Kamis, 12 Februari 2015

KELUARGA YANG SEJATI

KELUARGA YANG SEJATI
Markus 3:31-35
(Matius 12:46-50 Lukas 8:19-21)



Bapak/ ibu yang kekasih,
Sebagai orang yang dibesarkan dalam budaya timur, mungkin kita akan lebih suka untuk memberi keseimbangan antara ikatan darah dan ikatan rohani. Walaupun kenyataannya, untuk memenuhi keseimbangan itu pun pastinya tidak selalu mudah. Terkadang dalam situasi tertentu kita diperha-dapkan dengan dua pilihan yang memaksa kita untuk memilih salah satu.
Lalu bagaimana jika ada benturan antara kepentingan ikatan darah dan ikatan Roh? Mana yang kita pilih? Antara pilihan yang baik dan yang terbaik! Yang jelas saudara, kita harus mengutamakan kepatuhan kita terhadap firman Tuhan. Walaupun hal itu terdengar cukup ekstrim dan dianggap berlebihan, namun kenyataannya memang demikianlah yang dituntut oleh Tuhan.
Saudaraku,
Kita melihat konteks dalam perikop yang kita baca ini. Saat seseorang mulai berjalan bersama dengan Tuhan Yesus, saat orang-orang ingin mendengarkan pengajaranNya yang luar biasa dari Tuhan Yesus itu. Justru orang-orang yang paling dekat dan orang-orang yang paling dikasihiNya, tidak dapat mengerti pekerjaan yang sedang dilakukan Tuhan Yesus. Bahkan lebih terkesan mereka justru berusaha untuk memusuhiNya.
Perhatikan saudara, Setting dari kisah ini adalah ketika Yesus masih berbicara didepan orang-orang banyak, rupa-rupanya secara diam-diam orang-orang Farisi dan ahli Taurat menemui ibu Maria dan anak-anaknya di Nazaret. Mereka berusaha mencari jalan untuk menghentikan Yesus yang tengah mengabarkan firman Allah, dengan menerangkan kepada keluargaNya bahwa Yesus sudah tidak beres ingatanNya dan menuduhNya, telah dikuasai oleh Beelzebul.
Mendengar kesaksian orang-orang Farisi ini, Maria, ibu dari Tuhan Yesus secara darah dan saudara-saudaraNya yang lain merasa malu. Saudara, ini adalah sikap yang lumrah dari situasi seorang keluarga yang mendengar berita yang cukup mengagetkan ini.
Bisa dibayangkan saudara, jika kita mendengar bahwa ada keluarga kita yang sudah tidak waras lagi sedang berbuat onar diluar sana. Secara spontan pikiran kita pastinya berusaha untuk menemuinya, memastikannya dan membawanya pulang.
Karena itu saudara tanpa pikir panjang lagi, Maria dan anak-anaknya yang lain, bergegas untuk mengambil Dia dan meminta Tuhan Yesus segera berhenti dari pelayananNya yang dianggap memalukan nama keluarga itu (Band. Markus 3:21).
Dalam kasus yang lain, kita juga menemukan satu kesaksian yang menjelaskan bahwa keluarga Tuhan Yesus seringkali bersikap meragukan pekerjaanNya. Dikatakan dalam Yohanes 7:5, Sebab saudara-saudaraNya sendiri pun tidak percaya kepadaNya.
Karenanya tidak heran saudara, jika kaum keluargaNya berusaha mencegahNya melakukan pekerjaan yang sedang dilakukanNya. Karena mereka percaya bahwa Tuhan Yesus sudah gila.
Sesampainya Maria dan anak-anaknya yang lain di tempat dimana Tuhan Yesus sedang mengajar, mereka meminta seseorang untuk memanggilNya.
Sebagai ibu secara darah dan daging, memang Maria memiliki hak untuk memanggil anakNya agar datang menemuinya. Maria tidak lagi melihat situasi yang sedang terjadi, dimana Tuhan Yesus sedang mengajar banyak orang. Karena pikirannya telah dipenuhi dengan informasi dari orang-orang Farisi, karenanya terkesan Maria sedikit memaksa seseorang untuk segera memanggil Tuhan Yesus.
Hal ini nampak dari respon orang-orang yang sedang duduk mendengarkan ceramahNya secara spontan berkata: “Lihat, ibu dan saudara-saudaraMu ada diluar, dan berusaha menemui Engkau.” (Markus 3:32).
Saudara, walaupun tidak ada informasi yang tertulis bahwa Tuhan Yesus sudah terlebih dahulu mengetahui maksud dan tujuan dari kedatangan ibu dan saudara-saudarNya. Namun, kita dapat melihatnya dari respon Tuhan Yesus terhadap pembicaraan orang-orang. Dimana Tuhan Yesus tidak mengubris kedatangan mereka. Sebaliknya Tuhan Yesus berkata: “Siapakah ibuKu dan siapakah suadara-saudaraKu?”
Saudara,
jika kalimat ini berhenti disini, maka benarlah anggapan orang banyak bahwa Tuhan Yesus kini sudah gila.  Sebab Ia tidak lagi mengenal ibu dan saudara-saudaraNya.
Tetapi benarkah Tuhan Yesus sudah gila dan tidak lagi mengenal mereka? Tidak saudara! Justru kesempatan yang sulit ini, diambil Tuhan Yesus sebagai satu kesempatan untuk mengajarkan sebuah pelajaran rohani yang lain: bahwa menjadi bagian keluarga rohaniNya adalah hal yang jauh lebih penting daripada hubungan manusia mana pun. Dan hubungan rohani itu didasarkan pada ketaatan kepada firman Allah.
Karena itu Tuhan Yesus melihat orang banyak yang sedang menanti jawaban lebih lanjut dan berkata kepada mereka: Ini ibuKu dan saudara-saudaraKu. Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudaraKu laki-laki, dialah saudaraKu perempuan, dialah ibuKu.” (Markus 3:34-35).
Jadi bapak/ ibu yang dikasihi Tuhan,
Dengan perkataan itu, Tuhan Yesus ingin mengajarkan bahwa di dalam Kerajaan Allah ikatan darah tidak bermakna apa-apa. Kita diselamatkan bukan karena hubungan darah, melainkan oleh darah Kristus yang telah tercurah bagi siapa saja yang percaya kepadaNya.
Karena itu Tuhan Yesus berkata bahwa mereka yang disebut ibu dan saudara-saudaraNya adalah mereka yang mendengar firman Allah dan yang melakukannya.
Kejadian ini juga mengingatkan kepada kita saudara, bahwa Tuhan Yesus tidak dapat dihentikan untuk memberitakan firman Allah oleh siapa pun. Termasuk Iblis atau ibu dan saudara-saudaraNya pun tidak dapat.
Dengan pernyataan Tuhan Yesus yang kontroversial ini, Tuhan Yesus sedang menyatakan bahwa hanya orang yang sudah percaya Injil dan bertobat serta menerima Dia sajalah yang akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Dengan kata lain, Tuhan Yesus ingin memaparkan syarat-syarat dari hubungan keluarga yang sejati itu bukan semata-mata soal daging dan darah. Hubungan keluarga yang sejati bisa saja terjadi pada seseorang yang benar-benar dekat dengan orang lain yang sama sekali tidak mempunyai hubungan darah dengannya dan bukan dengan orang yang terikat hubungan daging dan darah dengannya. Dimanakah letaknya hubungan yang sejati?

1.  Hubungan keluarga yang sejati terletak pada pengalaman bersama.
Bapak ibu yang kekasih,
Yang dimaksud dengan pengalaman bersama adalah pengalaman dimana dua orang atau lebih yang benar-benar mengalami hal-hal secara bersama-sama. Kata orang, dua orang yang benar-benar merupakan sahabat apabila mereka berdua mampu saling mengatakan, “Kau ingat?” Kemudian keduanya bercakap terus tentang segala sesuatu yang telah mereka alami sebelumnya secara bersama-sama.
Jadi dasar bagi kekeluargaan yang sejati bisa terletak pada pengalaman bersama. Dan orang-orang Kristen mempunyai pengalaman bersama sebagai orang-orang yang telah diampuni Tuhan dalam hidupnya. Bersama-sama bertumbuh dalam pengetahuan tentang iman dan kebenaran.

2. Hubungan keluarga yang sejati terletak pada minat bersama.
Saudara, Orang Kristen memang mempunyai minat yang sama karena mereka semua adalah orang-orang yang mempunyai hasrat untuk mengetahui lebih banyak tentang Yesus Kristus. Kita tahu sekarang mengapa persekutuan dalam kekristenan sangatlah penting.
Memang, seseorang bisa saja mengalami pertumbuhan rohani seorang diri. Tetapi pertumbuhan itu tidaklah akan maksimal, jika dibandingkan dengan pertumbuhan yang dialami dalam sebuah persekutuan yang rutin dan dilakukan secara intens.
Saudara mengapa penting bagi kita untuk terlibat aktif dalam persekutuan. Karena bukan saja menjadi bukti bahwa kita sebagai keluarga yang sejati, tetapi juga memimpin kita dalam pertumbuhan iman yang lebih baik. Karena itu penulis Ibrani mengingatkan: “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti yang dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat” (Ibrani 10:25).
Jadi saudara, kalau boleh jujur, saya pribadi pun merasakan pertumbuhan, justru saat kita selalu bersama-sama dalam persekutuan.
Tahun ini, kami merencanakan untuk menggalakan adanya ibadah Doa sebulan sekali diadakan dirumah-rumah jemaat. Dengan satu tujuan, menjangkau lebih lebih dekat, mempererat persekutuan, dan khususnya mencapai minat bersama untuk bertumbuh di dalam Tuhan. Karena itu saya pribadi berharap kegiatan ini, hendaknya menjadi daya tarik tersendiri untuk kita mengadakan variasi dalam ibadah doa. Sehingga kebaktian doa bukan hanya terfokus diadakan di dalam gereja. Tetapi juga dibagi didalam kelompok-kelompok kecil dalam jemaat.

3. Hubungan keluarga yang sejati terletak pada kepatuhan bersama.
Bapak ibu yang kekasih,
Murid-murid Tuhan Yesus adalah kelompok yang sangat majemuk. Segala jenis keyakinan dan pandangan berbaur disitu. Seorang pemungut cukai seperti Matius dan seorang nasionalis fanatic seperti Simon orang Zelot mereka pernah saling membenci seperti mereka melihat racun sebelum mereka bertemu dengan Tuhan Yesus.
Namun mereka, dipersatukan karena sama-sama telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Guru mereka. Kesatuan tentara manapun akan terdiri dari orang-orang dengan latar belakang yang berbeda-beda, cara hidup yang tidak sama, dan pandangan yang tidak sama. Namun jika mereka sudah bersama-sama dalam kurun waktu yang lama, mereka dipadukan menjadi satu kelompok sahabat karena kepatuhan yang mereka emban bersama-sama.
Orang-orang akan saling bersahabat bila mereka mempunyai guru yang sama. Demikian pula, orang akan saling mengasihi hanya kalau mereka sama-sama mengasihi Tuhan Yesus Kristus.

4.Hubungan keluarga yang sejati terletak pada tujuan bersama.
Bapak ibu yang kekasih
Tidak ada hal lain yang dapat menyatukan orang-orang kecuali karena tujuan bersama. Jika hubungan keluarga didasarkan pada tujuan bersama, maka orang-orang Kristen memiliki kuncinya karena semuanya berupaya mengenal Kristus secara lebih baik dan membawa orang lain ke dalam KerajaanNya. Dalam hal-hal lain kita berbeda, namun dalam tujuan kita dapat sepakat.
Seperti tujuan yang dimiliki oleh rasul Paulus, dalam Efesus 3:10, “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya”
Kiranya hal ini juga menjadi tujuan kita bersama dalam mengenal Tuhan Yesus dalam kehidupan kita.
Dengan demikian bapak/ ibu,
Karena alasan-alasan inilah maka hubungan kekeluargaan yang sejati tidak merupakan persoalan daging dan darah. Adalah benar bahwa darah merupakan suatu pertalian yang tidak dapat diputus oleh apapun dan bahwa banyak orang menemukan kebahagiaan dan kedamaian di tengah-tengah lingkungan keluarganya.
Namun benar juga bahwa kadang-kadang orang-orang yang paling dekat dan paling dikasihi oleh seseorang adalah orang-orang yang paling tidak  mengertinya, dan bahwa ia menemukan persekutuan sejati bersama-sama dengan mereka yang bekerja demi cita-cita bersama dan yang saling berbagi pengalaman bersama.
Hal ini pasti benar – bahwa jika seorang Kristen mendapati bahwa mereka yang seharusnya paling dekat dengannya ternyata menjadi orang-orang yang paling tidak simpatik terhadapnya, baginya tetap ada persekutuan Yesus Kristus dan persahabatan dengan semua orang yang mengasihi Tuhan.
Saya yakin, keluarga kita pastinya mengasihi Anda dan Anda pun mengasihi mereka. Namun yang pasti, mereka tidak dapat menyelamatkan Anda dari hukuman dosa, dan mereka tidak dapat membawa Anda masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sebab keselamatan adalah sesuatu yang sifatnya pribadi.
Oleh karena itu yang dimaksud dengan saudara dalam kaitan ini memiliki arti yang sangat luas. Dengan demikian pemahaman tentang saudara bukan dalam arti yang sempit, tapi dalam arti yang sangat luas.
Hanya mereka yang mendengar dan taat kepada firman Allah, memiliki hubungan pribadi dengan Yesus dan merupakan bagian dari keluarga rohani Allah.
Apa yang disampaikan oleh Yesus mengenai saudara-saudara-Nya sama sekali berbeda dengan pandangan dunia. Bagi kita saudara-saudara adalah mereka yang sangat dekat dengan keluarga kita baik secara biologis atau sosial.
Dalam hal ini, Tuhan Yesus ingin mendobrak suatu pandangan dunia bahwa yang dimaksud dengan saudara bukan semata saudara sebagaimana yang diakui oleh dunia, tapi bagi Yesus yang dimaksud dengan saudara adalah mereka yang menjalankan kehendak Allah.
Dengan kata lain, mengikuti Yesus harus melampaui segala ikatan alamiah keluarga. Semua orang adalah saudara dan secara khusus saudara dalam Kristus. Itu semua bisa terjadi karena Kristus telah memberikan Diri-Nya di kayu salib demi keselamatan kita semua. Dan ukuran menjadi keluarga Allah adalah melaksanakan kehendak Allah.
Bapak ibu yang saya kasihi,
Mendengarkan hal-hal yang salah, atau mendengarkan hal-hal yang benar dengan sikap yang salah, akan merampas kebenaran dan berkat dari kita. Jika kita setia menerima firman Tuhan dan membagikannya, Allah akan memberi kita lebih banyak lagi, tetapi jika kita gagal memancarkan terang kita, kita akan kehilangan apa yang kita miliki. Karena itu sungguh penting bagi kita untuk mendengarkan firman Allah. Amin.

1 komentar: