HORMATILAH AYAHMU DAN IBUMU
Keluaran 20:12
(Ulangan 5:16)
Sidang
jemaat yang saya kasihi dalam Tuhan
Pada
minggu pertama bulan Juli ini kita akan membahas bagian kedua dari sepuluh
Hukum Allah. Dimana bagian pertama berisikan Hukum ke 1-4 yang menjelaskan bagaimana
relasi manusia dengan Allah. Saudara, hukum ini mengatur bagaimana manusia
harus mengasihi Tuhan Allahnya. Allah menghendaki semua manusia memiliki rasa gentar
kepadaNya, sebab Dialah Allah Pencipta dan Raja atas segala sesuatu. Karenanya kita
harus memberi hormat dan taat secara penuh kepada Allah yang menciptakan langit
dan bumi.
Pada
bagian kedua saudara, yaitu Hukum ke 5-10 berbicara tetang relasi manusia
dengan sesamanya. Dan relasi itu harus dimulai dari keluarga. Jadi saudara, Hukum
ke 5 ini khusus berhubungan antara orang tua dengan anak. Mengapa saudara? Karena
keluarga adalah masyarakat paling kecil yang dibentuk oleh Allah. Di dalam keluarga
Allah menanamkan nilai-nilai bagaimana manusia harus berbuat. Ketika Allah
menciptakan manusia, keluarga merupakan satu-satunya lembaga ilahi untuk
kehidupan bersama. Namun, setelah kejatuhan manusia ke dalam dosa, dua lembaga
penting lainnya diberikan Tuhan, yakni Gereja dan negara.
Bapak/
ibu yang kekasih,
Perintah
kelima ini mengajarkan kepada kita kewajiban untuk menghormati dan menaati
otoritas yang diberikan oleh Tuhan. Dari sini pahami bahwa Allah telah
menentukan otoritas yang harus dihormati. Semua otoritas berasal dari Tuhan. Baik
itu otoritas yang dimiliki orang tua, majikan, pejabat gereja dan penguasa sipil
semuanya berasal dari Tuhan (Keluaran 20:12; Efesus 6:5; Kisah 20:18; Roma 13).
Karenanya Allah memberikan kepada orang-orang tertentu suatu tugas untuk
memelihara dan melindungi orang lain. Dan perintah ini juga mengajarkan kepada
mereka yang menjalankan otoritas ini sehingga mereka harus mendapatkan semua
ketaatan yang selayaknya. Para orangtua memelihara dan melindungi anak-anak
mereka. Para suami memelihara dan melindungi isteri mereka. Para raja atau
penguasa lainnya memelihara dan melindungi rakyatnya dan juga para pendeta beserta
penatuanya memelihara dan melindungi gereja mereka.
Dalam Ulangan
6 diungkapkan tentang syema Israel yang menekankan bagaimana orang tua memiliki
tanggung jawab yang besar untuk mengajar anak-anak tentang Tuhan. Allah
memerintahkan orang tua untuk mendidik anak-anak mereka di dalam Tuhan, sebab
Tuhanlah pemilik otoritas tertinggi. Dikatakan “Apa yang Kuperintahkan kepadamu pada hari
ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang
kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk dirumahmu, apabila
engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau
bangun.” (Ulangan 6:6-7).
Dari
sini kita pahami bahwa orang tua diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk
menyatakan siapa Tuhan kepada anak. Sehingga pengertian tentang perjanjian dan
siapa Allah, ini boleh dibagikan oleh orang tua kepada anak. Ini adalah hal
yang penting. Saudara membagikan kebenaran tidak bisa hanya membagikannya dalam
ranah pengertian. Mengajar tentang Allah tidak cukup hanya dengan kata-kata. Mengajar
tentang Allah harus dengan keberadaan diri yang mencerminkan siapa Tuhan. Itu
sebabnya anak mendapatkan pelajaran dari orang tua tentang siapa Tuhan, baik
dalam pengertian, dalam pengenalan siapa Tuhan, juga sekaligus dalam contoh
kehidupannya.
Sidang
jemaat yang kekasih,
Allah
kita adalah Allah Tritunggal, artinya lebih dari 1 Pribadi: Bapa, Anak dan Roh
Kudus. Tetapi semuanya ada dalam 1 Allah bukan 3 Allah. Dengan kata lain Allah
kita adalah 3 Pribadi dalam 1 Allah. Bagaimana kita bisa mengerti konsep ini
dengan sederhana? Lebih dari 1 tetapi adalah 1. Inilah yang dicerminkan dalam
sebuah pernikahan, dimana 2 pribadi disatukan menjadi 1. Itulah keluarga, dan
pembentukan keluarga dimulai dari orang tua. Itu sebabnya mengapa anak harus
dididik oleh orang tua, karena orang tua adalah yang disatukan menjadi satu.
Inilah prinsip yang Tuhan mau di bangun dalam masyarakat sosial. Tuhan
memanggil manusia untuk hidup bersama, dan ketika hidup bersama. Artinya Tuhan
mau manusia dapat mengajarkannya berulang-ulang terhadap setiap generasi ke
generasi berikutnya.
Saudara,
Disatu
pihak orang tua memang diberikan kuasa atas anak-anak mereka. Orang tua harus
menyediakan semua yang diperlukan anak-anak mereka untuk bertumbuh dengan
tubuh, pikiran dan jiwa yang sehat. Mereka harus melindungi anak-anak dan
melatih anak-anaknya. Terkait dengan hukum ini maka tugas orang tua adalah
mengasihi anak-anak mereka dan membuat mereka untuk takut akan Allah dan
mengajar jalan-jalanNya yang telah ditunjukkanNya (Ulangan 4:9; 6:6-7; Efesus
6:4).
Namun
hari ini, kesempatan ini sepertinya telah disalahgunakan oleh beberapa orang
tua, dengan mengalihkan tanggung jawabnya melalui berbagai perangkat teknologi.
Sehingga peran orangtua dalam mendidik dan mengajar anak sangat kurang. Yang
terjadi adalah orang tua lebih banyak menyuguhkan anak-anaknya dengan
gadget-gadget yang berisikan permainan, buku-buku dongeng, film-film yang
berisikan filsafat-silsafat dunia, sehingga tidak heran saudara jika hari ini
ada begitu banyak anak-anak bertumbuh dalam filsafat-filsafat dunia, mereka
belajar melalui apa yang mereka lihat dan dengar didalam gadget-gadget yang
disediakan orang tua. Akibatnya peran orang tua semakin terabaikan. Mereka
sibuk dalam dunia pekerjaannya dengan alasan mencari uang demi anaknya, padahal
anak-anaknya terabaikan. Ketika mereka diperhadapkan dengan kondisi anak-anak
yang lebih agresif, orang tua-orang tua modern sekarang bertanya, mengapa
anak-anak sekarang lebih susah diajar dibandingkan dulu ketika mereka diajar?
Bapak/
ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Kegagalan
orang tua mendapatkan ketaatan dari anak-anaknya, sebenarnya merupakan tindakan
yang tidak menguduskan otoritas Ilahi. Dan sudah pasti ini akan berakibat buruk
pada anak-anak mereka. Padahal kalau kita mau kembali pada apa yang diajarkan
firman Tuhan, kegagalan anak bisa jadi merupakan kegagalan orang tua dalam
membawa anak-anak bertumbuh. Saudara, Amsal 29:15 berkata: “Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat,
tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya.” Dari sini kita
mengerti bahwa sebenarnya Tuhan menghendaki agar peran orang tua dapat
dilakukan dengan serius demi masa depan anak-anaknya.
Disisi
yang lain, hukum ke-5 juga berbicara soal tanggung jawab anak terhadap orang
tua. Dikatakan: “Hormatilah ayahmu dan ibumu,” Dalam Ulangan 5:16 dijelaskan secara lebih
panjang lebar “Hormatilah
ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh Tuhan, Alahmu.”
Jadi saudara, hukum menghormati ayah dan ibu adalah perintah Tuhan. Yang
walaupun hukum ini dapat dikembangkan lebih luas, yaitu kepada orang yang lebih
tua, kepada siapapun yang memegang otoritas. Namun pada prinsipnya, setiap anak
harus menghormati semua orang karena mereka diciptakan menurut gambar Allah dan
rupaNya. Dalam Keluaran 21:15, 17 Allah menuntut hukuman mati bagi setiap orang
yang memukul atau mengutuk orang tuanya. Ini berarti Allah sangat mementingkan
penghormatan kepada orang tua, karena demikianlah Allah menetapkannya (Band.
Efesus 6:1-3). Karena itu saudara, Allah memperingatkan kepada semua orang tua,
secara khusus kepada setiap ayah untuk tidak membangkitkan amarah anak-anaknya,
sebaliknya hendaklah mereka mendidik anak-anak di dalam ajaran dan nasihat
Tuhan (Efesus 6:4).
Semua
otoritas yang dianugerahkan Tuhan adalah terbatas. Artinya kita wajib
menghormatinya sejauh itu dilaksanakan di dalam lingkup batasan yang telah
Allah tetapkan. Tuhan mengatakan “Hormatilah orang tua, seperti yang diperintahkan Tuhan”
(Ulangan 5:16). Di bagian lain
dikatakan “Semua
orang harus takluk kepada pemerintah, …. Sebab tidak ada pemerintah yang tidak
berasal dari Allah” (Roma 13:1). Jadi kerjakan bukan demi orang tua,
tapi demi Tuhan. Begitupun berlaku bagi setiap warga negara yang didalamnya
kita mengabdi.
Jadi kewajiban
yang harus dipenuhi anak-anak adalah memperhatikan apa yang diajarkan orangtua
mereka. Anak-anak dilahirkan tanpa mengetahui apapun. Mereka bergantung
sepenuhnya kepada orangtua mereka untuk mengajar mereka yang perlu mereka
ketahui. Kewajiban lain yang harus dipenuhi anak-anak adalah menaati orangtua
mereka. Menaati perkataan mereka. Saudara, hormati orang tua berarti saat kita
menjadi anak, waktu kita kecil, kita tunduk kepada mereka dan teladani mereka
kalau mereka pantas diteladani. Sebab tidak hormat terhadap orang tua, adalah cerminan
atas tidak hormatnya kita kepada Allah.
Dipihak
yang lain, ini merupakan tanggung jawab yang besar bagi setiap anak-anak dimana
mereka harus menghormati otoritas orangtua dan mematuhi mereka dengan segera.
Perintah ini memanggil setiap-anak-anak untuk menghormati semua otoritas di
atasnya, termasuk memperlakukan orang-orang yang berada dibawah kita
sebagaimana yang dikehendaki Allah. Mereka yang sejajar dengan kita, yang
sebaya dengan kita.
Namun pertanyaannya,
“bagaimaan
kalau orang tua kita tidak layak dihormati? Apa yang harus dilakukan sebagai
anak-anak? Saudara, nampaknya
tidak ada dasar bagi setiap anak untuk tidak hormat kepada orang tuanya. Tidak
ada alasan lain, untuk seorang anak dapat mengabaikan perintah ini.
Sebagaimana
dikatakan bahwa yang harus dihormati bukan hanya sebatas orangtua kita sendiri,
tetapi juga termasuk orang-orang yang lebih tua dari kita. Kewajiban yang
diarahkan disini adalah bagaimana menjaga keharmonisan hubungan dengan sesama,
bahkan kalau kita bandingkan dengan etika Perjanjian Baru, justru dikatakan
supaya saling menghormati. Sebab saling menghormati merupakan dasar tata tertib
sosial dan damai sejahtera. Bukan itu saja, menghormati juga berarti mengasihi.
Hormat bukan berarti takut tanpa alasan, justru hormat adalah didorong oleh
rasa kasih dan ucapan terima kasih yang mendalam, dan sebagi wujud dari rasa
rendah hati.
Jadi Tuhan
memerintahkan kita untuk menghormati orang tua kita tanpa satu syarat tertentu.
Mungkin orang tua kita tidak sekaya, sepintar, secantik atau setampan orang tua
teman kita, namun hormat tidak dipandang dari sisi yang seperti itu. Lagi pula
keberadaan kita di dalam keluarga bukanlah sebuah pilihan. Kita tidak bisa
memilih di dalam keluarga seperti apa kita dilahirkan. Semuanya diatur oleh
Tuhan di dalam kekekalan. Sebab itu sikap hormat merupakan perintah Tuhan dan
kewajiban kita, jadi kita harus melakukannya dengan tulus dan dengan rasa takut
akan Tuhan.
Kita
melihat saudara, banyak orang Kristen yang begitu kelihatan pelayanannya bagus,
tapi waktu ditanya “orang tuamu bagaimana?” mereka tidak peduli.
Mereka pikir dengan melayani Tuhan secara penuh waktu tetapi mengabaikan orang
tuanya, pelayanan mereka diterima Tuhan? Kita harus ingat, bahwa menghormati
dan mengasihi Allah adalah perwujud-nyataan dari hormat dan kasih kita terhadap
orangtua. Dalam 1
Yohanes 4:20 dijelaskan demikian, “Jikalau seorang berkata: “aku mengasihi
Allah,” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa
tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah yang
tidak dilihatnya.” Memang benar
bahwa menghormati dan mengasihi Allah adalah yang utama dari segalanya. Namun bagaimana
mungkin kita benar menghormati dan mengasihi Allah yang tidak kelihatan itu,
sedangkan orangtua yang disekitar kita sendiri tidak kita hormati dan kasihi,
itu namanya pendusta! Karena itu kita harus berhati-hati dengan ajaran-ajaran
atau pun dogma-dogma yang memakai nama gereja atau kekristenan yang mengajarkan
pentingnya “persekutuan gereja” diatas segala-galanya. Tidak perlu menuruti
orangtua, yang penting teman satu persekutuan; orang tua dianggap sebagai orang
berdosa yang belum hidup baru sehingga tidak perlu didengar nasehatnya;
perpuluhan lebih penting daripada menolong orang tua yang kekurangan (band. Markus
7:10 -13).
Lagi
pula Yohanes Calvin mengatakan “sejelek-jeleknya orang tua, tetap Tuhan pakai dia untuk
menghadirkan kamu di dunia ini. Dan itu merupakan suatu anugerah besar.” Karena
itu saudara, jangan pernah sekali-kali kita memandang rendah orang tua, yang
telah membesarkan dan mendidik kita dengan segenap hati mereka. Sebab kita
tahu, dasar atas ketaatan anak terhadap orang tua semata-mata didasarkan atas
firman Tuhan. Artinya sebatas apa yang disampaikan orang tua tidak melanggar
firman Allah, seorang anak wajib untuk bersikap taat dalam segala hal (Band
Kolose 3:20).
Saya
teringat dengan ucapan Papa saya ketika beliau masih hidup. Secara pendidikan ayah
saya hanya sampai tamatan SMA. Tetapi kerinduannya dan cita-citanya adalah agar
anak-anaknya mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya. Terlebih lagi, dari
empat anak-anaknya, tiga anak laki-lakinya diserahkan untuk menjadi seorang
hamba Tuhan. Karena itu ia berusaha mendidik anak-anaknya dengan pola yang dia
pahami. Sekarang ketika saya sampai sejauh ini, saya akhirnya memahami, bahwa
usahanya tidak pernah gagal. Karena Tuhan yang menyertai perjalanan hidup anak-anaknya.
Bapak/
ibu yang kekasihi,
Anak-anak
yang sudah besar juga memiliki tanggung jawab terhadap orang tua mereka.
Anak-anak tidak pernah menjadi terlalu tua sehingga boleh berhenti mennghormati
orang tua mereka. Mereka harus menunjukkan rasa hormat kepada orang tua mereka
seumur hidup mereka. Hormat kepada orang tua mencakup pemeliharaan terhadap mereka
pada saat mereka sudah tua/ tidak bisa bekerja. Ketika orang tua memasuki masa
tua, perkataan hormati orang tua termasuk di dalam persiapan merawat mereka.
Jadi
saudara, hukum kelima mengatakan hormati orang tua bukan saja ketika mereka kuat,
Saudara tunduk, tapi ketika mereka lemah pun, Saudara sekarang ganti menjadi
pelindung mereka. Inilah keindahan hidup yang Tuhan mau. Waktu kita sudah
lemah, kekuatan sudah tidak ada, sudah mulai capek, sudah mulai putih
rambutnya, sudah mulai tidak kuat berdiri, ada anak yang berbakti mengatakan “saya topang
kamu, saya akan berada di samping kamu” ini
yang Tuhan mau di dalam menghormati. Biarlah kita menaati Firman Tuhan dengan
melepaskan semua kepahitan yang pernah ada dan mengingat keindahan berkat Tuhan
untuk kita salurkan.
Sidang
jemaat yang kekasih,
Anak
yang tidak memperhatikan orang tua, Tuhan Yesus mengatakan lebih jahat dari
pada orang kafir. Saudara mau taat kepada Tuhan, punya jabatan tinggi di
gereja, dipakai Tuhan luar biasa, tapi waktu Saudara mengabaikan orang tua,
Saudara lebih parah dari orang kafir. Itu sebabnya kata hormat berarti ketika
orang tua sudah makin tua, anak harus menjadi orang yang mendampingi yang
bersyukur karena dulu dipelihara dan terus support orang tuanya. Anak akan ada
waktu di mana dia menjadi kuat, dia harus support orang tuanya, inilah
pengertian hormat. Maka otoritas-otoritas orang tua kepada anak berhenti waktu
anak itu punya otoritas kepada keluarganya sendiri. Tetapi kebertundukkan anak untuk
hormat kepada orang tua tidak pernah dicabut sampai orang tua dipanggil oleh
Tuhan.
Yang
berikutnya saudara, dalam pengertian bangsa Yahudi siapa yang menghormati
orangtuanya pasti akan memelihara mereka pada umur tuanya. Tapi sering tanpa
sadar, orang justru menghormati orang tua justru pada saat mereka sudah mati.
Sebagai contoh, ada seorang anak yang merantau dan dia berhasil di perantauan,
katakanlah dia menjadi orang yang terkenal dan kaya raya. Tapi semasa
perantauannya, dia tidak pernah ingat kepada orangtuanya dan saudara-saudaranya
yang ditinggalkannya di tanah kelahirannya. Mengirim surat ataupun menelpon pun
sudah tidak pernah, apalagi pulang ke kampungnya. Suatu saat dia mendapat kabar
bahwa ayahnya telah meninggal dunia, dia pun pulang ke kampungnya. Karena dia
termasuk orang yang terpandang dan kaya raya, dia membuat pesta besar-besaran
pada acara kematian ayahnya tersebut, bahkan dia membuat kuburan untuk orang
tuanya dengan biaya ratusan juta. Ini bukanlah bentuk penghormatan yang benar yang
diajarkan Tuhan. Semasa orangtuanya sehat, sebiji kue pun tidak pernah
diberikan, giliran sudah tua dan sakit-sakitan ditawarkan "Coto yang
paling enak”, coba kita bayangkan bagaimana orangtua tersebut bisa memakannya, ketika
kolesterol dan asam uratnya tinggi? Jadi, baiklah kita mengingat orangtua kita
setiap saat, terlebih pada masa hidupnya, bukan soal banyak ataupun besarnya
yang kita berikan, tapi perhatian itulah yang diharapkan orangtua kita.
Saya
sedih sekali kalau banyak anak-anak takut menjadi Kristen dikarenakan ketakutan
orangtua mereka kalau-kalau anak-anaknya tidak lagi menghormati mereka. Ini
konsep yang salah kaprah. Siapa bilang orang Kristen tidak mengajarkan untuk
tidak hormat kepada orangtua? Justru di dalam kekristenanlah Allah mengajarkan
bagaimana seorang anak harus tahu bagaimana menghormati orangtua mereka dengan cara
benar. Tetapi itu berlaku ketika mereka masih hidup. Jadi bukan tugu atau
kuburan yang mahal sebagai tanda penghormatan kita kepada orangtua.
Sungguh
sangat disayangkan, jika masih banyak konsep-konsep yang salah masih diterapkan
didalam kehidupan anak-anak Kristen. Mereka masih memegang tradisi yang
sebenarnya itu bertentangan dengan firman Tuhan. Terlebih lagi,
filsafat-filsafat dunia yang menekankan kita harus menghormati arwah leluhur
kita, dengan memberikan mereka sesaji setiap minggunya. Untuk apa? Kalau antara
orang yang masih hidup sudah tidak ada lagi hubungannya dengan yang sudah
meninggal, lalu untuk apa segala yang disajikan? Selain semua adalah
kesia-siaan!
Jadi bagaimana
kita menyikapinya? Jawabannya adalah berilah yang patut untuk diberikan! Menghormati
orang tua memang adalah perintah yang patut dilakukan setiap anak-anak, penghormatan
itu diberikan bukanlah pada saat kematiannya, tetapi semasa hidupnya. Inilah
hukum kasih yang diperintahkan Allah kepada kita, bagaimana kita mengasihi
sesama kita (orang tua kita). Menghormati dan mengasihi orangtua akan
mendatangkan berkat berkelimpahan dari Tuhan Allah.
Pemeliharaan
kelangsungan hidup umat Allah sebagai komunitas akan bergantung pada kesetiaan
mereka terhadap perintah ini. Dengan kata lain, bila kita hidup di bawah suatu
kesadaran yang kuat akan otoritas pemberian Allah dalam keluarga, gereja dan
negara, kita akan dipelihara oleh Tuhan.
Alasan
yang Allah berikan kepada mereka yang melaksanakan perintah menghormati orang
tua mereka adalah “supaya lanjut umurmu di tanah yang Allah berikan kepadamu.” Dalam konteksnya Allah telah berjanji kepada bangsa
Israel bahwa mereka akan hidup damai di tanah yang Dia berikan kepada mereka
selama mereka menaatiNya. Jika mereka berhenti menaatiNya dan berhenti mengikuti
perintah-perintahNya, Allah akan memunculkan musuh bagi mereka, yang akan
menghalau mereka keluar ke negeri lain.
Pertanyaan
kita apakah konteks ini masih berlaku dalam kehidupan kita saat ini? Jawabannya
adalah masih, dan tetap berlaku sampai saat ini! Allah memerintahkan kita untuk
menaati perintah ini sehingga itu berdampak baik bagi kita dan kita akan
menikmati umur panjang di bumi. Karena itu bagian penting dari hidup sebagai
umat Allah adalah menaati perintah bagi anak-anak untuk menghormati orang tua.
Dalam Amsal 1:8-9
dijelaskan, “Hai
anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jagan menyia-nyiakan ajaran ibumu.
Sebab karangan bunga yang indah itu bagi kepalau, dan suatu kalung bagi
lehermu.” Saudara ayat ini mau menggambarkan pentingnya seorang anak
untuk memberi perhatian serius pada ajaran orang tua, karena itulah harta
berharga dalam hidupnya. Ajaran orang tua yang saleh bagaikan cahaya lampu.
Cahaya yang memampukan kita untuk melihat dengan jelas sehingga kita dapat
melihat dengan benar dan supaya kita tahu apa yang harus diperbuat. Disisi yang
lain, bagi orang tua juga adalah hal patut menjadi perhatian serius dimana
mereka harus menyediakan waktu untuk berbagi hidup degan anak-anaknya. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar