Rabu, 03 Juni 2015

ABIGAIL WANITA PENGANTARA

ABIGAIL - WANITA PENGANTARA
1 Samuel 25 1-35


Ibu-ibu yang kekasih dalam Tuhan,

Memiliki pasangan yang idel, yang dapat mendukung dan mengasihi pasangannya pastinya menjadi impian banyak orang. Siapa yang tidak bangga jika memiliki pasangan yang mampu mengasihi dan mendukung segala aktifitas kita dengan baik? Siapa yang tidak bahagia jika memiliki suami yang penuh pengertian dan siap untuk diandalkan kapan saja? Terlebih lagi, jika ia seorang yang sangat kaya, lahir dari keluarga yang terhormat. Maka lengkaplah sudah kesempurnaan itu.

Namun apa jadinya jika orang yang kita pilih menjadi pasangan hidup kita, ternyata adalah seorang yang jauh dari standart ideal. Apalagi ia adalah seorang yang kasar, sikapnya selalu arogan, dan tiap-tiap hari tidak ada kata-kata yang baik yang keluar dari mulutnya selain hujatan dan makian.

Apa yang harus kita lakukan dengan pasangan kita yang demikian? Apakah kita harus menjauhinya? Memintanya untuk bercerai dari kehidupan kita?
Kaum ibu yang kekasih,
Perikop kita sore hari ini, juga menceritakan satu pengalaman yang sama yang dialami oleh orang-orang yang memiliki pasangan yang tidak idel. Namanya adalah Abigail, ia hidup pada masanya Daud.
Semenjak berita kematian Samuel, abdi Allah itu. Seluruh bangsa Israel berkabung hingga akhir pemakaman Samuel di Rama. Sementara Daud dan seluruh tentaranya menjadi pelarian di Padang Gurun Paran, oleh karena pengejaran Raja Saul (25:1).
Di saat yang sama, dikisahkan ada seorang yang sangat kaya dari kota Maon, dari keturunan Kaleb, yang memiliki perusahaan di Karmel. Ia mempuyai tiga ribu ekor domba dan seribu ekor kambing (25:2).
Nama orang itu adalah Nabal, yang dalam Bahasa Ibrani berarti “orang bodoh”. Nyatanya saudara, disepanjang kehidupanya, Nabal memang dikenal sebagai seorang yang kasar dan jahat. Kelakuannya yang kasar dan jahat menyebabkan ia tidak dapat tidak untuk memaki orang lain. Disisi yang lain, Nabal hanya memiliki kehidupan yang berputar pada dirinya sendiri. Artinya ia tidak peduli dengan orang lain, terutama juga kepada Daud.
Saudara,
Nabal memiliki seorang isteri yang cantik dan bijaksana yang bernama Abigail. Isteri Nabal, memiliki kepribadian yang sangat baik. Hal ini bertolak belakang dengan kepribadian suaminya. Dalam kasus Abigail ini, kita melihat ada satu perkara ajaib yang dikerjakan oleh Allah, baik terhadap Daud, ataupun terhadap Abigail.
Ibu-ibu yang kekasih,
Bagi Abigail tentunya tinggal seatap dengan pria yang kasar dan jahat, seperti hidup di dasar neraka. Kehidupannya penuh dengan tangisan dan usapan dada. Hari-hari yang dilaluinya pastilah hari-hari yang penuh tekanan. Terlebih saat melihat prilaku suaminya yang begitu arogan terhadap siapa saja.
Namun perhatikan saudara, walaupun Abigail mengalami hal yang demikian, Abigail tidak pernah membalasnya dengan kejahatan, Ia juga tidak melarikan diri dari tekanan suaminya yang kasar. Sebaliknya dengan setia ia tetap melayani suaminya dengan sangat baik. Ia menunjukkan sikapnya yang bijaksana walaupun ia diperlakukan kasar.
Ibu-ibu yang kekasih,
Kalau saudara merasa senasib dengan Abigail, maka janganlah berpikir untuk menggunakan cara Anda. Tetapi serahkanlah pergumulan Anda kepada Allah supaya Dia bertindak. Namun, bukan berarti Anda lantas mendoakan suami supaya Tuhan lebih cepat memanggilnya. Sebaliknya berdoalah di dalam kesabaran dan dalam kasih.
Kaum ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Pada sisi yang lain, hidup dalam pelarian pastinya membuat karakter seseorang menjadi keras. Itulah yang dialami oleh Daud dan pasukannya. Daud berperan layaknya seperti Robinhood yang berada di Hutan. Dijelaskan bahwa Daud memiliki enam ratus pasukan yang setia mengikutinya. Guna menghidupi kelompok yang besar ini, Daud mengarahkan keenam ratus pengikutnya untuk melindungi lahan peternakan dan pertanian dari tuan-tuan tanah yang ada di sekeliling mereka, dengan imbalan: mereka mendapatkan makanan dan minuman.
Dalam melakukan pekerjaannya ini, Daud sangat menjaga benar anak buahnya untuk tetap bersikap jujur. Karenanya mereka tidak mencuri atau bertindak kasar, apalagi mengganggu dan merugikan tanah pertanian atau peternakan tersebut.
Hal ini terlihat dari kesaksian para pekerja Nabal, yang menceritakan bagaimana perbuatan mereka. Dikatakan bahwa kelompok Daud sangat baik menjaga mereka dari tangan para penjahat. Mereka seperti pagar tempok sekeliling kami siang malam, selama kami menggembalakan domba-domba di dekat mereka.” (1 Samuel 25:16).
Dalam hal ini Saudara, Daud dan Nabal mendiami suatu wilayah dengan keharmonisan seperti dua ekor banteng yang hidup di peternakan yang sama. Keduanya sama-sama kuat dan keras kepala. Hanya tinggal menunggu waktu sebelum mereka akhirnya bertarung.
Saudara,
Masalah muncul saat Nabal sedang menggunting bulu domba-dombanya. Menurut tradisi, masa mencukur bulu domba adalah masa “ceria untuk menyambut tamu”. Karenanya saat kabar pesta tersebut menggema hingga ke telinga Daud dan ia merasa bahwa anak buahnya patut diundang. Lagipula pikir Daud, anak buahnya telah melindungi ladang dan ternak mereka dengan baik, berpatroli di wilayah perbukitan dan mengamankan daerah lembah.
Namun seperti pepatah mengatakan: “air susu dibalas dengan air tuba.” Demikianlah yang dirasakan oleh Daud saat para utusannya menemui Nabal.
Ketika Daud mengutus 10 orang anak buahnya menjumpai Nabal dengan permintaan agar Nabal melayani anak buahnya itu pada hari raya, sebagai imbalan jasa Daud melindungi kawanan ternaknya dari penyamun.
Nabal yang dikenal sebagai seorang yang bebal justru menghinanya. Nabal pura-pura tidak mengenal Daud, ia menganggapnya seperti budak yang lari dari tuanya.
Saudara, sikap yang merendahkan itu membuat para pembawa pesan menjadi marah; karenanya mereka bergegas menemui Daud dan melaporkan apa yang telah terjadi, di perkebunan Nabal.
Mendengar kesaksian yang disampaikan para utusannya, Daud menjadi geram. Ia menggerutu karena kebaikan hatinya tidak dibalas dengan satu kebaikan. Dalam amarahnya Daud berkata: “Sia-sialah aku melindungi segala kepunyaan orang ini di padang gurun, sehingga tidak ada sesuatu pun yang hilang dari segala kepunyaannya; ia membalas kebaikanku dengan kejahatan” (1 Sam 25:21).
Terprovokasi dengan sikap yang kasar tersebut, Daud memerintahkan untuk “masing-masing menyandang-kan pedang!” Mereka berangkat menemui Nabal yang tengah berpesta pora. Empat ratus orang prajurit dikerahkan Daud untuk pergi menyerang Nabal, sementara dua ratus orang yang lain ditinggalkannya untuk menjaga barang-barang (Ayat 13)
Tindakan emosional tersebut tentu saja tidak bisa dibenarkan. Akan tetapi, itulah kenyataan yang sedang terjadi. Kalau sampai terjadi, bukan hanya peternakan Nabal yang tertimpa musibah, kelompok Daud pun akan tercemar sebagai tidak ada bedanya dengan para perampok dan pembunuh.
Di sinilah kita melihat perlindungan Allah bagi Daud. Allah tahu apa yang ada dalam hati Daud. Karenanya Allah tidak membiarkan Daud untuk berbuat dosa karena Nabal. Dalam hal ini, Allah memakai Abigail isteri Nabal untuk menjadi pengantara, dan mencegah tindakan anarkis, yang sia-sia.
Saat para pekerja Nabal memberitahukan rencana kedatangan Daud, Abigail yang berparas cantik ini rupanya juga memiliki kecerdasan yang tinggi. Ia menyusun suatu rencana yang bijaksana. Ia tahu sikap kasar suaminya, pastinya bisa mendatangkan malapetaka yang besar. Karenanya ia segera mengambil berbagai hadiah dan segera pergi untuk menghentikan Daud. Tanpa harus memberitahu niatnya pada suaminya.
Ketika Daud dan anak buahnya menuruni sebuah lembah, wanita itu mengambil posisinya, dengan berbekal dua ratus roti, dua buyung anggur, lima dmba yang telah diolah, lima sukat bertih gandum, serratus buah kue kismis dan dua ratus kue ara, dimuatnyalah semuanya ke atas keledai” (25:18), Abigail datang menemui Daud.
Kita melihat saudara,
Abigail tidak bodoh. Ia tahu arti pentingnya waktu. Karenanya ia berdiri sebagai seorang penengah antara keluarganya dan kematian yang pasti. Ia sadar jika ia tidak bertindak dengan cepat, pastinya pertumpahan darah pun tidak akan terelakkan. Karenanya Allah memakai Abigail untuk mencegah Daud melakukan suatu ketidakadilan besar kepada semua orang Nabal.
Dikatakan: “Ketika Abigail melihat Daud, segeralah ia turun dari atas keledainya, lalu sujud menyembah di depan Daud dengan mukanya sampai ke tanah” (1 Samuel 25:23).
Saudara, kehadiran si cantik Abigail di depan Daud, serasa air yang menyejukkan di gurun pasir. Sambil berlutut di hadapan kaki Daud, ia menyatakan permohonan yang berharga untuk dimasukkan ke dalam Alkitab, “Aku sajalah, ya tuanku, yang menanggung kesalahan itu. Izinkanlah hambamu ini berbicara kepadamu, dan dengarkanlah perkataan hambamu ini. Janganlah kiranya tuanku mengin-dahkan Nabal, orang yang dursila itu, sebab seperti namanya demikian ia: Nabal namanya dan bebal orangnya” (25:24-25).
Perhatikan saudara apa yang dilakukan Abigail. Disini Abigail tidak datang untuk membela Nabal, sebab ia tahu suaminya memang seorang yang brengsek. Abigail juga tidak memohon keadilan, tetapi yang ia minta adalah sebuah pengampunan. Ia rela menerima kesalahan yang tidak layak diterimannya. Ampunilah kiranya kecerobohan hambamu ini” (25:28).
Dari sini kita melihat, kebijaksanaan Abigail, kecantikannya dan keanggun-annya tidak disalahgunakan Abigail untuk satu perbuatan yang konyol. Sebaliknya semua karakter yang dimilikinya dipakainya untuk memberi kesan yang begitu mendalam bagi Daud.
Perkataan Abigail ini seperti matahari dimusim panas yang melelehkan es. Bagitulah yang dirasakan Daud saat itu. Daud menyadari betapa salahnya dia dalam merencanakan pembalasan sekejam itu. Hal ini dapat kita lihat dari perkataan Daud, “Terpujilah Tuhan, Allah Israel, yang mengutus engkau menemui aku pada hari ini; terpujilah kebijakanmu dan terpujilah engkau sendiri…jika engkau tadinya tidak segera datang menemui aku, pastinya tidak aka nada seorang laki-laki pun tinggal hidup pada nabal sampai fajar menyingsing… aku mendengar perkataanmu dan menerima permintaanmu dengan baik. (25:33-35).
Daud pun sangat mensyukuri tindakan Abigail yang mencegahnya dari perbuatan brutal menumpahkan darah orang lain.
Usai mengadakan perundingan yang melegakan itu, Abigail menawarkan hadiah yang ia bawa dari rumah dan memohon kepada Daud agar membiarkan Allah saja yang menghakimi Nabal dan memohon Daud menghindari pertumpahan darah.
Ibu-ibu yang kekasih,
Tuhan tahu, tantangan hidup anak-anak Tuhan di dunia ini tidaklah mudah. Saat ingin menjalankan hidup kudus, terkadang ada saja hal yang bisa memprovokasi atau menggoda kita untuk jatuh dalam dosa. Saat kita merindukan untuk bisa memaafkan orang lain, ada saja godaan bagi kita untuk kembali mengingat kesalahan orang lain.
Tetapi janganlah kita putus asa saudara. Tetap percayalah kepada Allah. Sebab Allah pastinya selalu siap menolong kita, bahkan lewat orang-orang yang tidak pernah kita sangka. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu mendekat pada Tuhan sehingga tidak mudah tergoda atau terprovokasi situasi sekeliling kita.
Usai mengadakan perundingan antara Daud dengan Abigail, akhirnya Daud kembali ke kediamannya. Dan Abigail kembali kepada Nabal. Namun karena ia mendapati suaminya terlalu mabuk untuk diajak bicara sehingga ia harus menunggu pagi berikutnya. Dan pada pagi harinya, saat Abigail melihat kondisi suaminya sudah mulai sadar, ia menceritakan bahwa betapa dekatnya Daud dengan kediaman mereka dengan empat ratus pasukannya.
Saudara, mendengar perkataan Abigail yang mengagetkan ini, juga karena ketakutannya yang begitu hebat yang dialami Nabal, menyebabkan Nabal terkena serangan jantung. Dikatakan: “Lalu terhentilah jantungnya dalam dada dan ia membatu. Dan kira-kira sepuluh hari sesudah itu Tuhan memukul Nabal, sehingga ia mati (25:37-38).
Ibu-ibu yang kekasih di dalam Tuhan,
Kerendahan hati selalu membawa keselamatan. Sikap baik Abigail mengubah gelombang kemarahan menjadi reda. Sikap rendah hati memiliki kekuatan sebesar itu. Permohonan maaf dapat menghilangkan perdebatan. Penyesalan dapat memadamkan amarah. Sikap suka damai jauh lebih baik ketimbang mengumbar amarah. Dalam hal inilah Amsal 25:15 berkata: “Lidah lembut dapat mematahkan tulang”
Kisah Abigail mengajarkan banyak hal kepada kita. Bahwa kuasa kebaikan itu sifatnya menular. Perbuatan kasih yang dinyatakan pastinya dapat menutupi banyak sekali dosa. Demikianlah firman Tuhan yang dinyatakan dalam I Petrus 4:8 “Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.”
Kita melihat saudara,
Abigail berhasil menempatkan dirinya diantara Daud dan Nabal. Hal yang sama juga dilakukan oleh Tuhan Yesus yang menempatkan diriNya di antara Allah dan kita. Abigail bersedia secara sukarela untuk dihukum atas kesalahan Nabal. Demikian pula Tuhan Yesus membiarkan surga menghukum diriNya atas kesalahan Anda dan saya. Abigail menjauhkan amarah Daud yang saat itu membara oleh karena dendam. Bukankah Tuhan Yesus juga melindungi kita dari murka Allah?
Tuhan Yesus adalah “…pengantara antara Allah dan manusia; yaitu manusia Kristus Yesus, yang telah menyerahkan diriNya sebagai tebusan bagi semua manusia” (1 Timotius 2:5-6). Siapakah seorang pengantara jika bukan seseorang yang berdiri diantara dua pihak? Apakah yang dilakukan Kristus selain hanya diantara kemurkaan Allah dan penghukuman kita? Kristus menahan kemurkaan Allah.
Kristus hidup dalam kehidupan yang tidak dapat kita jalani dan mengambil alih hukuman yang tidak akan mungkin sanggup kita tanggung. Pengorbanannya mendorong kita untuk menanyakan hal ini: Apabila Dia begitu mengasihi, tidak dapatkah kita mengasihi? Setelah diampuni, tidak dapatkah kita mengampuni? Setelah berpesta di meja kasih, tidak dapatkah kita membagikan beberapa remah-remah? “saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi” (1 Yohanes 4:11).
Apakah Anda melihat dunia Nabal begitu sulit untuk diterima? Jika demikian, lakukanlah apa yang dilakukan oleh Daud: berhentilah memandang Nabal. Sebaliknya alihkanlah pandangan Anda kepada Kristus. Teruslah memandang sang Pengantara kita dan jangan lagi memandang pada si pembuat onar. Dengan demikian, maka kita akan mendapati satu kehidupan yang jauh lebih berharga ketimbang apa yang bergejolak dalam hati kita. Amin
 

0 komentar:

Posting Komentar