Kamis, 02 Juli 2015

KETIKA HARAPAN MENJADI PUPUS

KETIKA HARAPAN MENJADI PUPUS
Lukas 8:41-56 (Matius 9:18-26; Markus 5:21-43)


Sidang jemaat yang kekasih,
Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak.Kehidupan yang ada di depan merupakan rahasia Tuhan yang tidak seorang pun dapat mengetahuinya. Untung maupun malang sering datang tiba-tiba tanpa disangka, rasa-rasanya demikianlah yang dialami oleh keluarga Serka Luthfi.
Pada hari Selasa yang lalu, kita dikejutkan oleh jatuhnya sebuah pesawat Hercules C-130 milik TNI di jalan Jamin Ginting, Medan. Serka Luthfi yang menjadi salah satu korban tewas, yang memang sudah setahun yang lalu bertugas di Skadron Udara 12/ Black Phanter di Lanud Soewondo, Medan.
Padahal saudara, beberapa minggu sebelumnya pihak keluarga sempat mendapat kabar, bahwa serka Luthfi akan berpindah tugas ke Skadron 11/ Serbu di Lanud Ahmad Yani, Semarang. Yaitu tempat dimana keluarga besarnya tinggal. Namun siapa yang sangka, harapan itu pada akhirnya pupus ketika selasa yang lalu, sebuah pesawat Hercules C-130 yang ditumpangi serka Luthfi pada akhirnya jatuh dan merenggut nyawanya. Siapa yang sangka?
Saudara, saat kita membaca perikop ini. Kita sepertinya diperhadapkan dengan dua kisah ganda yang kedua-duanya mengisahkan perbuatan Tuhan Yesus, ketika manusia kehilangan harapan, baik terhadap Yairus ataupun terhadap perempuan yang mengalami pendarahan.
Tetapi ada beberapa perbedaan yang menarik untuk kita simak:

YAIRUS
PEREMPUAN
Namanya: Yairus
Namanya: Tidak disebutkan
Ia seorang yang terkemuka dan kaya. Ia juga seorang kepala synagoge
Ia seorang yang miskin setelah menghabiskan uangnya untuk mendapatkan kesembuhan
Ia telah mencapai puncak tertinggi dari hidupnya dalam hubungannya dengan sesama
Ia telah mencapai puncak keputus-asaan setelah mencoba berulang-ulang berobat namun tak kunjung sembuh
Meminta pertolongan demi anak tunggal perempuannya yang berusia 12 tahun
Meminta pertolongan bagi dirinya sendiri
Dikaruniakan kebahagiaan hidup bersama anak perempuannya dan sekarang ia akan kehilangannya
Mengalami kesusahan dua belas tahun oleh karena penyakitnya dan sekarang ia berharap sembuh
Ia dengan berani menyatakan kebutuhannya dengan berniat mendatangi Tuhan Yesus
Ia memiliki kebutuhan yang tersembunyi karena pendarahan membuatnya merasa diri cemar

Namun yang menarik saudara, bahwa kedua-duanya datang kepada Tuhan Yesus. Kedua-duanya tahu bahwa di tempat lain, tidak ada yang bisa menjamin kebutuhannya. Karenanya kedua-duanya tersungkur di depan kaki Tuhan Yesus.
Bapak/ ibu saudara,
Sebagai seorang kepala Synagoge, rasanya dapat dipastikan Yairus tidak memiliki sikap yang simpatik terhadap perbuatan Tuhan Yesus. Terlebih lagi, kelompok mereka seringkali menganggap Tuhan Yesus sebagai seorang pelanggar hukum Taurat. Apalagi kehidupan yang telah memberikan segala sesuatu kepadanya, membuat dia merasa lebih terhormat daripada orang lain.
Ditengah-tengah puncaknya karirnya yang tinggi, tiba-tiba ia mendapati keadaan anaknya yang sakit parah, bahkan dikatakan hampir mati. Kejadian ini semakin menyedihkan hati, dikarenakan usia anaknya baru menginjak 12 tahun. Dalam kondisi yang terdesak, ia terpaksa mendatangi Tuhan Yesus guna memohon pertolonganNya.
Namun saudara, dalam perjalanan menuju rumah Yairus, keadaan jalan di kota itu semakin padat. Orang-orang dari segala penjuru datang ke jalan itu untuk menyambut Tuhan Yesus. Sebab mereka telah menanti-nantikan kedatanganNya.
Dalam kondisi yang demikian, perjalanan Tuhan Yesus tiba-tiba harus diinterupsi dengan suatu peristiwa yang terjadi tiba-tiba. Seorang perempuan yang mengalami pendarahan berusaha menjamah jumbai jubah Tuhan Yesus.
Saudara,
Dikatakan bahwa perempuan itu telah menderita pendarahan selama dua belas tahun, suatu waktu yang cukup membuatnya sangat lemah, sangat menyengsarakan hidupnya. Dan pastinya penyakitnya itu bisa mengancam nyawanya. Apalagi, usahanya untuk berobat rupanya tidak membuahkan hasil. Dia sudah pergi ke berbagai tabib terbaik yang bisa ia kunjungi, ia sudah banyak mengkonsumsi obat-batan yang mereka berikan, tetapi penyakit itu tidak juga kunjung sembuh. Rasanya tidak ada lagi harapan bagi dia untuk bisa sembuh. Ditengah-tengah pergumulan hidupnya, ia mendengar bahwa Tuhan Yesus melintasi kota Kapernaum. Karenanya dengan sudah payah ia menyusuri jalanan yang padat itu.
Dan ketika ia mendapatkan kesempatan emas untuk bertemu Tuhan Yesus, ia berusaha mendapatkannya, walaupun hanya sekedar menjamah jumbai jubahNya.
Dalam Injil Matius dan Markus menyebutkan bagaimana imannya yang besar ini muncul, dikatakan: Asal kujamah saja jubahNya, aku akan sembuh” (Matius 9:21; Markus 5:28).
Bapak/ ibu saudara-saudara yang kekasih dalam Tuhan
Laki-laki Yahudi biasanya mengenakan jumbai dari tali-tali berwarna biru yang dipilin di sudut jubah luar mereka, sebagai suatu peringatan bahwa mereka harus menaati perintah-perintah Allah (Bilangan 15:37-40; Ulangan 22:12). Orang-orang Farisi menaati peraturan ini secara ekstrem untuk menekan orang-orang dengan kesucian mereka (Matius 23:5). Nampaknya Tuhan Yesus pun mengenakan jubah yang ditandai dengan jumbai berwarna biru ini.
Karenanya ketika Tuhan Yesus melintasi kota kapernaum, tiba-tiba ada seorang yang menyelinap secara diam-diam dari arah belakang dan menjamah jubah Tuhan Yesus.
Saudara, mengapa perempuan ini memilih untuk menyentuh bagian ini dari pakaian Tuhan Yesus? Tidak ada yang tahu! Tetapi yang jelas Tuhan Yesus tahu bahwa ada seseorang yang dengan iman telah menyentuh Dia dan ada kuasa yang mengalir keluar dari diri Tuhan Yesus. Dan yang mengherankan seketika itu juga sembuhlah ia. Dikatakan kesembuhan itu terjadi seketika dan utuh. Lukas sebagai seorang dokter menggambarkan perhentian darah seketika sebagai tanda suatu kesembuhan.
Kita perhatikan saudara, perempuan ini tidak membutuhkan demonstrasi yang hebat untuk kesembuhannya. Ia tidak membutuhkan suatu pertunjukan mujizat yang spektakuler.
Hari ini kondisi itu justru terbalik. orang-orang zaman ini begitu haus akan pertunjukan mujizat yang spektakuler. Orang-orang merasa puas diri ketika melihat seorang hamba Tuhan yang mempertunjukkan kebolehannya dalam menyembuhkan penyakit. Apalagi dengan penumpangan tangan yang seketika saja membawa kesembuhan. Padahal mereka lupa, kesembuhan itu adalah karena kuasa Tuhan. Dan kuasa Tuhan hanya bisa didapatkan dari iman yang lahir dari hati yang terdalam.
Saudara,
Tiba-tiba rombongan itu berhenti, ketika Tuhan Yesus yang berdiri paling depan berhenti dan bertanya kepada murid-murid-Nya, Siapa yang menjamah Aku?". Nampaknya murid-murid-Nya kebingungan dengan komentar yang tiba-tiba dari Tuhan Yesus. Tetapi Tuhan Yesus tidak menghiraukan mereka, Ia berusaha menoleh dan mencari seseorang.
Namun karena tidak ada orang yang mengakuinya, Petrus seorang yang sanguine berkata pada Tuhan Yesus: Guru, orang banyak mengerumuni dan mendesak Engkau” (Ayat 45). Saudara, sepertinya Petrus ingin berkata mengapa perlu ditanyakan lagi siapakah yang menyentuh Tuhan Yesus, sebab pastinya kondisi yang berdesak-desakan mengerumuni Tuhan Yesus dapat dipastikan siapa saja bisa menyentuhNya. Tetapi rupanya ini bukan sekedar menyentuh saudara, atau secara tidak sengaja tersentuh. Tetapi sentuhan ini keluar dari iman seseorang yang membutuhkan kuasaNya. Karena itu Tuhan Yesus berkata: “Aku merasa ada kuasa keluar dari diriKu” (Ayat 46).
Karenanya ketika perempuan ini menyadari Tuhan Yesus mengetahui perbuatannya, ia begitu ketakutan. Tetapi disaat yang sama ia juga merasakan kehangatan di daerah perutnya bagian bawah. Rasa sakitnya seketika hilang dan ia sadar bahwa dia telah menjadi sembuh.
Karenanya dengan gemetar ia memberanikan diri mendekati Tuhan Yesus. Ia muncul perlahan di hadapan Tuhan Yesus. Sambil menunduk dan terbata-bata ia menceritakan apa yang telah diperbuatnya.
Bapak/ ibu yang kekasih
Pertanyaan bagi kita, mengapa Tuhan memintanya untuk memberikan kesaksian di depan umum? Apakah hal ini tidak memalukan bagiNya? Jawabannya tidak sama sekali! Sebab, pertama-tama kesaksian di depan umum ini adalah untuk kebaikanya sendiri. Itu adalah kesempatan baginya untuk mengakui Kristus dan memuliakan Allah. Seandainya ia pergi secara diam-diam dari antara kerumunan orang banyak, pastinya ia tidak akan bertemu dengan Tuhan Yesus secara pribadi atau mendengar perkataanNya yang memberikan jaminan dan penghiburan.
Karenanya saat Tuhan Yesus mendapati sosok perempuan itu, di angkatnya wajah perempuan itu. Dan berkata kepadanya: "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah engkau dengan selamat!" (ayat 48).
Saudara, rupanya inilah alasan mengapa Tuhan Yesus sengaja berhenti dan mencari perempuan itu. Tuhan Yesus ingin memastikan kepada perempuan itu bahwa bukan jubahnya yang berkuasa tapi Yesus sendirilah tabib yang agung, dokter yang ajaib. Hal ini berbeda jauh dengan situasi zaman sekarang. Bagaimana demontrasi hamba-hamba Tuhan yang tidak bertanggung jawab. Yang melempar jubahnya dan jemaat menggelepar. Yang menumpangkan tangan dengan alasan memberi kuasa, dan jemaat terlempar. Sungguh suatu kondisi yang tidak terkontrol bukan?
Tetapi apa yang dinyatakan dalam Firman Tuhan, selalu membawa damai sejahtera. Ketika perempuan ini mendapatkan kesembuhan dari Tuhan Yesus, hidupnya dipulihkan. Disinilah kita ketahui bahwa sekecil apapun peristiwa yang terjadi pada Yesus, pada akhirnya peristiwa itu memuliakan Tuhan.
Disisi yang lain, kesaksian ini juga menjadi suatu penguatan bagi Yairus yang sejak semula berusaha meminta pertolongannya. Sebab di saat Tuhan Yesus sedang berbicara, tiba-tiba datang serombongan dari keluarga Yairus memberitahukan bahwa anaknya kini sudah mati.
Saudara, berita itu bagaikan petir di siang bolongyang mengejutkan Yairus. Berita itu pastinya sempat membuat dirinya terdiam sejenak. Secara spontan berita itu membuat harapannya menjadi pupus. Disisi yang lain, interupsi ini bisa merupakan suatu pencobaan bagi Yairus untuk menerima mujizat Tuhan. Ia bisa saja menyalahkan perempuan yang telah menginterupsi waktu Tuhan Yesus hingga tidak bisa bergegas ke rumahnya. Atau ia bisa mengurungkan niatnya membawa Yesus kerumahnya karena kini harapan itu telah sia-sia.
Namun semua praduga tersebut dimengerti Tuhan Yesus, karenanya Ia berkata kepada Yairus: “Jangan Takut, percaya saja, dan anakmu akan selamat!” (Ayat 50). Disini kita mengerti saudara, bahwa Tuhan Yesus sedang mengajar Yairus bahwa persoalan apapun yang sedang dia hadapi tidak boleh membuatnya kehilangan pengharapan, karena Tuhan menyertainya. Sebaliknya perkataan Tuhan Yesus tentang: Jangan Takut, percaya saja, dan anakmu akan selamat.Lebih merupakan sebuah jaminan yang ditawarkan bagi Yairus.
Nyatanya saudara, pencobaan yang dialami perempuan ini selama dua belas tahun telah berakhir oleh karena pertolongan Tuhan Yesus. Dan pertolongan yang sama pun ditawarkan Tuhan bagi Yairus.
Kita melihat saudara, Tuhan Yesus rela untuk diinterupsi oleh seorang perempuan yang mengalami sakit pendarahan, dan itu dijadikanNya sebagai suatu kemuliaan. Perempuan ini menjadi kesaksian tentang kuasa iman.
Bapak/ ibu yang kekasih,
Suatu kali, kami tergesa-gesa untuk pergi mengantar anak-anak ke sekolah. Tiba-tiba kami melihat begitu banyak polisi berdiri disepanjang jalan Ahmad Yani. Tiba-tiba mobil kami dihentikan oleh seorang polisi. Kami tidak tahu apa yang terjadi. Sampai seorang polisi mendekat dan meminta kami mengantarkan seorang korban kecelakaan yang adalah rekan sekerjanya. Seorang polwan mengalami tabrak lari, bagian dagunya penuh luka yang menganga, darahnya berceceran disekujur bajunya.
Saudara, dengan spontan kami putar arah menuju rumah sakit umum. Kami tidak lagi berpikir anak-anak yang terlambat. Dipikiran kami, bagaimana korban kecelakaan itu segera ditangani. Hingga sampai di UGD, kami berurusan dengan pihak rumah sakit dan tepat jam 8.00 kami melanjutkan perjalanan ke sekolah. Saudara, kami merasa tidak dirugikan dengan peristiwa itu. Justru keberadaan kami, setidaknya meringankan beban sikorban untuk segera mendapatkan pertolongan medis.
Sidang jemaat yang kekasih,
Seandainya Tuhan Yesus tidak bersedia diinterupsi oleh perempuan ini, dan tidak menggubris kebutuhannya. Mungkin perempuan itu tidak akan pernah mengalami keselamatan. Dan Tuhan Yesus akan dicap sebagai seorang yang pilih-pilih dalam mengasihi. Tetapi syukur Tuhan Yesus mengasihi semua orang yang membutuhkan perto-longanNya. Bagaimana dengan kita? Akankah kita menahan suatu kebaikan kepada seorang yang tengah membutuhkan pertolongan kita?
Sidang jemaat yang kekasih, rupanya Tuhan Yesus tidak lupa dengan tujuan pertamanya, yaitu mengunjungi rumah Yairus dan menyembuhkan anaknya. Karenanya saat Tuhan Yesus tiba dirumah Yairus, ia mengajak orang-orang pilihanNya, yaitu Petrus, Yakobus dan Yohanes, suatu jumlah yang memadai untuk menjadi saksi mujizat dan bukan jumlah orang yang berlebihan yang akan menimbulkan kesan seolah-olah Tuhan Yesus mau pamer.
Sekali lagi saudara, tidak selalu mujizat itu dipertunjukkan secara spektakuler. Disaat orang-orang berniat untuk mencari tahu apa yang Tuhan Yesus ingin perbuat, justru Tuhan Yesus memintanya untuk menunggunya diluar. Tuhan Yesus hanya mengajak orangtua anak itu dan beberapa murid pilihanNya saja yang menyaksikan peristiwa besar itu.
Disini Tuhan Yesus menghidupkan kembali anak itu melalui suatu perkataan yang mengandung kuasa, yang berkata: “Hai anak, bangunlah!” (ayat 54). Yang dalam Bahasa Aram digunakan kata “Talitakum” dan seketika itu juga kembalilah roh anak itu dan ia pun bangkit berdiri.
Puji Tuhan saudara, Tuhan Yesus menepati janjiNya. Anak kesayangan Yairus seketika itu juga hidup kembali. Hal ini dibuktikan dengan tawaran Tuhan Yesus untuk memberinya makan. Sebab seorang yang telah mati tidak mungkin bisa mengkonsumsi makanan.
Dan peristiwa ini, menjadikan kedua orangtuanya menjadi takjub atas kuasa yang dimiliki Tuhan Yesus. Dan sekaligus merupakan pengalaman kedua dari penyataan kuasa Tuhan Yesus bagi Yairus. Sebab Tuhan Yesus berkuasa atas penyakit dan kematian sekalipun.
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan
Kehidupan yang kita jalani memang merupakan misteri besar yang harus kita jalani. Hidup layaknya sebuah roda yang terus bergerak berputar. Terkadang kita ada di atas menikmati kebahagiaan, terkadang kita pun berada di bawah merasakan pahitnya kehidupan.
Tetapi saudara, saat harapan kita menjadi pupus, iman kepada Tuhan Yesus akan menyalakan kembali harapan itu. Namun iman yang dimaksud di sini bukanlah optimisme yang didasarkan pada kemungkinan. Tetapi Iman yang didasarkan pada pribadi Allah, pada janji dan kuasa-Nya, bahkan ketika tidak ada lagi kemungkinan atau pilihan lain.
Tidak ada problem yang Tuhan tidak bisa bereskan. Bawalah problem saudara kepadaNya dalam doa dan percayalah bahwa Allah akan bertindak. Kiranya kita menaruhkan iman dan pengharapan kita hanya pada Kristus saja. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar