Kamis, 12 Februari 2015

MELAYANI SEPERTI EZRA

MELAYANI SEPERTI EZRA
Ezra 7:1-27



Sidang jemaat yang dikasihi Tuhan
Istilah ‘pelayanan’ menjadi suatu istilah yang biasa kita dengar dalam kehidupan kita. Kata ‘pelayanan’ menjadi sebuah jargon yang paling sering kita dengar dalam kehidupan kekristenan. Bahkan kekristenan sangat identik dengan yang namanya ‘pelayanan’.
Justru di dalam hal ‘pelayanan’lah kekristenan seringkali bisa dibedakan dengan agama-agama yang lain. Orang kristen sering menyebut dirinya sebagai pelayan Tuhan. Karenanya tidak heran saudara, ketika ada seorang petobat baru di dalam sebuah gereja, seringkali yang terjadi adalah mereka dianjurkan untuk terlibat dalam pelayanan. Jika seseorang berjemaat dalam sebuah gereja lokal, maka kita seringkali mendengar pernyataan-pernyataan seperti ini:
”Ayo terlibat dalam pelayanan Pak/Bu!”
“Kapan mau pelayanan nih Pak/Bu!”
“Bapak/Ibu sudah terlibat pelayanan belum?”
“Bapak/Ibu mau melayani di bagian mana nih?”
“Bapak/Ibu tertarik dalam pelayanan apa nih?”
Jadi saudara, dalam konteks ini, orang kristen tidak asing lagi dengan kata pelayanan. Namun yang jadi masalahnya saudara, beberapa diantara jemaat ada yang merasa jenuh, bosan, dan pada akhirnya undur dari pelayanan.
Ada juga yang menjadi tawar hati dalam menerima pelayanan dengan berbagai macam alasan hingga mereka tidak mau lagi mengerjakan pelayanan. Terkadang orang percaya tidak mau melayani Tuhan dan mengerjakan tugas pelayanannya oleh karena orang-orang di tempat pelayanannya diangggap sulit untuk bekerjasama.
Namun bapak/ ibu yang kekasih
Jika kita mau melihat kembali ke belakang tahun-tahun dalam kehidupan kita, kita boleh jujur, bahwa tantangan dan pergumulan yang menghalangi sebuah pelayanan rupanya tidak sebanding dengan apa yang Tuhan sediakan dan rencanakan dalam pelayanan yang ada.
Sebagai pelayan Tuhan, kita memperoleh suatu jaminan yang tidak akan pernah luntur dan digugat oleh siapapun juga. Karena itu, tidak ada alasan bagi kita sebagai orang percaya dan hamba Tuhan untuk tidak melayani dan mengerjakan tugas yang telah Tuhan berikan kepada kita.
Saudaraku,
Situasi yang dihadapi oleh Ezra pada saat itu adalah situasi yang sangat sulit. Secara rohani bangsa Israel berada dalam masa kekeringan. Secara fisik bangsa Israel, dijajah oleh bangsa lain, dan hidup dalam masa pembuangan di Babel.
Hal ini diijinkan Tuhan terjadi, karena Tuhan sedang menghukum bangsa Israel atas dosa dan kejahatan mereka dengan harapan supaya mereka dapat kembali mengoreksi diri kemudian berbalik kepada Tuhan.
Di saat yang sama Tuhan juga mengirimkan nabi-nabi-Nya untuk berbicara tentang janji kesetiaan Tuhan bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan mereka asal mereka mau berbalik dan mentaati perintah Tuhan.
Hingga pada masa Raja Koresy dari Persia menaklukkan Babel saudara, yaitu tahun 539 SM, bangsa Israel pulang ke Yerusalem dan membangun bangsa dan tempat ibadah mereka kembali.
Rombongan pertama dipimpin oleh seorang yang bernama Sesbazar pada tahun 538 SM (Ezra 1:11; 5:14), di masa ini Sesbazar bertugas untuk meletakkan fondasi Bait Suci. Rombongan kedua dipimpin oleh Hagai dan Zakharia yaitu pada tahun 520 SM. Rombongan yang kedua ini berjumlah 42.360 orang (Ezra 2:64).
Pada tahun ke 7 pemerintahan raja Artahsasta, yaitu tahun 458 SM, Ezra dikirim ke Yerusalem untuk melakukan suatu tugas, mengatur hubungan orang-orang Yahudi di Palestina sepulang mereka dari pembuangan. Dan tahun 445 SM Nehemia datang ke Yerusalem untuk menyelesaikan pembangunannya.
Secara manusia, tempat pelayanan Ezra tidaklah menyenangkan dan tidak enak. Ditambah lagi ia harus melayani mulai di kota pembuangan hingga pasca pembuangan di Babel. Tentu ini bukanlah tugas yang mudah bagi Ezra.
Namun sebagai hamba Tuhan, sebagai pelayan Tuhan, Ezra tetap mengerjakan tugas panggilannya itu, meskipun ia harus memimpin keluar bangsa Israel kembali ke Yerusalem dari pembuangan (ayat 6a). Artinya saudara, walaupun ada banyak tantangan yang harus dihadapi, Namun Ezra tetap mengerjakan tugas dan panggilan itu dengan sungguh-sungguh, sehingga ia memperoleh belas kasihan Tuhan melalui raja yang memerintah pada waktu itu (ayat 6c).
Dan lagi yang menarik untuk kita ingat adalah orang yang sudah dipilih oleh Tuhan dalam mengerjakan tugas pelayanannya, akan memperoleh jaminan dan janji perlindungan dari Tuhan.
Maka dari itu saudara, kita yang menyadari bahwa kita dipilih oleh Tuhan untuk melayani Dia, anggaplah itu sebagai suatu anugerah yang besar bagi kita.
Sebab ada banyak orang yang ingin terlibat dalam pelayanan, namun tidak mendapatkan kesempatan untuk melayani. Karena itu saat kita menerima kesempatan untuk melayani Tuhan, maka lakukanlah itu dengan segenap hati. Bukan dalam keraguan, atau kebimbangan, bukan pula dalam perasaan takut dan gentar.
Sebaliknya, percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mengetahui apa yang terbaik bagi kita dan apa yang kita butuhkan dalam melayani kepadaNya. Tugas kita adalah mengerjakan tugas yang telah Tuhan berikan sampai selesai dan tuntas. Karena di luar dari apa yang kita kerjakan, tangan Tuhanlah yang akan bertindak.
Sama seperti Ezra saudara.
Keberhasilannya dalam melayani Tuhan bukanlah semata-mata dari kekuatannya sendiri, atau dari hikmatnya sebagai seorang imam dan ahli kitab.
Yang walaupun dalam Ezra 7:6 kita mendapatkan sebuah informasi penting bahwa Ezra adalah seorang ahli kitab dan mahir dalam Hukum Taurat. Dikatakan Ezra ini berangkat pulang dari Babel. Ia adalah seorang ahli Kitab, mahir dalam Taurat Musa yang diberikan Tuhan, Allah Israel. Dan Raja memberi dia segala yang diinginkannya, oleh karena tangan Tuhan, Allahnya, melindungi dia.
Perhatikan kalimat terakhir di ayat ini, karena tangan Tuhan, Allahnya, melindungi dia.
Dari sini kita memahami bahwa hanya dengan pertolongan Tuhan sajalah maka Ezra dapat melakukan pelayanannya dengan baik. Kunci keberhasilan dari pelayanan Ezra bukan terletak pada kepandaiannya dalam memimpin Israel, tetapi semata-mata karena "Tangan TUHAN, Allahnya, melindungi dia". (Ezra 7:6, 9).
Bahkan di dalam Ezra 7:28b dikatakan “Maka aku menguatkan hatiku, karena tangan Tuhan, Allahku melindungi aku…” Dari sini kita melihat saudara, bahwa Ezra sadar akan satu kenyataan bahwa tangan Tuhan yang melindunginya jauh lebih berkuasa dari pada tangan seorang raja, karenanya Tuhan Allah menggerakkan kemurahan hati seorang raja untuk memberikan satu perintah, mengadakan penyelidikan mengenai Yehuda dan Yerusalem dengan berpedoman kepada hukum Allahnya (Ezra 7:14), Ezra melihat hal ini sebagai satu kesempatan yang baik.
Saudara, Ezra tahu bagaimana kehidupan bangsa Israel saat berada di pembuangan di Babel bahkan sebelumnya juga, mereka hidup jauh daripada Tuhan. Mereka tidak lagi setia kepada Tuhan, mereka hidup dalam kerusakan moral.
Karena itu saat mendapatkan kesempatan yang baik inilah, Ezra berusaha melakukan pelayanan yang terbaik.
Bapak ibu yang kekasih di dalam Tuhan,
Ada dua hal yang dapat kita teladani dari pelayanan Ezra ini: Yaitu Kesetiaannya kepada firman Tuhan dan Bebannya pada umat Allah.

1.  Kesetiaannya kepada firman Tuhan
Sidang jemaat yang dikasihi Tuhan
Kesetiaan Ezra pada firman Tuhan ia tunjukkan pada tekadnya yang bulat untuk mempelajari, melakukan, dan mengajarkan hukum Allah.
Dalam Ezra 7:10 kita membaca “Sebab Ezra telah bertekad untuk meneliti Taurat Tuhan dan melaku-kannya serta mengajar ketetapan dan peraturan diantara orang Israel” (Ezra 7:10).
Latar belakang dan pelatihannya sebagai imam dalam Ezra 7:1-5, rupa-rupanya memiliki peranan yang penting dalam kesetiaannya ini. Namun tekad Ezra selangkah lebih maju, sebab ia bukan hanya mempelajari firman Tuhan bagi pertumbuhan rohaninya, tetapi ia berusaha menghidupi firman Tuhan yang dipelajarinya itu bahkan berusaha mengajarkannya kepada umat Allah.
Memang saudara, para penulis Yahudi pada masa itu tidak hanya menyalin gulungan-gulungan kitab suci kuno, tetapi mereka juga mempelajari dan mengajarkan kitab-kitab tersebut. Kesetiaan Ezra kepada firman Tuhan menjadikan Ezra mengerti rencana Tuhan dalam hidupnya. Karena itu, tidak heran jika dia pandai dalam mengaplikasikan kitab suci ke dalam situasi-situasi kehidupannya (7:6).
Tujuannya hanya satu saudara, yaitu supaya bangsa Israel dapat kembali kepada Tuhan, hidup dalam ketaatan pada firman Tuhan. Dan mengalami terobosan iman, sehingga pertumbuhan rohani dirasakan oleh semua umat.
Hal ini memberikan satu pengajaran bagi kita saudara, bahwa kebenaran Firman Tuhan itu sangat penting bagi kehidupan umat Tuhan, seperti apa yang dikatakan juga dalam: Mazmur 119:1, “Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat Tuhan.” Juga dalam Mazmur 119:105, “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku
Kedua pemazmur ini mengakui bahwa hanya Firman Tuhanlah yang dapat menuntun dan menerangi jalan hidup manusia, sehingga mereka dapat hidup menurut jalan Tuhan. Sebab siapa yang mengikuti tuntunan Tuhan maka mereka akan berjalan di jalan yang benar dan mengalami kebahagiaan.
Dari sini kita melihat saudara,
Bahwa sebenarnya Allah tidak pernah memanggil orang-orang yang memiliki spiritual yang baik, tanpa memberikan mereka kemampuan untuk melakukan pekerjaan itu. Gereja kita tidak hanya membutuhkan seorang pemimpin yang memiliki kerohanian yang baik. Tetapi juga gereja ini membutuhkan orang-orang yang di dalamnya merasakan pertumbuhan itu bersama-sama. Supaya pekerjaan Tuhan yang kita lakukan di gereja ini dapat membuahkan hasil yang maksimal. Karena itu saudara, firman Tuhan bukan hanya untuk dibaca tetapi direnungkan dan diteliti.
Bagi seorang pengkhotbah, sudah menjadi satu kewajiban untuk meneliti dan merenungkan firman Tuhan, hari-harinya adalah hari-hari untuk menggali kebenaran-kebenaran firman Tuhan itu, sehingga ia mampu memberikan pengajaran yang benar sesuai dengan kehendak Tuhan.
Saudara, ada pemahaman yang keliru dari seorang jemaat mengenai tugas seorang hamba Tuhan. Dikiranya hamba Tuhan tidak ada kerjanya. Mereka membandingkan dengan apa yang mereka lakukan dalam pekerjaannya yang menyita banyak waktu. Sebagai hamba Tuhan saya mau hal penting ini saudara, bahwa hamba Tuhan bukan seorang pengangguran yang hanya duduk-duduk tanpa melakukan apa-apa. Hamba Tuhan memiliki tanggung jawab yang besar dalam menuntun umat kepada jalan yang dikehendaki Allah.
Sebab jikalau ia salah dalam meneliti firman Tuhan, maka salah pula pengajarannya. Sebaliknya jika ia meneliti firman Tuhan itu dengan benar maka benar pula kehidupan jemaat.
Karena itu saudara, untuk mendapatkan sebuah perilaku yang benar harus didasari oleh pemahaman yang benar, dan pemahaman yang benar didapatkan dari penelitian yang benar terhadap Firman Allah. Inilah yang dilakukan Ezra dan semua hamba-hamba Tuhan. Bahwa setiap hamba Tuhan bertanggung jawab memberikan pengajaran yang benar akan firman Tuhan.
Tekad untuk melakukan apa yang telah dia pelajari, semata-mata didorong oleh satu kerinduan untuk menanamkan integritas dalam jemaat. Karena itu saudara, seorang hamba Tuhan, terlebih dahulu ia harus berani menerapkan apa yang telah dipelajarinya, sebelum ia mengajarkannya kepada jemaat.
Dari disinilah integritas seorang hamba Tuhan dapat kita lihat. Sehingga dia bukan hanya menjadi teladan tetapi juga hidup benar di hadapan Allah. Tidak ada kemunafikan di dalam orang itu karena dia berintegritas.
Hamba Tuhan tidak boleh mengajarkan sesuatu yang membius dan meninabobokan orang dengan harapan-harapan kosong. Ia tidak mengajarkan janji-janji humanisme dan materialisme sehingga menjadi suatu khotbah yang enak untuk didengar. Sebaliknya, seorang hamba Tuhan bertugas untuk  mengajarkan bagaimana hidup kudus dan menaati Allah, hidup melaksanakan kehendak Allah.
Hari ini, ada banyak pengkhotbah masa kini yang mencari popularitas dengan pengajaran-pengajaran yang kelihatannya spektakuler, padahal itu tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.
Mereka dengan berani, membumbui, menambahi atau bahkan memelintir firman Tuhan dengan satu tujuan supaya enak didengar, menyentuh perasaan, dan tanpa sadar ia telah mencuri kemuliaan Tuhan dengan populatitasnya sebagai hamba Tuhan.
Fokus Ezra bukanlah mencari popularitas. Dia tidak pernah berpikir untuk dijadikan seorang pemimpin oleh raja Artahsasta dan akan dipakai Allah untuk mengajar seluruh bangsa Israel bahkan mengadakan kebangunan rohani. Yang ada dalam tekadnya adalah berusaha untuk lebih memahami Firman Allah, melaksanakannya, dan mengajar-kannya, agar orang lain juga melakukan Firman itu.
Seharusnya tujuan seorang hamba Tuhan sama dengan tujuan pelayanan Ezra. Tekad Ezra untuk mempelajari, melakukan, dan mengajarkan firman Tuhan merupakan teladan bagi orang percaya.
Tekad Ezra untuk berkomitmen menggunakan segala keahliannya bagi pekerjaan Tuhan. Pada akhirnya dipandang Tuhan sebagai suatu sikap yang baik, karena itu tangan Tuhan, senantiasa melindungi Ezra.
Bapak ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan.
Namun, tugas menyelidiki dan mempelajari firman Tuhan bukan hanya menjadi tugas dari hamba Tuhan.
Bagi umat kristen, kita pun ditantang untuk setia membaca firman Tuhan dalam kehidupan kita.
Saudara, tahukah mengapa orang Kristen perlu memiliki Alkitab sendiri. Memang di beberapa gereja selalu disediakan Alkitab bagi mereka yang tidak memilikinya, namun bagi kita yang mampu untuk membeli Alkitab, belilah Alkitab untuk kita miliki sendiri.
Tetapi bukan untuk dijadikan pelengkap rak buku kita. Bukan pula sebagai obat tidur, bagi kita yang kesulitan tidur. Tetapi Alkitab itu kita pakai untuk kita pelajari, agar kita dapat mengerti kehendak Allah di dalam kehidupan kita.
Saudara, saat kita membeli peralatan elektronik apa saja, pastinya itu dilengkapi dengan buku panduan, tujuannya adalah supaya kita dapat mengenali dan memahami kegunaan dari barang yang kita beli itu. sehingga setiap perusahaan tidak perlu repot-repot menyediakan pegawainya untuk menjelaskan panjang lebar mengenai fasilitas elektronik yang dibuatnya.
Sama juga dengan Allah saudara. Kita mengerti bahwa Allah adalah pencipta langit dan bumi beserta segala isinya. Hal ini menjelaskan kepada kita bahwa segala hal yang terjadi dimuka bumi ini, tidak ada yang tidak diketahui oleh Allah.
Masalahnya adalah, Allah menciptakan manusia yang sangat terbatas, terbatas dalam daya ingat. Terbatas dalam pengetahuan. Termasuk terbatas dalam hal mengenal Allah yang menciptakannya.
Karena itu saudara, kita perlu buku panduan yang telah disiapkan oleh Allah. Dan Allah mencari orang-orang Kristen yang sungguh-sungguh mempelajari firman-Nya, melakukan dan menerapkan setiap firman Tuhan itu sebagai prinsip-prinsip kehidupan Kristen di harus dijalaninya.
Saudara, kita membutuhkan lebih dari sekadar mendengarkan khotbah seorang hamba Tuhan setiap minggunya, setiap kita butuh asupan firman Tuhan setiap harinya, agar kita lebih mengerti maksud Tuhan dalam kehidupan kita.
Gereja kita sendiri, menyiapkan catatan renungan untuk dibaca setiap harinya. Pakailah itu sebagai referensi tambahan setelah kita membaca nats yang tertera dalam renungan kita. Sehingga kita dimudahkan untuk mengerti alur nats yang kita baca. Mudah-mudahan hal itu membantu kita untuk bertumbuh dalam firman Tuhan.

2.  Bebannya pada umat Allah.
Bapak ibu yang kekasih,
Ezra dikenal memunyai hati yang besar untuk umat Allah. Perhatiannya terhadap keberadaan umat bukan hanya Nampak dalam kehidupan praktisnya, tetapi juga dalam kehidupan doanya.
Kehidupan doanya tidaklah berpusat pada diri sendiri. Sebaliknya, Ezra berdoa atas segala sesuatu! Dia berdoa untuk keamanan perjalanan sebelum mereka menempuh perjalanan jauh dari Babel ke Yerusalem. Saat dia mengikutsertakan anak-anak dan bahkan harta benda mereka. Dikatakan “kemudian di sana, di tepi sungai Ahawa itu, aku memaklumkan puasa supaya kami merendahkan diri di hadapan Allah kami dan memohon kepadaNya jalan yang aman bagi kami, bagi anak-anak kami dan segala harta benda kami” Ezra 8:21. Saudara ini adalah prinsip yang Alkitabiah sebelum kita melakukan perjalanan, yaitu berdoa bagi keselamatan dan termasuk barang-barang yang kita bawa.
Akan tetapi, Ezra tidak hanya mendoakan hal-hal yang biasa dalam kehidupan sehari-hari. Ketika dia mendengar berita sedih tentang kondisi moral umat Allah di Yehuda, Ezra pun menyampaikan doa panjang tentang pengakuannya. Hal ini dapat kita lihat dalam Ezra 9:5-15.
Yang walaupun Ezra sendiri tidak bersalah, namun dia dengan kerendahan hati melihat negaranya berkaitan dengan dosa-dosa mereka, dia menyerahkan jiwanya di hadapan Allah semata-mata demi umat Israel.
Saudara, bagi kita yang mau bertumbuh dan melayani Tuhan dengan baik, hal itu dapat kita mulai dengan belajar mendoakan orang lain. Jadikanlah diri kita sebagai pendoa syafaat bagi orang lain, bagi gereja kita, bagi jemaat kita, bagi Negara kita, dan lain sebagainya.
Kita tidak bisa berpikir bahwa kesulitan orang lain bukan urusan kita. Justru keterlibatan kita terhadap pergumulan orang lain dalam doa, menjadi bukti bahwa kita adalah satu di dalam tubuh Kristus.
Saudara satu tahun ini, saya mengamati kehidupan doa digereja kita, sepertinya persis mengikuti pola Tuhan Yesus. Yang hadir lebih kurang hanya 12 orang. Tiap kami berdoa pasti hanya itu-itu saja yang datang. Kalau begitu, kami bosan? Tidak saudara! Saya justru menantang jemaat untuk meluangkan waktu dapat datang dalam kebaktian doa kita. Hanya satu jam saudara, kita berdoa dan mempelajari firman Tuhan. Saya yakin, apa yang telah kita kerjakan tidak ada yang sia-sia.
Saudara, beberapa hari yang lalu, saat saya kuliah di Makassar, saya diajak oleh rekan saya untuk ikut dalam kebaktian doa. Ibadah mereka dimulai pkl. 12.00 – 13.00 wita. Hanya satu jam saja mereka berdoa. Dan itu dilakukan setiap hari Senin-Sabtu. Saudara saya cukup kaget, karena yang hadir bukanlah 10-20 orang. Tiap-tiap harinya dihadiri lebih dari 50 orang. Dan itu bukan hanya dihadiri oleh satu gereja, tetapi ada juga beberapa orang lain yang tahu kalau tempat itu dipakai sebagai tempat berdoa, mereka hadir dan berdoa disana.
Sejenak saya berpikir, mengapa gereja-gereja kharismatik justru lebih bergairah saat mereka berdoa. Bahkan ibadah doa bisa dihadiri seperti sebuah ibadah raya di hari minggu. Apakah mereka pengangguran? Tidak saudara! Yang hadir kebanyakan professional muda, anak-anak kuliah, orang-orang yang haus akan doa. Waktu istirahat mereka di kantor, justru mereka pakai sebagai waktu doa bagi mereka. Mereka mengatakan itu adalah menara doa bagi Makassar.
Saudara, saya tidak bermimpi yang muluk-muluk. Kalau memang Tuhan menghendaki hanya 12 orang murid Tuhan yang hadir dalam setiap ibadah doa, tidak jadi masalah. Tetapi saya bermimpi gereja kita menjadi sebuah gereja yang mencintai kebaktian doa. Ada orang-orang baru yang tergerak untuk hadir dan berdoa bersama-sama. Saya rindu, Gereja kita menjadi gereja pendoa syafaat. Bukan hanya tentang urusan gereja kita, tetapi juga kita terlibat untuk mendoakan apa saja yang Tuhan inginkan kita doakan.
Bapak ibu yang dikasihi oleh Tuhan,
Sebenarnya tidak ada alasan bagi kita bahwa kita tidak bisa berdoa. Atau tidak ada waktu untuk berdoa. Semuanya itu tergantung dari kemauan hati kita untuk merendahkan diri di hadapan Tuhan.
Melalui kebenaran firman Tuhan ini, saya mengajak kita untuk meneladani pelayanan Ezra terhadap bangsa Israel. Biarlah kita menjadi jemaat yang berkomitmen untuk mencintai firman Tuhan, dengan setia kita membaca, mempelajari firman Tuhan dan melakukannya. Biarlah kita juga menjadi jemaat yang mau menjadi pendoa-pendoa syafaat bagi kebutuhan orang lain. Dan kunci keberhasilan dalam pelayanan kita, adalah Tangan Tuhan yang melindungi kita.” Kita hanyalah umat Allah yang berusaha mengerjakan panggilan kita dengan penuh tanggung jawab. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar