KEBANGKITAN KRISTUS MENGUBAH
KEHIDUPAN
1 Korintus 15:1-11
Rekan-rekan pemuda yang
kekasih,
Iman
akan kebangkitan Kristus merupakan inti dari kekristenan yang sejati. Melalui kebangkitan
Kristus inilah kita dapat melihat bagaimana kuasa Allah yang luar biasa
dahsyatnya dinyatakan. Karena itu saudara, mempercayai adanya kebangkitan itu
sama dengan mempercayai Allah. Kalau Allah itu ada, maka Dia menciptakan alam
semesta dan berkuasa atasnya, Dia juga memiliki kuasa untuk membangkitkan orang
mati.
Sebaliknya,
tanpa kebangkitan, iman Kristen tidak mungkin muncul. Yang terjadi adalah murid-muridNya
hanya akan dijadikan simbol kekalahan dan kehancuran. Mungkin mereka akan
mengingat Yesus sebagai guru terkasih mereka, dan penyaliban hanya akan
melenyapkan harapan akan mesias. Salib akan kelihatan menyedihkan dan memalukan
sebagai akhir dari karir Tuhan Yesus di dunia. Akan tetapi karena Kristus telah
bangkit, maka semua usaha untuk menggulingkan iman Kristen tidak ada kuasanya.
Dalam
hal ini saudaraku yang kekasih,
Kekristenan
mula-mula sangat bergantung kepada kepercayaan murid-muridNya bahwa Tuhan telah
membangkitkan Yesus dari kematian. Dan dengan kuasa yang sama inilah, Tuhan
menggerakkan Rasul Paulus untuk menuliskan bagian yang kita baca ini.
Kaum
muda yang kekasih,
1
Korintus 15 adalah pasal yang terpanjang di dalam Surat Korintus. Di dalamnya
termuat 58 ayat yang mengajarkan soal kebangkitan. Dimulai dengan ajaran
tentang kebangkitan Kristus, kemudian soal kebangkitan orang-orang percaya dan
terakhir masalah kebangkitan tubuh.
Melalui
bagian ini saudara, Rasul Paulus mengingatkan kepada jemaat di Korintus supaya dapat
berdiri teguh di dalam Injil karena ada yang tidak percaya dengan kebangkitan
dari kematian. Ia mengatakan bahwa jikalau tidak ada kebangkitan maka tidak ada
Injil dan sia-sialah kepercayaan kita. Dalam hal ini saudara, kematian Yesus
merupakan dasar dari keselamatan manusia. Pernyataan "Kristus telah mati karena dosa-dosa
kita, sesuai dengan Kitab Suci" (ayat 3), memberi penjelasan bahwa
jika Kristus tidak mati, maka manusia tidak memiliki keselamatan. Tuhan Yesus
mati sebagai kurban pengganti karena dosa kita. Ia mati untuk menebus kita
sehingga melalui kematian-Nya kita dapat bersekutu dengan Allah. Hal ini secara
nyata menggenapi apa yang telah dinubuatkan Yesaya dalam Yesaya 53:5-12.
Kemudian
dikatakan bahwa Yesus yang mati itu “telah dikuburkan” (Ayat 4). Fakta membuktikan
saudara, bagaimana mungkin Tuhan Yesus akan dikuburkan jika Ia tidak melalui
fase kematian? Justru pernyataan bahwa “Ia
telah dikuburkan” mengukuhkan kenyataan tentang kematian-Nya. Disisi yang
lain hal ini juga menyatakan bahwa kematianNya bukanlah berita bohong. Sama
halnya dengan dengan penguburan Daud membuktikan bahwa ia benar-benar telah
mati (Kisah 2:29).
Dengan
kata lain saudara,
Tuhan
Yesus bukan mati suri dan juga bukan pura-pura mati. Tetapi Tuhan Yesus memang
benar-benar mati. Ia tidak akan menjadi tidak mati hanya karena orang tidak
percaya bahwa Ia tidak mati. Hal ini mau menjelaskan kepada kita bahkan sekalipun
tidak ada yang percaya bahwa Ia telah mati, Faktanya Ia tetap telah mati, dan
ini adalah fakta yang otentik. Sebab Yusuf dari Arimatea menyediakan kuburan
baru miliknya untuk dijadikan tempat penguburan Tuhan Yesus (Markus 15:46).
Demikian
juga pernyataan bahwa “Yesus telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai
dengan Kitab Suci” (Ayat 4). Secara langsung menggenapi nubuat Tuhan
Yesus sendiri akan kebangkitanNya dalam Matius 12:40. Dengan demikian saudara, keraguan
orang-orang Korintus akan kebangkitan Kristus pada akhirnya dijawab oleh Paulus
dengan memberikan bukti yang meyakinkan bahwa ada banyak orang yang melihat
Yesus setelah kebangkitanNya. Antara lain, kepada Kefas (Petrus), kedua belas
rasul (Ayat 5), lebih dari lima ratus saudara sekaligus (Ayat 6), Yakobus,
kemudian semua rasul (Ayat 7), dan Paulus sendiri (Ayat 8). Mereka semua adalah
saksi-saksi dari kebangkitan Kristus.
Dari
sini kita pahami, kalau lebih dari dua orang saksi saja sudah menyatakan suatu
kebenaran, terlebih lagi dengan kebangkitan Tuhan Yesus yang disaksikan orang banyak
orang.
Karena
itu, pengalaman Paulus akan kuasa kebangkitan Kristus membawa dia kepada suatu
pemahaman tentang hidup yang baru di dalam Tuhan. Hal yang sama pun diingatkan
Paulus kepada jemaat di Korintus. Dimana dengan tegas ia mengingatkan kembali
akan makna hidup di dalam Kristus. Kecuali jikalau mereka merasa sia-sia
menjadi seorang percaya.
Dari sini kita melihat penting
sekali bagi kita untuk mengisi kehidupan kita bersama dengan satu pola yang
ditetapkan oleh Kristus sendiri, yaitu suatu pola hidup menurut ukuran Firman
Tuhan. Kita tunduk kepadanya tanpa rasa ragu-ragu kepada kekuasaan Firman itu.
Berpegang teguh pada ajarannya, percaya pada janjiNya, mengindahkan
peringatanNya dan menuruti segala perintahNya. Karena dari sinilah kita dapat
merasakan anugerah Tuhan dalam hidup kita.
Apa yang dapat kita
pelajari dari perikop yang kita baca ini? Melalui bagian ini, saya ingin
membagikan 3 rahasia penting yang perlu kita ketahui tentang kebangkitan
Kristus yang mengubah kehidupan:
1. Kita harus belajar tahu diri (ayat 9).
Kaum muda yang kekasih,
Apa yang dikatakan oleh
Paulus bukanlah hal yang berlebihan. Ketika ia menatap kehidupannya di
belakang, ia mendapati bahwa selama ini, ia telah melakukan hal yang tidak
berguna bagi Kristus. Moralitasnya menjadi rapuh karena ia tidak mengerti akan
anugerah itu, sehingga dikatakan: “Sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah.”
Untuk itu ia menyatakan
kerendahan hatinya dengan perasaan menyesal telah menganiaya jemaat Tuhan. Ia
menganggap dirinya yang terkecil/ yang paling hina dan tidak layak untuk
disebut sebagai seorang Rasul sekalipun jabatan itu ia dapatkan langsung dari
Allah.
Disini kita melihat, bahwa
sebenarnya Paulus ingin mengatakan “aku Tuhan, seorang yang tidak berguna itu, sekarang ada
menjadi RasulMu, semata-mata itu karena kasih karuniaMu Tuhan.”
Paulus menyadari siapa dia di hadapan Tuhan yang kudus, siapa dia di hadapan
yang berkuasa. Karena ia tahu diri tentang kondisi hidupnya. Dan kesadaran diri
Paulus inilah yang membawanya pada suatu perubahan yang radikal – perubahan
yang membuat dia siap dianiaya dan menderita demi Tuhannya.
Ketika Paulus menyadari
dirinya yang paling kecil dari semuanya, justru itulah yang membawa dia pada
satu kesadaran diri penuh di hadapan Tuhan.
Saudara, ini merupakan
satu kesaksian yang paling otentik yang terjadi di dalam diri Paulus tentang
kuasa kebangkitan Kristus. Sehingga melalui pengalaman hidupnya inilah membawa
dia mampu menyadari bahwa sesungguhnya betapa besar dosanya, jika dibandingkan
dengan anugerah Allah yang diterimanya, sehingga ia senantiasa rendah hati.
Kaum muda yang Tuhan Yesus
kasihi.
Bukankah seharusnya
demikian yang terjadi dalam kehidupan anak-anak Tuhan? Yaitu belajar tahu diri
di hadapan Tuhan.
Berapa banyak kaum muda
yang menyadari kehidupannya adalah sebuah anugerah Tuhan? Bukankah banyak kita
jumpai hal-hal yang tidak penting justru menjadi pengisi kehidupan mereka. Di kota-kota
besar, mereka mengisinya dengan dugem (Dunia Gemerlap), mereka terlibat dengan
banyak sindikat narkoba, karena pergaulannya, mereka terjebak pada pola hidup
seks bebas. Apakah di dalamnya tidak ada anak Tuhan? Justu yang saya takutkan
banyak anak-anak Tuhan pun terjebak pada pola hidup yang seperti ini. Mengapa
ini semua bisa terjadi? Karena mereka tidak tau diri di hadapan Tuhan.
2. Menyadari bahwa hidup yang baru itu adalah kasih
karunia Tuhan (ayat 10).
Rekan-rekan KPR yang
kekasih,
Seorang yang tahu diri
akan senantiasa mengerti kehidupan yang dijalaninya adalah anugerah Tuhan.
Kita melihat bagaimana Paulus,
sekalipun sebagai seorang Rasul yang hebat, tetapi ia menilai dirinya bisa ada
sampai saat itu semata-mata karena kemurahan Tuhan. Sebagai seorang yang
tadinya tidak percaya akan pribadi dan kuasa Yesus, kini ia yakin bahwa
sesungguhnya Yesus telah mati, bangkit dari antara orang mati bagi dia.
“… aku adalah sebagai mana
aku ada sekarang” (ayat 10). Dari ayat ini, Paulus ingin mengatakan
bahwa “kalau
bukan karena kebangkitan-Nya dan Ia menampakkan diri kepadaku, aku tidak akan
pernah menjadi seperti apa adanya aku sekarang. Aku menjadi percaya, aku
melayani Dia, aku memberitakan Injil sebagai seorang rasul. Aku hidup dalam
anugerah-Nya. Jika bukan karena kebangkitan-Nya, aku pasti tetap tidak percaya,
tetap hidup sebagai seorang pembunuh orang Kristen, tetap hidup dalam dosa dan
kenajisan. Oleh karena Ia bangkit dan menampakkan diri kepadaku, aku mengenal
Dia dan mengalami perubahan hidup.” Ini juga menunjukkan bahwa
setiap perjumpaan yang sejati dengan Yesus yang hidup pasti mengalami
perubahan. Ini adalah tanda orang kristen.
Ia menyadari bahwa
keselamatan yang diperolehnya semata-mata karena anugerah Tuhan. Tetapi kasih
karunia itu terus bekerja di dalam dia dan melalui dia selama ia melayani
Tuhan.
Karena kasih karunia
Allah, Paulus telah menjadi sebagaimana ia ada pada waktu ia menulis suratnya
kepada orang-orang di Korintus. Sehingga kasih karunia tidak dinyatakan
kepadanya tentunya ia masih sebagai penganiaya jemaat Tuhan. Akan tetapi karena
Paulus sadar akan kasih karunia Allah yang besar membawa dia kepada satu
komitmen yang sungguh dalam melayani dan menjalani hidup barunya.
Dalam surat lain Paulus
menasihatkan bahwa keselamatan itu bukanlah hasil jerih payah kita, bukan
karena kekuatan kita, akan tetapi semata-mata karena anugerah Tuhan.
Demikian pula dengan
kehidupan yang sedang kita jalani, kalau kita dapat melakukan ini dan itu,
itupun bukan karena kita mampu, bukan karena kita gagah, tetapi karena Tuhan
memberikan kesempatan untuk dapat melakukan-nya. Jadi baik keselamatan maupun
kehidupan semua diberikan Tuhan sebagai anugerah buat kita. Inilah konsep yang
harus kita pahami sebagai anak-anak Tuhan. Kesadaran penuh atas kedaulatan
Tuhan yang Mahakuasa dan hak istimewa Allah dalam mengatur dan menetapkan hidup
kita
Mari kita pahami kehidupan
kita sebagai bagian dari anugerah Tuhan. Dari sinilah kita dapat menjalani
kehidupan yang menyenangkan hati Tuhan.
3. Berusaha menjadi orang yang luar biasa (ayat
10b).
Coba perhatikan kalimat
ini: “Sebaliknya,
aku telah bekerja lebih keras daripada mereka semua.”
Kita melihat Rasul Paulus,
ketika ia memahami anugerah Tuhan dalam hidupnya. Ia bukan hanya menjadi
seorang Rasul, tetapi lebih daripada itu ia mempersembahkan hidu dan
pelayanannya untuk memenangkan jiwa-jiwa, sebagai bukti kesalehannya di hadapan
banyak orang.
Perkataan “bekerja lebih
keras” berarti “rela melakukan
tugas yang berat, berdaya upaya dan rela menderita.” Disinilah kita melihat, kuasa Allah sanggup
bekerja secara luar biasa dalam kehidupan anak Tuhan yang sungguh-sungguh
seperti Paulus, sehingga ia bekerja melebihi orang lain. Itu sama artinya
Paulus mampu menunjukkan kualitas hidup yag lebih tinggi daripada orang lain.
Ia menyatakan kesanggupannya untuk dinilai oleh orang lain. Itulah tekad dari
seorang yang mengerti makna kasih karunia Tuhan.
Mungkin kita berpikir,
itukan Paulus! Kita kan dipanggil dari orang yang biasa-biasa saja. Betul itu,
Paulus justru menganggap diri seorang yang paling kecil, tetapi ia mampu
mempersembahkan hidup yang luar biasa bagi Allah. Bukan karena ia kuat, tetapi karena
kuasa Allah itulah yang mendorong dia lebih bersemangat.
Pertanyaannya bagi kita,
sejauh mana kita menyerahkan kehidupan kita di hadapan Tuhan? Dan sejauh mana
kita mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan dalam segala karya kita. Tuhan
tidak selalu memanggil kita untuk menjadi Hamba Tuhan secara full timer, tetapi
Tuhan memanggil kita dalam segala bentuk kegiatan kita. Itu artinya baik kita
yang masih duduk dibangku kuliah, ataupun kita yang tetap bekerja, marilah kita
melakukan semuanya itu sebagai satu kesadaran penuh akan persembahan yang
terbaik bagi Tuhan. Sehingga melalui pekerjaan itulah orang akan melihat
kualitas hidup yang tinggi dan nama Tuhan dipermuliakan.
Kesadaran penuh inilah
yang akhirnya memampukan kita untuk mempertanggung-jawabkan kehidupan kita baik
dimata Tuhan maupun dimata sesama.
Kaum muda yang terkasih.
Marilah kita belajar dari
Firman Tuhan ini. Untuk dapat hidup dalam anugerah Tuhan, memang membutuhkan
kesadaran penuh dan perjuangan. Tantangan memang selalu ada dan bahkan
mengikuti kehidupan kita, tetapi ingat apa yang dikatakan oleh Firman Tuhan, “tetapi bukanlah
aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.” (ayat 10).
Sebagai
orang yang mengenal Kristus, kita mengatakan bahwa hidup ini adalah anugerah. Kebangkitan
Kristus seharusnya memberikan dampak baru dari kehidupan baru kita. Setiap
keadaan kita lihat sebagai anugerah dari Tuhan yang harus disyukuri, itulah
yang menjadi kekuatan hati dan jiwa kita. Suka-duka, gagal atau sukses, posisi
diatas atau dibawah, dan lain sebagainya, semua adalah anugerah yang memiliki
maksud dan tujuan yaitu mendatangkan kebaikan bagi kita dan orang lain di
sekeliling kita.
Tidak ada satu keadaan pun dari hidup kita tanpa
tujuan karena Tuhan yang kita sembah itu baik dan Dia tetap setia akan janjiNya.
Untuk
itu, isilah hidupmu dengan hal-hal yang dapat dipertanggung-jawabkan baik
kepada sesama kita, terlebih lagi kepada Tuhan, sehingga nama Tuhan dapat
dipermuliakan melalui kehidupan kita. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar