Rabu, 08 Juli 2015

DALAM KESESAKAN KUNAIKAN DOA


DALAM KESESAKAN KUNAIKAN DOA
Yunus 1:17; 2:1-10

Sidang jemaat yang kekasih,
Apa yang biasanya dilakukan seseorang ketika ia diperhadapkan dengan pergumulan dalam hidupnya? Mungkin sebagian kecil, mereka akan menggumuli persoalan itu dalam doa kepada Tuhan. Namun sebagian besar, kecenderungan yang ada adalah mereka mengomel kepada Tuhan. Mereka berkeluh kesah oleh karena pergumulan yang mereka hadapi begitu berat. Sampai-sampai mereka tidak lagi mampu melihat harapan tangan Tuhan yang sanggup menolongnya.
Memang saudara, saat seseorang berada dalam lembah kekelaman, ujian atau masalah yang berat, seringkali memunculkan banyak pertanyaan, terutama pertanyaan yang ditujukan kepada Tuhan, "Mengapa Tuhan hal ini bisa terjadi? Tuhan, mengapa Engkau meninggalkan aku?"
Saudaraku yang kekasih,
Ketahuilah bahwa kehidupan yang sedang kita jalani bukanlah sebuah kehidupan yang bebas dari hambatan. Bukan pula kehidupan yang tidak ada tantangan. Sebaliknya, kehidupan yang sedang kita jalani ibarat sebuah kapal yang berada di arung samudra besar. Kadang kita mendapati gelombang, terkadang kita juga menemukan lautan yang teduh. Dan adakalanya Tuhan mengijinkan kita untuk masuk ke dalam suatu keadaan yang sepertinya tidak ada harapan, dengan satu tujuan, untuk menguji kesetiaan dan iman kita.
Karena itu saudara-saudara sebagai seorang yang beriman, kita tidak boleh menyerah dan putus asa terhadap keadaan yang sedang kita hadapi. Sebab tangan Tuhan yang besar, sebetulnya sedang merenda kehidupan kita dan Ia menjanjikan penyertaanNya.
Melalui kisah Yunus inilah kita akan mempelajari bagaimana kondisi yang menyesakkan itu pada akhirnya memampukan seseorang untuk tetap berpaut kepada Tuhan dalam doa dan imannya.
Sidang jemaat yang kekasih,
Kitab Yunus diawali dengan satu cerita mengenai panggilan Allah terhadap Yunus. Yunus dipanggil Allah untuk menyampaikan Firman pertobatan kepada penduduk Niniwe agar mereka dapat berbalik kepada Allah dan mengalami pertobatan. Akan tetapi, kenyataannya Yunus justru tidak menaati perintah Allah ini. Ia lari ke kota lain, ke kota Tarsis.
Secara geografis, kota Niniwe terletak di sebelah Timur Israel, sedangkan Tarsis berada di sebelah Barat dekat Spanyol. Saat Allah menyuruh Yunus pergi ke daerah Timur, yaitu ke Ninewe, Yunus malah melarikan diri jauh dari hadapan Tuhan. Ia melarikan diri ke arah Barat, menuju ke Tarsis. Artinya, apa yang dilakukan oleh Yunus adalah 180° bertentangan dari perintah Allah.
Saudara, Niniwe sendiri merupa-kan kota besar dalam Kerajaan Asyur. Dalam sejarah bangsa Israel, kota Niniwe mempunyai reputasi yang buruk. Leluhur Israel pernah menderita di bawah kekejaman Niniwe. Kitab Nahum memberikan gambaran tentang reputasi kota Niniwe sebagai kota yang jahat dan kejam. Mungkin karena inilah Yunus tidak mau menyerukan pertobatan kepada bangsa Niniwe sehingga ia melarikan diri ke Tarsis.
Namun apapun alasannya, kenyataannya Yunus tidak taat kepada Tuhan. Dan karena ketidaktaatan Yunus, pada akhirnya Tuhan memberikan satu ganjaran yang tidak pernah dibayangkan Yunus sebelumnya. Allah mengijinkan Yunus ditelan oleh ikan yang besar dan berada di dalamnya selama 3 hari 3 malam (1:17).
Saudara, banyak orang berspe-kulasi mengenai jenis ikan apakah yang telah menelan Yunus? Apakah seekor ikan Paus atau ikan hiu? Atau adakah ikan lain yang jauh lebih besar dari kedua jenis ini? Yang lain, mengatakan bahwa cerita ini merupakan mitos yang berkembang di wilayah Israel.
Saudara, kita tidak perlu memper-masalahkan apakah ikan besar itu semacam ikan paus atau ikan yang lain, karena Alkitab memang tidak memfokuskan cerita ini pada jenis ikan yang ada. Tetapi yang menjadi penekanan disini adalah, otoritas Allah yang memberikan pertolongan untuk Yunus dapat keluar dengan hidup setelah 3 hari 3 malam di dalam perut ikan.
Sidang jemaat yang kekasih,
Dalam majalah Coronet (Desember 1938) terdapat sebuah artikel yang termuat di headline, dengan judulIa bermain Yunus-yunusan, karangan, Irving Walance. Dikabarkan bahwa tahun 1891, James Bartley hilang dari kapal Star of the East”, pada waktu seekor ikan paus membalikkan sebuah perahu di perairan Kepulauan Falklandia. Sesaat kemudian ikan paus itu pun dibunuh.
Saudara, perlu sehari semalam untuk membedah lapisan lemak ikan paus itu. Dan saat perut ikan itu dibuka, Bartley kedapatan berada di dalamnya dalam keadaan pingsan. Selama kira-kira tiga minggu ia mengigau, sambil berseru kepada Tuhan untuk menyelamatkan dia dari perapian”, karena ia menyangka dirinya sedang dibakar di dalamnya. Pada minggu keempat ia melanjutkan pekerjaan di kapal itu lagi.
Saudara, jikalau kita percaya akan Allah yang dinyatakan dalam Alkitab, maka kita tidak akan mengalami kesukaran untuk mempercayai kebenaran kisah Yunus ini. Karena faktanya, kisah Yunus bukanlah suatu mitos yang berkembang, tetapi kisah ini adalah sesuatu yang betul-betul terjadi, dan pastinya ini merupakan suatu penderitaan hebat bagi Yunus.
Bisa dibayangkan saudara, dalam gelapnya tubuh ikan ini, pastinya penuh dengan kotoran, belum lagi bau yang tidak sedap menyengat hidungnya, saya rasa ini bukan sebuah tamasya yang mengasyikan bagi Yunus. Dan pastinya Yunus berpikir bahwa dirinya tidak akan pernah kembali melihat kehidupan.
Ini merupakan gambaran suatu keadaan yang tanpa harapan. Kesusahan yang dialami Yunus digambarkan seperti berada dalam dunia orang mati. Ia tertelan hidup-hidup, dan pastinya tidak ada harapan untuk ia dapat keluar dari alam maut itu.
Saudara, kenyataannya tidak ada seorangpun yang dapat memastikan bahwa Yunus akan bertahan hidup selama tiga hari jika bukan karena Tuhan yang berkenan memeliharanya. Sebagaimana Tuhan mengijinkan ikan besar itu menelan Yunus, begitu pula Tuhan berkuasa atas hidup dan matinya Yunus.
Dan yang menarik untuk kita simak disini adalah, keberadaan Yunus dalam perut ikan merupakan gambaran keberadaannya dalam dunia orang mati yang disejajarkan dengan kematian Kristus. Yesus juga tinggal di dalam perut bumi selama tiga hari dan tiga malam, dan Ia dibangkitkan Allah pada hari yang ketiga (Matius 12:40).
Saudara, dalam pasal 2 ini, Yunus ingin menyatakan rasa syukurnya atas campur tangan Tuhan dalam hidupnya. Ia menyadari bahwa apa yang ia alami, yaitu tertelan oleh ikan besar ialah karena kesalahannya sendiri yang tidak taat kepada Tuhan. Karena itu saudara, butuh suatu pertobatan dalam hidup untuk menyadarkan seseorang untuk mengerti apa yang direncanakan Tuhan dalam hidupnya.
Dan Yunus tahu akan kesalahannya. Ia sadar bahwa ia telah melanggar perintah Tuhan. Karena itu jalan terbaik baginya adalah menyatakan pertobatannya. Dalam masa kesusahannya inilah, Yunus berseru kepada Tuhan dari dalam perut ikan. Ia menaikan suatu doa syukur atas pertolongan Tuhan bagi dirinya.
Disini kita melihat, saat berada di dalam perut ikan, Yunus tetap mengarahkan imannya kepada Allah. Ia menaikan seruan kesedihannya kepada Allah yang pada akhirnya doanya didengar Allah. Dengan seruan yang penuh keimanan Yunus berkata: Dalam kesusahanku aku berseru kepada Tuhan, dan Ia menjawab aku, dari tengah-tengah dunia orang mati aku berteriak, dan Kaudengarkan suaraku.” (ayat 2).
Saudara, seberapa banyak diantara kita ketika dalam kesesakan, kita berseru dengan iman meminta pertolongan kepada Tuhan? Ataukah justru kita kehilangan iman ketika melihat pergumulan yang sedang kita hadapi terasa semakin menghimpit kehidupan kita. Kita menghindar dari kenyataan, menghindar dari perseku-tuan dan pada akhirnya kita menjalani kehidupan yang tanpa arti.
Saudara mari kita belajar dari Yunus. Sekalipun kita tahu bahwa ia tidak taat pada perintah Tuhan, untuk memberitakan pertobatan bagi Niniwe, tetapi Yunus mengetahui kebenaran yang sejati yaitu iman kepada Allah yang hidup adalah satu-satunya jalan keselamatan baginya.
Dari sini kita mendapatkan satu penjelasan bahwa pertolongan yang sejati hanya datang dari Allah yang hidup. Karena itu jangan sekali-kali kita lari dan mencari pertolongan atau bersandar kepada manusia ketika kita ditimpa pergumulan yang hebat, karena kita pasti akan menjadi kecewa.
Bahkan, Alkitab juga dengan tegas menentang sikap seseorang yang berbuat demikian.  Sebagaimana, Firman Tuhan dalam Yeremia 17:5 berkata: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan!”
Memang saudara, kalau kita taat kepada Tuhan, kita juga akan menderita karena serangan setan. Tetapi dalam penderitaan itu Tuhan menyertai kita dan akan menolong kita, sehingga kita dapat menanggungnya.
Tetapi kalau kita menderita karena tidak taat kepada Tuhan, penderitaan itu datang sebagai hajaran dari Tuhan, sehingga tidak ada yang bisa menolong kita dan kita akan merasakan penderitaan itu sebagai sesuatu yang tidak bisa kita tanggung.
Tetapi bagaimanapun juga, semua hajaran ini diberikan oleh Tuhan kepada Yunus, bukan karena Tuhan membenci Yunus, tetapi justru karena Ia cinta kepada Yunus dan karena Ia ingin Yunus bertobat melalui penderitaan itu.
Bapak/ Ibu yang kekasih,
Illustrasi:
Sebuah kapal sedang berlayar pada suatu malam dengan cuaca buruk. Dari kejauhan tampak sebuah lampu yang kelihatannya berasal dari ‘kapal’ lain yang sedang menuju ke arah kapal itu. Untuk menghindari tabrakan, kapten kapal lalu memerintahkan untuk mengirim pesan ke ‘kapal’ itu, yang berbunyi: Beloklah 10 derajad ke utara”. Tetapi ‘kapal’ itu bukannya belok 10 derajad ke utara, tetapi sebaliknya mengirim pesan balasan: Kamu yang belok 10 derajad ke selatan”.
Mendengar jawaban dari lawannya, Kapten kapal itu jengkel, dan mengirim pesan lagi: “Saya kapten, kamulah yang harus berbelok 10 derajad ke utara”. Kemudian pesan balasan diterima: Saya pelaut kelas satu, kamu harus belok 10 derajad ke selatan”.
Saudara, Kapten itu akhirnya menjadi sangat marah lalu dalam kemarahannya ia mengirim pesan lagi: Ini kapal perang; kamu belok 10 derajad ke utara”. Tidak lama kemudian, pesan balasan ia terima: “Ini mercusuar; kamu harus belok 10 derajad ke selatan”.
Saudara, sebagai kapten kapal yang waras, maka tentunya dialah yang harus membelokkan kapalnya 10 derajad ke selatan, karena mercusuar itu adalah benda yang tidak bisa bergerak.
Sebenarnya saat kehendak saudara dan kehendak Tuhan bertabrakan, yang pertama harus kita sadari adalah ingatlah bahwa kehidupan yang sedang kita jalani, haruslah sesuai dengan kehendak Tuhan, bukan sesuai dengan kehendak kita. Karenanya, saudaralah yang harus mengubah kehendak saudara, dan menyesuaikannya dengan kehendak Tuhan (bdk. Mat 6:10b Mat 26:39, 42).
Saudara, Yunus menyadari bahwa ketika dia mengandalkan diri dan kepentingannya, kehidupannya bukan menjadi semakin baik, tetapi kehidupannya semakin kacau balau. Sebaliknya, ketika ia mencari Tuhan dalam doa, ia tahu bahwa pintu sorga sudah terbuka, baginya. Dalam hal inilah Yunus mengerti dan meminta pertolongan kepada Tuhan.
Karena itu, apa yang dapat kita pelajari dari hal ini saudara? Yaitu, berhentilah menggerutu dan berkeluh kesah tentang kehidupan ini. Memang perjalanan hidup yang kita jalani bukanlah suatu perjalanan yang gampang untuk kita lalui. Di dalamnya ada banyak tantangan yang membawa kita untuk bersedih dan merasa kehilangan. Di dalamnya ada banyak kemelut yang membuat kita merasa sesak. Di dalamnya tersimpan sesuatu yang menyudutkan seseorang untuk kehilangan pengharapan.
Akan tetapi sebagai seorang yang beriman, jangan biarkan kita terpuruk oleh persoalan yang sedang kita hadapi, sebaliknya tetaplah tenang dan ucapkanlah syukur kepada Tuhan, sebagaimana hikmat Salomo dalam Amsal 14:30a berkata: "Hati yang tenang menyegarkan tubuh…"
Inilah letak kekuatan kita saudara. Ketenangan hati mengarahkan kita untuk berpikir jernih dan menatap masa depan. Ketenangan hati memampukan kita untuk kembali bergantung kepada Tuhan.
Yunus menyaksikan keajaiban Tuhan dalam hidupnya. Ia menda-patkan kesempatan kedua untuk kembali hidup. Dan ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang diperolehnya. Karenanya ia tidak salah dalam memilih sikap ketika pergumulan datang menyerang dia, ia menaikan doa syukur kepada Tuhan.
Dengan selalu mengucap syukur semangat yang padam dapat bangkit kembali dan iman yang sudah lemah pun dapat dikuatkan. Karena itu ingatlah saudara-saudara! Kuasa Tuhan tidak dapat bekerja apabila iman kita padam. Sekalipun manusia berkata itu mustahil, penyakitmu tidak akan sembuh, rumah tanggamu akan hancur, namun selalu ada harapan dan jalan keluar di dalam Tuhan. Tiada suatu hal yang mustahil bagi Tuhan! Sebesar apa pun persoalan kita Tuhan Yesuslah satu-satunya jawaban! Dialah yang sanggup menolong umatNya yang berseru kepadaNya. Sebagaimana Tuhan sanggup mengeluarkan Yunus dari dalam perut ikan, demikian pula Tuhan Yesus sanggup menolong kita.
Yang berikut saudara,
Apa yang menyebabkan Yunus mengambil sikap yang benar dalam menghadapi kesesakan? Ialah komitmennya untuk kembali ke jalan Tuhan.
Dikatakan dalam ayat 9: Tetapi aku, dengan ucapan syukur akan kupersembahkan korban kepadaMu; apa yang kunazarkan akan Kubayar. Keselamatan adalah dari Tuhan!
Bapak/ ibu yang kekasih,
Doa Yunus tentang syukur atas keselamatan Tuhan adalah doa yang lahir dari hati yang sangat lega dan bersyukur luar biasa. Dengan iman Yunus mengucap syukur kepada Allah, dan ia mengakui bahwa keselamatannya semata-mata adalah hanya dari Allah (ayat 9). Di dalam doa syukurnya, Yunus mengatakan bahwa ia akan membayar nazarnya dan dia meyakini bahwa Allah adalah pertolongannya. Dia masih percaya bahwa Allah sanggup untuk menyelamatkannya jikalau Allah berkehendak untuk melakukannya. Dan akhirnya Yunus pun betul-betul memenuhi nazarnya. Ia pergi menyatakan pertobatan kepada kota Niniwe (3:1-3). Saudara, ini adalah langkah bijaksana yang diambil Yunus!
        Kenyataannya saudara, Allah memang turut bekerja dalam segala sesuatu. Baik saat kita sukacita ataupun saat kita berdukacita. Sebagaimana yang telah ditulis oleh Rasul Paulus dalam Roma 8:28 bahwa: Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”
Dalam hal Yunus, Allah meng-ijinkan dia ditelan oleh ikan yang besar untuk menyadarkannya dari apa yang telah dilakukannya, yaitu menolak dan menjauh dari panggilan Allah di dalam kehidupannya.
        Begitu juga dengan anak-anak Tuhan, Allah mengijinkan sesuatu terjadi di dalam kehidupan anak-anaknya untuk mendatangkan kebaikan bagi kehidupan anak-anakNya.
Allah dapat mengijinkan persoalan, kesulitan, kesusahan maupun hal-hal lain terjadi di dalam kehidupan anak-anakNya untuk mendatangkan kebaikan bagi anak-anakNya, untuk membentuk anak-anakNya menjadi semakin serupa denganNya. Dan untuk membentuk karakter dari anak-anakNya.
Jadi saudara, walaupun kita mengalami banyak penderitaan, pencobaan, kita harus percaya bahwa Allah sanggup mengubah semuanya itu menjadi indah pada waktunya.
        Berbicara mengenai ucapan syukur, ada beberapa ciri-ciri yang menjadi kelebihan dari orang yang suka mengucap syukur, yaitu:

1. Ia senantiasa memuji Tuhan dan berterima kasih kepada Tuhan baik dalam keadaan suka maupun dalam keadaan duka. Tidak hanya dalam saat suka orang dapat bersyukur kepada Tuhan, tetapi juga saat dukacita pun orang dapat mengucap syukur kepada Allah, karena ucapan syukur adalah sikap hati yang menerima segala kedaulatan Allah yang kemudian tercermin dalam perkataan dan sikap hidup yang memuliakan Allah.

2. Orang yang mengucap syukur, ia tidak menuduh orang lain atau melempar kesalahan kepada orang lain atas kegagalan, penderitaan atau kesusahan yang dialaminya.

3. Orang yang mengucap syukur, pastinya mau menerima semua keadaan walaupun hal itu tidak sesuai dengan keinginannya, tidak sesuai dengan harapannya maupun di luar dugaannya.

Dari ciri-ciri tersebut, kita bisa melihat bahwa orang yang mau mengucap syukur adalah tanda dari pribadi yang kuat, karena dia bisa menerima segala hal baik yang sesuai dengan harapannya maupun yang tidak sesuai dengan harapannya.
Kisah Yunus ini mengajarkan kepada kita untuk tetap mengucap syukur ketika terjadi sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan kita, sambil mengarahkan pandangan kita pada Allah yang hidup. Sehingga dalam kesesakan sekalipun kita mampu menaikan doa kepada Tuhan kita Yesus Kristus. Dan kita pun dapat kembali hidup di jalan Tuhan. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar