Sabtu, 02 Juli 2016

HORMATILAH AYAHMU DAN IBUMU

HORMATILAH AYAHMU DAN IBUMU
Keluaran 20:12
(Ulangan 5:16)


Sidang jemaat yang saya kasihi dalam Tuhan
Pada minggu pertama bulan Juli ini kita akan membahas bagian kedua dari sepuluh Hukum Allah. Dimana bagian pertama berisikan Hukum ke 1-4 yang menjelaskan bagaimana relasi manusia dengan Allah. Saudara, hukum ini mengatur bagaimana manusia harus mengasihi Tuhan Allahnya. Allah menghendaki semua manusia memiliki rasa gentar kepadaNya, sebab Dialah Allah Pencipta dan Raja atas segala sesuatu. Karenanya kita harus memberi hormat dan taat secara penuh kepada Allah yang menciptakan langit dan bumi.
Pada bagian kedua saudara, yaitu Hukum ke 5-10 berbicara tetang relasi manusia dengan sesamanya. Dan relasi itu harus dimulai dari keluarga. Jadi saudara, Hukum ke 5 ini khusus berhubungan antara orang tua dengan anak. Mengapa saudara? Karena keluarga adalah masyarakat paling kecil yang dibentuk oleh Allah. Di dalam keluarga Allah menanamkan nilai-nilai bagaimana manusia harus berbuat. Ketika Allah menciptakan manusia, keluarga merupakan satu-satunya lembaga ilahi untuk kehidupan bersama. Namun, setelah kejatuhan manusia ke dalam dosa, dua lembaga penting lainnya diberikan Tuhan, yakni Gereja dan negara.
Bapak/ ibu yang kekasih,
Perintah kelima ini mengajarkan kepada kita kewajiban untuk menghormati dan menaati otoritas yang diberikan oleh Tuhan. Dari sini pahami bahwa Allah telah menentukan otoritas yang harus dihormati. Semua otoritas berasal dari Tuhan. Baik itu otoritas yang dimiliki orang tua, majikan, pejabat gereja dan penguasa sipil semuanya berasal dari Tuhan (Keluaran 20:12; Efesus 6:5; Kisah 20:18; Roma 13). Karenanya Allah memberikan kepada orang-orang tertentu suatu tugas untuk memelihara dan melindungi orang lain. Dan perintah ini juga mengajarkan kepada mereka yang menjalankan otoritas ini sehingga mereka harus mendapatkan semua ketaatan yang selayaknya. Para orangtua memelihara dan melindungi anak-anak mereka. Para suami memelihara dan melindungi isteri mereka. Para raja atau penguasa lainnya memelihara dan melindungi rakyatnya dan juga para pendeta beserta penatuanya memelihara dan melindungi gereja mereka.
Dalam Ulangan 6 diungkapkan tentang syema Israel yang menekankan bagaimana orang tua memiliki tanggung jawab yang besar untuk mengajar anak-anak tentang Tuhan. Allah memerintahkan orang tua untuk mendidik anak-anak mereka di dalam Tuhan, sebab Tuhanlah pemilik otoritas tertinggi. Dikatakan “Apa yang Kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk dirumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” (Ulangan 6:6-7).
Dari sini kita pahami bahwa orang tua diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk menyatakan siapa Tuhan kepada anak. Sehingga pengertian tentang perjanjian dan siapa Allah, ini boleh dibagikan oleh orang tua kepada anak. Ini adalah hal yang penting. Saudara membagikan kebenaran tidak bisa hanya membagikannya dalam ranah pengertian. Mengajar tentang Allah tidak cukup hanya dengan kata-kata. Mengajar tentang Allah harus dengan keberadaan diri yang mencerminkan siapa Tuhan. Itu sebabnya anak mendapatkan pelajaran dari orang tua tentang siapa Tuhan, baik dalam pengertian, dalam pengenalan siapa Tuhan, juga sekaligus dalam contoh kehidupannya.
Sidang jemaat yang kekasih,
Allah kita adalah Allah Tritunggal, artinya lebih dari 1 Pribadi: Bapa, Anak dan Roh Kudus. Tetapi semuanya ada dalam 1 Allah bukan 3 Allah. Dengan kata lain Allah kita adalah 3 Pribadi dalam 1 Allah. Bagaimana kita bisa mengerti konsep ini dengan sederhana? Lebih dari 1 tetapi adalah 1. Inilah yang dicerminkan dalam sebuah pernikahan, dimana 2 pribadi disatukan menjadi 1. Itulah keluarga, dan pembentukan keluarga dimulai dari orang tua. Itu sebabnya mengapa anak harus dididik oleh orang tua, karena orang tua adalah yang disatukan menjadi satu. Inilah prinsip yang Tuhan mau di bangun dalam masyarakat sosial. Tuhan memanggil manusia untuk hidup bersama, dan ketika hidup bersama. Artinya Tuhan mau manusia dapat mengajarkannya berulang-ulang terhadap setiap generasi ke generasi berikutnya.
Saudara,
Disatu pihak orang tua memang diberikan kuasa atas anak-anak mereka. Orang tua harus menyediakan semua yang diperlukan anak-anak mereka untuk bertumbuh dengan tubuh, pikiran dan jiwa yang sehat. Mereka harus melindungi anak-anak dan melatih anak-anaknya. Terkait dengan hukum ini maka tugas orang tua adalah mengasihi anak-anak mereka dan membuat mereka untuk takut akan Allah dan mengajar jalan-jalanNya yang telah ditunjukkanNya (Ulangan 4:9; 6:6-7; Efesus 6:4).
Namun hari ini, kesempatan ini sepertinya telah disalahgunakan oleh beberapa orang tua, dengan mengalihkan tanggung jawabnya melalui berbagai perangkat teknologi. Sehingga peran orangtua dalam mendidik dan mengajar anak sangat kurang. Yang terjadi adalah orang tua lebih banyak menyuguhkan anak-anaknya dengan gadget-gadget yang berisikan permainan, buku-buku dongeng, film-film yang berisikan filsafat-silsafat dunia, sehingga tidak heran saudara jika hari ini ada begitu banyak anak-anak bertumbuh dalam filsafat-filsafat dunia, mereka belajar melalui apa yang mereka lihat dan dengar didalam gadget-gadget yang disediakan orang tua. Akibatnya peran orang tua semakin terabaikan. Mereka sibuk dalam dunia pekerjaannya dengan alasan mencari uang demi anaknya, padahal anak-anaknya terabaikan. Ketika mereka diperhadapkan dengan kondisi anak-anak yang lebih agresif, orang tua-orang tua modern sekarang bertanya, mengapa anak-anak sekarang lebih susah diajar dibandingkan dulu ketika mereka diajar?
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Kegagalan orang tua mendapatkan ketaatan dari anak-anaknya, sebenarnya merupakan tindakan yang tidak menguduskan otoritas Ilahi. Dan sudah pasti ini akan berakibat buruk pada anak-anak mereka. Padahal kalau kita mau kembali pada apa yang diajarkan firman Tuhan, kegagalan anak bisa jadi merupakan kegagalan orang tua dalam membawa anak-anak bertumbuh. Saudara, Amsal 29:15 berkata: “Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya.” Dari sini kita mengerti bahwa sebenarnya Tuhan menghendaki agar peran orang tua dapat dilakukan dengan serius demi masa depan anak-anaknya.
Disisi yang lain, hukum ke-5 juga berbicara soal tanggung jawab anak terhadap orang tua. Dikatakan: Hormatilah ayahmu dan ibumu, Dalam Ulangan 5:16 dijelaskan secara lebih panjang lebar Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh Tuhan, Alahmu. Jadi saudara, hukum menghormati ayah dan ibu adalah perintah Tuhan. Yang walaupun hukum ini dapat dikembangkan lebih luas, yaitu kepada orang yang lebih tua, kepada siapapun yang memegang otoritas. Namun pada prinsipnya, setiap anak harus menghormati semua orang karena mereka diciptakan menurut gambar Allah dan rupaNya. Dalam Keluaran 21:15, 17 Allah menuntut hukuman mati bagi setiap orang yang memukul atau mengutuk orang tuanya. Ini berarti Allah sangat mementingkan penghormatan kepada orang tua, karena demikianlah Allah menetapkannya (Band. Efesus 6:1-3). Karena itu saudara, Allah memperingatkan kepada semua orang tua, secara khusus kepada setiap ayah untuk tidak membangkitkan amarah anak-anaknya, sebaliknya hendaklah mereka mendidik anak-anak di dalam ajaran dan nasihat Tuhan (Efesus 6:4).
Semua otoritas yang dianugerahkan Tuhan adalah terbatas. Artinya kita wajib menghormatinya sejauh itu dilaksanakan di dalam lingkup batasan yang telah Allah tetapkan. Tuhan mengatakan “Hormatilah orang tua, seperti yang diperintahkan Tuhan” (Ulangan 5:16). Di bagian lain dikatakan “Semua orang harus takluk kepada pemerintah, …. Sebab tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Allah” (Roma 13:1). Jadi kerjakan bukan demi orang tua, tapi demi Tuhan. Begitupun berlaku bagi setiap warga negara yang didalamnya kita mengabdi.
Jadi kewajiban yang harus dipenuhi anak-anak adalah memperhatikan apa yang diajarkan orangtua mereka. Anak-anak dilahirkan tanpa mengetahui apapun. Mereka bergantung sepenuhnya kepada orangtua mereka untuk mengajar mereka yang perlu mereka ketahui. Kewajiban lain yang harus dipenuhi anak-anak adalah menaati orangtua mereka. Menaati perkataan mereka. Saudara, hormati orang tua berarti saat kita menjadi anak, waktu kita kecil, kita tunduk kepada mereka dan teladani mereka kalau mereka pantas diteladani. Sebab tidak hormat terhadap orang tua, adalah cerminan atas tidak hormatnya kita kepada Allah.
Dipihak yang lain, ini merupakan tanggung jawab yang besar bagi setiap anak-anak dimana mereka harus menghormati otoritas orangtua dan mematuhi mereka dengan segera. Perintah ini memanggil setiap-anak-anak untuk menghormati semua otoritas di atasnya, termasuk memperlakukan orang-orang yang berada dibawah kita sebagaimana yang dikehendaki Allah. Mereka yang sejajar dengan kita, yang sebaya dengan kita.
Namun pertanyaannya, “bagaimaan kalau orang tua kita tidak layak dihormati? Apa yang harus dilakukan sebagai anak-anak? Saudara, nampaknya tidak ada dasar bagi setiap anak untuk tidak hormat kepada orang tuanya. Tidak ada alasan lain, untuk seorang anak dapat mengabaikan perintah ini.
Sebagaimana dikatakan bahwa yang harus dihormati bukan hanya sebatas orangtua kita sendiri, tetapi juga termasuk orang-orang yang lebih tua dari kita. Kewajiban yang diarahkan disini adalah bagaimana menjaga keharmonisan hubungan dengan sesama, bahkan kalau kita bandingkan dengan etika Perjanjian Baru, justru dikatakan supaya saling menghormati. Sebab saling menghormati merupakan dasar tata tertib sosial dan damai sejahtera. Bukan itu saja, menghormati juga berarti mengasihi. Hormat bukan berarti takut tanpa alasan, justru hormat adalah didorong oleh rasa kasih dan ucapan terima kasih yang mendalam, dan sebagi wujud dari rasa rendah hati.
Jadi Tuhan memerintahkan kita untuk menghormati orang tua kita tanpa satu syarat tertentu. Mungkin orang tua kita tidak sekaya, sepintar, secantik atau setampan orang tua teman kita, namun hormat tidak dipandang dari sisi yang seperti itu. Lagi pula keberadaan kita di dalam keluarga bukanlah sebuah pilihan. Kita tidak bisa memilih di dalam keluarga seperti apa kita dilahirkan. Semuanya diatur oleh Tuhan di dalam kekekalan. Sebab itu sikap hormat merupakan perintah Tuhan dan kewajiban kita, jadi kita harus melakukannya dengan tulus dan dengan rasa takut akan Tuhan.
Kita melihat saudara, banyak orang Kristen yang begitu kelihatan pelayanannya bagus, tapi waktu ditanya “orang tuamu bagaimana?” mereka tidak peduli. Mereka pikir dengan melayani Tuhan secara penuh waktu tetapi mengabaikan orang tuanya, pelayanan mereka diterima Tuhan? Kita harus ingat, bahwa menghormati dan mengasihi Allah adalah perwujud-nyataan dari hormat dan kasih kita terhadap orangtua. Dalam 1 Yohanes 4:20 dijelaskan demikian, “Jikalau seorang berkata: “aku mengasihi Allah,” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah yang tidak dilihatnya.” Memang benar bahwa menghormati dan mengasihi Allah adalah yang utama dari segalanya. Namun bagaimana mungkin kita benar menghormati dan mengasihi Allah yang tidak kelihatan itu, sedangkan orangtua yang disekitar kita sendiri tidak kita hormati dan kasihi, itu namanya pendusta! Karena itu kita harus berhati-hati dengan ajaran-ajaran atau pun dogma-dogma yang memakai nama gereja atau kekristenan yang mengajarkan pentingnya “persekutuan gereja” diatas segala-galanya. Tidak perlu menuruti orangtua, yang penting teman satu persekutuan; orang tua dianggap sebagai orang berdosa yang belum hidup baru sehingga tidak perlu didengar nasehatnya; perpuluhan lebih penting daripada menolong orang tua yang kekurangan (band. Markus 7:10 -13).
Lagi pula Yohanes Calvin mengatakan “sejelek-jeleknya orang tua, tetap Tuhan pakai dia untuk menghadirkan kamu di dunia ini. Dan itu merupakan suatu anugerah besar.” Karena itu saudara, jangan pernah sekali-kali kita memandang rendah orang tua, yang telah membesarkan dan mendidik kita dengan segenap hati mereka. Sebab kita tahu, dasar atas ketaatan anak terhadap orang tua semata-mata didasarkan atas firman Tuhan. Artinya sebatas apa yang disampaikan orang tua tidak melanggar firman Allah, seorang anak wajib untuk bersikap taat dalam segala hal (Band Kolose 3:20).
Saya teringat dengan ucapan Papa saya ketika beliau masih hidup. Secara pendidikan ayah saya hanya sampai tamatan SMA. Tetapi kerinduannya dan cita-citanya adalah agar anak-anaknya mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya. Terlebih lagi, dari empat anak-anaknya, tiga anak laki-lakinya diserahkan untuk menjadi seorang hamba Tuhan. Karena itu ia berusaha mendidik anak-anaknya dengan pola yang dia pahami. Sekarang ketika saya sampai sejauh ini, saya akhirnya memahami, bahwa usahanya tidak pernah gagal. Karena Tuhan yang menyertai perjalanan hidup anak-anaknya.
Bapak/ ibu yang kekasihi,
Anak-anak yang sudah besar juga memiliki tanggung jawab terhadap orang tua mereka. Anak-anak tidak pernah menjadi terlalu tua sehingga boleh berhenti mennghormati orang tua mereka. Mereka harus menunjukkan rasa hormat kepada orang tua mereka seumur hidup mereka. Hormat kepada orang tua mencakup pemeliharaan terhadap mereka pada saat mereka sudah tua/ tidak bisa bekerja. Ketika orang tua memasuki masa tua, perkataan hormati orang tua termasuk di dalam persiapan merawat mereka.
Jadi saudara, hukum kelima mengatakan hormati orang tua bukan saja ketika mereka kuat, Saudara tunduk, tapi ketika mereka lemah pun, Saudara sekarang ganti menjadi pelindung mereka. Inilah keindahan hidup yang Tuhan mau. Waktu kita sudah lemah, kekuatan sudah tidak ada, sudah mulai capek, sudah mulai putih rambutnya, sudah mulai tidak kuat berdiri, ada anak yang berbakti mengatakan “saya topang kamu, saya akan berada di samping kamu” ini yang Tuhan mau di dalam menghormati. Biarlah kita menaati Firman Tuhan dengan melepaskan semua kepahitan yang pernah ada dan mengingat keindahan berkat Tuhan untuk kita salurkan.
Sidang jemaat yang kekasih,
Anak yang tidak memperhatikan orang tua, Tuhan Yesus mengatakan lebih jahat dari pada orang kafir. Saudara mau taat kepada Tuhan, punya jabatan tinggi di gereja, dipakai Tuhan luar biasa, tapi waktu Saudara mengabaikan orang tua, Saudara lebih parah dari orang kafir. Itu sebabnya kata hormat berarti ketika orang tua sudah makin tua, anak harus menjadi orang yang mendampingi yang bersyukur karena dulu dipelihara dan terus support orang tuanya. Anak akan ada waktu di mana dia menjadi kuat, dia harus support orang tuanya, inilah pengertian hormat. Maka otoritas-otoritas orang tua kepada anak berhenti waktu anak itu punya otoritas kepada keluarganya sendiri. Tetapi kebertundukkan anak untuk hormat kepada orang tua tidak pernah dicabut sampai orang tua dipanggil oleh Tuhan.
Yang berikutnya saudara, dalam pengertian bangsa Yahudi siapa yang menghormati orangtuanya pasti akan memelihara mereka pada umur tuanya. Tapi sering tanpa sadar, orang justru menghormati orang tua justru pada saat mereka sudah mati. Sebagai contoh, ada seorang anak yang merantau dan dia berhasil di perantauan, katakanlah dia menjadi orang yang terkenal dan kaya raya. Tapi semasa perantauannya, dia tidak pernah ingat kepada orangtuanya dan saudara-saudaranya yang ditinggalkannya di tanah kelahirannya. Mengirim surat ataupun menelpon pun sudah tidak pernah, apalagi pulang ke kampungnya. Suatu saat dia mendapat kabar bahwa ayahnya telah meninggal dunia, dia pun pulang ke kampungnya. Karena dia termasuk orang yang terpandang dan kaya raya, dia membuat pesta besar-besaran pada acara kematian ayahnya tersebut, bahkan dia membuat kuburan untuk orang tuanya dengan biaya ratusan juta. Ini bukanlah bentuk penghormatan yang benar yang diajarkan Tuhan. Semasa orangtuanya sehat, sebiji kue pun tidak pernah diberikan, giliran sudah tua dan sakit-sakitan ditawarkan "Coto yang paling enak”, coba kita bayangkan bagaimana orangtua tersebut bisa memakannya, ketika kolesterol dan asam uratnya tinggi? Jadi, baiklah kita mengingat orangtua kita setiap saat, terlebih pada masa hidupnya, bukan soal banyak ataupun besarnya yang kita berikan, tapi perhatian itulah yang diharapkan orangtua kita.
Saya sedih sekali kalau banyak anak-anak takut menjadi Kristen dikarenakan ketakutan orangtua mereka kalau-kalau anak-anaknya tidak lagi menghormati mereka. Ini konsep yang salah kaprah. Siapa bilang orang Kristen tidak mengajarkan untuk tidak hormat kepada orangtua? Justru di dalam kekristenanlah Allah mengajarkan bagaimana seorang anak harus tahu bagaimana menghormati orangtua mereka dengan cara benar. Tetapi itu berlaku ketika mereka masih hidup. Jadi bukan tugu atau kuburan yang mahal sebagai tanda penghormatan kita kepada orangtua.
Sungguh sangat disayangkan, jika masih banyak konsep-konsep yang salah masih diterapkan didalam kehidupan anak-anak Kristen. Mereka masih memegang tradisi yang sebenarnya itu bertentangan dengan firman Tuhan. Terlebih lagi, filsafat-filsafat dunia yang menekankan kita harus menghormati arwah leluhur kita, dengan memberikan mereka sesaji setiap minggunya. Untuk apa? Kalau antara orang yang masih hidup sudah tidak ada lagi hubungannya dengan yang sudah meninggal, lalu untuk apa segala yang disajikan? Selain semua adalah kesia-siaan!
Jadi bagaimana kita menyikapinya? Jawabannya adalah berilah yang patut untuk diberikan! Menghormati orang tua memang adalah perintah yang patut dilakukan setiap anak-anak, penghormatan itu diberikan bukanlah pada saat kematiannya, tetapi semasa hidupnya. Inilah hukum kasih yang diperintahkan Allah kepada kita, bagaimana kita mengasihi sesama kita (orang tua kita). Menghormati dan mengasihi orangtua akan mendatangkan berkat berkelimpahan dari Tuhan Allah.
Pemeliharaan kelangsungan hidup umat Allah sebagai komunitas akan bergantung pada kesetiaan mereka terhadap perintah ini. Dengan kata lain, bila kita hidup di bawah suatu kesadaran yang kuat akan otoritas pemberian Allah dalam keluarga, gereja dan negara, kita akan dipelihara oleh Tuhan.
Alasan yang Allah berikan kepada mereka yang melaksanakan perintah menghormati orang tua mereka adalah “supaya lanjut umurmu di tanah yang Allah berikan kepadamu.” Dalam konteksnya Allah telah berjanji kepada bangsa Israel bahwa mereka akan hidup damai di tanah yang Dia berikan kepada mereka selama mereka menaatiNya. Jika mereka berhenti menaatiNya dan berhenti mengikuti perintah-perintahNya, Allah akan memunculkan musuh bagi mereka, yang akan menghalau mereka keluar ke negeri lain.
Pertanyaan kita apakah konteks ini masih berlaku dalam kehidupan kita saat ini? Jawabannya adalah masih, dan tetap berlaku sampai saat ini! Allah memerintahkan kita untuk menaati perintah ini sehingga itu berdampak baik bagi kita dan kita akan menikmati umur panjang di bumi. Karena itu bagian penting dari hidup sebagai umat Allah adalah menaati perintah bagi anak-anak untuk menghormati orang tua.
Dalam Amsal 1:8-9 dijelaskan, “Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jagan menyia-nyiakan ajaran ibumu. Sebab karangan bunga yang indah itu bagi kepalau, dan suatu kalung bagi lehermu.” Saudara ayat ini mau menggambarkan pentingnya seorang anak untuk memberi perhatian serius pada ajaran orang tua, karena itulah harta berharga dalam hidupnya. Ajaran orang tua yang saleh bagaikan cahaya lampu. Cahaya yang memampukan kita untuk melihat dengan jelas sehingga kita dapat melihat dengan benar dan supaya kita tahu apa yang harus diperbuat. Disisi yang lain, bagi orang tua juga adalah hal patut menjadi perhatian serius dimana mereka harus menyediakan waktu untuk berbagi hidup degan anak-anaknya. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar