Kamis, 03 November 2016

PIKULLAH SALIBMU DAN IKUTLAH AKU

PIKULLAH SALIBMU DAN IKUTLAH AKU
Markus 8:34-38;9:1
(Matius 16:24-28; Lukas 9:22-27)


Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan
Malam hari ini kita akan membahas satu topik yang sangat penting untuk kita pahami, yaitu tentang bagaimana syarat-syarat mengikut Yesus. Saudara, mengapa syarat mengikut Yesus begitu penting untuk kita pelajari? Karena bagi saya, syarat yang diajukan Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya ini, sekarang sudah banyak dipelintir oleh sebagian orang, oleh hamba-hamba Tuhan yang tidak bertanggung jawab. Oleh pelayan-pelayan gereja sendiri. Setuju atau tidak, sering kita temui fakta yang sangat menyedihkan, dimana gereja mengumbar promo-promo yang menggiurkan banyak orang untuk datang dan mengikuti kebaktian. Dalam kebaktian, mereka mengajarkan bahwa “jika orang mengikut Yesus maka semua masalah akan beres, jika orang yakin bahwa dirinya adalah anak raja maka minta apa saja kepada-Nya maka Allah akan memenuhinya.
Kita melihat saudara, teologi kesuksesan dan teologi  kemakmuran rasa-rasanya sudah banyak mencekoki gereja-gereja saat ini, sehingga dengan iming-iming bahwa “dengan mengikut Tuhan Yesus, maka hidup kita akan menjadi sukses, hidup kita akan makmur. Jika hidup kita tidak sukses-sukses juga itu artinya saudara belum memprak-tekkan iman, saudara masih menyimpan dosa yang mengganjal untuk meraih kesuksesan. Ini sebuah kengerian saudara. Bagaimana kebenaran Alkitab diputar balik sedemikian rupa seakan-akan menjadi sebuah doktrin kebenaran bagi mereka yang haus akan kebenaran. Ini kejahatan rohani yang banyak dimunculkan gereja-gereja saat ini.
Kalau kita kembali kepada Alkitab, rasa-rasanya tidak pernah Allah menjanjikan sesuatu dapat diraih dengan mudah. Kalau kita melihat kembali ke masa PL, tidak pernah kita temui orang-orang Israel dengan mudahnya memasuki tanah Kanaan. Justru kenyataannya sebaliknya, yang walaupun secara jarak perjalanan bangsa Israel dari tanah Gosyen di Mesir menuju tanah Kanaan tidak terlalu jauh, tetapi mengapa Allah membuatnya berputar-putar hingga 40 tahun lamanya. Mengapa Allah mengijinkan kesulitan datang dalam kehidupan mereka. Jawabanya tidak lain adalah untuk mengajar bangsa Israel memahami dengan benar siapa Allah yang memimpin mereka, bagaimana karakter Allah dalam membentuk bangsa Israel yang tegar tengkuk menjadi sebuah bangsa yang sesuai dengan rencana Allah.
Begitu pula, dengan apa yang ditawarkan oleh Tuhan Yesus. Tawaran untuk mengikut Tuhan Yesus juga bukan jalan yang mudah untuk di tempuh. Tuhan Yesus tidak pernah menjanjikan suatu jalan mulus bagi para pengikutnya. Jalan-Nya selalunya disertai dengan tantangan dan hambatan, sebab pada kenyataan yang demikianlah Tuhan Yesus diutus, yakni “Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?” (Lukas 24:26). Maka Tuhan Yesus menegaskan kepada kita: “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku” (Matius 10:38). Sehingga seruan kepada setiap orang yang mau mengikut Kristus, mau tidak mau mereka harus melintasi jalan yang telah dilalui-Nya, yaitu jalan penyangkalan diri dan memikul salib.
Salib adalah lambang penderitaan (1 Petrus 2:21; 4:13), kematian (Kisah 10:39), kehinaan (Ibrani 12:2), cemoohan (Matius 27:39), penolakkan (1 Petrus 2:4) dan penyangkalan diri melambangkan kesediaan untuk menderita bagi orang lain. Kita melihat saudara bahwa Kristus telah memberikan teladan bagi kita dan sebagai murid-murid-Nya, kita harus meneladani apa yang telah dilakukan-Nya bagi kita.
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Demikian pula pada konteks bacaan kita kali ini. Pada teks ini dijelaskan bahwa ketika Tuhan Yesus berada di sekitar Kaisarea Filipi (Markus 8:27). Tuhan Yesus mulai mengajar mereka tentang penderitaan-Nya. Ini adalah pemberitahuan pertama tentang penderitaan Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya dan dilanjutkan dengan penjelasan mengenai syarat-syarat mengikut Yesus. Saudara, rupanya untuk dapat menjadi pengikut Yesus, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi setiap pengikut-Nya. Dan syarat ini sangatlah irasional bagi manusia lama kita, sangat tidak masuk di akal sebab bagi manusia lama hal mengikut Yesus seperti ini sangatlah tidak menguntungkan. Manusia lama tidak mungkin mau untuk diajak menyangkal diri, karena mereka diajar untuk menonjolkan keakuannya, keegoisannya, hawa nafsunya apalagi untuk memikul salib. Bagi dunia salib adalah suatu kebodohan.
Kita melihat dari gambaran Petrus yang menarik Yesus ke samping dan menegur Dia, seolah-olah berusaha untuk menghentikan dan menghalangi Yesus. Saudara Petrus mendekap Gurunya karena tidak tahan mendengar bahwa Yesus yang dikasihinya harus menanggung banyak penderitaan. Sebab bagi Petrus kematian yang mengerikan yang akan dialami oleh Tuhan Yesus sangat tidak cocok dengan martabat seorang Mesias.
Tetapi saudara, jalan pikiran Petruslah yang sebenarnya tidak cocok dengan maksud-maksud Allah. Usaha Petrus agar Tuhan tidak pergi ke salib sama dengan pencobaan di padang Gurun. Dalam hal ini iblis dengan sangat licik memakai salah satu murid terdekat Kristus (Band. Lukas 4:13). Karena itu Tuhan Yesus menegurnya dengan keras.
Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia” (Markus 8:33). Dari sini kita melihat bagaimana Petrus menjadi gambaran sebagai seorang yang tidak mengerti dengan baik dan tidak mempertimbangkan dengan semestinya maksud dan nasihat Allah.
Bapak ibu saudara yang kekasih,
Yesus tahu “bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat lalu di bunuh dan bangkit sesudah hari yang ketiga” (Markus 8:31). Karena itu salib merupakan aspek yang diperlukan dalam karya Mesias. Dalam hal ini Dia sadar bahwa Dia harus menanggung banyak penderitaan. Dan fakta tentang kematian dan kebangkitan Yesus akan menjadi bukti yang paling menyakinkan mengenai keberadaannya sebagai Mesias dari Allah. Karena itu kewajiban Kristus adalah memenuhi maksud Allah sebagaimana terungkap dalam  di dalam kitab suci. Kematian Yesus merupakan suatu tragedy, tetapi bukan suatu kebetulan; sebab Dia sedang menggenapi rencana penebusan Allah.
Sekarang dalam arah memper-siapkan iman para murid-Nya, Tuhan Yesus mengajukan sebuah syarat yang harus dipenuhi setiap pengikut-Nya untuk mereka boleh siap dalam mengikut Yesus.
Yesus berkata: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” Saudara, kalimat ini adalah sebuah ajakan yang terbuka bagi siapa saja yang mendengar-Nya, bahwa mereka yang hendak mengikut Dia akan di berikan sebuah syarat, yaitu “penyangkalan diri dan memikul salib.
Para murid mengikuti sang Guru ketika Dia memanggil mereka (Matius 5:11), tetapi pada waktu itu mereka tidak mengetahui bahwa karier-Nya akan berakhir di salib. Mereka masih berpikir tentang penaklukan dan kuasa (Lukas 22:24). Karena itu pernyataan ini merupakan peringatan penting bagi para murid untuk mengevaluasi ulang harga untuk menjadi murid-Nya.
Sekarang kita melihat satu demi satu aspek-aspek dari syarat mengikut Yesus.

1.  Menyangkal diri
Menyangkal diri adalah tidak mengakui hak atas diri sendiri, atau sama artinya dengan menyalibkan ke-ego-an hidup kita. Kita harus menyerahkan segala yang ada pada diri kita kepada Tuhan. Pada saat kita percaya Tuhan, saat itu juga kita menjadi orang yang lahir baru. Kita tidak lagi berhak untuk memutuskan kehidupan kita. Sebaliknya kita harus menolak dosa dan kehidupan yang lama dan mulai menjalani kehidupan yang baru di dalam Tuhan (2 Korintus 5:17).
Tuhan Yesus harus di atas segala-galanya. Kita harus memiliki hubungan yang baik dengan-Nya. Menyangkal diri bukan sekedar tidak mau memakan makanan yang kita sukai tetapi kita harus menyangkal ke-ego-an dan sifat-sfat yang buruk yang pada diri kita. Menjadi murid berarti mau untuk mempertaruhkan seluruh dirinya, maka harus bersedia untuk menanggalkan haknya untuk mengorbankan diri dan mempersembahkan hidup hanya untuk Tuhan Yesus. Menyangkal diri adalah pengendalian diri, mau jujur menilai diri sebagai respon iman kepada Tuhan, bahwa kita dipanggil bukan untuk keinginan duniawi tetapi untuk keinginan Tuhan.
Dengan demikian, Tuhan Yesus tidak berusaha untuk memikat orang dengan menawarkan jalan yang mudah; sebaliknya Ia berusaha menantang mereka dengan membangkitkan semangat yang sedang tidur, dengan menawarkan jalan yang lebih tinggi dan lebih sulit. Ia datang bukan untuk membuat hidup menjadi mudah, melainkan untuk membentuk manusia yang mulia.
Sekarang pilihannya ada pada kita, mau hidup menyangkal diri atau hidup untuk keinginan kita yang mementingkan diri sendiri. Yang jelas kedua pilihan itu akan menentukan nasib akhir kita kemudian. Saat kita sadar bahwa kita mau menjadi murid Tuhan Yesus itu artinya kita siap untuk menyangkal diri kita. Kita harus memilih keselamatan dan kebahagiaan jiwa kita melebihi urusan dunia apa pun.

2. Memikul salib
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Menurut para ahli, Yesus memikul salib yang berukuran 3 meter dengan berat 15 kg sampai ke tempat yang ditentukan yaitu Bukit Tengkorak. Di dalam Perjanjian Baru salib adalah lambang yang memalukan dan hina. Orang-orang Roma menggunakan salib bukan hanya untuk menyiksa seseorang tetapi juga untuk mempermalukan orang di tempat umum. Salib adalah lambang kehinaan bagi orang yang disalibkan karena orang yang disalibkan dianggap sebagai orang keji. Bagi orang Yahudi, salib adalah lambang kutukan.
Namun salib sebenarnya adalah lambang hubungan antara manusia dengan Allah. Melalui salib manusia diperdamaikan dengan Allah karena setelah manusia jatuh ke dalam dosa manusia telah terpisah dengan Allah. Manusia yang sudah diperdamaikan dengan Allah tidak hidup menurut daging lagi. Karena itu memikul salib sama artinya dengan merendahkan diri, rela menanggung beban yang berat namun kita tidak sendirian dan salib bagi kita bukanlah pencobaan atau kesulitan. Yesus membuat beban kita menjadi ringan (Matius 11:28-30).
Memikul salib juga sama artinya dengan siap menerima konsekuensi untuk kehilangan nyawa untuk mengikut Yesus. Ketika salib itu diletakkan dibahu kita untuk dipikul, apakah kita akan tetap setia menjadi murid Yesus?
Salib adalah penderitaan yang harus ditanggung sebagaimana Kristus juga telah mengalami-Nya. Saudara, Kelihatannya memikul salib adalah beban yang begitu berat sehingga banyak orang Kristen tidak mau memikul salibnya, padahal dalam kita memikul salib, kita tidak memikulnya sendirian. Sebab tuntutan ini berlaku bagi semua yang mau mengikut Yesus. Justru dengan salib yang kita pikul, mengajar kepada kita untuk tetap fokus pada tujuan hidup kita.
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Kekristenan tak dapat dipisahkan dari penyangkalan diri dan memikul salib. Apa maksudnya? Penyangkalan diri berarti harus menyalibkan segala keinginan daging kita, rela meninggalkan dosa dan berkomitmen untuk hidup seturut dengan kehendak Tuhan. Dalam memikul salib kita itu artinya kita menderita dalam perjuangan seumur hidup melawan dosa (Roma 6:1-23; 1 Petrus 4:1-2) dengan menyalibkan semua keinginan yang berdosa (Roma 6:1-23; 8:13; Galatia 2:20; 6:14; Titus 2:12; 1 Petrus 2:11, 22-24).
Dengan memikul salib berarti juga kita menderita dalam peperangan terhadap Iblis dan kuasa-kuasa kegelapan sewaktu ita memajukan Kerajaan Allah (2 Korintus 10:4-5; 6:7; Efesus 6:12; 1 Timotius 6:12). Kita mengalami baik perseteruan dari Iblis dengan pasukan setannya (2 Korintus 6:3-7; 11:23-29; 1 Petrus 5:8-10) maupun penganiayaan yang datang dari perlawanan kita terhadap para guru palsu yang memutarbalikkan Injil yang benar (Matius 23:1-36; Galatia 1:9; Filipi 1:15-17).
Memikul salib berarti harus rela dibenci dan dimusuhi oleh dunia ini karena nama Yesus. Dikatakan, "...siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya" (Markus 8:35). Kita menanggung kebencian dan ejekkan dari dunia (Yohanes 15:18-25; Ibrani 11:25-26) ketika bersaksi dengan kasih bahwa perbuatan itu jahat (Yohanes 7:7), dengan memisahkan diri kita dari dunia secara moral dan rohani dan menolak semua norma dan falsafahnya.
Bahkan dengan memikul salib mungkin kita juga akan menerima ejekan dan penganiayaan dari dunia (Markus 8:31). Memikul salib juga berarti mengalami penderitaan karena nama-Nya. Dengan demikian, mengikut Kristus dibutuhkan komitmen yang tinggi, yang tidak bisa dibuat setengah-setengah. Tuhan Yesus tidak sedang menjebak kita dengan sebuah umpan yang mencelakakan kita dengan iming-iming mengikut Dia.

3. Mengikut Tuhan
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Yang terakhir aspek dari syarat mengikut Yesus adalah kita mengikut Tuhan. Mengikut Tuhan artinya kita mentaati dan melaksanakan segala yang diperintahkan Tuhan. Segala perintah Tuhan ada di dalam Alkitab. Untuk dapat mengikut Tuhan dengan baik maka kita harus setia dan taat kepada apa yang ditulis oleh Firman Tuhan. Mengikut yang dimaksud adalah tetap secara terus-menerus. Sehingga kerelaan untuk mengikut Yesus berarti taat mengikuti dan melakukan perintah Tuhan Yesus. Menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat tidak hanya menuntut percaya akan kebenaran Injil, tetapi juga menyerahkan diri kita untuk mengikuti Dia dengan pengorbanan.
Jadi yang harus kita mengerti adalah, tuntutan Tuhan Yesus supaya kita dapat mengikuti Dia adalah tuntutan yang relevan bukan hanya pada masa Ia hidup secara fisik di dunia, tetapi juga sepanjang waktu. Ia dengan jelas menyatakan ini di akhir pelayanan-Nya di bumi. Bahwa sekarang Ia telah menyatakan kebenarannya bahwa Ia mengalami kematian, dan setelah hari yang ketiga Ia bangkit dari kubur dan kembali kepada Bapa-Nya.
Implikasinya bagi kita saudara, bahwa mengikut Yesus berlaku pada saat kita mengikrarkan iman kita, sampai Tuhan Yesus datang kembali, dan Ia berharap murid-murid-Nya di dunia dapat mengikuti Dia. Jadi mengikut Yesus tidak dibatasi dengan berjalan secara fisik di sekitar Palestina di belakang Yesus. Sebaliknya, Tuhan Yesus menuntutnya untuk setiap orang di tiap negara di tiap zaman dapat mengikuti Dia sepanjang umurnya. Dengan demikian, mengikut Yesus berarti melanjutkan pekerjaan-Nya yang telah dimulai-Nya untuk kemuliaan Bapa di sorga.
Mengikut Yesus berarti bahwa kita turut dalam penderitaan-Nya. Dari zaman ke zaman merupakan fakta bahwa konsekuensi mengikut Yesus sering berbentuk aniaya dari dunia ini. Meski sekarang konsekuensi itu belum tentu harus kita pikul dalam bentuk fisik, tapi banyak bentuk penderitaan memang harus kita tanggung.
Namun demikian, ketiga hal di atas bukanlah persyaratan keagamaan karena keselamatan kita. Kita disela-matkan bukan karena perbuatan tetapi semata-mata karena Anugerah Allah. Ini adalah sifat kehidupan Kristen yang bukan hanya terjadi pada saat kita menjadi orang Kristen tetapi adalah seumur hidup. Sepanjang hidup kita harus melakukan yaitu jalan salib kita. Karena itu pikullah salibmu dan ikutlah Aku, itulah yang Tuhan Yesus tuntut dari setiap kita yang percaya kepada-Nya.

0 komentar:

Posting Komentar