KEDATANGAN TUHAN
YANG MENGHIBURKAN
I Tesalonika 4:13-18
Bapak/
ibu yang kekasih.
Nasehat
Paulus kepada jemaat di Tesalonika ini dilatar belakangi oleh sebuah pemahaman
yang keliru tentang nasib dari orang-orang yang meninggal dunia. Mereka
berpikir bahwa kematian merupakan ujung akhir dari keberadaan manusia. Sehingga
ketika peristiwa dukacita itu menimpa seseorang, rasa kehilangan, rasa kesedihan
begitu menghantui mereka yang ditinggalkan. Terlebih lagi mereka beranggapan
bahwa orang yang meninggal adalah orang yang kurang beruntung karena tidak
hadir pada waktu Tuhan datang yang kedua kali.
Saudara,
kita di sini berkumpul bersama-sama dengan keluarga untuk diajak mengenang 100
hari dari almahumah ibu Corry. Itu artinya lebih dari tiga bulan sudah ibu
Corry meninggalkan kita, ia meninggalkan keluarga. Saya pribadi lebih suka
menyebut ini sebagai suatu ibadah penguatan bagi keluarga yang ditinggalkan.
Mengapa saudara? Karena sejauh ini, keluarga bisa meyaksikan bagaimana pimpinan
Tuhan yang berlaku selepas ibu yang kekasih meninggalkan mereka. Mereka masih
tetap diberikan kekuatan untuk menjalani kehidupan sampai sejauh ini.
Karena
itu firman Tuhan berkata kepada kita: “Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu
tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita
seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan” (Ayat 13).
Apakah
disini, berarti bahwa Firman Tuhan melarang kita untuk berdukacita? Tidak,
saudara! Alkitab tidak melarang kita untuk berdukacita karena kehilangan
seseorang yang kekasih. Sebab Perasaan sedih merupakan perasaan yang sangat
manusiawi sehingga tidak dapat/ tidak perlu dicegah. Lagipula kematian
merupakan kenyataan yang harus diterima oleh setiap makhluk yang hidup. Kematian
merupakan fakta akan kedaulatan Tuhan berlaku atas ciptaan-Nya. Yang harus
diwaspadai adalah bahwa kita tidak boleh tenggelam dalam kesedihan seperti
orang yang tidak memiliki pengharapan lagi. Kita harus menyadari bahwa kematian
fisik bukanlah akhir dari "nasib" manusia.
Kematian
fisik bagi orang beriman harus dipandang sebagai perpisahan sementara. Walaupun
perpisahan sementara itu mendatangkan kesedihan, perpisahan itu sekaligus
membangkitkan pengharapan akan masa depan yang lebih baik. Pada waktu Kristus
datang kembali ke dunia ini, perpisahan sementara itu akan diganti dengan
sukacita yang luar biasa karena kita akan bisa bertemu kembali dengan
orang-orang yang kita kasihi yang mati di dalam Tuhan.
Jadi
saudara, pernyataan ini justru dimaksudkan Paulus untuk menanggapi kegelisahan
dan kebimbangan yang seringkali dihadapi manusia, tentang bagaimana nasib
orang-orang yang telah meninggal. Dan Alkitab membukakan satu rahasia penting
kepada kita, bahwa kematian tidaklah meniadakan mereka.
Dengan
demikian kita melihat, bahwa sebenarnya Rasul Paulus mencoba membuka pola pikir
yang baru, mengenai kebenaran Allah tentang orang-orang yang telah meninggal di
dalam Tuhan. Istilah yang dipakai untuk kata “meninggal dunia” disini dalam
bahasa aslinya digunakan kata: “tertidur atau yang berbaring”. Jadi arti
harafiahnya adalah mereka sedang istirahat panjang, istirahat yang tidak
terganggu. Mereka sudah mengundurkan diri dari dunia yang penuh kesukaran ini,
untuk beristirahat dari semua susah payah dan kepedihan mereka, dan mereka
tidur di dalam Yesus.
Karena
itu, perhatikan ayat 14: “Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan
telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal di
dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.” Frase ini mengandung arti jika kita percaya bahwa
Kristus telah mati dan juga telah bangkit, maka mereka juga harus percaya bahwa
mereka yang sudah meninggal akan dikumpulkan bersama-sama dengan Kristus di sorga
yang mulia. Kematian dan kebangkitan
Kristus menjadi dasar iman orang percaya, dan memberi kita pengharapan akan
kebangkitan yang penuh sukacita, sebab Kristus telah dibangkitkan dari antara
orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal, dan
karena itu orang-orang yang mati dalam Dia tidaklah binasa atau hilang (1
Korintus 15:18, 20). Kebangkitan Kristus merupakan peneguhan penuh terhadap
selurh isi Injil, atau seperti yang dikatakan firman Tuhan, telah mendatangkan
hidup yang tidak dapat binasa.
Jadi
orang-orang yang sudah meninggal dipersatukan dengan-Nya dalam keheningan,
terlelap di lengan-Nya, dan berada di bawah pemeliharaan dan perlindungan
istimewa-Nya. Jiwa-jiwa mereka ada dalam hadirat-Nya, dan debu mereka ada di
bawah penjagaan dan kuasa-Nya, sehingga mereka tidaklah hilang ditelan bumi,
dan bukan juga orang-orang yang kalah, melainkan menjadi pemenang melalui
kematian, sebab mereka berpindah dari dunia ini ke tempat yang lebih baik,
yaitu di surga yang mulia. “Kematiannya bukan lagi sebagai tragedi, melainkan
kemenangan karena Kristus hidup“.
Dengan
demikian saudara, kita tidak perlu lagi risau soal orang-orang yang sudah
meninggalkan kita. jiwa-jiwa mereka sudah berada di tangan yang tepat. Dan
Allah memastikan bahwa mereka akan bersama dengan Kristus ketika Dia datang
kembali dengan penuh kemenangan. Jadi, dimana Kristus berada, disitu juga orang
percaya berada.
Hal
ini sejalan dengan janji Tuhan Yesus dalam Yohanes 14:3, “Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan
telah menyediakan tempat bagimu, Aku datang kembali dan membawa kamu ke
tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada.”
Dan
fakta penting yang harus kita pahami adalah, kita yang masih hidup, sekali-kali
tidak akan bisa lagi berkomunikasi dengan yang sudah meninggal. Dunia kita
dengan dunia mereka sudah berbeda. Dengan kata lain, orang yang sudah meninggal
sudah berada di tangan Tuhan selama-lamanya, dan kita yang masih hidup tidak
perlu lagi mengurusi mereka yang sudah meninggal.
Yang
harus kita pikirkan sekarang adalah nasib kita yang masih hidup, apakah
jiwa-jiwa kita sudah berada di tangan yang tepat? Apakah kita sudah memiliki
iman yang sama di dalam Yesus? Inilah yang menjadi PR panjang kita sepanjang
umur kita.
Saudara,
rahasia besar ini sudah dibukakan secara terang di dalam Alkitab, dalam frase
selanjutnya Paulus menegaskan kembali kepada pembacanya, “ini kami katakan kepadamu dengan firman
Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali
tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal” (1 Tesalonika 4:15).
Berbicara
soal kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya memang tidak seorang pun yang
dapat mengetahuinya. Sebab peristiwa ini merupakan misteri Allah yang tidak
dinyatakan bagi siapa pun juga. Namun bukan berarti Tuhan Yesus tidak akan
datang. Kedatangan-Nya adalah sesuatu yang pasti akan terjadi, namun soal
waktunya kapan, tidak ada seorang pun yang diinjinkan Tuhan untuk mengetahuinya.
Hanya fakta yang paling penting yang harus kita ketahui adalah bahwa kedatangan
kedua tersebut berpusat pada Tuhan sendiri, Tuhan sendiri akan turun dari surga
ke tempat kita berada ini.
Jemaat
Tuhan yang kekasih,
Dan
pada waktu Tuhan datang kembali, Ia akan lebih dahulu membangkitkan orang
percaya yang telah mati, membawa roh itu beserta dengan-Nya, sehingga mereka akan
bangkit dalam tubuh kemuliaan, dan kedatangan Tuhan akan menyatukan tubuh dan
roh menjadi satu makhluk yang akan mengambil bagian dalam kemuliaan-Nya untuk
selama-lamanya.
“Sesudah itu,
kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka
dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya
bersama-sama dengan Tuhan (ayat 17).
Jemaatku
yang kekasih,
Frase
ini ingin menjelaskan bahwa orang-orang yang masih hidup pada waktu Tuhan Yesus
datang akan diubahkan. Mereka akan diangkat bersama-sama dengan mereka yang telah
dibangkitkan dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Perubahan ini terjadi
seketika, perubahan ini akan terjadi dalam sekejap mata (1 Korintus 15:52).
Kedatangan
Yesus yang keduakali adalah suatu peristiwa yang gegap gempita yang disertai
dengan sebuah pekikan dari penghulu malaikat dan sangkakala Allah. Setiap orang akan mendengar dan melihatnya
(Wahyu 1:7; Matius 24:31; Yohanes 5:28,29; Kisah 1:9-11).
Lagi pula, penampakan ini akan disertai dengan kemegahan dan
kuasa, dengan sebuah tanda, yaitu seruan seorang Raja. Sehingga pertemuan itu akan sangat
mulia karena kita akan memiliki tubuh kemuliaan. Ketika Yesus masih melayani di
atas bumi ini, Ia berdoa kiranya kita pada suatu hari akan memandang kemuliaan-Nya
dan mengambil bagian di dalamnya. Dan pada saat kedatangan-Nya yang kedua
inilah, doa itu akan digenapi.
Saudara,
pertemuan itu akan bersifat abadi karena kita akan selama-lamanya bersama
dengan Tuhan. Inilah kebahagiaan orang-orang kudus di hari itu, yang tidak akan
pernah dirasakan oleh mereka yang tidak percaya kepada Yesus. Jadi berkumpulnya
seluruh orang-orang kudus bersama-sama hanyalah sebagian dari sukacita mereka.
Tetapi kebahagiaan yang sesungguhnya adalah bersama-sama dengan Tuhan
selama-lamanya. Fakta inilah yang seharusnya menjadi pendorong bagi kita untuk
bisa menghiburkan orang-orang kudus yang mengalami dukacita karena kematian,
bahwa sekali-kali kematian tidak akan memisahkan, sebab jiwa dan raga mereja
akan diperatukan oleh Tuhan dalam tubuh kemuliaan. Kita yang percaya di dalam
Yesus akan bersama-sama kembali dengan mereka yang meninggal di dalam Tuhan dan
berkumpul bersama-sama di surganya Tuhan. Demikianlah firman Tuhan berkata: “Karena itu
hiburkan seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini” (ayat 18).
Saudara,
pertemuan kita dengan Tuhan juga merupakan saat perhitungan. Inilah yang disebut
“tahta
pengadilan Kristus” dimana Kristuslah yang akan menghakimi semua
manusia tanpa terkecuali, baik yang masih hidup ataupun yang sudah meninggal
dunia. Dikatakan oleh firman Tuhan: “Sebab kita semua harus menghadap tahta pengadilan Allah”
(Roma 14:10).
Pengadilan
yang dialami oleh setiap orang percaya tidak bertentangan dengan pembenaran
dalam Kristus, karena pembenaran berkaitan dengan keselamatan dari neraka,
sedangkan pengadilan yang disebutkan dalam ayat ini berkaitan dengan keadaan
orang percaya dalam Kerajaan Kristus. Antara kita semua yang ada yang akan
memerintah bersama dengan Kristus (Wahyu 2:26-27 dan 3:21) dan ada yang akan
menjadi malu sama sekali (1 Korintus 3:15 dan 1 Yohanes 2:28), karena sepanjang
kehidupannya ia tidak pernah menghasilkan buah.
Bapak
ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Janji
kedatangan Tuhan ini kiranya menjadi penghiburan dan pengharapan yang terus
menerus kita dengungkan dalam pertemuan-pertemuan ibadah kita. Sebab bagi kita
yang percaya, kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya ini akan menjadi sebuah
reuni besar antara mereka yang meninggal dunia di dalam Tuhan dengan
orang-orang yang masih hidup. Dengan sahabat-sahabat kita, dengan anggota-anggota
keluarga kita yang telah percaya.
Dengan
demikian,
Kita
tidak perlu lagi meratapi mereka yang sudah meninggal dunia. Kematian adalah
kenyataan hidup yang sudah digariskan Tuhan bagi semua makhluk. Kematian
bukanlah suatu kebetulan, melainkan sesuatu yang sudah ditetapkan: “Manusia
ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi.” (Ibrani
9:27).
Pengharapan
orang Kristen adalah nyata, bukan pengharapan yang sia-sia, walanpun kita
diijinkan mengalami dukacita namun ada hal yang jauh lebih mulia dibalik kejadian
suka dan duka. Hal itu adalah kedatangan Yesus Kristus kembali untuk membawa
kita bersama Dia selamanya di Sorga dan bersama dengan Orang sudah meninggal di
dalam Tuhan.
Karena itu, bersukacita kalau kita sudah berada dalam
satu iman di dalam Tuhan Yesus. sebab kita akan kembali bertemu dengan mereka
yang kita kasihi. Dan bersukacitalah sebab baik ketika kita masih hidup di
dalam dunia, ataupun ketika kita harus berpulang kembali, kita tetap berada di
dalam Tuhan yang memberikan keselamatan bagi kita. Kiranya Tuhan memberkati
kita sekalian. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar