KUASA NAMA YESUS
Kisah Para Rasul 3:1-10
Bapak/
ibu yang kekasih,
Mungkin
kita pernah mengingat lagu Bento yang dibawakan oleh Iwan Fals. Dalam liriknya
yang terakhir ia mengatakan: “Siapa yang mau berguru datang padaku: Sebut tiga kali namaku Bento
Bento Bento.”
Saudara,
nama seseorang yang memiliki kedudukan seringkali dapat memiliki kuasa ketika
dipakai dalam hal-hal tertentu. Ketika kita memasuki suatu perusahaan, dan
menyembutkan nama pemiliknya karena ada kedekatan hubungan dengan kita, mungkin
sambutan yang kita terima akan jauh berbeda ketika kita datang dan tidak tahu
siapa pemilik perusahaan itu.
Sebagai
orang percaya, pastinya kita memiliki keistimewaan yang dikaruniakan Tuhan
Yesus kepadanya. Dan salah satunya adalah karunia menggunakan “nama Yesus”
dalam melakukan pelayanan-Nya.
Nama
Yesus bukan sekedar nama biasa seperti kebanyakan orang. Tetapi nama itu adalah
nama yang berkuasa dan yang mampu menghasilkan mujizat besar. Dan dalam nama
inilah yang juga telah dibuktikan oleh Petrus dalam menyembuhkan seorang yang
lumpuh sejak lahir.
Bapak/
ibu yang kekasih
Bagi
orang Yahudi awal suatu hari dimulai pukul 6.00 pagi dan diakhiri pada pukul
06.00 petang. Karena itu ada 3 jam doa yang biasa dilakukan oleh mereka yaitu,
pada pukul 09.00 pagi, pukul 12.00 tengah hari dan 03.00 sore. Mereka setuju
bahwa doa itu berkhasiat di mana pun juga dilaksanakan; tetapi mereka merasa
bahwa akan lebih mulia bila mereka berdoa diruang-ruang Bait Allah.
Sangat
menarik kita lihat disini, bahwa para rasul pun tetap melaksanakan
kebiasaan-kebiasaan yang telah mereka terima selama ini. Dan perikop ini
diawali dengan penuturan waktu bahwa Petrus dan Yohanes pergi ke Bait Allah
pada jam kesembilan menjelang waktu sembahyang, yaitu pada jam 3.00 sore untuk
mematuhi kebiasaan tersebut.
Bapak/
ibu yang kekasih,
Petrus
dan Yohanes memang sering terlihat bersama-sama di dalam kisah-kisah dalam Kitab
Suci. Mereka adalah rekan seprofesi di dalam usaha penangkapan ikan (Lukas
5:10); Mereka bersama-sama mempersiapkan jamuan Paskah terakhir bagi Tuhan
Yesus (Lukas 22:8); Mereka bersama-sama berlari ke pekuburan pada hari Minggu
kebangkitanNya (Yohanes 20:3-4);
Sekarang,
setelah mereka penuh dengan Roh Kudus, rasul-rasul itu tidak lagi bersaing
untuk menjadi yang terbesar, melainkan bekerja bersama-sama dengan setia untuk
membangun gereja. Karenanya, mereka senantiasa melayani bersama, juga melayani
orang-orang Samaria yang percaya Yesus Kristus (Kisah 8:14). Dalam konteks ini
pun, kita melihat bahwa mereka masih terlihat bersama-sama.
Bapak/
ibu yang kekasih,
Di
dunia Timur ada kebiasaan bagi para pengemis duduk di pintu masuk sebuah kuil
atau tempat suci. Tempat itu dianggap sebagai tempat terbaik bagi mereka, sebab
pada saat orang-orang datang beribadah, mereka cenderung bermurah hati dengan memberikan
derma kepada sesamanya.
Demikian
pula dalam kisah ini. Di Bait Allah pastinya ada banyak puluhan pengemis yang
sedang bergelar di sepanjang pintu ruang-ruang yang ada. Salah satunya adalah seorang
laki-laki tua yang sejak dalam kandungan ibunya mengalami kelumpuhan. Karenanya
ia terlahir dalam kondisi lumpuh. Dikatakan bahwa tiap-tiap hari ia harus diusung
dan diletakkan ke dekat pintu Bait Suci yang bernama Gerbang Indah. Di sana ia
duduk mengemis, dan meminta belas kasihan pada setiap orang yang datang
melaluinya. Yang memprihatinkan adalah saat itu usianya berumur 40 tahun (Kisah
4:22). Jadi, bisa saja pekerjaan itu ia tekuni selama puluhan tahun, dalam
kondisi yang lumpuh.
Bapak/
ibu yang kekasih
Di
Bait Suci terdapat Sembilan gerbang yang menghubungkan pelataran non Yahudi
sampai Bait Allah itu sendiri. Gerbang Indah adalah “Gerbang Timur” yang menuju
pelataran untuk kaum wanita. Gerbang ini terbuat dari perunggu Korintus dan tampaknya
seperti emas. Dan rupanya ini menjadi tempat favorit orang lumpuh ini.
Dalam
hal inilah Tuhan Allah menggerakkan Petrus dan Yohanes untuk melintasi Gerbang
Indah Bait Suci sehingga mereka berjumpa dengan pengemis ini.
Saudara,
Jaman
sekarang banyak sekali pengemis yang cuma pura-pura sakit. Pura-pura memiliki
tangan yang luka, pura-pura kakinya putus sebelah. Kita bisa temui mereka di
perempatan-perempatan jalan, khususnya di Makassar. Tetapi dalam kisah ini,
Alkitab menjelaskan kepada kita bahwa orang ini benar-benar lumpuh. Karena ada
banyak saksi yang melihat bahwa memang dia seorang yang lumpuh yang sudah
puluhan tahun duduk di dekat pintu gerbang (ay 9-10).
Saudara,
seperti biasanya, ketika pengemis ini melihat Petrus dan Yohanes melintas di dekatnya.
Ia pun menjulurkan tangannya, sambil terus berharap ada belas kasihan yang
keluar dari hati kedua Rasul itu. Sungguh pemandangan yang sangat dramatis
saudara.
Melihat
kejadian ini, Petrus pun berkata kepadanya: “Lihatlah kepada kami.” Dan orang ini pun memperhatikan kedua Rasul sambil
mengharapkan sesuatu. (ayat 4-5). Sehingga mereka saling bertatapan.
Saudara,
ini bukan suatu rumus yang harus dilakukan kalau kita mau mendoakan orang
sakit. Namun, Petrus melakukan hal ini agar supaya orang lumpuh itu mau
memperhatikan mereka dengan penuh seksama, baik terhadap apa yang Petrus
ucapkan, ataupun terhadap apa yang Petrus lakukan.
Petrus
berkata: “Perhiasan
emas dan uang perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan
kepadamu: (ayat 6)
Saudara,
Ini
adalah bentuk kejujuran para Rasul dalam melayani. Bisa saja memang saat itu
Petrus tidak mempunyai uang sepeserpun apalagi perhiasan. Tetapi apa yang telah
Petrus genggam selama ini – setelah
perjumpaanNya dengan Yesus - itulah yang akan diberikan Petrus kepada
pengemis itu.
Saudara
ini suatu konsep yang penting dalam banyak hal:
-
Pada saat kita menolong orang, tolonglah
dengan apa yang ada pada kita.
-
Pada waktu mau memberi persembahan bagi
Tuhan/ gereja. Berilah apa yang ada pada saudara dengan sukarela. Bukan dengan
harapan agar bahwa Tuhan akan melipatkali ganda apa yang kita berikan.
-
Begitu pula pada waktu kita melayani
Tuhan. Jangan berkata: “Andaikata saya punya
kelebihan yang luar biasa saya pasti mau melayani Tuhan”. Sebaliknya, layanilah
dengan karunia yang ada pada saudara, dengan kemampuan yang kita miliki, agar
pelayanan dapat terus berjalan.
Bapak/
ibu yang kekasih,
Saya
membayangkan saat Petrus berkata demikian, pastinya ada pertanyaan besar yang
dipikirkan oleh pengemis ini. Mungkin dia berpikir, kira-kira apa yang akan
diberikan oleh Petrus, kalau emas dan perak saja tidak dipunyainya? Ataukah ada
sesuatu yang lain yang jauh bernilai lebih dari emas dan perak? Dan apa yang
dipikirkan pengemis itu pada akhirnya terjawab ketika Petrus mengucapkan suatu
nama yang penuh kuasa.
Kemudian
Petrus berkata: “Demi nama Yesus Kristus, orang Nazareth itu, bangkitlah dan berjalanlah.”
Saudara, ini bukan semacam mantera/ kata-kata magic. Namun jikalau kita tidak
sungguh-sungguh percaya kepada Yesus, rasanya tidak ada gunanya kita menggunakan
kata-kata ini, baik dalam doa maupun mengusir setan (bdk. Kis 19:13-16), dsb.
Tetapi
Petrus menggunakan nama Yesus di sini untuk menunjukkan bahwa apa yang ia lakukan
semata-mata atas kuasa nama Yesus yang disebutkan itu, bukan pada kekuatannya. Sehingga
mujizat itu pun dapat terlaksana karena iman “demi nama Yesus Kristus” dan
karunia menyembuhkan yang diberikan Tuhan kepadanya.
Ini
adalah praktek iman yang telah diajarkan Tuhan Yesus kepada murid-muridNya.
Tentunya Petrus masih ingat ketika Tuhan Yesus berkata kepada mereka: “dan apa juga
yang kamu minta dalam namaKu, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan
dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepadaKu dalam namaKu, Aku akan
melakukannya.” (Yohanes 14:13-14).
Saudara,
Sekarang
Petrus mempraktekkan apa yang diajarkan Tuhan Yesus kepadanya. Karena itu ia
berkata kepada orang yang lumpuh itu, “Demi nama Yesus Kristus, orang Nazareth itu,
bangkitlah dan berjalanlah.” (Kis3:6b).
Banyak
orang Kristen salah mengerti tentang pengajaran ini. Ketika ada hamba Tuhan
yang mampu menyembuhkan atau mengusir Setan, dikiranya hamba Tuhan itulah yang
berkuasa. Sehingga jika bukan dia yang mendoakan, mereka kurang yakin dapat
disembuhkan. Padahal letak kuasa itu ada pada “nama Tuhan Yesus Kristus”. Jadi sebenarnya
siapapun yang mengucapkan kata itu, jikalau ia memiliki iman yang benar dan
Tuhan memandang itu baik dan sesuai kehendakNya, maka penyembuhan itu akan
terjadi.
Yang
berikutnya kita lihat saudara,
Ada
sedikit perbedaan dari terjemahan bahasa Indonesia, dimana tidak adanya kata “bangkitlah”
yang dituliskan disana. Bahasa Yunani yang dipakai untuk kata ini adalah kata εγειραι (eg-i’-rai) yang berarti bangkitlah/
bangunlah.
Rupanya
perbedaan ini terjadi karena perbedaan manuscript yang
dipakai. Manuscript yang lebih kuno (yang dianggap lebih dekat dengan aslinya,
itulah yang dianggap lebih dipercaya) sehingga penerjemah hanya menggunakan
satu kata perintah, yaitu ‘berjalanlah’.
Namun
demikian penggunaan kata “bangkitlah dan berjalanlah” sebenarnya
menunjukan suatu proses terjadinya mujizat. Bahwa posisi pengemis itu yang tengah
duduk dan Petrus memerintahkan untuk bangkit dan berjalan, yang secara
kronologis lebih logis untuk diterima oleh akal.
Kemudian
Petrus memegang tangan kanan pengemis itu dan membantunya berdiri, dan seketika
itu juga mata kakinya menjadi kuat, sehingga ia mampu berdiri bahkan melompat-lompat.
Saudara,
Memang
ada saatnya mujizat terjadi karena memang perlu terjadi. Dan pada masa itu
mujizat dibutuhkan sebagai jaminan tentang kebenaran dan kuasa dari berita
Kristen pada awal perluasannya di dunia. Pertanyaannya apakah mujizat besar
masih bisa terjadi saat ini? Jawabannya ya, jika Tuhan melihat itu memang
memungkinkan terjadi dan membawa kemuliaan bagi namaNya.
Rupanya
pengemis itu merasakan kesenangan yang luar biasa sehingga ia terus menerus
melompat-lompat dan memuji Tuhan (ay 8-9). Kini ia tidak lagi memerlukan
bantuan orang lain untuk pergi ke suatu tempat. Ia tidak pernah membayangkan
bahwa hari itu ia akan merasakan berjalan dengan kakinya sendiri. Terlebih
lagi, kini ia mengetahui bahwa ada kuasa di dalam nama Yesus yang mampu
mengubahkan hidupnya. Itulah sesuatu yang jauh lebih bernilai dibandingkan emas
dan perak.
Perhatikan
saudara, bahwa orang itu memuji Tuhan ketika ia mendapati dirinya bisa
berjalan. Awalnya ia hanya mampu meratap dan memohon belas kasihan orang lain.
Ia menjadi miskin bukan saja secara materi tetapi juga kerohaniannya.
Bapak/
Ibu saudara
Sebagai
orang-orang yang berdosa sebenarnya kita juga adalah seorang yang miskin,
orang-orang yang bangkrut di hadapan Allah, sehingga kita tidak mampu membayar
utang yang luar biasa besarnya itu kepadaNya Namun ketika kasih Allah menyentuh
hati dan kehidupan kita, kita memiliki cara pandang yang berbeda, karena kita
telah memiliki Kerajaan Sorga.
Demikianlah
halnya Khotbah Tuhan Yesus di Bukit, ketika Ia berkata: “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan
Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” (Matius 5:3). Bahwa sesungguhnya yang
dimaksudkan adalah orang yang menyadari keberadaannya yang penuh dosa, orang
yang miskin secara kerohaniannya, mereka yang empunya Kerajaan Allah.”
Perhatikan
apa yang dialami orang lumpuh tadi, orang itu disembuhkan dengan sempurna oleh
kasih karunia Allah, ketika ia mengharapkan sesuatu yang lebih mulia daripada
emas dan perak. Dan respon dari penyembuhan itu ia “berjalan sambil melompat-lompat
serta memuji Allah.” (Kis 3:8) Jelas ini merupakan pengalaman pertama ia
berjalan dengan kakinya sendiri. Kemudian ia mengikuti kedua rasul itu masuk ke
dalam Bait Allah (Ayat 11). Inilah mujizat pertama yang dilakukan para Rasul
setelah hari Pentakosta.
Sidang
jemaat yang kekasih,
Kita
harus mengingat bahwa Allah mengabulkan kebutuhan kita bukan berdasarkan
keinginan kita. Perhatikan bahwa bukan keinginan orang lumpuh itu yang
dikabulkan oleh Allah, tetapi kebutuhannya yang mendasar, itulah yang Tuhan
berikan kepadanya.
Orang
lumpuh ini jelas menginginkan Petrus dan Yohanes memberi dia sedikit uang,
tetapi Allah memakai Petrus dan Yohanes untuk memberikan hal lain yang menjadi
kebutuhan dasarnya, yaitu kesembuh-an rohaninya.
Bukti
nyata Petrus mempunyai Kristus adalah ketika ia dengan mantap
berkata: “tetapi apa yang kupunyai (yaitu Kristus), itulah yang akan kuberikan kepadamu” (Kisah Para Rasul 3:6b), Inilah satu pengakuan yang teguh yang ditopang dengan kuasa “Demi nama Yesus Kristus.”
berkata: “tetapi apa yang kupunyai (yaitu Kristus), itulah yang akan kuberikan kepadamu” (Kisah Para Rasul 3:6b), Inilah satu pengakuan yang teguh yang ditopang dengan kuasa “Demi nama Yesus Kristus.”
Bagaimana
dengan kita saudara?
Kiranya,
kisah ini menyadarkan kita, betapa seringkali kita tidak peduli atas kondisi
dan kebutuhan orang lain. Setiap Minggu kita datang ke Gereja, untuk berjumpa,
beribadah kepada Allah yang hidup, dan untuk diberkati.
Akankah
kita juga tersentuh hati ketika melihat orang-orang yang belum percaya?
Terhadap mereka yang berada di luar Gereja, yang saat ini terkapar tidak
berdaya karena dosa-dosanya, sambil menantikan orang Kristen datang
memperkenalkan mereka pada Tuhan, yang sanggup memulihkan hidup dan
menyelamatkan mereka dari kondisi yang tidak berpengharapan?
Biarlah
melalui kuasa nama Yesus, kita diberanikan untuk lebih peka terhadap orang
lain, mau berbagi tentang apa yang telah kita terima dari Tuhan sehingga kita
melakukan apa yang menjadi kehendak Allah dalam hidup kita. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar