Minggu, 23 Oktober 2016

KETIDAKBERDOSAAN KRISTUS

KETIDAKBERDOSAAN KRISTUS
(2 Korintus 5:21; Ibrani 4:15)


          Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih.
Masih ingatkah dengan khotbah Ev. Renita minggu lalu yang menguraikan tentang Kemanusiaan Kristus. Bahwa kemanusiaan Yesus bukanlah sebuah karangan manusia. Sebab kemanusiaan-Nya semata-mata merupakan penggenapan nubuatan PL, tepat seperti yang disampaikan oleh nabi-nabi. Ada beberapa bukti dari kemanusiaan Yesus itu bahwa:
1.    Yesus lahir dari seorang manusia (Matius 1; Lukas 2:6-7).
2.  Mengalami pertumbuhan layaknya manusia pada umumnya (Lukas 2:40; 2:52).
3.  Yesus adalah seorang dari kota Nazaret (Kisah 2:22)
4.  Yesus sendiri menyatakan diri-Nya sebagai Anak Manusia (Matius 8:20,9:6; Markus 2:10; Lukas 19:10, 22; Yohanes 3:13)
5.  Yesus merasakan kebutuhan-kebutuhan jasmani manusia: Ia lapar (Matius 4:2), Ia Haus (Yohanes 19:28), Ia butuh Istirahat (Matius 8:24), dll.
6.  Orang-orang sejaman dengan Yesus menyebut Yesus dengan gelar Manusia (Markus 9:5; Yohanes 1:38)

Dan hari ini Bapak/ Ibu yang kekasih,
Kita akan membahas tentang Natur Yesus Kristus sebagai manusia yang tidak berdosa. Saudara, mengapa Natur yang satu ini penting untuk kita mengerti? Ketidakberdosaan yang bagaimana yang dijelaskan Alkitab tentang Yesus?
Sebelum  saya membahas pada bagian ini, saya ingin kembali mengingatkan apa yang pernah dijelaskan dalam Injil Yohanes ketika Rasul Yohanes mengatakan bahwa “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam diantara kita…” (Yohanes 1:14). Maksudnya adalah Yesus dalam kemanusiaannya benar-benar telah memiliki wujud daging. Firman yang sudah ada sebelum segala sesuatu ada itu telah menjadi manusia yang sejati. Namun demikian, kemanusiaan-Nya itu tidak dapat mengaburkan kesan yang sama kuatnya dengan kenyataan bahwa Yesus sebagai manusia yang unik. Mengapa unik saudara? Karena Yesus adalah satu-satunya Anak Tunggal Allah yang dilahirkan secara kekal dari Bapa, untuk menyelesaikan masalah utama manusia. Karena itu dalam keunikannya, Yesus memiliki dua natur yaitu di satu sisi Yesus adalah Allah yang sejati dan di sisi yang lain Ia juga adalah manusia yang sejati.
Bapak/ ibu yang kekasih,
Sejarah gereja membuktikan bahwa penyelidikan terhadap bukti kemanusiaan Yesus telah memperlihatkan dengan jelas bahwa walaupun orang-orang Kristen mula-mula berpegang pada keagungan Tuhan Yesus, namun mereka tidak meragukan bahwa Ia juga adalah benar-benar manusia yang sejati. Kemanusiaan bukan hanya membuktikan kepada kita bahwa Ia yang kekal, pernah masuk ke dalam sejarah. Akan tetapi sekali pun Ia disamakan dengan manusia, namun yang membedakan kita dengan-Nya adalah Ia tidak berdosa.
Saudara, memang tidak ada catatan yang khusus dalam Injil Sinoptik mengenai pernyataan Yesus sendiri bahwa Ia tidak berdosa, kecuali yang dikemukakan Injil Yohanes. Dalam Yohanes 8:37-47 dijelaskan kisah perdebatan Tuhan Yesus dengan orang-orang Yahudi. Tuhan Yesus menantang mereka tentang ketidak-berdosaan-Nya. Dikatakan: “Siapakah diantara kamu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa?” (Yohanes 8:46a). Mendengar ucapan Yesus ini, maka semuanya menjadi diam dan selama itu mata Yesus melihat sekeliling kepada orang banyak, sambil menantikan seorang yang berani menerima tantangan yang luar biasa itu. Namun rupanya saudara, tidak ada seorang pun yang berani mengatakan bahwa Yesus pernah berbuat dosa, semuanya diam dalam kebisuan sehingga Ia kembali mengatakan: “Apabila Aku mengatakan kebenaran, mengapakah kamu tidak percaya kepada-Ku?” (Yohanes 8:46b). Pada pertanyaan ini pun semua orang Yahudi kembali bungkam.
Bapak/ ibu yang kekasih,
Ada tanda-tanda yang dapat kita lihat dalam kehidupan-Nya di dunia yang mendukung ketidakberdosaan Yesus itu. Sekalipun Kitab Injil tidak menceritakan semua bentuk kehidupan Yesus, tetapi semua tindakan-Nya selama di dunia, telah dirumuskan oleh para saksi mata sebagai tindakan yang tanpa dosa. Dialah satu-satu-Nya manusia yang sempurna. Dialah satu-satu-Nya pribadi yang mampu mencapai tujuan atau sasaran Allah dalam kehidupan-Nya. Hanya Dia saja, yang mampu memuliakan Allah dari setiap detik waktu yang dihabiskan-Nya, dan dari setiap tindakan yang dilakukan-Nya. Terlebih lagi Yesus tidak pernah membuat pengakuan dosa.
Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih
Ketidakberdosaan Tuhan kita berarti bahwa Ia tidak pernah melakukan apa pun yang tidak menyenangkan Allah atau melanggar Hukum Taurat yang harus ditaati semasa hidup-Nya di bumi atau gagal menampakkan kemuliaan Allah dalam masa hidup-Nya (Yohanes 8:29). Hal ini juga termasuk keterbatasan-Nya dalam kehidupan-Nya sebagai manusiaan, saat Ia merasa letih (Yohanes 4:6); Ia merasa lapar (Matius 4:2; 21:8); Ia merasa haus (Yohanes 19:28); Ia tidur (Matius 8:24), tidak ada satu indikasi pun yang menyatakan bahwa tindakan-Nya adalah tindakan yang lahir dari dosa. Dengan kata lain, Yesus adalah seorang yang mutlak suci dan tanpa dosa.
Dari sini kita mengerti bahwa Kristus yang menjelma menjadi manusia sejatinya tidak mengenal dosa. Karena hanya atas dasar itulah maka Ia berhak dan berkuasa mengadakan penebusan karena dosa, yaitu pendamaian itu. Pendamaian itu dikerjakan oleh seorang manusia karena manusia. Korban yang diberikan Kristus untuk pendamaian itu adalah korban yang sangat mahal, sebab melibatkan pengorbanan diri.
Dalam 2 Korintus 5:21 tadi dinyatakan kepada kita bahwa:  Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.” Kalimat Yunani aslinya berbunyi sebagai berikut: Dia yang tidak mengenal dosa dijadikan dosa untuk kita, supaya kita menjadi orang yang dibenarkan oleh Allah di dalam Dia.
Bapak/ Ibu yang kekasih,
Allah menjadikan Yesus menjadi “dosa” sebagai ganti kita, hal itu berarti Allah Bapa menjatuhkan murka-Nya ke atas Anak-Nya yang tidak berdosa sebagai ganti kita.
Namun di bagian lain, hal itu diceritakan dengan cara yang jauh lebih menggentarkan, dimana Tuhan menimpakan ribuan bahkan jutaan dosa-dosa kita kepada-Nya, sampai akhirnya Dia ditutupi oleh dosa di depan mata Allah sehingga tidak ada yang tampak kecuali dosa. Dia di pandang Bapa-Nya sebagai orang yang penuh dosa. Dia diperlakukan oleh Allah sebagai orang berdosa dari ujung kaki sampai ujung kepala-Nya. Dalam Yesaya 53:6 dikatakan: “Tuhan telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.
Pendamaian berdasarkan pada perhitungan: karena tuntutan hukum Allah yang kudus sudah dipenuhi di kayu salib, maka Allah dapat di damaikan dengan orang-orang berdosa. Jadi yang benar adalah Kristus telah mengambil dosa kita atas diri-nya sendiri. Hasil dari itu ialah dosa dunia dihukum dan jalan untuk mengampuni manusia terbuka. Pekerjaan Kristus itu menjamin keselamatan kita dan orang berdosa mendapat perlindungan di dalam Kristus. Dalam hal inilah firman Tuhan tepat mengatakan dalam 1 Yohanes 3:5, “Dan kamu tahu, bahwa Ia telah menyatakan diri-Nya, supaya Ia menghapus segala dosa, dan di dalam Dia tidak ada dosa.”
Saudara, bila orang percaya kepada Kristus Yesus sebagai Juruselamatnya, dosa-dosanya tidak akan diper-hitungkan lagi kepadanya (Roma 4:1-8; Mazmur 32:1-2). Hasil dari kematian Kristus sebagai ganti kita, tidak lain daripada kita yang tidak benar dijadikan benar oleh Allah di dalam Dia (1 Petrus 3:18).
Seandainya Kristus yang menebus dosa seluruh umat manusia bukanlah domba yang tidak bercacat cela, maka bukan saja Ia tidak dapat menjamin keselamatan seluruh umat manusia melainkan Ia sendiri pun membutuhkan Juruselamat karena ia memiliki cela. Padahal tuntutan Allah adalah kekudusan yang sempurna untuk pembenaran. Namun karena Kristus maka dosa yang begitu banyak dan besar itu ditanggungkan kepada Yesus Kristus di atas kayu salib. Inilah pengorbanan yang sempurna. Pengorbanan yang dilakukan oleh seseorang yang tidak berdosa. Dan karena Kristus memang tidak berdosa maka Ia memang adalah juruselamat manusia yang sejati yang telah menebus dosa umat manusia.
Dari sini kita melihat saudara bahwa ketidakberdosaan Kristus bukan hanya menjadi sebuah teladan bagi umat manusia, tetapi merupakan suatu hal yang fundamental dan keharusan bagi keselamatan kita. Mengapa Dia dijadikan dosa? Supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah. Sebagaimana Kristus ditutupi oleh dosa-dosa kita yang begitu banyak sehingga dalam pandangan Allah, Dia yang kudus tampak sebagai orang yang penuh dosa, demikian juga orang paling berdosa dan najis yang menyerahkan dirinya kepada Kristus akan ditutupi oleh kebenaran-Nya yang mulia, sehingga di mata Allah orang itu menampakkan kebenaran Ilahi. Orang berdosa lenyap dan ditelan di dalam kebenaran Kristus.
Sekarang mari kita lihat apa yang dinyatakan dalam kitab Ibrani 4:15, “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.
Bapak/ ibu/ sdr yang kekasih,
Dikatakan Yesus Kristus, adalah Imam Besar Agung kita, yang saat ini berada di sorga dan Ia sedang bertahta di sana. Maksud dari Imam Besar yang tidak berdosa adalah bahwa Ia sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Ia dicobai oleh Iblis, tetapi Ia berhasil lolos tanpa berbuat dosa.
Saat kita ditimpa pencobaan, pencobaan terkadang mengguncang iman kita. Kita cenderung ingin mundur sekalipun kita tidak menyerah. Pencobaan yang kita alami, adakalanya mendorong kita untuk jatuh di dalam dosa. Sebab godaan yang dilakukan oleh setan adalah untuk menghancurkan kita. Godaan dan dakwaan tak harus berjalan bersama-sama, hanya godaan yang sukses dan berhasil yang dapat menghasilkan suatu dakwaan terhadap kita.
Namun tidak demikian halnya dengan Imam Besar Agung kita. Ketika Yesus dicobai, Ia dapat lolos dengan sempurna di dalam pertarungan-Nya dengan setan. Bahkan Setan tidak dapat menemukan satu titik dosa pun di dalam diri Yesus.
Semua godaan yang dihadapi Tuhan kita dalam Matius 4 sangatlah menggiurkan bagi seorang manusia. Yesus memang mempunyai keinginan-keinginan, tetapi Dia tidak mempunyai keinginan untuk berdosa. Setan mencoba untuk membujuk Yesus supaya makan pada waktu Ia sedang berpuasa. Pada waktu itu Yesus benar-benar merasa lapar secara fisik dan oleh sebab itu Dia memiliki keinginan untuk makan sesuatu, dan bukan merupakan suatu dosa untuk menginginkan makanan.
Apabila Kristus dicobai sebagaimana halnya dengan kita, bagaimana Dia dapat tetap tidak berdosa? Masalahnya menjadi lebih besar pada waktu kita membaca Yakobus 1:14-15, Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.
Kita lihat bahwa Yakobus menjelaskan tentang adanya keinginan untuk berdosa yang ada di dalam diri manusia. Keinginan-keinginan ini sendiri sudah merupakan dosa. Apabila Yesus dicobai sama seperti kita, maka itu seakan-akan berarti bahwa Yesus memiliki keinginan untuk berdosa. Kristus tidak berbuat dosa bahkan Ia tidak memiliki tabiat dosa. Maka, pencobaan apapun yang datang kepada-Nya, adalah berasal dari luar bukan dari dalam. Ini sebenarnya yang dimaksudkan oleh kitab Ibrani pada waktu Yesus dinyatakan “tidak berdosa.
Dalam pergumulanNya dalam Taman Getsemani adalah adalah sebuah pergumulan yang nyata dan sukar. Dapat dikatakan bahwa Ia mengalami godaan terburuk yang pernah dialami oleh manusia, karena biasanya kita sudah menyerah kalah sebelum bertanding. Namun Tuhan Yesus berdiri teguh menghadapi semua cobaan dan godaan Iblis yang paling berat. Sebab misi-Nya bukan untuk mati di taman Getsemani, sebaliknya misi-Nya adalah mati di atas kayu Salib.
Saudara, sepanjang perjalanan salib, Yesus mengalami cobaan yang sangat berat dari Bapa. Tuhan berkehendak untuk meremukkan Dia, sebuah tuntutan yang seharusnya ditujukan bagi manusia, tetapi Yesus yang harus menanggungnya. Namun sekalipun begitu Ia tidak berbuat dosa. Baik di dalam pikiran, perkataan, maupun perbuatan. Ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. Ia kudus, tidak berbahaya dan tidak bercela. Seperti itulah Imam Besar seharusnya bagi kita. dan semua tuntutan ini hanya ditemukan di dalam Kristus.
Kristus dicobai, tetapi Ia tidak berdosa, dan Ia dapat menolong kita apabila kita dicobai. Dalam hal inilah Firman Tuhan berkata: “Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai” (Ibrani 2:18). Jika kita tidak berpegang teguh pada pengakuan percaya kita, itu tidak membuktikan bahwa Yesus Kristus sudah gagal. Sebaliknya kitalah yang telah gagal untuk menerima kasih karunia dan belas kasihan-Nya.
Luar biasa, imam besar kita. Dia sangat mengerti penderitaan manusia, bukan hanya teorinya, tetapi kenyataan, dan Dia sudah mengerti mengenai godaan kita, tetapi Dia tidak pernah jatuh! Dalam pencobaan ini, Yesus bertekad untuk menaati kehendak Bapa-Nya. Dia tidak mempunyai keinginan untuk berdosa. Inilah imam Besar yang kita perlukan. Kemanusiaan Yesus membuat Ia dapat mengerti keadaan, penderitaan, dan kelemahan kita; Ia terlebih dahulu menerima penghinaan dan mengalami penderitaan yang jauh melampaui apa yang kita alami; sehingga ketika Ia berperan sebagai Imam, peran-Nya menjadi sempurna. Yesuslah satu-satunya yang mencapai kesempurnaan, oleh karena itu ialah pokok keselamatan yang abadi bagi kita yang taat kepada-Nya.
Pendamaian telah berhasil dilakukan Kristus bagi kita di hadapan Allah. Sekarang, Ia mendampingi kita dalam menghadapi segala persoalan hidup ini. Hal ini merupakan jaminan keselamatan kita, penghiburan, serta kekuatan bagi kita untuk setia sampai akhir kepada-Nya.
Bapak/ ibu/ sdr yang kekasih,
Pentingnya ketidakberdosaan Yesus terletak pada hubungannya dengan inkarnasi. Jika Yesus menjadi manusia dalam bentuk yang bersih dan bebas dari semua kecenderungan untuk berbuat dosa, dapatkah Dia dikatakan menjadi manusia seperti manusia-manusia lain? Jawabannya sebagian terletak dalam pengertian akan karya penyelamatan Kristus. Dalam Perjanjian Baru tidak dinyatakan bahwa Kristus harus menjadi sama persis dengan manusia dalam kejatuhannya. Setiap kali Ia disamakan dengan manusia berdosa selalu ditambahkan bahwa Ia tanpa dosa. Pandangan Perjanjian Baru ialah bahwa Yesus harus menjadi manusia untuk menyelamatkan manusia, tetapi itu tidak berarti bahwa Ia harus terlibat dalam dosa manusia.
Sebagai kesimpulan, kita dapat mencatat satu hal bahwa tidak ada satu pun catatan Alkitab yang mempermasalahkan apakah ketidakberdosaan Yesus berarti bahwa Ia tidak dapat berdosa atau bahwa Ia dapat tidak berdosa. Pertanyaan itu bersifat spekulatif. Ketidakberdosaan itu lebih tepat dikatakan bahwa kehendak Allah yang sempurna begitu sama dengan kehendak Yesus yang sempurna sehingga perbuatan atau bahkan keinginan yang tidak cocok dengan kehendak sempurna itu tak terpikirkan oleh Yesus. 
Karena Ia dekat dengan kita, maka Yesus benar-benar dapat menolong kita. Dia telah mengalami kesusahan kita; Dia telah mengalami pencobaan seperti kita. Maka dari itu Dia mengetahui benar-benar apa yang kita perlukan; dan Dia dapat memberinya. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar