Perjumpaan Yang Mengubahkan
Matius 9:9-13
(Band. Markus 2:13-17; Lukas
5:27-32)
Bapak/ Ibu yang kekasih,
Perjumpaan seseorang
dengan Tuhan Yesus seringkali membawa perubahan besar dalam kehidupannya.
Perubahan yang dialami itu adakalanya menuntut seseorang secara radikal. Karena
itu, perlu adanya satu keberanian dalam hal mengikut Tuhan Yesus.
Saudara,
Dalam bacaan kali ini,
dikisahkan soal perjumpaan Tuhan Yesus dengan Matius. Perjumpaan Tuhan Yesus dengan
Matius ini, dicatat oleh ketiga Injil secara pribadi, yaitu di dalam Matius,
Markus dan Lukas. Yang sekalipun ada perbedaan dalam penyebutan nama Tokoh. Tetapi
yang jelas, kisah ini menceritakan pengalaman pribadi dari orang yang sama,
yaitu tentang pemanggilan Matius si pemungut cukai, alias Lewi anak dari
Alfeus.
Dikatakan saat Tuhan
Yesus melintasi daerah Kapernaum, yang juga dikenal sebagai “kampung halaman dari Tuhan Yesus”, Tuhan
Yesus bertemu secara pribadi dengan Matius yang saat itu sedang bekerja di rumah
cukai.
Saudara,
Kota Kapernaum sendiri
terletak di wilayah kekuasaan Herodes Antipas. Jadi kemungkinan besar bahwa
Matius tidak bekerja langsung kepada orang-orang Romawi tetapi kepada Herodes
Antipas.
Di zaman itu, Pemungut
cukai alias petugas pajak adalah profesi yang cukup disegani dan sekaligus
dibenci banyak orang. Masyarakat Yahudi cenderung tidak suka berurusan dengan
petugas pajak. Petugas pajak distereotipkan sebagai orang yang tidak jujur;
bukan hanya dianggap telah menipu rakyat, tetapi mereka juga terkadang berusaha
mengelabui pemerintah. Mereka dianggap berusaha memperkaya diri dengan mencari
untung dari orang kaya yang tidak mau membayar pajak dengan semestinya. Ia juga
disebut tidak nasionalis, dan dikategorikan sebagai orang yang berdosa.
Bapak/ ibu yang kekasih,
Di zaman Matius, ada
tiga macam pajak yang menjadi kewajiban bagi masyarakat Yahudi:
1. Pajak Tanah/ PBB
Jumlahnya adalah
sepersepuluh dari hasil gandum ditambah dengan seperlima hasil buah-buahan atau
anggur yang ditanam di tanah yang sama.
2. Pajak Pendapatan/ PPH 21
Jumlahnya adalah satu
persen dari jumlah pendapatan seseorang.
3. Pajak Kepala
Yaitu pajak yang
dibayarkan oleh setiap Laki-laki yang berumur antara 14-65 tahun dan Wanita
antara 12-65.
Disamping ketiga macam
pajak diatas saudara, rupanya masih ada beberapa macam pajak yang lain, yang
juga harus dibayarkan oleh masyarakat. Misalnya pajak barang-barang yang dibeli
dari luar negeri. Yang dipungutnya sebesar 2 ½% s.d 12 ½%. Ada juga pajak jalan
raya, jembatan, pasar pelabuhan, dimana setiap orang yang lalu-lalang dilokasi
itu harus terlebih dahulu membayar pajak. Saudara, di zaman sekarang mengingatkan
kita pada istilah pajak retribusi saat kita masuk ke terminal, ataupun
pelabuhan.
Zaman Matius juga juga
mengenal ada pajak binatang muatan, kereta barang dan kereta beroda lainnya, yang
mana setiap masuk ke daerah tertentu mereka harus ditimbang dan ditentukan
besaran pajaknya.
Dari sini kita melihat, pastinya
pemerintah tetap memerlukan sejumlah tenaga untuk memungut pajak-pajak itu. Dan
tenaga pemungut pajak ini biasanya diambil dari orang-orang yang berasal dari
daerah itu. Seringkali mereka melakukan tugas itu secara sukarela. Namun ada
juga yang selalu menemukan jalan untuk menarik keuntungan bagi kantongnya
sendiri.
Dengan keterangan seperti
ini maka kita dapat memahami kalau para pemungut pajak tersebut adalah
orang-orang yang biasanya sangat dibenci oleh masyarakat. Mereka adalah
orang-orang yang bekerja bagi penjajah dan berusaha memperkaya diri sendiri di
atas nasib buruk negaranya.
Dimata masyarakat saat itu,
pekerjaan pemungut cukai dibenci dan dianggap najis oleh orang-orang Yahudi yang
fanatik, karena mereka senantiasa berhubungan dengan orang-orang kafir dan
seringkali “memeras” masyarakat. Karena
itulah orang Farisi tidak mau makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan
orang-orang berdosa “αμαρτωλοι” (Matius
9:11).
Bapak/ ibu yang kekasih,
Matius yang dikenal, selain sebagai seorang pemungut cukai, juga dipandang
sebagai antek-antek penjajah Romawi. Jadi, bisa dibayangkan betapa orang-orang
Yahudi sangat membencinya.
Namun yang menarik bagi
kita adalah, kehadiran Tuhan Yesus di kota itu, bukan untuk menghakimi Matius
si pemungut cukai. Tetapi dengan sengaja Tuhan Yesus mendatangi Matius, yang
saat itu dilihatNya sedang duduk di rumah cukai. Di dunia yang saat itu bagi
Matius sangat menguntungkan dan sekaligus memberikan masa depan yang cerah.
Namun rupanya satu perjumpaan
yang singkat dan tanpa diselingi dengan diskusi yang panjang, Tuhan Yesus
langsung menantang Matius, dan berkata: “Ikutlah Aku.” (ayat 9). Kata-kata yang
sangat singkat, namun rupanya mampu menyentuh dan membuka hati Matius untuk
bereaksi secara positif.
Saudara, seringkali kita
menggunakan kata-kata yang panjang, berusaha mengantar orang lain kepada
Kristus, dan mengharapkan kata-kata tadi dapat menjadi berkat dan mengubahkan
minat seseorang.
Namun satu hal yang
patut kita sadari adalah, pekerjaan pemberitaan Injil bukan semata-mata hasil
usaha kita. Bukan kita yang mengubahkan seseorang dan menarik dia dari dunia
untuk menjadi percaya kepada Kristus. Tetapi pekerjaan mengubahkan seseorang itu,
hanya dimungkinkan melalui karya Roh Kudus. Dan Roh Kuduslah yang mampu
mengubahkan seseorang sekalipun dengan penyampaian yang sangat sederhana tentang
Kristus untuk mencapai sasaranNya.
Karenanya saat Tuhan
Yesus berkata kepada Matius, “Ikutlah Aku.” Kita melihat respon spontan yang dinyatakan
oleh Matius saat itu adalah, ia berdiri lalu mengikut Dia. Saudara, Matius tidak
menunjukkan gelagat untuk berpikir panjang. Ia tidak menunjukkan sikap menimbang-nimbang
apa untungnya mengikut Yesus. Yang dia tahu saat itu, Tuhan Yesus adalah Guru yang
cukup popular di daerah Palestina. Dan kehadiran Tuhan Yesus di dalam hidupnya
membawa satu sukacita besar.
Saudara,
Tidak mudah untuk memilih
satu keputusan dalam waktu yang singkat, ditengah-tengah kemapanan hidup, dimana
seseorang harus meninggalkan dunianya dan mengikut Yesus. Saya rasa, dibutuhkan
pengorbanan yang sangat besar, dibutuhkan kerendahan hati dari orang tersebut
untuk memilih apa yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus.
Kalau kita melihat pemanggilan
Matius ini saudara, tidak ada janji berkat apa-apa yang ditawarkan oleh Tuhan
Yesus kepadanya. Tetapi Matius mampu memilih yang terbaik dalam hidupnya. Ini
merupakan sesuatu yang luar biasa! Matius meninggalkan segala sesuatu yang
selama ini menjamin hidupnya (Lukas 5:28). Saudara, sikap ini sangat kontras
sekali dengan sikap pemuda kaya yang dikisahkan dalam Matius 19:22.
Bapak/ ibu yang kekasih
dalam Tuhan
Pekerjaan sebagai penagih pajak sebetulnya bukanlah dosa,
tetapi tindakan korupsinya jelas adalah dosa. Karena itu Tuhan Yesus tidak menyuruh
Zakeus untuk meninggalkan pekerja-annya (Lukas 19:1-10). Atau Yohanes pembaptis
pun tidak pernah menyuruh para pemungut cukai untuk meninggalkan pekerjaannya.
Tetapi dalam kasus Matius,
bagi Tuhan pekerjaan itu tidak memungkinkan Matius untuk memenuhi panggilan
Tuhan, sehingga pekerjaan itu harus ditinggalkannya. Allah menghendaki Matius
untuk meninggalkan pekerjaan lamanya dan menjalani pekerjaan yang akan
disiapkan Allah kemudian. Di sini kita bisa mempelajari sesuatu yang penting: Bahwa
panggilan Allah kepada setiap orang pastinya berbeda-beda, tetapi satu hal yang
penting adalah panggilan Allah atas seseorang harus diutamakan lebih dari
segala sesuatu! Inilah kasih karunia yang Allah nyatakan kepada setiap orang
yang hidup dalam dosa!
Bapak/ Ibu yang kekasih,
Kita melihat kehidupan Matius
saat ia mengikut Tuhan, sebenarnya ia mendapatkan sesuatu yang sangat berharga dalam
hidupnya yaitu Kepastian hidup, Nilai
Hidup yang tidak tergantikan, Kehormatan yang tidak pernah bisa dibeli, dsb.
Tetapi disisi yang lain, ia juga telah kehilangan sesuatu yaitu Pekerjaan, Penghasilan Yang baik, jaminan
harta duniawi, teman-teman seprofesinya, dsb.
Selain itu, saat Matius
berkomitmen mengikut Yesus, saat ia meninggalkan meja tugasnya, ia pergi hanya dengan
membawa sebuah pena. Tugasnya sebagai pemungut cukai telah menunjukkan kecakapan
tulis-menulisnya yang sangat cermat, kini di dalam Yesus ia memakai
kecakapannya itu untuk menuliskan sebuah buku yang berisi pengajaran-pengajaran
Tuhan Yesus, yang hingga saat ini menjadi salah satu buku yang terpenting bagi
pertumbuhan iman orang percaya. Yang kita kenal dengan Injil Matius.
Ini berarti saudara, setiap
orang yang mau mengikut Yesus, ia akan mengalami hal yang sama. Yaitu berani mengorbankan
sesuatu yang selama ini kita pegang sebagai prioritas hidup kita dan
menggantinya dengan prioritas yang lebih utama di dalam Yesus.
Seperti halnya Matius, ia
tidak lagi memperdulikan keuntungan dan kenikmatannya yang selama itu menghiasi
kehidupannya, dan sekaligus telah menjadi hal yang tercela bagi dia. Kini di
dalam Kristus, Matius melihat hal yang lebih manis daripada semuanya.
Jadi bila kita diberi
sekelumit dari kebesaran-Nya, maka yang terpenting kita lakukan adalah kita tidak
akan bersatu lagi dengan hal duniawi, yang semakin lama menggerogoti kerohanian
kita. Sebaliknya di dalam Kristus, kita melihat kenikmatan yang lebih manis, suatu
mutiara yang lebih berharga. Dan itu dapat terjadi ketika kita menyerahkan diri
penuh kepada Tuhan. Kita rela hati untuk mengikut Yesus (ay. 9) dan melayani
Dia dengan sepenuh hati (ay. 10). Saudara, kerelaan hati mengikut Yesus dan
melayani Dia seumur hidup kita akan memampukan kita untuk menikmati pemulihan
(Matius 11:28). Orang yang telah dipulihkan memiliki hati yang mengasihi dan
merindukan orang lain dapat mengalami pemulihan. Itulah perjumpaan yang
mengubahkan.
Saat Matius mendapati
bahwa Yesus begitu berharga di matanya, maka ia mengumpulkan semua teman sesama
orang berdosa agar berjumpa dengan Yesus secara pribadi. Dan kehidupan baru
yang dialami oleh Matius, ditunjukkannya dengan mengundang Tuhan Yesus makan
bersama di rumahnya.
Boleh jadi Matius
berkata dalam hati: “Aku telah sering
mengajak mereka berbuat dosa, mengadakan pesta, kami sudah makan dan minum
bersama, tetapi sekarang biarlah aku mencoba membawa mereka kepada Kristus.”
Karena itu saudara, ini
mungkin merupakan pesta perpisahan dengan teman-teman lamanya, tetapi jelas
juga merupakan usaha Matius untuk memperkenalkan teman-temannya kepada Yesus
sebagai Guru barunya, karena ada “sejumlah
besar pemungut cukai dan orang-orang berdosa dan orang-orang lain yang turut
makan bersama-sama.”
Hal ini menunjukkan
kepada kita bahwa orang yang sudah diampuni pastinya mempunyai keinginan untuk
membawa orang lain kepada Yesus. Dan itu adalah satu kehormatan bagi dia ketika
orang lain, menyaksikan perubahan hidupnya.
Namun rupanya saudara,
kehadiran Tuhan Yesus dipesta itu cukup menyinggung perasaan para ahli Taurat
dan orang Farisi. Dan bisa dipastikan bahwa orang Farisi itu sendiri tidak
turut dalam pesta itu. Sebab mereka menganggap diri mereka lebih baik dari
orang lain (Lukas 18:9) dan menganggap bahwa kalau mereka berkumpul atau
bergaul dengan orang berdosa, maka mereka akan menjadi najis.
Karena itu mereka hanya berkata
kepada murid-murid Yesus yang saat itu hadir dalam pesta perjamuan, “Mengapa Gurumu makan bersama-sama dengan
pemungut cukai dan orang berdosa? (Matius 9:11).
Mereka mengkritik Tuhan
Yesus yang sedang berkumpul dan bergaul dengan orang berdosa. Hal ini
membuktikan bahwa sebenarnya mereka sangat pintar mengecam dosa, tetapi mereka sendiri
tidak berusaha menobatkan orang dari dosanya.
Saudara, mereka seperti
seorang dokter yang hanya mau mendiagnose pasiennya dari jauh, tetapi tidak mau
mendekati pasiennya dan tidak mempunyai keinginan untuk mengobati apalagi menyembuhkan
pasiennya.
Namun saudara,
Rasa tersinggung mereka
disisi yang lain memberi kesempatan kepada Tuhan Yesus untuk menjelaskan hal yang
paling berharga dari maksud kedatanganNya. Tuhan Yesus: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang
bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa supaya mereka bertobat.”
Saudara, ucapan ini, adalah suatu sindiran halus yang sangat terus terang.
Seolah-olah Tuhan Yesus ingin
berkata kepada mereka: “Aku datang tidak
untuk mengundang orang yang sudah puas diri dan yakin bahwa mereka tidak
memerlukan pertolongan orang lain. Aku datang untuk mengundang orang yang
benar-benar menyadari dosa-dosanya dan yang benar-benar menyadari bahwa dirinya
memerlukan seorang penyelamat. Hanya mereka yang tahu bahwa dirinya membutuhkan
Aku, hanya mereka saja yang dapat menerima dan memenuhi undanganKu itu.”
Dari sini kita melihat
saudara,
Jika kita memiliki
pemahaman yang benar tentang siapa Yesus Kristus, maka sejatinya kita pasti
memahami kehendak-Nya bagi orang berdosa. Bukankah, seringkali kita terjebak dalam
pembicaraan tentang dosa seseorang, tetapi kita tidak mau terlibat secara aktif
untuk menobatkan dia dari dosa-dosanya.
Tidak bisakah kita yang
telah dipanggil oleh Kristus, berbuat sesuatu untuk membawa orang lain
kepada-Nya? Mungkin dulu kita pernah turut membawa mereka dalam dosa, namun
tidak bisakah sekarang kita mengajak mereka untuk berjumpa dengan Kristus?
Saudara, sebenarnya ada
cukup peluang yang bisa kita dapatkan bila kita memiliki belas kasihan Tuhan Yesus.
Kiranya orang Kristen memiliki lebih banyak belas kasihan, lebih banyak
keberanian seperti Paulus, dan keberanian dari Roh Kudus.
Sebagaimana, Tuhan Yesus
sang Mesias kita yang tidak segan untuk mencari mereka yang berdosa. Dia justru
memberikan pengampunan, keselamatan, dan perubahan hidup bagi mereka yang menerimaNya.
Ayat 13b merupakan ayat
yang penting dalam memberitakan Injil, yaitu: Kalau kita berhadapan dengan orang
yang putus asa melihat banyaknya dosa-dosanya. Gunakanlah ayat ini untuk
memberitahu orang itu bahwa Yesus justru mencari orang seperti Dia. Tambahkan
juga Yohanes 6:37 untuk menunjukkan bahwa kalau Ia mau datang kepada
Yesus, ia pasti tidak akan ditolak.
Kalau kita berhadapan
dengan orang yang membanggakan kebaikan-nya. Beritahukanlah dia, bahwa kalau ia
merasa diri baik, Yesus justru tidak mencari dia, sehingga ia pasti akan binasa
dalam neraka!
Dalam Lukas 5:32 ada
tambahan: “supaya mereka bertobat”. Hal
ini menjelaskan kepada kita bahwa Yesus memang mengasihi orang berdosa dan mau
menerima mereka. Tetapi mereka harus bertobat dari segala dosa mereka dan
berbalik kepada Tuhan! Kiranya Firman Tuhan ini mengingatkan kita betapa
pentingnya perjumpaan dengan Tuhan Yesus, yang bukan hanya memampukan kita
untuk berubah sudut pandang dan status hidup di hadapan Tuhan, tetapi juga
mengubahkan orang lain untuk menerima keselamatan. Amin.