Senin, 15 Februari 2016

HIDUP ADALAH UNTUK KRISTUS

HIDUP ADALAH UNTUK KRISTUS
2 Korintus 5:1-10

Sidang jemaat yang kekasih dalam Tuhan.
Kematian adalah momok yang menakutkan bagi banyak orang.  Banyak orang tidak siap ketika diperhadapkan dengan yang namanya kematian. Akibatnya, keterpisahan dengan keluarga, hilangnya rasa nikmat dunia, dan limpahan harta kerapkali dijadikan dalih atas ketakutannya.  Ketakutan dan ketidaksiapan orang dalam menyambut kematian juga tak jarang tersembunyi dalam ungkapan “tak tega meninggalkan keluarga”. 
Saudara, entah kehidupan ataupun kematian sesungguhnya adalah bagian dari anugerah semata.  Jika kita coba lebih teliti, maka sesungguhnya kematian akan jauh lebih “nikmat” dibandingkan dengan kehidupan.
Mengapa saudara? Karena Allah memberikan satu gambaran kepada kita bahwa kematian sesungguhnya adalah suatu keindahan.  Sementara kehidupan adalah kesedihan.
Bisa dibayangkan saudara sejak seseorang dilahirkan ke dalam dunia, saat ia menunjukkan wajahnya di dalam dunia, yang bisa ia lakukan hanyalah menangis.
Pertanyaannya, mengapa ia menangis? Secara medis bayi menangis adalah hal yang biasa. Atau bahkan sangat penting karena kalau bayi baru lahir tidak menangis, atau menangis tidak keras, atau menangis terlambat artinya paru-paru bayi itu tidak mengembang dengan baik. Hal ini akan mempengaruhi fungsi-fungsi yang lain seperti jantung, pembuluh darah, otak, ginjal dan organ vital yang lain.
Dari sisi Sosiologi, bayi menangis adalah cara untuk berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Karena bayi belum mampu berkata-kata, maka tangisan adalah cara yang bisa mereka gunakan untuk menyampaikan apa yang diinginkan dan dirasakannya.
Tetapi secara rohani, seorang banyi menangis bukan hanya karena ia membawa natur dosa di dalam dirinya. Tetapi ia juga menangis karena pada hakekatnya ia harus masuk ke dalam dunia yang penuh dengan penderitaan. Oleh karena itu bagi kita yang percaya, kita tidak perlu terlalu takut dengan apa yang namanya kematian.
Di sisi yang lain saudara, Hidup di dunia ini memang hanyalah sementara saja. Hidup kita diperibahasakan seperti seseorang yang singgah untuk sekedar minum. Dalam 1 Petrus 2:11, kita digambarkan “sebagai seorang pendatang dan perantau.”
Karena itu rumah kita yang sesungguhnya bukanlah di dunia ini. Sebab di dunia ini kita hanyalah diumpamakan sedang menginap di sebuah perkemahan.
Kita tahu saudara, Kemah adalah bangunan yang mudah goyah, sifatnya hanya sementara, lagi pula ia tidak terlalu indah. Hal ini berbeda dengan tempat tinggal yang disediakan Allah di sorga. Bagi setiap orang yang percaya, Allah telah menyediakan tubuh kemuliaan yang akan dikenakan di dalam kerajaanNya. Dan itu sifatnya kekal, indah dan tidak akan menunjukkan tanda-tanda kelemahan atau kerusakkan (Filipi 3:20-21).
Karena itu firman Tuhan ingin mengajarkan kepada kita bahwa fokus hidup kita bukanlah apa yang ada di dalam dunia ini. Hidup kita adalah untuk Kristus. Hidup yang kita jalani adalah hidup untuk sesuatu yang akan kita raih di masa depan.
Dan secara iman percaya, tubuh itu adalah bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga (1 Petrus 1:4).
Bagi kebanyakan orang yang tidak mengerti akan panggilan hidupnya, hidup adalah untuk mengejar materi atau kekayaan, mengutamakan diri sendiri, serta memuaskan segala keinginan daging.  Akhirnya kematian bukan lagi sebagai bagian dari keuntungannya, tapi sebagai musibah dan malapetaka. Oleh sebab itu bila ada diantara kita yang perjuangan hidupnya hanya untuk dunia ini maka yang diperolehnya hanyalah kebinasaan.
Karenanya tidak heran saudara, manusia pada umumnya selalu ketakutan menghadapi kematian, bahkan menyebut dan membicara-kannya saja mereka enggan.
Tetapi bagi orang percaya, yang merespons panggilan hidupnya sebagai kesempatan melayani Kristus, bahkan memberi buah bagiNya dan memuliakanNya melalui perkataan dan perbuatan, mereka akan berkata bahwa kematian adalah keuntungan.
Sidang jemaat perkabungan yang kekasih,
Dalam hal inilah firman Tuhan mengingatkan kepada kita "Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia." (ayat 1).
Saudara ketika Paulus berkata “Kami tahu” yang dimaksudkannya adalah kita tahu bahwa Kristus adalah awal dari kebangkitan dan bahwa orang-orang yang telah meninggal pun akan menerima kebangkitan. Jadi saudara, andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah kepercayaan kamu (1 Korintus 15:14).
Dengan kata lain saudara, apa yang ada dalam kehidupan kita yang sekarang ini tidaklah kekal, sifatnya hanya sementara saja.
Bagaimana kita tahu? Sebab Allah telah telah memberitahukan kepada kita segala yang perlu kita ketahui di dalam firmanNya.
Ketika orang percaya meninggal, tubuhnya dikuburkan, tetapi rohnya kembali kepada Allah yang telah mengaruniakannya (Pengkhotbah 12:7). Pada waktu Tuhan Yesus kembali untuk menjemput orang-orang kepunyaan-Nya, Ia akan membangkitkan tubuh rohaniah yaitu tubuh kemuliaan yang sesuai dengan natur sorgawi (1 Korintus 15:44-57).
Saya tertarik ketika Rasul Paulus menyatakan bahwa salah satu "godaan" kita sebagai manusia ketika kita menyadari bahwa "kita semua di sini itu hanya sementara" adalah "kita (menjadi) mengeluh oleh beratnya tekanan" (ayat 4).
Pertanyaannya saudara, siapa diantara kita yang hadir disini yang tidak pernah mengeluh? Semua orang pastinya pernah mengeluh bukan?
Kata mengeluh dalam bahasa Yunani memiliki pengertian “mengeluh keberatan, merintih, mengerang, iri hati, dendam, dukacita dan kesedihan.”
Sewaktu kita mengalami kehidupan yang sementara di dunia, bukankah mengeluh keberatan, merintih, mengerang, iri hati, dendam, dukacita dan kesedihan akan selalu menjadi "lawan" kita? Kita lupa bahwa hidup kita ini hanya sementara sehingga kita dengan spontan saja kita mengeluh keberatan, merintih, mengerang, iri hati, dendam, dukacita dan kesedihan.
Kita akan mengeluh apabila ada hal yang kita anggap buruk sedang terjadi dalam kehidupan kita: kehilangan handphone, dompet,  kita ngeluh (siapa yang tidak?); Kita akan berduka ketika ada seseorang yang meninggalkan kita hari ini (siapa yang tidak?)....
Dengan demikian, sejauh orang percaya masih tinggal di dalam kemah ini – yaitu darah dan daging - mereka pastinya mengeluh di bawah beban yang berat.
Namun demikian, Allah tidak menginginkan kita kehilangan pengharapan. Sebab Allah justru mempersiapkan kita untuk hal itu dan mengaruniakan Roh, kepada kita sebagai jaminan segala sesuatu yang telah disediakan bagi kita” (Ayat 5).
Saudara ini semua terjadi bukan karena kita mengimaninya baru kita mendapatkan kepastian. Tetapi Allah sendiri menjanjikannya kepada kita. Allah telah mempersiapkan kita untuk sesuatu yang mulia itu dan Ia melimpahkannya di dalam Roh Kudus, yang tinggal diam di hati kita. Ia adalah jaminan dari kemuliaan yang akan datang sebelum kita memilikinya secara penuh.
Dalam hal inilah dikatakan saudara, bahwa hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat atau berdasarkan pada penampilan sesuatu.
Oleh sebab itulah Firman Tuhan mengingatkan kepada kita hari ini, untuk kita memiliki sebuah kehidupan yang tabah, “meskipun kami sadar bahwa selama kami mendiami tubuh ini, kami masih jauh dari Tuhan” (ayat 6).
Sidang perkabungan yang kekasih,
Memiliki hati yang tabah, kuat, dan berani untuk bangkit dari keterpurukan memang tidaklah mudah untuk dilakukan.
Saya menyadari, pastinya akan terasa sulit bagi keluarga ibu Lenny untuk menjalani kehidupan tanpa disertai suami yang kekasih. Dan itu akan terasa ditahun-tahun pertama almarhum meninggalkan keluarga.
Tetapi sebagai anak-anak Tuhan, kita tidak perlu kuatir, sebab kita tidaklah sendirian. Roh Kudus yang berdiam di dalam diri kita, akan senantiasa memberikan kita kekuatan untuk menanggung segala sesuatu (Filipi 4:13).
Hanya masalahnya kita harus berusaha untuk memiliki kehidupan yang berkenan kepadaNya (Band. Ayat 9). Pengalaman hidup Paulus setelah ia menerima kehadiran Kristus menjadikannya seorang yang begitu mengandalkan Kristus sebagai sosok yang begitu penting dalam kehidupannya. Ia tidak gampang diombang-ambingkan oleh hal-hal keduniaan yang ada di sekitarnya. Tidak peduli seberat apapun tantangan atau penderitaan yang dihadapi dan dialaminya, Ia tetap berdiri tegak pada dasar imannya yakni Tuhan Yesus Kristus.
Kehadiran Roh Kudus dalam kehidupan Paulus memberikan sebuah jaminan bahwa Allah berkarya di dalam dirinya, meski ia sedang dalam keadaan susah. Maka di dalam segala keadaan, Paulus selalu berusaha untuk hidup menyenangkan hati Allah. Terutama karena kesadaran bahwa suatu saat, semua orang akan menghadap takhta pengadilan Kristus untuk memper-tanggungjawabkan segala sesuatunya.
Demikianlah halnya kehidupan kita sekalian, Allah menghendaki kita memiliki kehidupan yang kuat di dalam iman, sambil menyadari bahwa masing-masing kita memiliki tanggung jawab untuk mempertanggung jawabkan kehidupan kita di hadapan Allah.
Saudara yang kekasih,
Apakah saudara menyadari bahwa setelah kehidupan kita selesai, kita akan menghadapi pengadilan Allah atau menghadap takhta pengadilan Kristus (5:10)? Bacaan hari ini menjelaskan bahwa saat menghadap takhta pengadilan Kristus, kita harus mempertanggungjawabkan semua perbuatan kita, "baik atau jahat" atau lebih tepatnya sesuatu yang  "bernilai atau tidak bernilai".
Bila kita melakukan hal-hal yang bernilai kekal, maka kita akan mendapat upah. Sebaliknya bila kita tidak melakukan hal-hal yang mengandung nilai kekekalan, maka kita akan merasa malu saat menghadap takhta pengadilan Kristus karena kita tidak menerima apa pun.
Bila Saudara yakin bahwa saudara akan sanggup mempertanggung-jawabkan semua perbuatan saudara di hadapan Allah, maka Saudara akan menghadapi takhta pengadilan Kristus dengan sikap yang optimis, karena Saudara akan dibebaskan dari semua kesusahan yang saat ini Saudara alami (2 Korintus 5:1-5).
Tetapi bila Saudara merasa takut menghadap takhta pengadilan Kristus, Saudara harus mengevaluasi diri apakah Saudara sungguh-sungguh telah mempercayai Tuhan Yesus sebagai Juruselamat dan telah memperoleh kehidupan yang baru di dalam Kristus?
Sebab bila Saudara sungguh-sungguh mempercayai Tuhan Yesus berarti Saudara berada di dalam Kristus dan Saudara tidak akan mengalami penghukuman (Roma 8:1). Hal ini berarti bahwa takhta pengadilan Kristus yang dibicarakan dalam bacaan Alkitab hari ini adalah pengadilan yang khusus berkaitan dengan upah yang akan diterima oleh setiap orang percaya
Pertanyaannya bagi kita, yang masih diberikan kesempatan untuk hidup sampai detik ini, sudahkah kita mengisi hari-hari kita dengan takut akan Tuhan dan mempersembahkan hidup yang terbaik bagi Dia? 
Khususnya bagi keluarga Ibu Lenny dan anak-anak. Saya percaya perjalanan hidup kalian masih panjang. Masih banyak urusan-urusan yang pastinya akan terasa berbeda karena tidak lagi disertai oleh suami yang kekasih,
Namun satu hal yang penting adalah "...Perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif," (Efesus 5:15).
Perjalanan kehidupan tanpa lagi disertai suami pastinya akan terasa berbeda. Ibu Lenny akan menjadi seorang Ibu sekaligus sebagai Ayah bagi anak-anak. Tetapi percayalah kepada Allah yang senantiasa memberikan kekuatan kepada kita.
Jangan putus asa saat mengalami kesusahan dan penderitaan. Ingatlah, bahwa Tuhan tidak akan melupakan apa yang kita kerjakan bagi Dia (Ibrani 6:10). Sebaliknya hiduplah bagi Kristus, supaya melalui kehidupanmu, nama Tuhan dipermuliakan. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar