucing-kucingan dengan kebenaran Allah, tetapi jangan lupa, pada saatnya nanti Tuhan akan menghadang kita dan meminta pertanggungjawaban.
Inilah pergumulann kita, inilah perjuangan hidup kita, bagaimana kita menjalankan peran kita di bawah penaklukan firman Tuhan. Karena itu ingatlah bahwa firman Allah itu hidup dan kuat. Kita tidak akan bisa kuat kalau bukan firman Tuhan. Kita tidak bisa hidup kalau bukan karena firman.
Firman Tuhan itu adalah firman yang tajam. Ia akan menghantam kita, memotong-motong seluruh kehidupan kita, sehingga hidup kita akan menjadi bersih dan terbuka secara nyata dihadapan Allah. Karena itu cintailah firman itu. Hiduplah dalam firman Tuhan itu.
Hari ini, banyak orang Kristen menjadi gagal dalam mengiring Tuhan, diantaranya karena menganggap remeh Firman Tuhan. Mereka menganggap diri sudah pintar jadi tidak perlu lagi membaca Alkitab. Mereka menganggap diri sudah dewasa rohani sehingga tidak perlu lagi ke gereja.
Terlebih lagi, Firman Tuhan hanya dijadikan sebagai buku bacaan biasa atau novel, bahkan ada yang menganggap Firman Tuhan adalah sebuah cerita yang sudah usang atau kuno. Karenanya jangan heran walaupun seseorang sudah bertahun-tahun menjadi orang Kristen, tetapi apabila dalam hidup ke-Kristen-annya tidak sungguh-sungguh dan menganggap remeh Firman Tuhan, maka hidupnya dapat dipastikan tidak akan pernah berhasil. Apabila kita menganggap remeh Firman Tuhan, itu berarti kita juga menganggap remeh Tuhan sendiri.
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan.
Kermit Eby menulis dalam buku “Allah di dalam dirimu” demikian: “Pada suatu ketika seseorang harus berhenti melarikan diri dari dirinya sendiri dan dari Allahnya – kemungkinan karena memang tidak ada tempat lain lagi yang dapat ditujunya.” Saatnya akan tiba bagi setiap orang untuk berjumpa dengan Allah dan di hadapan mataNya tidak ada suatu pun yang dapat disembunyikan. 
Jadi jika hari ini kita mengerti bahwa tidak ada sesuatu yang dapat kita sembunyikan di hadapan Tuhan, maka tidak ada jalan lain bagi kita selain kita menundukkan diri kita dihadapan Tuhan. Kita memulai kembali satu komitmen untuk mengiring Tuhan dengan sungguh-sungguh sampai apabila waktunya telah tiba, kita dapat mempertanggung jawabkan kehidupan kita dihadapan Tuhan. Amin.

2 komentar:

  1. Terima kasih atas Firman Tuhan yang membuka hati untuk lebih belajar Firman yang memberi nafas kehidupan

    BalasHapus