TETAPI ENGKAU: IKUTLAH AKU
Yohanes 21:18-23
Bapak/
Ibu yang kekasih
Mau
tahu urusan orang lain! Sepertinya ini adalah bagian dari sifat manusia yang
sering banyak dipengaruhi oleh rasa penasaran. Proses pembalajaran yang
dilakukan oleh seseorang pertama kali memang salah satunya didorong oleh “rasa penasaran”
ini. Ketika seorang anak ingin mengenal bermacam-macam benda yang ada
disekitarnya, seringkali ia bertanya: “Apa ini? Apa itu? Mengapa begini? Mengapa begitu?”
Saudara,
sebagai orang tua mungkin kita akan menganggap hal itu sebagai sesuatu yang
wajar ketika mendengar pertanyaan anak kita yang seperti itu. Kita akan
berpikir, pastilah dia sedang mengumpulkan beragam informasi dalam otaknya
untuk dia dapat semakin bertumbuh dan menjadi lebih dewasa.
Namun
rupanya, rasa penasaran yang terjadi pada seseorang bukan hanya menghinggapi kehidupan
anak-anak. Umumnya seseorang pasti memiliki rasa penasaran, baik itu secara dominan
atau tidak. Terlebih lagi jika ada sebuah rahasia yang sedikit terbuka. Misalnya,
ketika mendengar dua orang ibu sedang bergosip di sebelah kita, maka muncul
rasa penasaran kita untuk ingin mengetahui apa yang sedang dibicarakannya.
Demikian
pula, ketika kita melihat sebuah kotak yang bertuliskan “Ini jangan dibuka!” beberapa
orang yang memiliki penasaran yang tinggi, pasti akan mengacuhkan peringatan
itu dan tetap membukanya.
Saudara,
sebagai seorang yang memiliki temperamen sanguin, Petrus juga memiliki rasa
penasaran yang tinggi, khususnya terhadap sahabat dekatnya yang bernama
Yohanes.
Dalam
Injil Sinoptik memang banyak mengisahkan keberadaan Petrus dan Yohanes yang
sering digambarkan bersama-sama. Mereka merupakan sahabat yang akrab. Oleh
karena itu pertanyaan Petrus lebih mudah untuk kita mengerti, karena keduanya
adalah murid-murid terdekat Tuhan Yesus.
Akan
tetapi pertanyaan itu bukanlah pertanyaan yang membangun. Pertanyaannya lebih
kepada pertanyaan yang sangat berbahaya dan tidak diharapkan oleh Tuhan Yesus. Sebab
pertanyaan Petrus mengindikaasikan suatu perbandingan keadaan dirinya dengan
keadaan teman dekatnya. Ini merupakan suatu kebiasaan yang hanya menghasilkan perasaan
iri hati.
Bapak
ibu yang kekasih,
Saat
ketiga kalinya Tuhan Yesus menampakkan diri kepada murid-muridNya, Tuhan Yesus
mengajak mereka untuk sarapan pagi di tepi Danau Tiberias. Serentak Petrus yang
menyadari bahwa yang datang adalah Tuhan Yesus, Petrus “segera mengenakan pakaiannya sebab tadinya ia tidak berpakaian, lalu
terjun dalam danau” (ayat 7). Ini merupakan sebuah respon yang luar biasa
dari ciri seorang Petrus. Ia cepat bertindak tanpa harus berpikir panjang.
Kemudian
seusai sarapan, Tuhan Yesus banyak bercakap-cakap dengan Petrus, baik tentang peneguhan
pelayanan yang harus dikerjakannya kemudian. Dan sebagai dasar atas semua
pelayanannya adalah kasih kepada Tuhan Yesus Kristus. Juga tentang nubuatan Tuhan
Yesus soal kematian Petrus dimasa tuanya (ayat 18-19). Tuhan Yesus mengatakan bahwa
saatnya akan tiba ketika orang lain yang akan berkuasa atas Petrus – dan pada
akhirnya mereka membunuhnya.
Saudara,
Tradisi mengatakan bahwa Petrus mati disalibkan di Roma di bawah pemerintahan Kaisar
Nero. Kira-kira pada waktu yang sama dengan Paulus di bunuh, yaitu sekitar
67/68 SM. Dan atas permintaannya sendiri Petrus disalibkan terbalik dengan
kepala di bawah karena ia merasa tidak layak untuk mati dengan cara yang sama
dengan Tuhan Yesus.
Namun yang pasti kematian Petrus bukanlah
menjadi suatu tragedi; kematiannya adalah kematian yang memuliakan Allah! (ayat
19). Dalam 1 Petrus 4:14-16, Petrus sendiri menyatakan bahwa ia sungguh
memahami kebenaran ini. Karena itu ia menuliskan: “Tetapi, jika ia menderita sebagai orang
Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam
nama Kristus itu” (1 Petrus 4:16).
Karenanya,
sesudah menubuatkan tentang kematian Petrus, kemudian Tuhan Yesus berkata
kepada Petrus: “Ikutlah
Aku.”
Saudara,
saya yakin perkataan Tuhan Yesus ini tentunya mendatangkan sukacita dan kasih
yang baru di hati Petrus. Karenanya dengan segera, Petrus bangkit dan mengikuti
Yesus, sama seperti yang telah dilakukannya sebelum penyangkalan-nya yang besar
itu.
Namun
untuk sesaat Petrus mendengar ada langkah seseorang yang mengikuti mereka,
Petrus pun memalingkan wajahnya dari Tuhan Yesus.
Dalam
kasus ini, secara kiasan merupakan gambaran bagi kita tentang kebiasaan Petrus
dan sekaligus juga kegagalan yang seringkali dilakukannya. Paling
tidak ia sudah dua kali, melakukan hal yang sama terhadap Tuhan.
Pertama,
setelah penangkapan ikan yang sukses itu, Petrus mengalihkan pandangannya dari
Tuhan dan melihat kepada dirinya sendiri, ia berkata: “Tuhan pergilan dari padaku, karena aku ini
seorang berdosa” (Lukas 5:8).
Dan
kedua, ketika ia berjalan di atas air yang bergelombang mendapatkan Yesus, Petrus
mengalihkan pandangannya dari Tuhan dan mulai melihat kepada angin dan
gelombang sehingga ia pun mulai tenggelam (Matius 14:30).
Secara
rohani, ini merupakan peringatan bagi kita, adalah bahaya bila kita selalu melihat
kepada situasi yang sedang kita hadapi dan bukan kepada Tuhan yang menyertai
kehidupan kita.
Bapak/
Ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Kembali
kepada topik pembahasan kita. Mengapa Petrus mengalihkan pandangannya daripada
Tuhan dan menoleh kebelakang? Mengapa ia tergoda untuk memalingkan pandangannya
ke belakang? Karena rasa penasarannya yang tinggi dan tidak focus kepada
pembicaraan dengan Tuhan.
Saudara
bukankah sering juga kita temukan dalam gereja-gereja, saat ibadah tengah
berlangsung, lalu tiba-tiba ada suara langkah jemaat yang masuk terlambat,
seketika rasa penasaran mendorong kita untuk menoleh ke belakang bukan?
Demikian
pula yang terjadi dengan Petrus. Rupanya ia mendengar langkah seseorang yang
juga berjalan mendekati mereka. Dan dilihatnya, orang itu adalah Rasul Yohanes
yang juga sedang mengikut Yesus Kristus.
Sesaat
terucap satu pertanyaan bodoh yang keluar dari bibir Petrus. Ia bertanya
mengenai sesuatu yang sebetulnya bukan urusan dia. Karena rasa penasarannya
yang tinggi, ia tidak puas dengan mendengarkan nubuat Tuhan Yesus mengenai hidup
dan pelayanannya. Sekarang ia tergelitik untuk mengetahui apa yang bakal
terjadi kepada sahabatnya, Yohanes. Karena itu ia bertanya: “Tuhan, apakah
yang akan terjadi dengan dia ini?” (ayat 21).
Dengan
perkataan lain, sepertinya Petrus sedang membandingkan dirinya dengan Yohanes
dalam satu pertanyaan: “Tuhan, Engkau baru saja mengatakan apa yang akan terjadi
padaku, kira-kira apa yang akan terjadi pada Yohanes?”
Saudara,
mungkin bagi kita pertanyaan ini adalah hal yang biasa. Karena sebagai manusia
kita selalu ingin tahu akan apa yang bakal terjadi.
Namun
yang menarik untuk kita simak disini adalah jawaban dari Tuhan Yesus.
Sepertinya Tuhan Yesus sedang mengacuhkan
pertanyaan tersebut. Tuhan Yesus sepertinya tidak senang dengan pertanyaan Petrus yang sok
usil ingin tahu kehidupan orang lain. Karena itu Tuhan Yesus berkata: "Jika Aku
menghendaki, supaya ia tetap tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan
urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku."
Dari
kalimat pertama yang diucapkan Tuhan Yesus, sepertinya menimbulkan banyak
prasangka dikalangan murid-murid bahwa Yohanes tidak akan pernah mati.
Karenanya hal ini dilukiskan Yohanes dengan satu narasi “Maka tersebarlah kabar diantara
saudara-saudara itu, bahwa murid itu tidak akan mati.” (ayat 22).
Namun Yohanes menegaskan bahwa penafsiran yang demikian adalah penafsiran yang sangat
keliru. Sebab Tuhan Yesus tidak bermaksud ingin menjelaskan bahwa Yohanes tidak
akan pernah mati, tetapi penekanannya ada pada kalimat yang kedua, yaitu: "..itu
bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku."
Saudara
ini kalimat yang sangat keras dan mungkin menusuk perasaan Petrus. Tuhan
menegur Petrus yang mau tahu akan urusan orang lain. Padahal di awal Tuhan
Yesus sudah menegaskan agar Petrus tetap mengikut Dia.
Perkataan
Tuhan Yesus ini sekaligus juga menangkis perbandingan yang sementara dipikirkan
oleh Petrus mengenai Yohanes. Saat itu Petrus sedang berpikir: “Jika aku harus
menderita, akankah Yohanes juga menderita? Jika pelayananku berakhir demikian,
akankah pelayanannya juga berakhir seperti itu? Jika aku tidak mendapat hidup
pelayanan yang berbuah dan umurku tidak akan lama, akankah Yohanes juga
mendapat-kannya?” makanya Petrus berpikir mungkin lebih baik ia
menanyakan langsung kepada Tuhan Yesus, daripada ia membuat satu praduga.
Bapak/
ibu yang kekasih,
Terkadang
kita juga terusik dengan apa yang dilakukan orang lain. Kita berpikir bahwa
rencana Allah untuk hidup mereka jauh lebih baik daripada rencana-Nya untuk
kita. Begitulah kita sebagai orang-orang berdosa. Kita sangat suka
membanding-bandingkan, satu dengan yang lain. Kita membanding-bandingkan diri
kita dengan orang lain.
Juga
seringkali kita sebagai orang percaya, kita terlalu banyak mengurus hal yang
bukan tanggung jawab kita. Padahal mungkin apa yang menjadi tanggung jawab kita
sendiri, sering kita abaikan.
Perhatikan
saudara, saat kita membanding-bandingkan selalu ada perasaan ingin tahu yang
dalam bagaimana posisi kita dalam perbandingan dengan orang lain. Ada perasaan
hebat jika kita sekedar dapat menemukan seseorang yang kurang efektif daripada
kita. Ada perasaan iri hati jika kita mendapati kehidupan orang lain lebih
sukses daripada diri kita. Dan sebetulnya orang yang demikian, sedang membangun
kehidupan yang penuh dengan kesombongan baik itu kesombongan ke dalam maupun
kesombongan ke luar.
Namun
yang seharusnya dimengerti oleh kita adalah rencana Allah untuk setiap kita
adalah sama, yaitu mengikut Yesus. Ketika kita terus-menerus memandang kepada
Allah, kita tidak akan terusik oleh rencana-Nya untuk orang lain. Karenanya
Tuhan Yesus tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Petrus saat pertanyaannya
muncul dalam bibirnya. Tuhan Yesus menegur dan mengingatkannya bahwa tugasnya bukanlah
untuk mengetahui dan mencampuri kehidupan orang lain. Sebaliknya tugasnya hanya
satu yaitu tetap mengikut Yesus.
Kenyataannya
Tuhan Yesus memang tidak mengatakan bahwa Yohanes akan hidup sampai Ia datang
kembali, tetapi sebagaimana yang dituliskan oleh Yohanes, ia berperan sebagai
saksi yang hidup tentang apa yang dinyatakan Tuhan kepadanya. Ia menyaksikan
sendiri peristiwa-peristiwa itu dan menuliskannya untuk kita menurut pimpinan
Roh Kudus. Ia menuliskan semua ini di tempat pengasingan yaitu di pulau Patmos.
Ia dapat saja memasukkan hal-hal lain, tetapi ia hanya menuliskan apa yang
diperintahkan Roh Kudus untuk ditulisnya.
Karenanya
saudara-saudara yang kekasih, sebagai-mana teguran Tuhan Yesus kepada Petrus,
kiranya ini menjadi pelajaran berharga bagi kita untuk selalu berhati-hatilah apabila
kita mulai mengalihkan pandangan dari Tuhan dan melihat kepada orang-orang
Kristen lain!
Tuhan
tidak memerintahkan kepada kita untuk menjadi orang-orang yang sok tahu, sok gila
urusan, ataupun usaha membanding-bandingkan. Tetapi Tuhan Yesus memerintahkan
kepada kita untuk “mengikut Dia sepanjang usia kita.“ Urusan
kita adalah mengikut Dia, mendengarkan perintahNya dan menaati kehendakNya bagi
kita. Karenanya berhentilah mengurusi yang bukan urusanmu, sebaliknya
lakukanlah bagianmu dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan
segenap akal budimu.
Kita
dituntut memiliki “mata yang tertuju kepada Yesus.” Yang memimpin
kita pada iman yang sempurna. Itulah yang seharusnya menjadi tujuan dan
kebiasaan orang percaya (Ibrani 12:1-2). Sebab kemuliaan kita bukan terletak
pada perbandingannya dengan kemuliaan orang lain; kemuliaan kita adalah
melayani kristus dalam tugas dan kedudukan apapun yang diberikanNya kepada
kita.
Karenanya,
lebih baik kita sibuk, serius, fokus dan konsentrasi dengan apa yang menjadi tugas
panggilan kita masing-masing sambil terus berjuang untuk dapat melaksanakannya dengan
sebaik-baiknya, daripada kita sibuk grasak-grusuk/ kesana-kemari untuk mencari
tahu tentang panggilan dan tugas pelayanan orang lain. Ini adalah prinsip yang
penting, agar kita dapat berhasil dalam hidup dan tugas pelayanan kita.
Biarlah
kebenaran firman Tuhan ini, kiranya dapat mengingatkan kita kembali untuk tetap
focus pada panggilan pelayanan kita, yaitu tetap mengikut Yesus sampai kita
bertemu kembali denganNya. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar