Jumat, 03 Oktober 2014

DILARANG BERDOA

DILARANG BERDOA

Yeremia 7:16-20


Jemaat yang kekasih,
Setiap kita, biasanya selalu dihimbau untuk selalu rajin berdoa, karena doa merupakan nafas kehidupan kita. Begitu pentingnya hakekat doa, sehingga kegiatan doa sering kita dengar juga dalam seminar digereja-gereja, dalam khotbah-khotbah minggu, dan lain sebagainya.
Akan tetapi pernahkah Saudara mendengar, bahwa ada kalanya Tuhan melarang hambaNya untuk berdoa?
Ya, dalam perikop yang akan kita baca ini, kita mungkin akan dikejutkan dengan satu berita yang tidak biasa kita dengar, dimana Yeremia dilarang berdoa oleh Tuhan untuk bangsa yang dilayaninya.
Mari kita buka Yeremia 7:16-20
Saudara, sebenarnya sepanjang kitab Yeremia, saya menemukan ada tiga kali Allah berfirman kepada Yeremia untuk tidak berdoa bagi bangsa Yehuda: Pertama, dalam Yeremia 7:16 yang tadi kita baca; Kedua, dalam Yeremia 11:14 dan terakhir dalam Yeremia 14:11.
Mungkin kita bertanya-tanya, mengapa Tuhan melarang keras Yeremia untuk berdoa? Bukankah doa merupakan satu hal yang penting dilakukan anak-anak Tuhan? Memang benar saudara, bahwa doa sangat penting dilakukan, khususnya oleh anak-anak Tuhan. Akan tetapi dalam perikop ini, kita menemukan satu kondisi yang sangat berbeda dari biasanya. Doa yang seharusnya menjadi sarana komunikasi kita dengan Tuhan. Sarana untuk menyelaraskan kehendak kita dengan Tuhan, sepertinya tidak berlaku dalam kasus ini. Sebab Tuhan Allah berjanji tidak akan mendengarkan doa Yeremia saat itu.
Bapak, Ibu, saudara yang kekasih,
Apa yang melandasi pelarangan doa ini? Mengapa Allah begitu keras melarang Yeremia berdoa bagi bangsanya? Alasannya ada pada masalah bangsa Yehuda itu sendiri saudara. Dimana kehidupan kerohanian mereka telah merosot, praktik-praktik ibadah yang seharusnya menjadi sesuatu yang menyenangkan hati Tuhan kini berubah menjadi sesuatu yang menjijikan. Sebab hati mereka telah berbelok daripada Tuhan.
Mereka melakukan praktek-praktek penyembahan kepada ratu sorga, dikota-kota Yehuda dan di jalan-jalan Yerusalem. Dikatakan dalam ayat-ayat itu, bukan hanya orang tua yang berbelok dari Tuhan, tetapi penyakit ini sudah menjalar  pada anak-anak mereka. Suami-isteri bekerjasama dalam hal melayani ilah lain. Yang seolah-olah mereka menganggap kegiatan ini adalah kegiatan yang biasa dilakukan. Mereka menyebutkannya sebagai suatu tindakan tradisi yang dilakukan turun-temurun. Padahal sangat jelas, bahwa semua ini merupakan penghinaan bagi Allah.
Yang berikutnya kita melihat, bahwa kejahatan bangsa Yehuda sepertinya sudah masuk pada tingkat kesengajaan. Dengan terang-terangan mereka membuat korban persembahan pada illah lain, yaitu ilah ratu sorga.
Saudara, siapa ratu sorga itu? Ratu sorga adalah dewi yang disembah oleh bangsa Asyur dan bangsa Babel. Nama lain ratu sorga adalah dewi Ishtar, yang dianggap sebagai dewi kesuburan bagi mereka. Karena itu mereka percaya bahwa segala berkat dan kelimpahan yang mereka nikmati dalam hidup mereka, semuanya disediakan oleh dewi Ashtar ini. Inilah yang menjijikan bagi Tuhan Allah saudara. Karena itu Allah berfirman kepada Yeremia:
Sekalipun mereka berpuasa, Aku tidak akan mendengarkan seruan mereka. Sekalipun mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban sajian, Aku tidak akan berkenan kepada mereka, melainkan Aku akan menghabiskan mereka dengan perang, dengan kelaparan dan dengan penyakit sampar” (14:12)
Saudara saya membayangkan bagaimana seandainya murka Allah itu terjadi pada bangsa Yehuda. Saat Allah berusaha menghabiskan mereka dengan peperangan yang dasyat. Dan akibat dari peperangan yang berkepanjangan selalu disertai bahaya kelaparan yang mengerikan. Anak-anak kekurangan gizi, isteri-isteri kehilangan suaminya. Tempat tinggal mereka porak poranda. Tidak ada lagi tempat berlindung yang aman. Tidak ada lagi mata pencaharian yang bisa dikerjakan dengan baik.  Kengerian ini disempurnakan oleh penyakit sampar yang terjadi dimana-mana. Sehingga yang terjadi adalah kematian masal bagi bangsa Yehuda.
Sidang jemaat yang kekasih,
Apa yang menjadi dasar dari tindakan mereka, sehingga mereka berbuat demikian rupa kepada Allah yang Hidup? Rupanya mereka berharap, dengan tindak-tanduk yang mereka lakukan, mereka dapat menyakiti hati Allah (ayat. 18). Dengan prilaku mereka yang lakukan demikian, mereka berharap Allah akan menjadi sakit hati.
Kalau kita melihat kondisi yang seperti ini, rasanya bangsa Yehuda memang tidak lagi menaruh rasa hormat kepada Allah. Mereka ingin menciptakan suatu tandingan dengan menyembah ilah lain.
Namun pertanyaannya, apakah benar Allah menjadi sakit hati dengan tindakan mereka? Rupanya tidak saudara! Allah tidak sakit hati kepada bangsa Yehuda. Justru Allah merasa kasihan dengan kehidupan yang bakal mereka saat kemudian.
Allah melihat, yang mereka perbuat semata-mata karena mereka tersinggung dengan pernyataan Allah yang menyuruh mereka memperbaiki tingkah laku mereka yang tidak berkenan kepada kepada Allah.
Ayat 3 dalam pasal 7, Allah memang pernah menegur kehidupan mereka, dengan berfirman: “Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu, maka Aku mau diam bersama-sama kamu di tempat ini
Jadi permasalahan yang sebenarnya yang terjadi pada bangsa Yehuda adalah, karena mereka tidak mau ditegur oleh Allah. Kesalahan-kesalahan mereka tidak suka dikoreksi Allah. Sebaliknya, mereka mau hidup sesuka hati mereka, bukan berdasarkan kehendak Allah.
Saudara, ini menjadi pelajaran berharga bagi kita sebagai orang percaya masa kini. Bukankah seringkali sikap arogan kita muncul ketika kita tidak lagi mau ditegur dan dikoreksi oleh firman Tuhan. Kita mudah tersinggung dengan apa yang Tuhan nyatakan kepada kita. Kita tidak puas dengan apa yang menjadi jawaban Tuhan bagi kita. Pada akhirnya, kita lebih memilih pergi meninggalkan persekutuan. Pergi meninggalkan Tuhan. Dan kita menjalani kehidupan yang memuaskan hawa nafsu kita. Kita pun berharap dengan tindakan kita Allah akan menjadi sakit hati terhadap kita, dan merasakan penyesalan.
Ijinkan saya bertanya saudara!
Dapatkah kita berlaku seperti ini kepada Tuhan? Berbuat sesuka hati kita untuk membuat hati Allah terluka? Tentunya tidak bukan! Seharusnya kitalah yang patut menyesali perbuatan-perbuatan kita. Karena seringkali kita menjalani kehidupan diluar standart yang ditetapkan Allah.
Tetapi sadar atau tidak sadar terkadang kita terjebak untuk melakukan hal yang sama ketika kita merasa diri kita terusik karena teguran dan koreksi firman Tuhan yang disampaikan oleh hamba-hamba Tuhan. Kita merasakan tidak nyaman ketika kehidupan kita yang salah dinyatakan berdosa oleh Allah.

Jemaat yang kekasih
Mendapati sikap kita yang demikian, apa yang dapat kita lakukan? Apa yang seharusnya kita lakukan?

1.   Kita harus mengalami pertobatan.
Bapak ibu yang kekasih
Bertobatlah dari kesalahan yang kita perbuat. Seharusnya kita terus-menerus mengkoreksi diri kita sendiri, apakah kehidupan kita sudah sejalan dengan kehendak Tuhan atau belum.
Bertobatlah selama kita mudah tersinggung karena firman Tuhan yang begitu keras menegur kehidupan kita yang salah.
Sebaliknya, mintalah ampunan Tuhan, agar Dia kembali berkenan menerima kita. Dan yang terpenting adalah, mari kita menjaga kehidupan kita untuk tetap kudus di hadapan Tuhan. Menjaga kemurnian hati kita dalam menyembah dan melayani Tuhan. Agar setiap kali kita datang kepada Tuhan, Ia berkenan untuk ditemui.

2.   Selagi Tuhan memberikan kita kesempatan untuk berdoa, marilah kita tingkatkan kehidupan doa kita.
Bapak ibu yang kekasih dalam Tuhan
Ketika firman Tuhan masih terbuka menegur dan menasihati kehidupan kita, sebenarnya kesempatan doa masih diberikan Tuhan kepada kita.
Kita melihat Yeremia dilarang mendoakan bangsa itu, karena kejahatan mereka tidak dapat disembuhkan lagi. Karena begitu keras kepalanya mereka sehingga mereka tidak lagi bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Inilah pelajaran berharga bagi kita saudara. Selama masih ada kesempatan bagi kita untuk dapat datang kepada Tuhan, jangan sia-siakan itu. Selama doa itu belum dilarang oleh Tuhan, janganlah kita jemu-jemu untuk terus berdoa.
Bapak, ibu yang kekasih,
Banyak orang tidak tahu apa yang seharusnya kita kerjakan dalam doa. Mengapa sebagian orang begitu menikmati berdoa selama berjam-jam. Sebenarnya ada banyak kesempatan yang bisa kita gunakan dalam jam-jam doa kita saudara. Melalui doa, kita bisa belajar menjangkau rekan-rekan kita, belajar menjangkau sahabat-sahabat kita, keluarga kita, kita juga belajar mendukung pelayanan gereja kita dengan doa. Dengan kata lain, ada banyak hal yang dapat kita lakukan dengan doa.
Karena itu, selagi ada kesempatan untuk berdoa, marilah kita berdoa dengan sungguh-sungguh. Jangan sampai, saat kita mau datang untuk berdoa. Tuhan melarang kita berdoa karena kehidupan kita yang menjijikan Allah. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar