Rabu, 15 Oktober 2014

PERJUMPAAN YANG MENGUBAHKAN

Perjumpaan Yang Mengubahkan
Matius 9:9-13
(Band. Markus 2:13-17; Lukas 5:27-32)


Bapak/ Ibu yang kekasih,
Perjumpaan seseorang dengan Tuhan Yesus seringkali membawa perubahan besar dalam kehidupannya. Perubahan yang dialami itu adakalanya menuntut seseorang secara radikal. Karena itu, perlu adanya satu keberanian dalam hal mengikut Tuhan Yesus.
Saudara,
Dalam bacaan kali ini, dikisahkan soal perjumpaan Tuhan Yesus dengan Matius. Perjumpaan Tuhan Yesus dengan Matius ini, dicatat oleh ketiga Injil secara pribadi, yaitu di dalam Matius, Markus dan Lukas. Yang sekalipun ada perbedaan dalam penyebutan nama Tokoh. Tetapi yang jelas, kisah ini menceritakan pengalaman pribadi dari orang yang sama, yaitu tentang pemanggilan Matius si pemungut cukai, alias Lewi anak dari Alfeus.
Dikatakan saat Tuhan Yesus melintasi daerah Kapernaum, yang juga dikenal sebagai “kampung halaman dari Tuhan Yesus”, Tuhan Yesus bertemu secara pribadi dengan Matius yang saat itu sedang bekerja di rumah cukai.
Saudara,
Kota Kapernaum sendiri terletak di wilayah kekuasaan Herodes Antipas. Jadi kemungkinan besar bahwa Matius tidak bekerja langsung kepada orang-orang Romawi tetapi kepada Herodes Antipas.
Di zaman itu, Pemungut cukai alias petugas pajak adalah profesi yang cukup disegani dan sekaligus dibenci banyak orang. Masyarakat Yahudi cenderung tidak suka berurusan dengan petugas pajak. Petugas pajak distereotipkan sebagai orang yang tidak jujur; bukan hanya dianggap telah menipu rakyat, tetapi mereka juga terkadang berusaha mengelabui pemerintah. Mereka dianggap berusaha memperkaya diri dengan mencari untung dari orang kaya yang tidak mau membayar pajak dengan semestinya. Ia juga disebut tidak nasionalis, dan dikategorikan sebagai orang yang berdosa.
Bapak/ ibu yang kekasih,
Di zaman Matius, ada tiga macam pajak yang menjadi kewajiban bagi masyarakat Yahudi:
1.  Pajak Tanah/ PBB
Jumlahnya adalah sepersepuluh dari hasil gandum ditambah dengan seperlima hasil buah-buahan atau anggur yang ditanam di tanah yang sama.
2. Pajak Pendapatan/ PPH 21
Jumlahnya adalah satu persen dari jumlah pendapatan seseorang.
3. Pajak Kepala
Yaitu pajak yang dibayarkan oleh setiap Laki-laki yang berumur antara 14-65 tahun dan Wanita antara 12-65.
Disamping ketiga macam pajak diatas saudara, rupanya masih ada beberapa macam pajak yang lain, yang juga harus dibayarkan oleh masyarakat. Misalnya pajak barang-barang yang dibeli dari luar negeri. Yang dipungutnya sebesar 2 ½% s.d 12 ½%. Ada juga pajak jalan raya, jembatan, pasar pelabuhan, dimana setiap orang yang lalu-lalang dilokasi itu harus terlebih dahulu membayar pajak. Saudara, di zaman sekarang mengingatkan kita pada istilah pajak retribusi saat kita masuk ke terminal, ataupun pelabuhan.
Zaman Matius juga juga mengenal ada pajak binatang muatan, kereta barang dan kereta beroda lainnya, yang mana setiap masuk ke daerah tertentu mereka harus ditimbang dan ditentukan besaran pajaknya.
Dari sini kita melihat, pastinya pemerintah tetap memerlukan sejumlah tenaga untuk memungut pajak-pajak itu. Dan tenaga pemungut pajak ini biasanya diambil dari orang-orang yang berasal dari daerah itu. Seringkali mereka melakukan tugas itu secara sukarela. Namun ada juga yang selalu menemukan jalan untuk menarik keuntungan bagi kantongnya sendiri.
Dengan keterangan seperti ini maka kita dapat memahami kalau para pemungut pajak tersebut adalah orang-orang yang biasanya sangat dibenci oleh masyarakat. Mereka adalah orang-orang yang bekerja bagi penjajah dan berusaha memperkaya diri sendiri di atas nasib buruk negaranya.
Dimata masyarakat saat itu, pekerjaan pemungut cukai dibenci dan dianggap najis oleh orang-orang Yahudi yang fanatik, karena mereka senantiasa berhubungan dengan orang-orang kafir dan seringkali “memeras” masyarakat. Karena itulah orang Farisi tidak mau makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang-orang berdosa “αμαρτωλοι” (Matius 9:11).
Bapak/ ibu yang kekasih, Matius yang dikenal, selain sebagai seorang pemungut cukai, juga dipandang sebagai antek-antek penjajah Romawi. Jadi, bisa dibayangkan betapa orang-orang Yahudi sangat membencinya.
Namun yang menarik bagi kita adalah, kehadiran Tuhan Yesus di kota itu, bukan untuk menghakimi Matius si pemungut cukai. Tetapi dengan sengaja Tuhan Yesus mendatangi Matius, yang saat itu dilihatNya sedang duduk di rumah cukai. Di dunia yang saat itu bagi Matius sangat menguntungkan dan sekaligus memberikan masa depan yang cerah.
Namun rupanya satu perjumpaan yang singkat dan tanpa diselingi dengan diskusi yang panjang, Tuhan Yesus langsung menantang Matius, dan berkata: “Ikutlah Aku.” (ayat 9). Kata-kata yang sangat singkat, namun rupanya mampu menyentuh dan membuka hati Matius untuk bereaksi secara positif.
Saudara, seringkali kita menggunakan kata-kata yang panjang, berusaha mengantar orang lain kepada Kristus, dan mengharapkan kata-kata tadi dapat menjadi berkat dan mengubahkan minat seseorang.
Namun satu hal yang patut kita sadari adalah, pekerjaan pemberitaan Injil bukan semata-mata hasil usaha kita. Bukan kita yang mengubahkan seseorang dan menarik dia dari dunia untuk menjadi percaya kepada Kristus. Tetapi pekerjaan mengubahkan seseorang itu, hanya dimungkinkan melalui karya Roh Kudus. Dan Roh Kuduslah yang mampu mengubahkan seseorang sekalipun dengan penyampaian yang sangat sederhana tentang Kristus untuk mencapai sasaranNya.
Karenanya saat Tuhan Yesus berkata kepada Matius, “Ikutlah Aku.” Kita melihat respon spontan yang dinyatakan oleh Matius saat itu adalah, ia berdiri lalu mengikut Dia. Saudara, Matius tidak menunjukkan gelagat untuk berpikir panjang. Ia tidak menunjukkan sikap menimbang-nimbang apa untungnya mengikut Yesus. Yang dia tahu saat itu, Tuhan Yesus adalah Guru yang cukup popular di daerah Palestina. Dan kehadiran Tuhan Yesus di dalam hidupnya membawa satu sukacita besar.
Saudara,
Tidak mudah untuk memilih satu keputusan dalam waktu yang singkat, ditengah-tengah kemapanan hidup, dimana seseorang harus meninggalkan dunianya dan mengikut Yesus. Saya rasa, dibutuhkan pengorbanan yang sangat besar, dibutuhkan kerendahan hati dari orang tersebut untuk memilih apa yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus.
Kalau kita melihat pemanggilan Matius ini saudara, tidak ada janji berkat apa-apa yang ditawarkan oleh Tuhan Yesus kepadanya. Tetapi Matius mampu memilih yang terbaik dalam hidupnya. Ini merupakan sesuatu yang luar biasa! Matius meninggalkan segala sesuatu yang selama ini menjamin hidupnya (Lukas 5:28). Saudara, sikap ini sangat kontras sekali dengan sikap pemuda kaya yang dikisahkan dalam Matius 19:22.
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan
Pekerjaan sebagai penagih pajak sebetulnya bukanlah dosa, tetapi tindakan korupsinya jelas adalah dosa. Karena itu Tuhan Yesus tidak menyuruh Zakeus untuk meninggalkan pekerja-annya (Lukas 19:1-10). Atau Yohanes pembaptis pun tidak pernah menyuruh para pemungut cukai untuk meninggalkan pekerjaannya.
Tetapi dalam kasus Matius, bagi Tuhan pekerjaan itu tidak memungkinkan Matius untuk memenuhi panggilan Tuhan, sehingga pekerjaan itu harus ditinggalkannya. Allah menghendaki Matius untuk meninggalkan pekerjaan lamanya dan menjalani pekerjaan yang akan disiapkan Allah kemudian. Di sini kita bisa mempelajari sesuatu yang penting: Bahwa panggilan Allah kepada setiap orang pastinya berbeda-beda, tetapi satu hal yang penting adalah panggilan Allah atas seseorang harus diutamakan lebih dari segala sesuatu! Inilah kasih karunia yang Allah nyatakan kepada setiap orang yang hidup dalam dosa!
Bapak/ Ibu yang kekasih,
Kita melihat kehidupan Matius saat ia mengikut Tuhan, sebenarnya ia mendapatkan sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya yaitu Kepastian hidup, Nilai Hidup yang tidak tergantikan, Kehormatan yang tidak pernah bisa dibeli, dsb. Tetapi disisi yang lain, ia juga telah kehilangan sesuatu yaitu Pekerjaan, Penghasilan Yang baik, jaminan harta duniawi, teman-teman seprofesinya, dsb.
Selain itu, saat Matius berkomitmen mengikut Yesus, saat ia meninggalkan meja tugasnya, ia pergi hanya dengan membawa sebuah pena. Tugasnya sebagai pemungut cukai telah menunjukkan kecakapan tulis-menulisnya yang sangat cermat, kini di dalam Yesus ia memakai kecakapannya itu untuk menuliskan sebuah buku yang berisi pengajaran-pengajaran Tuhan Yesus, yang hingga saat ini menjadi salah satu buku yang terpenting bagi pertumbuhan iman orang percaya. Yang kita kenal dengan Injil Matius.
Ini berarti saudara, setiap orang yang mau mengikut Yesus, ia akan mengalami hal yang sama. Yaitu berani mengorbankan sesuatu yang selama ini kita pegang sebagai prioritas hidup kita dan menggantinya dengan prioritas yang lebih utama di dalam Yesus.
Seperti halnya Matius, ia tidak lagi memperdulikan keuntungan dan kenikmatannya yang selama itu menghiasi kehidupannya, dan sekaligus telah menjadi hal yang tercela bagi dia. Kini di dalam Kristus, Matius melihat hal yang lebih manis daripada semuanya.
Jadi bila kita diberi sekelumit dari kebesaran-Nya, maka yang terpenting kita lakukan adalah kita tidak akan bersatu lagi dengan hal duniawi, yang semakin lama menggerogoti kerohanian kita. Sebaliknya di dalam Kristus, kita melihat kenikmatan yang lebih manis, suatu mutiara yang lebih berharga. Dan itu dapat terjadi ketika kita menyerahkan diri penuh kepada Tuhan. Kita rela hati untuk mengikut Yesus (ay. 9) dan melayani Dia dengan sepenuh hati (ay. 10). Saudara, kerelaan hati mengikut Yesus dan melayani Dia seumur hidup kita akan memampukan kita untuk menikmati pemulihan (Matius 11:28). Orang yang telah dipulihkan memiliki hati yang mengasihi dan merindukan orang lain dapat mengalami pemulihan. Itulah perjumpaan yang mengubahkan.
Saat Matius mendapati bahwa Yesus begitu berharga di matanya, maka ia mengumpulkan semua teman sesama orang berdosa agar berjumpa dengan Yesus secara pribadi. Dan kehidupan baru yang dialami oleh Matius, ditunjukkannya dengan mengundang Tuhan Yesus makan bersama di rumahnya.
Boleh jadi Matius berkata dalam hati: “Aku telah sering mengajak mereka berbuat dosa, mengadakan pesta, kami sudah makan dan minum bersama, tetapi sekarang biarlah aku mencoba membawa mereka kepada Kristus.”
Karena itu saudara, ini mungkin merupakan pesta perpisahan dengan teman-teman lamanya, tetapi jelas juga merupakan usaha Matius untuk memperkenalkan teman-temannya kepada Yesus sebagai Guru barunya, karena ada “sejumlah besar pemungut cukai dan orang-orang berdosa dan orang-orang lain yang turut makan bersama-sama.
Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa orang yang sudah diampuni pastinya mempunyai keinginan untuk membawa orang lain kepada Yesus. Dan itu adalah satu kehormatan bagi dia ketika orang lain, menyaksikan perubahan hidupnya.
Namun rupanya saudara, kehadiran Tuhan Yesus dipesta itu cukup menyinggung perasaan para ahli Taurat dan orang Farisi. Dan bisa dipastikan bahwa orang Farisi itu sendiri tidak turut dalam pesta itu. Sebab mereka menganggap diri mereka lebih baik dari orang lain (Lukas 18:9) dan menganggap bahwa kalau mereka berkumpul atau bergaul dengan orang berdosa, maka mereka akan menjadi najis.
Karena itu mereka hanya berkata kepada murid-murid Yesus yang saat itu hadir dalam pesta perjamuan, “Mengapa Gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa? (Matius 9:11).
Mereka mengkritik Tuhan Yesus yang sedang berkumpul dan bergaul dengan orang berdosa. Hal ini membuktikan bahwa sebenarnya mereka sangat pintar mengecam dosa, tetapi mereka sendiri tidak berusaha menobatkan orang dari dosanya.
Saudara, mereka seperti seorang dokter yang hanya mau mendiagnose pasiennya dari jauh, tetapi tidak mau mendekati pasiennya dan tidak mempunyai keinginan untuk mengobati apalagi menyembuhkan pasiennya.
Namun saudara,
Rasa tersinggung mereka disisi yang lain memberi kesempatan kepada Tuhan Yesus untuk menjelaskan hal yang paling berharga dari maksud kedatanganNya. Tuhan Yesus: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa supaya mereka bertobat.” Saudara, ucapan ini, adalah suatu sindiran halus yang sangat terus terang.
Seolah-olah Tuhan Yesus ingin berkata kepada mereka: “Aku datang tidak untuk mengundang orang yang sudah puas diri dan yakin bahwa mereka tidak memerlukan pertolongan orang lain. Aku datang untuk mengundang orang yang benar-benar menyadari dosa-dosanya dan yang benar-benar menyadari bahwa dirinya memerlukan seorang penyelamat. Hanya mereka yang tahu bahwa dirinya membutuhkan Aku, hanya mereka saja yang dapat menerima dan memenuhi undanganKu itu.
Dari sini kita melihat saudara,
Jika kita memiliki pemahaman yang benar tentang siapa Yesus Kristus, maka sejatinya kita pasti memahami kehendak-Nya bagi orang berdosa. Bukankah, seringkali kita terjebak dalam pembicaraan tentang dosa seseorang, tetapi kita tidak mau terlibat secara aktif untuk menobatkan dia dari dosa-dosanya.
Tidak bisakah kita yang telah dipanggil oleh Kristus, berbuat sesuatu untuk membawa orang lain kepada-Nya? Mungkin dulu kita pernah turut membawa mereka dalam dosa, namun tidak bisakah sekarang kita mengajak mereka untuk berjumpa dengan Kristus?
Saudara, sebenarnya ada cukup peluang yang bisa kita dapatkan bila kita memiliki belas kasihan Tuhan Yesus. Kiranya orang Kristen memiliki lebih banyak belas kasihan, lebih banyak keberanian seperti Paulus, dan keberanian dari Roh Kudus.
Sebagaimana, Tuhan Yesus sang Mesias kita yang tidak segan untuk mencari mereka yang berdosa. Dia justru memberikan pengampunan, keselamatan, dan perubahan hidup bagi mereka yang menerimaNya.
Ayat 13b merupakan ayat yang penting dalam memberitakan Injil, yaitu: Kalau kita berhadapan dengan orang yang putus asa melihat banyaknya dosa-dosanya. Gunakanlah ayat ini untuk memberitahu orang itu bahwa Yesus justru mencari orang seperti Dia. Tambahkan juga Yohanes 6:37 untuk menunjukkan bahwa kalau Ia mau datang kepada Yesus, ia pasti tidak akan ditolak.
Kalau kita berhadapan dengan orang yang membanggakan kebaikan-nya. Beritahukanlah dia, bahwa kalau ia merasa diri baik, Yesus justru tidak mencari dia, sehingga ia pasti akan binasa dalam neraka!
Dalam Lukas 5:32 ada tambahan: “supaya mereka bertobat”. Hal ini menjelaskan kepada kita bahwa Yesus memang mengasihi orang berdosa dan mau menerima mereka. Tetapi mereka harus bertobat dari segala dosa mereka dan berbalik kepada Tuhan! Kiranya Firman Tuhan ini mengingatkan kita betapa pentingnya perjumpaan dengan Tuhan Yesus, yang bukan hanya memampukan kita untuk berubah sudut pandang dan status hidup di hadapan Tuhan, tetapi juga mengubahkan orang lain untuk menerima keselamatan. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar