Selasa, 07 Oktober 2014

JUMPA PERTAMA

JUMPA PERTAMA

Galatia 4:12-20


Bapak/ Ibu yang kekasih
Masih ingatkah kita dengan sebuah jargon/ slogan yang mengatakan: "KESAN PERTAMA BEGITU MENGGODA, SELANJUTNYA TERSERAH ANDA..!" Ya iklan ini sebenarnya ingin menegaskan bahwa kesan pertama kali akan menjadikan patokan bagi langkah selanjutnya. Memang patut kita sadari bahwa cara orang memandang kesan pertama itu ternyata berbeda-beda. Ada yang menganggapnya sebagai hal yang sangat penting, ada juga yang mengatakan bahwa kalau itu tidak penting.
Kaitannya dengan bagian Firman Tuhan yang kita baca malam ini saudara. Dimana Paulus begitu sangat terkesan dengan sambutan jemaat Galatia ketika mereka menerimanya sebagai pemberita Injil. Sepertinya, jemaat Galatia ini adalah orang-orang yang dimenangkan untuk Kristus karena pelayanan yang dilakukan oleh Rasul Paulus. Akan tetapi dikemudian hari, justru mereka berbalik memusuhi Paulus.
Saudara, sepintas Paulus merasa heran atas perubahan sikap mereka ini. Awalnya mereka sangat responsip terhadap pelayanan Paulus sekalipun saat itu ia dalam kondisi sakit. Tetapi berselangnya waktu, ketika perjalanan iman mereka mulai penuh liku-liku. Rupanya disamping injil yang benar yang mereka terima dari Paulus, mereka juga terpengaruh oleh orang-orang yang ingin membelokkan kebenaran firman Tuhan yang sudah disampaikan oleh Paulus.
Akan tetapi, kita melihat bagaimana cara Paulus mengatasi masalah ini? Yaitu sebagai hamba Tuhan yang baik, Paulus tetap penuh kesabaran menasehati mereka bahkan seperti kepada anaknya sendiri.
Sidang jemaat yang kekasih,
Perhatikan di ayat 12a, ketika Paulus mengungkapkan sebuah kalimat, “Aku minta kepadamu, saudara-saudara, jadilah sama seperti aku, sebab akupun telah menjadi sama seperti kamu.” Ada banyak penafsir yang berpendapat bahwa Paulus sedang menganjurkan orang-orang Galatia supaya meneladani dia. Akan tetapi tafsiran ini sepertinya janggal, karena ada pernyataan Paulus yang berikut, “sebab aku sama seperti kamu.” Pertanyaannya bagi kita, bagaimana Paulus akan mengikuti teladan orang-orang Galatia? Karena itu saya lebih setuju dengan panafsiran J.J.W Gunning yang mengatakan “Sebenarnya Paulus ingin mengungkapkan: “bukalah hatimu bagiku seperti aku telah membuka hatiku bagimu.” (2 Korintus 6:11-13; 7:2-4).
Saudara, dalam hal ini, Paulus ingin mengajak jemaat untuk kembali mengingat bagaimana pertama kali kesan yang ia dapatkan ketika ia berjumpa dan melayani mereka. Pada masa itu, Paulus berkunjung ke Galatia dan ia dalam keadaan sakit.
Saudara, ada sebuah tradisi dimasa itu, bahwa setiap orang yang sakit seringkali dinyatakan sebagai suatu keadaan yang hina, keadaan yang memalukan, malah mungkin juga dianggap sebagai hal yang membaha-yakan. Mengapa sadaudara? Karena orang-orang sakit saat itu dipandang sebagai seseorang yang sedang kerasukan setan atau menerima hukuman Allah.
Didalam Yohanes 9:2, kita melihat sebuah reaksi para murid-murid ketika menyaksikan seorang yang sedang sakit, mereka bertanya: “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?
Jadi saudara, sudah menjadi hal yang biasa jika reaksi dari orang-orang sekitar adalah mereka adalah selalu menjauhi orang-orang sakit, sambil mengucapkan suatu mantra untuk melindungi diri, atau mereka juga biasanya meludah ke tanah sebagai tanda merasa jijik.
Namun yang menarik disini saudara, hal-hal yang kotor seperti itu tidak dirasakan atau tidak dialami oleh Paulus. Yang walaupun saat itu Paulus pun sedang sakit. Malahan sebaliknya Ia merasakan jemaat Galatia begitu antusias menerima Paulus apa adanya. Yang Paulus rasakan justru sambutan hangat jemaat seperti mereka menyambut seorang malaikat, atau bahkan seperti menyambut kehadiran Kristus sendiri, ketika mereka menerima Paulus memberitakan Injil tentang Kristus.
Karena itu saudara, ini merupakan hal yang luar biasa yang dirasakan oleh Paulus ketika perjumpaanya yang pertama dengan jemaat Galatia. Memang sungguh indah sekali apabila orang menyambut hamba-hamba Tuhan bukan karena rupanya, melainkan karena mereka mewakili Tuhan dan membawa beritaNya.
Saudara, hubungan Paulus dengan jemaat di Galatia pada awalnya begitu mesra sekali. Perjumpaan pertama dia dengan jemaat seperti perjumpaan sepasang muda-mudi yang baru pertama-kali berpacaran. Saudara, biasanya saat pacaran dimulai dunia ini terasa milik berdua. Semua yang dialami sepertinya serba indah dan mengagumkan. Suasana apapun yang ditemukan saat itu begitu romantis. Hingga tidak ada satu keadaan yang tidak menyenangkan saudara.
Dulu kalau pacaran, melihat pacar kita mau jatuh, kita berkata: “Dek, hati-hatilah kalau jalan, nanti kalau kakimu lecet kan jadi tidak indah
Tapi saudara, ketika waktu berlalu, mungkin 3-4 tahun pacaran, kita jadi tidak segan-segan lagi menegur pasangan kita. Kalau ia mau jatuh, “Nah lu, kemana saja matamu, sampai bisa jatuh begitu, bikin repot saja.
Begitu pula dengan jemaat Galatia saudara. Hubungan yang indah yang pernah terjadi dulu, sepertinya  sekarang tidak lagi didapatkan oleh Paulus. Sekarang mereka berbuat seolah-olah menjadi musuhnya Paulus ketika Paulus mengatakan suatu kebenaran bagi mereka. Karena itu ia berusaha mengingatkan jemaat akan pengalaman mereka yang indah pada saat mendengar injil. Dimana dulu mereka sangat bersukacita karena injil dan karena rasul Paulus yang memberitakan injil.
Sekarang Paulus bertanya kepada mereka: “Apa yang telah terjadi dengan kasih itu? Apa yang telah terjadi dengan kebahagiaan yang kamu alami ketika kamu mendengar Injil dan menjadi percaya kepada Kristus?
Saudara ini juga menjadi pelajaran berharga bagi kita, pada saat kita mulai merasa jenuh dengan kekristenan kita, pada saat kita mulai merasa hambar dengan kehidupan kekristenan kita, apa yang harus kita lakukan? Yang harus kita lakukan adalah: “Ingatlah masa-masa perjumpaan pertama kita dengan Tuhan.” 
Saudara, Yesaya  46:9 mengingatkan kepada kita: “Ingatlah hal-hal yang dahulu dari sejak purbakala, bahwasanya Akulah Allah dan tidak ada yang lain, Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku,”
Dengan kita sering mengingat akan pengalaman hidup bersama Tuhan, sebetulnya kita sedang mencharge kerohanian kita saudara. Kalau batterai HP/ Laptop kita mulai drop dan tidak maksimal menghasilkan daya, tanpa disuruh kita pasti segera menchargenya bukan? Demikian pula dengan kerohanian kita. Kerohanian kita bagaikan sebuah batterai rechargeable yang mesti terus menerus perlu diisi dengan daya, agar semakin hari kita semakin baru kerohanian kita. Dan kita pun akan memiliki sukacita yang sejati.
Hal yang berikutnya saudara, adalah Paulus berusaha mengingatkan mereka pentingnya sebuah koreksi (ayat 16-18). Apa yang perlu dikoreksi saudara? Yang jelas adalah sikap mereka yang 180o berubah, dari mengikut Yesus sekarang menyangsikan Yesus. Yang mesti dikoreksi adalah respon jemaat terhadap kebenaran. Saudara Rasul Paulus berkata dalam ayat 16, “Apakah dengan mengatakan kebenaran aku telah menjadi musuhmu?” Mengapa jemaat Galatia memusuhi rasul Paulus, padahal rasul Paulus adalah pendiri jemaat di Galatia? Hal ini disebabkan karena jemaat di Galatia telah terpengaruh dengan ajaran yang salah dan itu mestinya perlu dikoreksi.
Demikian pula dengan kehidupan kerohanian kita saudara, mungkin kita sekarang merasa seperti kehilangan damai sejahtera, kehilangan sukacita. Kehilangan bibit cinta kita dengan Tuhan. Bisa jadi penyebabnya adalah kita tidak lagi menjadi peka terhadap kebenaran Allah.
Saat itulah kita mesti bersedia menerima koreksi dari Tuhan. Bagaimana caranya? Tentunya melalui pembacaan Firman dan doa. Dengan bersandar kepada Tuhan melalui perenungan kita dengan Tuhan. Kita berharap Tuhan berbicara mengenai maksud dan tujuan hidup kita agar kehidupan kita semakin menjadi lebih baik.
Seperti ada pepatah yang mengatakan “The right man on the right place” artinya “Orang yang tepat pada tempat yang tepat” Berbahagialah kalau kita menjadi orang yang tepat ditempat yang tepat. Kita pasti akan menerima prestasi hidup yang cemerlang.
Kemudian yang terakhir saudara, didalam ayat 19-20, Paulus kembali menyuguhkan bentuk nasihat yang khas, yaitu ia mengumpamakan sebagai seorang Bapak rohani yang sedang mendidik anak-anaknya.
Saudara, salah satu rahasia penting bagaimana bisa hidup bersukacita di dalam Tuhan, adalah dengan melihat segala tantangan dan masalah kehidupan dalam perspektif bahwa Tuhan sedang membentuk kita makin serupa Kristus.
Disini Paulus menggunakan kiasan mengenai seorang ibu yang menderita sakit bersalin (ayat 19) untuk melukiskan betapa perhatiannya dia kepada jemaat Galatia. Saudara tentunya ini merupakan pengalaman yang berharga bagi setiap kaum ibu yang pernah merasakan bagaimana ia mengandung anak kesayangannya. Yang berusaha menjaganya siang malam, menjaga kesehatan gizinya, menjaga kualitas fisiknya dll. Sampai proses persalinan berjalan dengan baik. Kira-kira demikianlah yang dirasakan oleh Paulus ketika ia sedang memandang jemaat yang sedang dilayaninya. Ia selalu berusaha untuk menjaga kesehatan rohani jemaat itu seperti ia menjaga anak kandungnya sendiri. Tujuannya bukan supaya ia semakin disanjung, melainkan supaya jemaat itu bertumbuh semakin serupa dengan Kristus.
Bapak/ ibu yang kekasih.
Bagaimana dengan kerohanian kita. Saya yakin, masing-masing kita punya pengalaman berharga ketika perjumpaan pertama kita dengan Yesus. Pastinya ada perasaan ingin melayani yang menggebu-gebu. Perasaan ingin selalu dekat dengan Tuhan. Perasaan haus akan firman yang begitu dalam. Kira-kira apakah perasaan-perasaan itu masih ada? Ataukah mulai luntur seiring berjalannya waktu dan kesibukan kita? Saudara, kalau jawabannya adalah “ya”, mari kita berusaha mencharge kembali kerohanian kita. Saran saya, jangan biarkan kerohanian kita drop terlalu lama dan akhirnya tidak bisa kembali di charge. Sebab jika itu terjadi, maka kita akan sulit untuk menemukan cinta pertama kita, yaitu Tuhan Yesus Kristus dalam kehidupan kita. amin

0 komentar:

Posting Komentar