HANA, WANITA
YANG TEGAR HATI
1 Samuel 1:1-28
Kaum ibu yang kekasih,
Hari ini kita akan belajar
dari seorang wanita yang sangat luar biasa dalam menghadapi ujian hidup. Berbicara
mengenai ujian hidup, pastinya ini merupakan hal yang diijinkan Tuhan terjadi
di dalam kehidupan seseorang. Dan hal ini berbeda dengan apa yang dimaksudkan
oleh Yakobus 1:13 yang mengatakan: “Apabila seorang
dicobai, janganlah ia berkata: "Pencobaan ini datang dari Allah!"
Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai
siapa pun.”
Benar saudara, Allah tidak
pernah mencobai seseorang. Sebab kata “pencobaan” seringkali dikonotasikan
dengan hal-hal yang negative. Jadi kebenarannya adalah Allah tidak pernah
merencanakan hal yang negative terhadap anak-anakNya.
Namun adakalanya Allah
meng-injinkan anak-anak Tuhan berada dalam keadaan yang menderita. Tetapi itu
bukanlah dimaksudkan sebagai suatu pencobaan, melainkan sebagai sebuah ujian
untuk semakin bertumbuh dalam iman (Band. Yakobus 1:3-4).
Kaum wanita yang saya
kasihi.
Kembali kepada topik kita
hari ini, Kita melihat satu pribadi yang bernama Hana. Ia adalah isteri dari
Elkana, bin Yeroham bin Elihu bin Tohu bin Zuf, seorang Efraim (ayat 1).
Di katakan saudara bahwa
Elkana ini memiliki dua orang isteri, yang satu namanya Hana dan yang satu
adalah Penina. Penina memiliki anak, tetapi Hana tidak. Kondisi ini dirasakan
sebagai satu hal yang sangat menyedihkan Hana. Terlebih Penina selalu menyakiti
hati Hana (Ayat 6). Mungkin setiap hari Penina selalu mengolok-olok Hana karena
keadaannya yang mandul. Sehingga Penina merasa diatas angin karena ia memiliki
anak-anak dari pernikahannya dengan Elkana.
Kita bisa bayangkan saudara,
bagaimana kehidupan keluarga ini. Elkana dengan terang-terangan telah membagi
cintanya, kasih sayangnya, perhatiannya, waktunya, tenaganya untuk kedua
istrinya. Sekalipun ia berusaha untuk adil, namun sejatinya bisakah ia
benar-benar bersikap adil? Pastinya tidak bukan! Saudara, sungguh satu kehidupan
yang sulit dan runyam yang dialami oleh keluarga Elkana ini.
Namun demikian Hana tetap belajar
untuk sabar, ia berusaha kuat, berusaha tegar menghadapi semuanya itu.
Sebagaimana namanya yang berarti “Keanggunan“
atau “Kemurahan hati“. Hana belajar
untuk menerima kenyataan.
Namun, masalahnya adalah,
Penina yang adalah isteri muda dari Elkana, ia selalu menyusahkan hati Hana.
Sikapnya yang seringkali menggoda dan menghina Hana merupakan hal yang
merendahkan martabatnya sebagai seorang wanita. Dan itu terjadi bukan hanya
satu kali, tetapi dari tahun ke tahun.
Saudara, wanita mana yang
mau dimadu seperti ini bukan? Saya rasa setiap kita pastinya menginginkan
keutuhan cinta dari pasangan kita. Perhatian yang seratus persen ditujukan bagi
pasangannya. Hanya sekarang bagi Hana, nasi sudah menjadi bubur. Lagi pula, ia
pun tidak mau melarikan diri dari masalah yang telah diambilnya. Jadi biar
bagaimana pun ia harus menelan pil pahit itu setiap hari.
Saudara dikatakan suatu
kali, sebagaimana menjadi kebiasaan bagi keluarga ini untuk setiap tahun pergi ke
Silo untuk beribadah di Bait Allah. Elkana beserta seluruh keluarganya pergi
mempersembahkan korban bagi Tuhan. Jarak antara Rama dan Silo sebenarnya hanya
24 kilometer, namun karena kondisinya yang tidak mengenakkan bagi Hana,
dirasakannya perjalanan ke Silo semakin lama semakin jauh dan berat.
Di rumah mungkin Hana bisa
saja menemukan cara-cara untuk meng-hindari istri kedua suaminya, tetapi lain
halnya ketika di Silo. Di Silo, dimana banyak orang berkumpul untuk
mempersembahkan korban, Hana sepertinya tidak menemukan cara untuk mengelak
dari cemoohan wanita itu.
Sekalipun Elkana berusaha
untuk menghiburnya, ia meyakinkan bahwa dirinya lebih berharga dari sepuluh
anaknya laki-laki, namun hal itu tidak membuat Hana menjadi tenang.
Saudara, sepertinya Elkana
tidak peka terhadap perasaan isterinya. Mungkin, pikirnya dengan menjalani
kehidupan dua isteri dalam satu rumah tidak akan membawa masalah yang begitu
rumit? Tetapi itulah laki-laki, terkadang karena terlalu mengandalkan logika
dibandingkan dengan perasaan, menyebabkan dia tidak memahami apa yang dirasakan
pasangannya.
Kaum ibu yang kekasih,
Dikatakan Hana berdiri
diruang Bait Suci, hatinya sedih karena keadaan yang dialaminya. Dalam
kesedihannya ia berdoa sambil menangis tersedu-sedu. Sementara imam Eli duduk
di kursi dekat tiang pintu Bait Suci Tuhan, matanya tidak berhenti
memperhatikan apa yang dilakukan oleh Hana. (ayat 9).
Saudara, memang tidak ada
ajaran yang menyalahkan kita untuk berdoa sambil menangis, jika itu muncul dari
hati nurani kita yang terdalam. Hal yang demikian memang sah-sah saja di mata
Tuhan. Namun tidak berarti juga bahwa setiap doa harus disampaikan dengan cara
menangis.
Dalam kasus yang dialami
leh Hana, kita melihat saudara, kenyataannya Hana berdoa sambil menangis karena
ia sedang membawa kepedihan hatinya kepada Tuhan. Bibirnya bergerak-gerak tanpa
mengeluarkan suara apapun saat hatinya menumpahkan dukacitanya kepada Allah.
Sekalipun kita tahu doanya tetap di catat dalam Alkitab. Dalam ayat 11 kita
mengetahui apa yang Hana doakan kepada Tuhan. Dikatakan: “Tuhan semesta alam, jika sungguh-sungguh
Engkau memper-hatikan sengsara hamba-mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak
melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak
laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada Tuhan untuk seumur hidupnya dan
pisau cukur tidak akan menyentuh kepadalanya” (ay. 11).
Saudara, apa yang
diutarakan oleh Hana sebagai pengaduannya kepada Tuhan, menyiratkan suatu
pergumulan yang sangat berat yang dialami oleh Hana yang mandul ini. Sekalipun
dalam ayat 5 kita melihat bahwa kemandulannya, karena diijinkan Tuhan terjadi. Kemandulan
Hana disebutkan sebagai tindakan langsung dari Allah. Tuhan tidak memberi
memberi anak-anak kepada Hana supaya mempersiapkan dia bagi kelahiran puteranya,
Samuel.
Dengan cara yang sama,
Allah kadang-kadang membuat kita mengalami kekecewaan atau menuntun kita ke
dalam situasi dimana kita merasa tidak mampu atau rendah diri supaya dapat
melaksanakan kehendakNya dalam kehidupan kita.
Saudara,
Bagaimana dengan kita,
apakah kita akan tetap sabar dalam menghadapi pergumulan hidup seperti Hana? Hari
ini kita akan belajar 2 hal penting bagaimana rahasia Hana bisa tegar dalam
menghadapi persoalan hidupnya:
1. Hana Bertekun dalam doa (Ayat 10-12)
Ibu-ibu yang kekasih,
Ketekunan dalam hal berdoa
memampukan kita menjadi seorang yang kuat dan sabar dalam menghadapi persoalan
hidup. Seringkali seseorang menjadi tidak sabaran dalam menghadapi persalan
hidup karena salah satunya kita kurang bertekun dalam doa.
Sebagaimana
Hana saudara, kita pun harus bertindak membawa kepedihan kita langsung kepada
Tuhan dan bertekun menantikan Allah bekerja. Sebab sebagaimana firman Tuhan
berkata “kita
tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan
kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil
sesuai dengan rencana Allah” (Roma 8:28).
Saudara, Hana sadar bahwa
tidak ada hal yang salah dari penyataan Tuhan atas dirinya. Artinya rancangan
Tuhan atas dirinya bukanlah suatu kesalahan. Karena itu kehidupan berpoligami
yang dilakukan suaminya, tidak dilihatnya sebagai biang masalah yang
menyudutkannya.
Memang ia belum dikarunia
anak dan ini menjadi persoalan baginya. Sebagai seorang perempuan, pastinya ia
membutuhkan penerimaan secara utuh dari suami dan juga masyarakat. Namun ia
ingin belajar menerima kenyataan.
Kesulitan-kesulitan yang
dihadapi Hana karena ulah Penina, justru membuat Hana sadar bahwa ia
membutuhkan pertolongan Tuhan. Ia tidak putus asa karena kondisinya yang semakin
sulit. Justru kesulitan yang dihadapi Hana, memacu dia untuk terus bertumbuh
menjadi seorang wanita yang lebih matang, dewasa, dan beriman di dalam Tuhan. Karenanya
ia semakin tekun dalam doa, bahkan doa yang keluar dari hati yang paling dalam.
(ay.10). Luar biasa bukan?
Saudara, bagaimana dengan
kita?
Mungkin kita tidak
mengalami kasus yang sama seperti Hana tapi mungkin ada pergumulan yang terus-menerus
kita hadapi dalam hidup kita, Mari kita bawa pergumulan kita itu kepada Tuhan,
dan percaya bahwa Tuhan sanggup menolong kita.
Ibu-ibu yang kekasih,
2. Kesabaran Hana Membuka Jalan Tuhan.
Kaum ibu yang kekasih,
Dalam doa-doanya, Hana terus
belajar tetap sabar. Bukan saja sabar dalam menghadapi badai hidup, tetapi juga
Hana sabar dalam menantikan jawaban doa-doanya. Hingga pada akhirnya Tuhan
membuat semuanya indah pada waktunya. Apa yang Hana telah lakukan dalam
kehidupannya akhirnya semuanya membuahkan hasil yang luar biasa. Pada saat di
Silo banyak orang yang datang untuk memperingati hari raya, mereka makan dan
minum bersama.
Disaat yang bersamaan Imam
Eli melihat bahwa ada seorang wanita berdiri menghadap Allah. Tidak ada
kata-kata yang bisa didengarnya, hanya gerakan bibir yang turun naik yang
dilihat imam Eli.
Saudara, melihat kejadian
ini, imam Eli pun menjadi heran mengapa bibir wanita itu sepertinya
bergerak-gerak namun, tidak ada satu kata pun yang terdengar. Jangan-jangan ia
sedang mabuk, pikir Imam Eli.
Dengan keberanian yang
dimilikinya kemudian imam Eli mendekati Hana dan menegurnya: “Berapa lama
lagi engkau berlaku sebagai orang mabuk? Lepaskanlah dirimu dari pada mabukmu.
Tetapi Hana menjawab, “Bukan tuanku, aku
seorang perempuan yang sangat bersusah hati; anggur atapun minuman yang
memabukkan tidak kuminum, melainkan aku mencurahkan isi hatiku di hadapan
Tuhan. Janganlah anggap hambamu ini seorang perempuan dursila; sebab karena
besarnya cemas dan sakit hati aku berbicara demikian lama.” (ayat 14-16).
Saudara, puas dengan
penjelasan Hana kemudian Imam Eli pun memberkatinya dan berkata “Pergilah dengan selamat, dan Allah Israel
akan memberikan kepadamu apa yang engkau minta dari padaNya” (ay. 17).
Kaum ibu yang kekasih.
Kita lihat, apa yang
dialami Hana, pada akhirnya membuahkan hasil. Allah bekerja menyatakan mujizatNya.
Hal ini mengajarkan satu hal kepada kita bahwa, “apa yang ditutup Tuhan pada akhirnya bisa
dibukaNya.” Kita tahu, Allah memang menyatakan rencanaNya untuk
menutup buah kandungan Hana, namun, Allah pun menyaksikan kesabaran dan
ketekunan Hana hingga pada akhirnya mendorong Tuhan untuk membuka kembali buah
kandungan Hana.
Hingga tepat setahun
kemudian, Tuhan menyatakan janjiNya. Kini Hana mengandung seorang anak
laki-laki dan diberinya nama Samuel. Sebab “Aku telah memintanya daripada Tuhan” kata Hana (ayat 20).
Saudara,
Bisa kita bayangkan jika
Hana tidak sabaran dan mengambil jalan pintas. Mungkin dia tidak akan melihat
masa depan yang telah direncanakan Tuhan baginya. Mungkin dia pun tidak akan
menyaksikan anaknya menjadi alat Tuhan yang luar biasa.
Tetapi syukur, Hana tidak
mengambil jalan pintas. Dia lebih memilih menyerahkan segala pergumulannya
kepada Tuhan. Dan dia pun bisa melihat campur tangan Tuhan yang luas biasa ini.
Sungguh kemenangan yang luar biasa bukan?
Kita melihat saudara bahwa
Janji Tuhan memang Ya dan Amin, Janji Tuhan selalu datang tepat pada waktunya.
Tepat waktu bukan berdasarkan perkiraan diri kita, tetapi tepat waktu dilihat
dari waktu Tuhan. Dan waktu Tuhan itu harus dilihat sebagai sebuah waktu yang membawa
kemenangan.
Hana begitu sayang sama
anaknya dan setiap tahun kalau dia ke Silo Hana membuatkan Samuel jubah kecil.
Dan bukan hanya itu saja, sukacita Hana semakin bertambah, takala Hana
mengandung lagi dan melahirkan 3 anak laki-laki dan 2 anak perempuan.
Kita melihat saudara, buah
kesabaran Hana di dalam berdoa memperlihatkan kepada kita bahwa tidak ada yang
mustahil bagi Tuhan. Apa yang tidak mungkin bagi manusia tetapi bagi Allah
segalanya adalah mungkin, jika hal itu bisa mendatangkan kemuliaan Tuhan.
Bagaimana dengan ibu-ibu,
adakah ibu-ibu mau belajar untuk bertekun dalam doa dan sabar dalam menantikan
jawaban Tuhan.
Ingatlah hukum tabur tuai.
Bagi saya hukum ini juga berlaku dalam doa. Artinya jika kita menabur doa yang
tekun maka kita pun akan menuai hasil dari doa-doa yang kita panjatkan. Tetapi
jika kita menabur kemasalan untuk berdoa, maka kita pun akan menuai hasil dari
kemalasan kita.
Karena itu bawalah dalam
doa setiap pergumulan yang kita hadapi kepada Tuhan. Sampaikanlah dengan tidak
putus-putusnya setiap doa kita kepadaNya, maka Allah pasti akan menolong
kehidupan kita.
Sebab
firman Tuhan berkata dalam Yesaya 59:1
“Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan
pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar;” Hanya
masalahnya sudahkah kita belajar untuk menyerahkan segala pergumulan kita
kepadaNya atau belum. Kiranya firman Tuhan ini dapat menjadi berkat bagi kita.
Amin.
Sangat diberkati
BalasHapusTerima kasih...
BalasHapusTerima kasih...
BalasHapusAmin...firman dan renungan ini sangat membantu meneguhkan imanku
BalasHapusAmin... Merasa dikuatkan
BalasHapusAmin... Merasa dikuatkan
BalasHapusThank ya bosku sudah diberikan info yang menarik ini dan kunjungi juga website kamiya bos ku^^
BalasHapusobat diabetes
obat diabetes de nature
obat diabetes herbal
obat diabetes alami
obat diabetes di apotik
obat diabetes basah
obat diabetes kering
Thank ya bosku sudah diberikan info yang menarik ini dan kunjungi juga website kamiya bos ku^^
BalasHapusobat diabetes
obat diabetes de nature
obat diabetes herbal
obat diabetes alami
obat diabetes di apotik
obat diabetes basah
obat diabetes kering
Luarbiasa Sanagat memberkati....
BalasHapusTerima kasih dengan renungan ini, sangat memberkati.
BalasHapusPuji Tuhan Terberkati dgn Firman Tuhan ini
BalasHapusTerimakasih buat renungan yang sangat menguatkan dan sangat memberkati
BalasHapusTrims
BalasHapus