DILARANG BERDOA
Yeremia 7:16-20
Jemaat yang kekasih,
Setiap kita, biasanya selalu dihimbau untuk selalu rajin
berdoa, karena doa merupakan nafas kehidupan kita. Begitu pentingnya hakekat doa,
sehingga kegiatan doa sering kita dengar juga dalam seminar digereja-gereja, dalam
khotbah-khotbah minggu, dan lain sebagainya.
Ya, dalam perikop yang akan kita baca ini, kita
mungkin akan dikejutkan dengan satu berita yang tidak biasa kita dengar, dimana
Yeremia dilarang berdoa oleh Tuhan untuk bangsa yang dilayaninya.
Mari kita buka Yeremia 7:16-20
Saudara, sebenarnya sepanjang kitab Yeremia, saya
menemukan ada tiga kali Allah berfirman kepada Yeremia untuk tidak berdoa bagi
bangsa Yehuda: Pertama, dalam Yeremia 7:16 yang tadi kita baca; Kedua, dalam
Yeremia 11:14 dan terakhir dalam Yeremia 14:11.
Mungkin kita bertanya-tanya, mengapa Tuhan melarang keras
Yeremia untuk berdoa? Bukankah doa merupakan satu hal yang penting dilakukan
anak-anak Tuhan? Memang benar saudara, bahwa doa sangat penting dilakukan, khususnya
oleh anak-anak Tuhan. Akan tetapi dalam perikop ini, kita menemukan satu kondisi
yang sangat berbeda dari biasanya. Doa yang seharusnya menjadi sarana
komunikasi kita dengan Tuhan. Sarana untuk menyelaraskan kehendak kita dengan
Tuhan, sepertinya tidak berlaku dalam kasus ini. Sebab Tuhan Allah berjanji
tidak akan mendengarkan doa Yeremia saat itu.
Bapak, Ibu, saudara yang kekasih,
Apa yang melandasi pelarangan doa ini? Mengapa Allah
begitu keras melarang Yeremia berdoa bagi bangsanya? Alasannya ada pada masalah
bangsa Yehuda itu sendiri saudara. Dimana kehidupan kerohanian mereka telah
merosot, praktik-praktik ibadah yang seharusnya menjadi sesuatu yang
menyenangkan hati Tuhan kini berubah menjadi sesuatu yang menjijikan. Sebab
hati mereka telah berbelok daripada Tuhan.
Mereka melakukan praktek-praktek penyembahan kepada
ratu sorga, dikota-kota Yehuda dan di jalan-jalan Yerusalem. Dikatakan dalam
ayat-ayat itu, bukan hanya orang tua yang berbelok dari Tuhan, tetapi penyakit
ini sudah menjalar pada anak-anak
mereka. Suami-isteri bekerjasama dalam hal melayani ilah lain. Yang seolah-olah
mereka menganggap kegiatan ini adalah kegiatan yang biasa dilakukan. Mereka
menyebutkannya sebagai suatu tindakan tradisi yang dilakukan turun-temurun.
Padahal sangat jelas, bahwa semua ini merupakan penghinaan bagi Allah.
Yang berikutnya kita melihat, bahwa kejahatan bangsa Yehuda
sepertinya sudah masuk pada tingkat kesengajaan. Dengan terang-terangan mereka
membuat korban persembahan pada illah lain, yaitu ilah ratu sorga.
Saudara, siapa ratu sorga itu? Ratu sorga adalah dewi
yang disembah oleh bangsa Asyur dan bangsa Babel. Nama lain ratu sorga adalah
dewi Ishtar, yang dianggap sebagai dewi kesuburan bagi mereka. Karena itu
mereka percaya bahwa segala berkat dan kelimpahan yang mereka nikmati dalam
hidup mereka, semuanya disediakan oleh dewi Ashtar ini. Inilah yang menjijikan
bagi Tuhan Allah saudara. Karena itu Allah berfirman kepada Yeremia:
“Sekalipun
mereka berpuasa, Aku tidak akan mendengarkan seruan mereka. Sekalipun mereka
mempersembahkan korban bakaran dan korban sajian, Aku tidak akan berkenan
kepada mereka, melainkan Aku akan menghabiskan mereka dengan perang, dengan
kelaparan dan dengan penyakit sampar” (14:12)
Saudara saya membayangkan bagaimana seandainya murka
Allah itu terjadi pada bangsa Yehuda. Saat Allah berusaha menghabiskan mereka
dengan peperangan yang dasyat. Dan akibat dari peperangan yang berkepanjangan
selalu disertai bahaya kelaparan yang mengerikan. Anak-anak kekurangan gizi,
isteri-isteri kehilangan suaminya. Tempat tinggal mereka porak poranda. Tidak
ada lagi tempat berlindung yang aman. Tidak ada lagi mata pencaharian yang bisa
dikerjakan dengan baik. Kengerian ini
disempurnakan oleh penyakit sampar yang terjadi dimana-mana. Sehingga yang
terjadi adalah kematian masal bagi bangsa Yehuda.
Sidang jemaat yang kekasih,
Apa yang menjadi dasar dari tindakan mereka, sehingga
mereka berbuat demikian rupa kepada Allah yang Hidup? Rupanya mereka berharap,
dengan tindak-tanduk yang mereka lakukan, mereka dapat menyakiti hati Allah
(ayat. 18). Dengan prilaku mereka yang lakukan demikian, mereka berharap Allah
akan menjadi sakit hati.
Kalau kita melihat kondisi yang seperti ini, rasanya bangsa
Yehuda memang tidak lagi menaruh rasa hormat kepada Allah. Mereka ingin
menciptakan suatu tandingan dengan menyembah ilah lain.
Namun pertanyaannya, apakah benar Allah menjadi sakit
hati dengan tindakan mereka? Rupanya tidak saudara! Allah tidak sakit hati
kepada bangsa Yehuda. Justru Allah merasa kasihan dengan kehidupan yang bakal mereka
saat kemudian.
Allah melihat, yang mereka perbuat semata-mata karena
mereka tersinggung dengan pernyataan Allah yang menyuruh mereka memperbaiki
tingkah laku mereka yang tidak berkenan kepada kepada Allah.
Ayat 3 dalam pasal 7, Allah memang pernah menegur kehidupan
mereka, dengan berfirman: “Beginilah
firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Perbaikilah tingkah langkahmu dan
perbuatanmu, maka Aku mau diam bersama-sama kamu di tempat ini”
Jadi permasalahan yang sebenarnya yang terjadi pada
bangsa Yehuda adalah, karena mereka tidak mau ditegur oleh Allah. Kesalahan-kesalahan
mereka tidak suka dikoreksi Allah. Sebaliknya, mereka mau hidup sesuka hati mereka,
bukan berdasarkan kehendak Allah.
Saudara, ini menjadi pelajaran berharga bagi kita
sebagai orang percaya masa kini. Bukankah seringkali sikap arogan kita muncul
ketika kita tidak lagi mau ditegur dan dikoreksi oleh firman Tuhan. Kita mudah tersinggung
dengan apa yang Tuhan nyatakan kepada kita. Kita tidak puas dengan apa yang
menjadi jawaban Tuhan bagi kita. Pada akhirnya, kita lebih memilih pergi
meninggalkan persekutuan. Pergi meninggalkan Tuhan. Dan kita menjalani
kehidupan yang memuaskan hawa nafsu kita. Kita pun berharap dengan tindakan
kita Allah akan menjadi sakit hati terhadap kita, dan merasakan penyesalan.
Ijinkan saya bertanya saudara!
Dapatkah kita berlaku seperti ini kepada Tuhan?
Berbuat sesuka hati kita untuk membuat hati Allah terluka? Tentunya tidak
bukan! Seharusnya kitalah yang patut menyesali perbuatan-perbuatan kita. Karena
seringkali kita menjalani kehidupan diluar standart yang ditetapkan Allah.
Tetapi sadar atau tidak sadar terkadang kita terjebak
untuk melakukan hal yang sama ketika kita merasa diri kita terusik karena
teguran dan koreksi firman Tuhan yang disampaikan oleh hamba-hamba Tuhan. Kita
merasakan tidak nyaman ketika kehidupan kita yang salah dinyatakan berdosa oleh
Allah.
Jemaat yang kekasih
Mendapati sikap kita yang demikian, apa yang dapat
kita lakukan? Apa yang seharusnya kita lakukan?
1.
Kita harus mengalami pertobatan.
Bapak ibu yang kekasih
Bertobatlah dari kesalahan yang kita perbuat.
Seharusnya kita terus-menerus mengkoreksi diri kita sendiri, apakah kehidupan
kita sudah sejalan dengan kehendak Tuhan atau belum.
Bertobatlah selama kita mudah tersinggung karena
firman Tuhan yang begitu keras menegur kehidupan kita yang salah.
Sebaliknya, mintalah ampunan Tuhan, agar Dia kembali berkenan
menerima kita. Dan yang terpenting adalah, mari kita menjaga kehidupan kita
untuk tetap kudus di hadapan Tuhan. Menjaga kemurnian hati kita dalam menyembah
dan melayani Tuhan. Agar setiap kali kita datang kepada Tuhan, Ia berkenan
untuk ditemui.
2.
Selagi Tuhan memberikan kita kesempatan untuk berdoa,
marilah kita tingkatkan kehidupan doa kita.
Bapak ibu yang kekasih dalam Tuhan
Ketika firman Tuhan masih terbuka menegur dan
menasihati kehidupan kita, sebenarnya kesempatan doa masih diberikan Tuhan
kepada kita.
Kita melihat Yeremia dilarang mendoakan bangsa itu,
karena kejahatan mereka tidak dapat disembuhkan lagi. Karena begitu keras
kepalanya mereka sehingga mereka tidak lagi bisa membedakan mana yang benar dan
mana yang salah.
Inilah pelajaran berharga bagi kita saudara. Selama
masih ada kesempatan bagi kita untuk dapat datang kepada Tuhan, jangan
sia-siakan itu. Selama doa itu belum dilarang oleh Tuhan, janganlah kita
jemu-jemu untuk terus berdoa.
Bapak, ibu yang kekasih,
Banyak orang tidak tahu apa yang seharusnya kita
kerjakan dalam doa. Mengapa sebagian orang begitu menikmati berdoa selama
berjam-jam. Sebenarnya ada banyak kesempatan yang bisa kita gunakan dalam
jam-jam doa kita saudara. Melalui doa, kita bisa belajar menjangkau rekan-rekan
kita, belajar menjangkau sahabat-sahabat kita, keluarga kita, kita juga belajar
mendukung pelayanan gereja kita dengan doa. Dengan kata lain, ada banyak hal
yang dapat kita lakukan dengan doa.
Karena itu, selagi ada kesempatan untuk berdoa,
marilah kita berdoa dengan sungguh-sungguh. Jangan sampai, saat kita mau datang
untuk berdoa. Tuhan melarang kita berdoa karena kehidupan kita yang menjijikan
Allah. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar