KETIKA HARAPAN PUPUS
Markus 15:42-47
(Matius 27:57-61; Lukas 23:50-56; Yohanes 19:38-42)
Sidang
jemaat yang kekasih dalam Tuhan,
Mengakhiri
doa sepekan kita kali ini, saya mengajak kita untuk merenungkan satu nats
firman Tuhan mengenai penguburan Tuhan Yesus, dibawah satu tema: “Ketika Harapan Pupus.”
Bapak/
ibu yang kekasih,
Kematian
Kristus adalah berita fakta yang sangat penting sekali dalam iman Kekristenan
kita. KematianNya bukanlah kematian biasa. Mengapa saudara? Karena kematianNya disebabkan
oleh dosa manusia. Bayangkan saudara, Yesus Kristus yang tidak berdosa
dijadikannya dosa karena kita. Terlebih lagi Tuhan Yesus sendiri pernah
menanyakan langsung kepada orang banyak, “Siapakah diantaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat
dosa?” (Yohanes 8:46).
Saudara,
mengapa Yesus Kristus dikatakan tidak berdosa? Karena Tuhan Yesus dilahirkan
dari Roh Kudus, maka dari itu Ia tidak mewarisi tabiat dosa dari Adam, seperti
halnya kita. Dengan demikian maut tidak memiliki hak apapun atas diriNya.
Bapak/
Ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Kitab
Suci juga menyatakan bahwa orang-orang yang telah percaya kepada Kristus, sebagai
Tuhan dan Juruselamatnya, adalah orang-orang yang pastinya akan diterima di
Surga. Saat seseorang menyatakan percaya dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan
Yesus Kristus, seketika itu dia sudah menjadi warga negara Surga. Dia menjadi
anggota dari Kerajaan Allah, dan dia disebut sebagai anak-anak Allah.
Inilah
yang terjadi di dalam pribadi seseorang yang bernama Yusuf dari Arimatea.
Ditengah-tengah tindakan arogansi ahli-ahli Taurat, orang-orang Farisi dan
imam-imam kepala yang menyalibkan Tuhan Yesus, rupanya ada seseorang yang secara
diam-diam menyimak apa yang terjadi di dalam pribadi Tuhan Yesus. Seluruh
proses pengadilan Tuhan Yesus diikutinya dengan seksama, yang walaupun hal itu
bertentangan dengan hati nuraninya. (Lukas 23:51).
Saudara,
sebagai anggota majelis, Yusuf Arimatea tidak setuju dengan keputusan untuk
menghukum Yesus, namun ia sadar bahwa secara sendirian tidak mungkin dapat
mengubah keputusan yang telah diambil atas Yesus. Karena itu secara diam-diam
pula ia mengagumi akan karakter dan pengajaranNya.
Saudara,
siapakah Yusuf orang Arimatea ini? Ia adalah pribadi yang sangat terhormat.
Dikatakan bahwa ia seorang anggota Majelis Besar yang terkemuka, itu berarti ia
adalah anggota Sanhedrin-pengadilan tertinggi orang Yahudi, yang juga
menanti-nantikan Kerajaan Allah (Ayat 43).
Bapak/
ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Kira-kira
pada pukul tiga di hari Jumat itulah, Tuhan Yesus mati. Kematiannya didahului
dengan adanya kegelapan yang meliputi seluruh daerah itu dan itu berlangsung
selama tiga jam (15:33). Jadi selama tiga jam itulah Tuhan Yesus tergantung di
atas kayu salib. Dan sekitar pukul 3 sore itu, Ia menyerahkan nyawaNya.
Saudara,
perhitungan pergantian hari bagi bangsa Yahudi selalunya dimulai pada sore hari,
yaitu pada pukul 6 sore. Karena itu ketika Tuhan Yesus dinyatakan telah mati
pada jam 3 sore, itu berarti suatu waktu yang sangat terbatas jika Tuhan Yesus
harus dikuburkan hari itu juga.
Terlebih
lagi sesudah pukul 6 sore, hukum Sabat mulai berlaku dan segala pekerjaan
apapun akan dilarang. Karena itu ketika Yusuf dari Arimatea ini mendengar kabar
kematian Kristus, tanpa pikir panjang lagi ia segera pergi secara diam-diam mendatangi
Pilatus dan meminta mayat Yesus (Ayat 43).
Saudara
mungkin bertanya mengapa Yusuf yang harus tampil? Mengapa bukan ke-12 murid
Yesus Kristus? Saudara, setuju atau tidak inilah kebijaksanaan Tuhan yang luar
biasa dalam mengatur kejadian ini. Kalau seandainya ke-12 rasul yang diminta
Tuhan menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus, kira-kira yang terjadi apa?
Mereka adalah
orang-orang rendahan, mereka orang-orang yang tidak berpendidikan, terlebih
lagi mereka bukan orang-orang yang memiliki akses kepada orang-orang kelas
atas, yang ada justru mereka akan dianggap sebagai pemberontak yang berkomplot
dengan Yesus Kristus. Baru menghadap prajuritnya saja di pintu gerbang itu
mungkin mereka sudah di tangkap dan dipenjarakan atau mungkin dibunuh.
Tapi berbeda
dengan Yusuf dari Arimatea ini, Yusuf adalah seorang yang dikatakan memiliki
posisi yang tinggi dalam masyarakat Yahudi, seorang yang memiliki kredibilitas.
Integritas hidupnya begitu baik. Dia bukan hanya orang yang berposisi tinggi,
bukan hanya orang yang baik dan benar, tetapi dia juga adalah orang yang kaya
yang murah hati. Darimana kita tahu bahwa dia orang kaya? Dari kuburannya!
Bapak/
ibu yang kekasih,
Alkitab
dengan jelas mengatakan bahwa Yusuf bukan berasal dari Yerusalem, tetapi pastinya
ia sudah menetap lama di Yerusalem dan karena dia sendiri mempunyai kuburan di
Yerusalem. Dalam Matius 27:60 kita mendapatkan mencatat bahwa kuburan itu
adalah kuburan baru milik Yusuf, yang digalinya dalam bukit batu.
Juga
kalau kita melihat catatan Lukas 23:51 ayat ini memberikan satu penjelasan
bahwa Arimatea merupakan sebuah kota Yahudi, yang sebagian besar penafsir
menyimpulkan bahwa itu adalah Yudea.
Dengan
demikian saudara, karena ia berkedudukan yang tinggi di Mahkamah Agung, Yusuf
dapat berbicara dengan Pilatus. Namun begitu, permohonan Yusuf adalah
permohonan yang sangat berbahaya, Sebab jika ia pada akhirnya menyatakan diri
sebagai seorang yang memiliki simpatik terhadap Yesus yang disalibkan, hal itu
akan mengundang kegaduhan di Istana Pilatus. Lagi pula ia tahu bahwa Tuhan
Yesus dihukum sebagai pemberontak, dan karena anggota-anggota Mahkamah Agung
yang lain pasti tidak setuju dengan tindakan Yusuf. Karena itu ia mendatangi
Pilatus secara diam-diam. Yohanes menceritakannya dengan lebih jelas, bahwa
semua itu dilakukannya dengan cara sembunyi-sembunyi karena ia takut kepada
orang-orang Yahudi (Yohanes 19:38).
Saudara
perhatikan dengan seksama, pada ayat ke-43 disana ada kalimat yang bagi saya itu
sangat penting sekali untuk kita perhatikan. Dikatakan bahwa untuk bisa
menghadap Pilatus, Yusuf harus “memberanikan diri”
karena ia tahu konsekuensi yang bakal ia terima. Sikap Yusuf yang
memberanikan diri meminta mayat Yesus memperlihatkan kepada kita bagaimana
kerasnya tindakan-tindakan orang-orang Yahudi itu terhadap Yesus.
Karena
itu kedatangannya sebagai salah seorang daripada anggota Majelis Besar sama
artinya dia sedang menyangkali semua keputusan imam-imam Kepala, anggota
Majelis Besar itu yang telah meminta Yesus untuk dihukum mati dengan cara disalibkan.
Yang
lain adalah, ketika Yusuf memberanikan diri untuk meminta mayat Yesus, itu
berarti bahwa dia sudah siap di dalam menanggung semua konsekuensi yang harus
dia alami. Mungkin dia akan dikucilkan, mungkin dia akan diusir daripada
masyarakat Yahudi, dan dianggapnya sebagai seorang pembelot. Mungkin dia akan
dibuang daripada perkumpulan Sanhendrin tersebut yang merupakan kumpulan yang
sangat terkemuka, Ia akan kehilangan prestise di dalam masyarakat Yahudi.
Mungkin dia juga akan diasingkan oleh keluarganya. Mungkin dia akan dibuang
daripada kedudukan itu, yang tinggi dan terhormat itu, dan mungkin juga ia akan
diasingkan dari pekerjaannya sebagai anggota Majelis Besar, Mungkin dia tidak
bisa berbagian lagi dalam pelayanan kepada umat Allah, sebab namanya akan
dicoret dari daftar Majelis Besar.
Tetapi
semua itu tidak dihiraukannya! Ia tidak peduli dengan semua
kemungkinan-kemungkinan itu, dia tidak peduli bagaimana nasibnya kelak, dan apa
yang akan dilakukan oleh imam-imam Besar itu kepada diri dia kelak. Karenanya
dengan tekad yang bulat ia “ia memberanikan diri”
untuk datang kepada Pilatus dan meminta mayat Yesus.
Bapak/
ibu yang kekasih,
Bisa
jadi Yusuf dari Arimatea sempat merenungkan bagaimana perjalanan hidup yang
dialami Yesus saat ia diperhadapkan dengan pengadilan yang penuh intrik,
kebengisan wajah-wajah orang Yahudi yang penuh dengki, sampai memaksa Tuhan
Yesus untuk disalibkan, dan pada akhirnya Yesus harus mati di atas kayu salib. Dalam
bayang-bayang penantiannya akan Kerajaan Allah, ia mungkin menoleh kebelakang,
bahwa selama ini, ia hanya terpaku melihat Yesus diperlakukan dengan cara yang
tidak manusiawi, tetapi ia tetap diam, Yusuf tidak banyak berbuat apa-apa, karenanya
semuanya dilaluinya tanpa tindakan yang berarti.
Karenanya
ketika ia menyadari apa yang dinanti-nantikannya tentang Kerajaan Allah, semua
itu digenapi di dalam pribadi Yesus, membawa Yusuf untuk memberanikan diri
mendatangi Pilatus untuk meminta mayat Yesus Kristus.
Ini
berarti apa Saudara? Ketika Yusuf membandingkan antara jabatannya dengan Yesus
Kristus. Dia melihat Yesus Kristus lebih bernilai daripada jabatan tinggi yang
didudukinya. Terlebih lagi ketika dia membandingkan antara ancaman, kesalahpahaman
yang harus dia alami, kemudian mungkin sanksi sosial yang bakal dia terima dari
masyarakat Yahudi, dengan ia melihat betapa bernilainya jika ia melakukan
sesuatu bagi Yesus yang walaupun saat itu sudah mati.
Saudara,
taruhannya adalah nyawanya sendiri, tetapi ia tidak peduli dengan semua itu.
Dia tidak peduli apakah dia harus kemudian ketika menghadap Pilatus, dia akan
ditangkap sebagai salah satu pemberontak yang berpihak kepada Yesus Kristus,
tetapi dia tetap datang dan meminta Yesus punya mayat untuk dikuburkan secara
layak.
Bapak/
Ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Kematian
Kristus adalah fakta yang paling penting di dalam iman Kristen, kematian
Kristus itu adalah sesuatu yang tidak boleh dihilangkan dari Kitab Suci. Itu
sebabnya ketika Saudara membaca Alkitab maka Saudara akan menemukan bahwa keempat
Injil semuanya memberitakan tentang kematianNya, semuanya memberikan
bukti-bukti dari kematian Yesus di atas kayu salib.
Saudara,
Pada
masa kini, yang berhak mengatakan bahwa seseorang telah meninggal adalah
dokter. Akan tetapi, pada masa itu, para prajuritlah yang menetapkan bahwa
seseorang sudah mati atau belum.
Karenanya
saat Tuhan Yesus masih disalibkan, untuk meyakinkan bahwa Tuhan Yesus
benar-benar sudah mati, maka seorang prajurit menikam lambung Tuhan Yesus
dengan tombak. Hingga keluarlah darah bercampur dengan air (Yohanes 19:34).
Saudara, biasanya orang yang disalibkan tidak akan mati
secepat itu. Penyaliban adalah kematian yang sangat lambat dan menyakitkan.
Seringkali diperlukan waktu beberapa hari sampai seseorang yang disalibkan
benar-benar telah mati. Tetapi kematian Yesus dinyatakan lebih cepat dari
biasanya. Karena itu berita tentang kematian Yesus membuat Pilatus menjadi
terheran-heran sampai ia harus kembali memastikannya melalui Kepala pasukan (ayat
44) dan setelah mendapat jaminan barulah ia menyerahkan mayat Yesus kepada
Yusuf dari Arimatea (ayat 45).
Bapak/
ibu yang kekasih,
Yusuf
yang telah memiliki tekad yang baik, ia berusaha memberikan perlakuan yang
spesial bagi Yesus. Sebab baginya, walaupun Tuhan Yesus telah mati, tetapi
paling tidak ia masih mempunyai rasa peduli untuk menguburkanNya secara layak.
Karena itu hal yang pertama kali ia buat adalah:
Pertama, Yusuf
“membeli kain lenan.” Ini bukan lenan
biasa, melainkan lenan baru yang terbaik untuk Sang Raja. Hal ini membuktikan
bahwa Yusuf dari Arimatea memang mengusahakan semuanya itu dengan baik.
Kedua, Yusuf
“menurunkan mayat Yesus dari salib dan
mengapaninya dengan kain lenan itu.” Disini menjelaskan bahwa apa yang
dilakukan oleh Yusuf menunjukkan kasihnya yang tanpa pamrih.
Ketiga, Yusuf
“membaringkan Dia di dalam kubur yang
digali di dalam bukit batu.” Maksudnya adalah Yusuf memberikan penghormatan
tertinggi setelah Yesus menerima penghinaan yang terendah di atas kayu salib. Peristiwa ini juga menggenapi nubuatan
yang spesifik dari Yesaya 53:9a.
Saudara
dijelaskan bahwa mayat Tuhan Yesus disiapkan untuk dikuburkan secara layak sebagaimana
kebiasaan bangsa Yahudi. Mayat Tuhan Yesus ditempatkan di dalam kuburan yang
digali di dalam bukit batu. Sebuah makam baru dekat dengan bukit Golgota. Taman
itu adalah milik Yusuf dari Arimatea sendiri. Tampaknya penting bahwa di kubur
itu belum pernah dimakamkan seseorang, tetapi tidak dijelaskan soal kepentingan
itu. Selanjutnya, makam itu ditutup dengan sebuah batu besar (Bandingkan dengan
Markus 16:3-4).
Batu
penutup makam itu sangat besar sehingga diperlukan beberapa pria bertenaga
besar untuk menutup batu tersebut. Dengan demikian, seandainya Tuhan Yesus
ternyata hanya pingsan dan belum benar-benar mati, dia tidak akan memiliki
cukup tenaga untuk membuka batu tersebut. Oleh karena itu, penyebutan bahwa
Tuhan Yesus telah "mati dan dikuburkan" dalam Pengakuan Iman Rasuli
dimaksudkan untuk menyatakan bahwa Tuhan Yesus benar-benar telah mati. Namun
kematian Yesus tidak menghalangi Yusuf untuk melakukan yang terbaik bagiNya.
Saudara
kita lihat bagaimana Yusuf dengan tuntas menyelasaikan tugas yang diembannya. Sebagai
seorang yang menanti-nantikan Kerajaan Allah, dengan rela hati ia menyerahkan
kubur itu kepada Yesus. Sekali pun tidak pernah disangkanya bahwa kubur itu hanya
diperlukan Yesus untuk tiga hari saja.
Keempat, Yusuf
“[mengguling-kan] sebuah batu ke pintu
kubur itu.” Tindakan itu sebenarnya sangat umum dilakukan pada masa itu di
kalangan orang Yahudi. Yang menjadi tidak umum adalah tindakan penggulingan
batu melibatkan dirinya yang adalah orang terkemuka. Ia bisa saja menyuruh
orang lain yang melakukannya tanpa harus bersusah payah. Namun, nyata bahwa Yusuf
ingin memberikan penghormatan yang tertinggi bagi Yesus dengan tangannya
sendiri. Ia tidak mau bertindak setengah-setengah.
Dalam sebuah
pelayanan, berapa banyak “anggota Majelis Besar yang terkemuka” yang rindu untuk
memberikan penghormatan tertinggi kepada Yesus dengan “tangannya sendiri”?
Bukankah kebanyakan dari mereka selalu merasa sudah cukup apabila uang mereka
sendiri yang terlibat dalam memenuhi kebutuhan pelayanan, jadi tidak perlu lagi
turun tangan secara tenaga. Saudara ini adalah konsep yang salah! Sebab Tuhan
Yesus sendiri berkata: “kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dan
dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu” (Matius 22:37). Maksudnya adalah kasihilah Tuhan Allahmu dengan
seluruh kehidupan kita, jangan setengah-setengah.
Lagi
pula saudara,
Tindakan
Yusuf menyiratkan sebuah cerita penutup dari seorang yang memiliki kerendahan hati
dan yang terlibat dalam peristiwa sengsara Yesus, di mana peristiwa pembukanya diperankan
oleh perempuan yang meminyaki kaki Yesus dengan minyak wangi dan menyeka kaki
Yesus dengan rambutnya.
Mungkin
Yusuf mewakili setiap orang yang lambat percaya kepada Tuhan Yesus. Mereka
kehilangan kesempatan untuk bersekutu muka dengan muka dengan Tuhan Yesus,
namun akhirnya mereka berkesempatan melayani Dia.
Hal
yang menyedihkan yang paling umum terjadi dalam kehidupan kita adalah bahwa
kita seringkali menunda memberikan pujian kita kepada seseorang yang kita
kasihi sampai orang tersebut pada akhirnya sudah mati. Pastinya akan lebih baik
bila kita memberikan sebagian dari bunga itu atau sebagian dari puji-pujian
kita kepada seseorang selama ia masih hidup.
Dalam
hal ini, bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Sebagai
orang yang telah mengalami kasih dan penebusan dari Yesus Kristus, adakah
seperti Yusuf dari Arimatea ini? Yang dengan gigih tetap memberikan
penghormatan kepada Yesus, disaat-saat pengharapannya akan Mesias menjadi pupus
karena kematian Yesus.
Kiranya
kita pun demikian, tetap memiliki komitmen yang teguh untuk tetap setia kepada
Allah, ditengah-tengah kondisi dunia yang tidak menentu ini. Kiranya Tuhan
memberkati. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar